"Sarrrriiii!!!" Triak seorang temanku yang entah dari mana asalnya. Anggap saja aku lupa namanya.
"Ah.. iya.. siapa?" Tanyaku yang bingung takut ia tersinggung. "Parah mu.. kemarin pas pengenalan kampus aku duduk samping kamu loh.. masa kamu lupa?" Tanya nya dengan sialnya aku tak ingat sama sekali dan menggeleng.
Dia menghela nafas dan mengatakan "namaku adalah Diah Pramawati panggil aku Wati!! Aku adalah gadis terkaya no 1 di angkatan kita.. kalau kamu butuh sesuatu bilang aja samaku yah!!" Ucapnya.
"Hmm.. iya.." Ucapku kaku.
Aku adalah Sari Mahasiswi Baru di Universitas Epistemolog. Mengambil jurusan BK karena saran dari teman-teman ku yang mengatakan bahwa aku adalah pendengar yang baik. Sebenarnya, aku tidak yakin.. tapi diantara semua jurusan aku juga tidak minat. Hanya BK lah yang masih bisa menarik diriku untuk melanjutkan ke dunia perkuliahan.
Aku sudah gapyear selama 2 tahun, itu karena aku keasikan kerja. Aku pernah berhenti memikirkan tentang kuliah, karena kupikir aku sudah sukses memberi lebih pada orang tuaku. Tapi, Sahabatku yang satu itu dia mungkin tak memaksaku tapi cara dia berbicara dia hawatir jika aku tidak kuliah seakan masa depanku akan hancur.
Padahal dia sendiri yang bilang "sukses itu bukan cuman gelar" tapi benar dia juga pernah berkata "tapi setidaknya Gelar akan membawa nama keluargamu dan dirimu lebih dipandang keatas oleh orang-orang.. memang benar, awalnya menyulitkan tapi, aku tipikal orang yang berusaha walau kehausan tak punya biaya tuk kuliah.. dan satu lagi.. mendiang ayahku mau aku memiliki gelar sepertinya yang s1 malah kalau bisa lebih baik.. jadi.. aku akan teruskan.." Ucapnya waktu itu.
Selama beberapa bulan aku disini aku hanya pergi ke perpustakaan. Sahabat yang menyebalkan itu terus menerus mengirim chat berisi pertanyaan tentang phobia. Padahal aku baru masuk kuliah, Tapi anehnya cara dia menanyakan semua tentang phobia itu selalu berhasil membuatku penasaran.
"Wow.. benar-benar gadis yang rajin ya.." Ucap suara anak cowok yang terdengar dekat. Tapi aku tak melihat siapa-siapa. Perpustakaan ini mulai terasa menakutkan.
***
*Wina POV
"Kepada Sari ya.. ini Untukmu sahabat baikku. Bagaimana kabarmu? Aku baik-baik saja disini. Ini adalah tahun ke tiga ku di Universitas Melodi. Sementara ini adalah tahun pertamamu di Universitas Epistemolog. Aku harap kau baik-baik saja disana trimakasih sudah berusaha mendengarkan saran sahabatmu ini. Aku bahagia dengan keputusanmu untuk melanjutkan kuliahmu meski entah mengapa aku merasa mungkin kau pernah berfikir untuk tidak kuliah. Namun, seperti kataku aku bukan tipikal sahabat yang akan memaksa pilihanmu ataupun memaksa kehidupanmu. Sekarang masih sempat untuk berhenti kuliah jika kau ragu dengan pilihan tuk kuliahmu. Aku akan selalu mendukung keputusan mu selama itu tidak melenceng dari jalan Allah SWT wkwkwk.. keep stay Istiqomah yah.. Dari Wina Sahabat karibmu.. Assalamualaikum.wr.wb" Bacaku lagi setelah menuliskan surat itu.
Benar, kenalkan namaku Wina Junartisa. Aku adalah mahasiswi prodi Seni Musik dari Universitas Melodi. Tinggi badanku naik 1 centi tahun ini 157 yah.. setidaknya aku bersyukur soal itu. Lalu berat badan ku? Aku pikir tidak ada gunanya. Walaupun aku kurus di kost-an saat pulang nnti aku yakin akan kembali berisi.
Kalian tau kehidupanku sebagai mahasiswi prodi seni musik bagaimana? Disini benar-benar menyenangkan, menakutkan, menegangkan, dan membahagiakan. Sebagai mahasiswi seni musik yang mengambil mayor Violin. Maka aku sering berlatih di ruangan divisi String. Benar, jika aku tidak latihan akan ada banyak tatapan menakutkan para kating.
Ah.. iya benar, kalian pasti tidak tau kan apa itu violin? Violin itu sebutan bahasa inggris dari Biola. Dan string merupakan kumpulan alat musik yang dimainkan dengan cara di gesek. Tapi Harpa dipetik sih.. nah, alat musik string yang ada di universitas melodi ada 4 macam. Violin/Biola, Viola, Violoncello/Cello, Dan Contrabass/Double bass.
Nah, sahabatku yang tadi itu. Dia.. hmm.. dia benar-benar sahabat yang terbaik. Ya, aku mengakuinya karena dia memang sahabat baik. Aku masih ingat saat aku sakit dan orang tuaku tidak ada dirumah, ia datang membawa bubuk jahe. Bukankah itu lucu? Ah iya, aku masih menyimpan bubuk jahe itu sampai sekarang karena mengingat tingkah konyolnya yang lucu. Jarang bisa menemukan sahabat seperti itu.
"Aku bahkan bukan apa-apa di hidupnya.. dia juga memiliki banyak teman.. aku sedikit merasa takut suatu saat ia memilih sahabat barunya dibanding sahabat karibnya ini.. apalagi, aku tidak pandai berkata lembut pada teman-teman ku ataupun dia.. omonganku selalu kasar.. hanya lewat tulisan lah mungkin yang akan memperlihatkan jati diriku.. karena itulah aku suka menulis surat"
"Oyy!! Wina!!" Triak salah seorang katingku yang bernama Via. "Astagfirullah.. ngagetin tau kak!!" Ucapku dengan dia masuk dengan tatapan tajam.
"Ngapain duduk ngelamun? Bukannya latihan.. Dah sampai mana latihannya?" Tanya nya.
"Kakak kapan kesini? Dan.. ngapain?" Tanyaku.
"Oh.. gak boleh emang kakak kesini karena dah lulus yah?" Tanyanya lagi dengan aku yang menghela nafas. "Siapa tau kakak datang karena ada keperluan.. wina cuman nanya loh.. jangan ngamuk napa?" ucapku lagi dengan dia tersenyum.
"Coba mainkan etude yang kamu hapal!" Ucapnya membuatku terdiam sejenak. Ada perasaan sesak tidak ingin memainkan apapun. Aku seperti mengalami kekosongan. "Wina pulang deh kak.. tiba-tiba gak mood.." Ucapku menggaruk kepala yang tak gatal.
"Lah.. suruh main etude kok malah mau kabur.. cepat lah tunjukkan ke kakak sampai mana kemampuanmu?" Tanya kak Via membuatku melihatnya. "Kalau begitu anggap saja aku tak memiliki kemampuan malam ini untuk ditunjukkan.. aku sedang merasa tidak ingin memainkannya.. jangan memaksaku.. maaf kak!! Wina mau balek.." Ucapku keluar ruangan dengan membawa violin ku.
"Ada apa win? Kok kek emosi gitu?" Tanya Pito padaku yang langsung berhenti dan menatapnya tajam. "Sebaiknya kau diam!" Ucapku kasar dan pergi keluar dari ruangan string.
Tanpa menyapa para kating yang sedang istirahat. Tanpa sepatah kata, dan penuh emosi yang berapi-api. Sampai 10 meter setelahnya aku terdiam sejenak berhenti dan melihat ruangan itu. "Hampa.. ada kekosongan yang terjadi di hatiku.. feelingku seperti akan ada yang datang.. apapun itu aku harap aku siap.. mengapa insting ku sering kuat sih.." Ucapku ingin berteriak.
"Astagfirullah, astagfirullah, astagfirullah.. ya Allah aku kenapa sih.. duh.. kak Via baru datang main ku tinggal aja lagi.." Ucapku yang kesal sendiri dan mengambil ponsel mengetik minta maaf pada kak via atas kelakuan tidak sopan ku.
Berjalan dimalam gelap.. untunglah kost ku dekat. Saat aku sampai aku mengambil plastik dan berteriak di dalamnya yang kemudian ku letuskan. "Kurasa kapan-kapan ku coba dikelas saja.." Ucapku. Yang secara tiba-tiba lampu kost ku padam aku langsung menghidupkan cahaya ponsel dan melihat sekeliling. Aku bisa mendengar jelas ada yang menekan saklar lampu. "Siapa? Dengar siapapun kau.. sebaiknya jangan menggangguku.. jika kau ingin hidup disini tinggallah disini tapi jangan ganggu aku!!" ucap ku lagi yang menghela nafas.
"Mengapa kau sering menghela nafas?" Tanya suara seseorang seperti diimut-imutkan. "Hei!!.. siapa itu?!!" Bentakku dan tiba-tiba lampu hidup dengan kedatangan tetangga kost-an ku. "Wina.. kau kenapa?" Tanyanya.
"Tidak apa.. aku hanya.. "
"Jangan mematikan lampu jika kau sendiri takut.. jangan teriak-teriak aku sedang istirahat.." Ucapnya dengan aku mengangguk dan kemudian mengunci pintu dan melihat sekeliling. Saat aku ingin menghela nafas aku menutup hidung dan mulutku dan langsung rebahan di kasur. "Kurasa aku akan berhenti menghela nafas.." Batinku dan tidur.
"Sariiiii!! Mau kemana??" Tanya Wati. Dia benar-benar sudah menjadi salah satu teman yang paling cerewet padaku di kampus. "Aku mau ke perpustakaan.. mau ikut?" Tanyaku.
"Boleh.. BTW mu suka banget ke perpus.. baca apaan sih? Masih awal semester gak boleh ambis tau.." Ucap nya dengan aku tersenyum menggaruk kepala ku. "Bukan ambis sih.. hanya saja sahabatku menanyakan tentang phobia padaku.. dia ingin aku yang menjelaskan padanya dibanding harus mencarinya di internet.." Ucap ku.
"Wah.. sahabat ya.." Ucapnya yang berhenti berjalan. Ada apa ini? Drama apa lagi? "Ada apa?" Tanya ku dengan dia mundur "ah.. tidak aku duluan ya.. gk jadi ikut ke perpus.. dah Sari.. semangat!!" Ucapnya pergi.
"Apa yang terjadi padanya?" Tanya ku dalam hati memperhatikan dia yang berjalan dengan sedih. "Auranya sedih.." Ucap ku.
Sampai di perpustakaan aku kembali membaca segala soal phobia. Dan mencoba menghafalnya untunglah aku meningkatkan kemampuan mengingat saat bekerja dua tahun. Tidak sia-sia aku bekerja keras.
Waktu berlalu aku mengembalikan buku yang kubaca ketempatnya dan melihat buku yang bersinar ke arahku. Seperti ada panggilan yang kurasakan yang membuatku menoleh. Kulihat buku itu memiliki cahaya di bagian pola gambar gerbang di bagian covernya. "Tidak Sari.. jangan.. bagaimana kalau itu ilmu hitam?" Ucapku kecil melihat buku itu masih bersinar pola gambarnya.
Tak bisa menahan rasa penasaranku aku pun mengambilnya namun, cahaya dalam polanya langsung menghilang. Aku membuka isi buku dan melihat lembaran dengan gambar permata berwarna-warni yang memiliki nama masing-masing. Apa ini?? Mungkin aku harus meminjamnya?? Sekalian sama buku yang belum selsai kubaca tadi..
"Permisi pak.. Saya mau pinjam buku pak.." Ucapku pada petugas perpustakaan sambil memberikan kartu perpustakaan. "Sari.. ini bukan buku perpus yang satunya.. buku kamu ini gak? Gak ada didata soalnya.." Ucap petugas membuatku terkejut.
"Ah iya pak.. kelupaan.." Aku ingin membaca buku ini.. jika aku tidak bilang ini punyaku, bisa-bisa bukunya ditahan untuk diberikan pada pemiliknya. Hanya sementara kok.. gak lama-lama.
"Sari.. Sari.. ini bukunya.. kembalikan dalam seminggu yah.." Ucap petugas dengan aku mengangguk "trimakasih pak.." Ucapku.
Setelah kuliah selesai. Aku pergi makan diluar sendirian hingga menjelang malam. Sampai di kost-an aku sholat dan kemudian membuka isi buku dan melihat gambar kristal? Permata? Apa ini semua?. "Tolong.. Selamatkan Phile kingdom.." Suara yang kudengar diperpustakaan hari itu membuat bulu kudukku merinding ketakutan. "Tolong.." Ucap Sosok bayangan bulat muncul dibalik lemariku. "Aaaaaaaaaaaaa... Apa itu!!!" Triak ku melemparkan buku itu kearahnya dan pergi kesudut dinding.
Dia terkejut dan dengan bayangan yang menghilang dan mengatakan "maaf maaf maaf.. aku tidak bermaksud mengagetkanmu.." Ucapnya.
"Hewan apa kau.. ah tidak robot macam apa kau?" Tanyaku dengan dia memunculkan dahinya yang memiliki permata pink dengan tubuh berwarna kuning berbulu. "Robot?? Apa itu?" Tanya nya keluar memperlihatkan dirinya sepenuhnya yang bulat itu tanpa tangan tanpa kaki dengan aku yang langsung menunjuknya. "Tetap disitu.." Ucapku.
Aku memperhatikan dia melayang tak menyentuh tanah. Itu artinya..... "HANTUUUUUUU!!!!!!" Triakku langsung melemparinya dengan barang-barang disekitarku sementara dia langsung bersembunyi dan merengek "Aku takut!! Takuut!! Siapapun selamatkan aku!!! Huaaa.." rengekan yang membuatku seketika berhenti melempar.
Buku itu melayang dan mengeluarkan sinar yang membuat bola berbulu itu kembali melihat dan keatas buku itu untuk membaca. "Permata Mnemo ada disekitar sini.. kita harus mendapatkannya!!" Ucap Bola berbulu itu. Namun, tak berapa lama buku itu kembali turun ke lantai dan tak bersinar lagi. "Ummm. Aku rasa dia sudah pergi.." Ucapnya terlihat sedih.
"Kau siapa sebenarnya!!!" Ucapku lagi. Dia menatapku dan melihatku lalu "Namaku Alger.. aku dari Phile Kingdom.." Ucapnya. "Phile kingdom?" Tanyaku mulai duduk karena lelah berdiri disudut ruangan. "Benar, phile kingdom adalah dunia yang penuh dengan kebahagian dengan para penduduk yang memiliki karakter yang berbeda sehingga terciptalah harmoni kasih sayang di phile kingdom.." Ucapnya dengan aku yang memegang kepalaku.
"Sebentar!! Kau pasti gila? Aku tidak tau apa-apa! Mengapa kau kesini.. mengapa kau tidak di kingdommu??" Tanyaku.
"Kami diserang.. penyihir jahat datang menyebarkan kekuatan negatif dan membuat karakter penduduk menjadi kebalikannya.. misalnya saat kau yang biasanya menyukai pengetahuan kau malah jadi sangat membencinya setelah di serang penyihir itu.." Ucap alger.
"Lalu?" Tanyaku lgi.
"Phile kingdom memiliki kekuatan magis pertahanan yang sedang berusaha menetralkan kekuatan sihir penyihir itu pada penduduk tapi, phile kingdom tak cukup kuat.." Ucap nya lagi.
Aku masih diam melihatnya. Dengan ia yang memperhatikan diriku sambil semakin sedih. "Karena itu dia melepaskan Kitab ijabah sebagai solusi menyelamatkan kerajaan kami.. karena itu aku butuh bantuanmu untuk mengumpulkan semua permata yang ada.." Ucapnya lagi dengan aku yang diam dan mengambil selimut.
"Kurasa aku bermimpi.. aku akan coba tidur dan nanti aku akan bangun kembali kedunia nyata.." Ucap Ku dengan dia yang mulai mau menangis. "Huaaaa!! Tolong kami.. bantu lah kami.. bantulah Phile kingdom.. Kitab ijabah memilihmu maka seharusnya kau adalah orang yang tepat.." Ucapnya.
"Apa maksudmu!! Aku tidak dipilih siapapun! Aku memilih pilihanku sendiri!! Sebaiknya kau diam.. dan biarkan aku kembali kedunia nyata!! Kau paham!!" Bentak ku tidur.
***
*Wina POV
"Apa-apaan tadi itu? Menyebalkan sekali aku lelah usai latihan hari ini.. Hei.. biola kapan aku mahir memainkan dirimu??" Monologku pada diri sendiri.
"Makan udah, minum udah, sholat udah, tidur lah lagi.. duh capek banget!! Ah iya benar tugasku.. ah biarlah dulu.. masih bisa besok.." Ucapku santai dan mematikan lampu namun ada sebuah sinar yang melayang yang membuatku langsung menghidupkan lampu kamar.
"Apa ini!!!" Ucapku melihat buku dan melihat banyak gambar permata. "Kau terpilih .. tolong selamatkan phile kingdom!!!" Ucap bola berbulu berwarna hijau dengan permata biru dikeningnya, memiliki mata dan bisa melayang di udara serta memiliki mulut. Aku langsung mengambil buku itu dan melihat bola berbulu yang bisa berbicara itu baik-baik. "Siapa namamu?" Tanyaku.
"Elpida.. aku mohon.. bantulah kami.. phile kingdom dalam bahaya.." Ucapnya membuatku bingung menaikkan alis kiriku. "Duh.. kurasa aku mulai gila karena sering menonton Pretty Cure kau pasti halusinasiku lagi.. tapi mengapa bentukmu sangat simple? Bulat.." Ucapku dengan dia tiba-tiba seperti ingin menangis.
"Huaaaaaa!!! Toloooonggg!!! Selamatkan phile kingdom kami!! Penduduk kami semuanya dibekukan dan sekarang mereka ada di daerah sekitar sini didunia kalian sebagai permata yang memberi rasa takut.. huaa.. jika kita tidak menetralkan sihir di dalam permata dengan segera.. akan semakin banyak korban.." Ucapnya.
"Korban macam apa?" Tanyaku.
"Akan ada banyak orang yang kehilangan rasa sukanya pada suatu hal dan menjadi sangat membencinya.." Ucap Elpida itu namanya tadi kan?
"Maksudmu?" Tanyaku.
"Ketakutan berlebihan pada suatu hal secara tidak masuk akal.." Ucapnya dengan aku langsung melebarkan mata.
"Phobiaaa????!!! Maksudmu manusia dibumi akan mulai memiliki phobia yang begitu banyak begitu?" Tanyaku.
"Benar.. yang aku takutkan adalah jika yang dipengaruhi permata gelap itu kehilangan kendali dan menyerah pada hidupnya.. maka permata kami akan lenyap dan kami tidak bisa menyelamatkan penduduk kami ataupun phile kingdom.." Jelasnya lagi.
"Sebentar.. jadi.. dimana letak Phile kingdom kalian itu?" Tanyaku.
"Dimensi kami berbeda dengan kalian.. sulit untuk menjelaskannya.." Ucapnya lagi.
"Siapa yang kau sembah?" Tanyaku penasaran.
"Sembah?" Tanyanya.
"Jangan jangan kau atheis??!!" Tanyaku yang langsung mengambil bantal.
"Atheis?" Tanyanya lagi. Sepertinya dia berbeda dari atheis yang tak mengakuinya adanya tuhan. Sepertinya dia itu tidak tau akan ilmu tauhid. Tapi... "Ini buku apa?" Tanyaku.
"Yang menyerang kami adalah seorang penyihir.. phile kingdom juga memiliki sihir dan mencoba menghentikan penduduk yang berkelahi dan menghancurkan phile kingdom.. mereka sudah dibawah pengaruh penyihir sehingga tak perduli bagaimana masalalu mereka dahulu.. sihir perlindungan phile kingdom membuat mereka membeku namun penyihir itu malah membuat semua permata yang ada pada mereka terlepas dan dikirim ke dunia kalian dimensi manusia.. karena itu sihir phile kingdom pun menciptakan satu kitab ijabah yang membawa kami kemari.."
Kami siapa sih. Dia dari tadi sendiri loh.. "kau dari tadi bilang 'kami' itu siapa? Kau dari tadi sendirian kan? Jangan-jangan kau punya khodam yah?" Tanya ku.
"Khodam apa itu?" Tanyanya lagi. Sepertinya dia memang tidak tau tentang makhluk astral. "Aku dan Alger terpisah.. huaaaaa.. aku sekarang tidak tau dia dimana.. bagaimana ini.." Ucapnya.
"Alger siapa?" Tanyaku.
"Kakak kandungku.." Ucapnya dengan mata berkaca-kaca. Mengapa aku harus bertemu dengan makhluk seperti ini. Cengeng seperti anak kecil.. benar-benar menyebalkan. tapi dia juga begitu imut sih. Aku mengambil Kitab ijabah dan melihat gambar-gambar disana. "Agora? Mengapa namanya seperti awalan dari phobia?" Tanyaku.
"Apa itu phobia?" Tanyanya.
"Yang kau katakan tadi.. ketakutan berlebihan pada suatu hal yang tidak masuk akal.." Terangku. Aku melihat lihat beberapa nama dan permata tidak terlihat jelas. "Jadi apa yang harus kulakukan untuk membantumu?" Tanyaku.
"Kau harus mencari orang-orang yang memakai permata itu dan memiliki ketakutan berlebihan dan buat dia kembali seperti manusia normal pada dasarnya.." Ucapnya.
"Tapi menurutku phobia bukan sesuatu yang tidak normal.. bukan berarti sesuatu hal yang biasa itu normal.. phobia adalah karakter beberapa orang.. " Ucapku.
"Tapi bukankah jika fatal bisa merenggut nyawa?" Tanyanya.
"Beberapa iya beberapa juga tidak.. baiklah.. aku akan membantu.. tapi biarkan aku tidur dulu.. aku perlu istirahat.." Ucapku lelah.
Dia terbang dan mendekat padaku seperti memelukku "trimakasih.. wina.. trimakasih!!" ucapnya merengek menangis bahagia. "Bagaimana kau tau namaku?" Tanyaku.
"Suratmu untuk sahabatmu.. ada namamu disitu.." Ucapnya.
"Kau membacanya?!!!!!!!" ucapku menatap tajam dengan dia yang langsung bersembunyi di belakang lemari. "Maaf.. aku penasaran banget soalnya.." Ucapnya.
"Yasudahlah.. fiuh.. Sebenarnya ada yang ingin kutanyakan tapi.. aku mengantuk.. aku tidur dulu yah.." Ucapku tidur.
"Alger.. aku sudah menemukan orang yang tepat yang mau membantu kita.. aku harap kau baik-baik saja dimanapun kau berada.." Ucap Elpida dengan suara imutnya itu membuatku tersenyum kecil.
Aku pergi pagi-pagi sekali hari ini agar tidak membangunkan makhluk bulat yang masih di kost-an ku itu. Jika diingat raut wajah bulatnya itu memang benar-benar sedih. Tapi, aku tidak ingin berurusan dengan hal seperti itu. Bagaimana jika nantinya aku mati karena melawan penyihir itu?? Andai Wina ada disini dia pasti sudah menerima yang dikatakan makhluk berbulu itu. "Hei awas!!!" Ucap seseorang yang hampir menabrak ku dari belakang dengan membawa banyak buku. Dia meletakkan buku-buku itu ke rak. "Oh.. kau tidak terkena buku yang jatuh kan?" Tanyanya. Aku diam melihatnya dia tampan dan sedikit cool. Fashionnya juga tidak kalah dengan kebanyakan orang. Tipe Wina..
"Tidak.. tapi, kenapa kakak membawa banyak buku seperti itu?" Tanyaku.
"Aku mencari sesuatu yang hilang yang sangat berharga bagiku.. sudah 2 tahun aku mencarinya.." Ucapnya.
"Aaa.. aku sudah mau masuk kelas.. duluan yah kak.." Ucapku.
"Eh.."
Sesuatu yang hilang yang sangat berharga baginya. Bagaimana kalau yang dia maksud adalah buku itu? Kitab ijabah? Aku akan tanyakan pada Makhluk bulat itu siapa sebenarnya pemilik buku itu. Mungkin buku itu bukan memilihku melainkan memilih senior tadi. Tapi.. dia bilang 2 tahun.. dia semester berapa? "Ngapain aku mikirin dia.. udah ah yang penting nanti ku pastikan dulu.." Ucap ku kecil memasuki kelas.
Selama dikelas aku memperhatikan Wati yang termenung dan mencoret-coret kertasnya. Sudah jelas sejak kemarin dia seperti kehilangan semangat. Apa yang terjadi padanya?
"Permisi.." Ucap seorang senior cowok mengetuk pintu. Anehnya seketika aku merinding dengan kedatangannya dan entah bagaimana dia menatapku tajam namun kemudian tersenyum. "Menakutkan" batinku.
Dia berbicara dengan dosen dan kemudian saat akan pergi dia melihat ke arah Wati. "Hei.. ada apa? Buk dosen.. liat nih buk.. dia menangis.." Ucap senior aneh itu. Bukankah seharusnya dia diam saja.
"Ada apa Wati?" Tanya buk dosen yang langsung membuat Wati melihat ke arah depan dan baru sadar ia ditatap semua orang. Seketika itu juga dia langsung berteriak seperti kesurupan dan melempar semua isi tasnya mengusir semua orang. Dia mengacak-ngacak rambutnya dan terus berkata "nggak-nggak!!! Gak mau!!! Berhenti!!!!!!" Teriaknya yang kemudian pingsan. Senior itu mencoba membangunkan lalu mengantarnya ke klinik terdekat. Dosen meminta aku untuk menemani senior itu mengantarnya. Mataku membelalak bingung gak mungkin aku nanya "kenapa aku?" kan?.
Sampai klinik senior itu memperhatikan ku secara terus menerus.. "sial.. dia benar-benar membuatku risih" Gerutu ku kecil. "Siapa namamu?" Tanyanya.
"Tadi.. jika aku tidak salah dosen memanggilmu Sari??" Tanyanya.
"Iya kak.."
"Kau sering ke perpustakaan?" Tanyanya.
"Iya benar kak.." Ucapku lagi sepertinya sering ke perpustakaan malah menambah pusat perhatian. Apa aku harus berhenti saja ke perpustakaan?
"Cih.. gadis-gadis maba seperti kalian pasti datang ke perpustakaan karena ingin melihat ketampanan dia kan?" Tanya nya.
"Dia?? Siapa kak?" Tanyaku dengan wajah bingung.
"Kau tidak tau? Namanya kau pasti pernah dengar nama Dika Swaramaya.. setidaknya kau pasti salah satu penggemarnya.." Ucapnya lagi dengan aku yang hanya diam berpikir keras siapa nama itu?
Dia menghela nafas dengan posisi nya yang masih duduk melipat tangannya itu. "Dia itu bukan lelaki yang baik jadi sebaiknya kau hati-hati.." Ucapnya yang kemudian melihatku yang masih menatapnya dengan penuh kekosongan karena benar benar tidak mengerti dengan apa yang ia bahas.
"Kau benar-benar tidak tau??" Tanyanya lagi.
"Maaf kak.. kurasa kakak salah paham.. aku benar-benar tidak pernah mendengar nama itu.. selama aku disini aku baru bergaul dengan beberapa orang contohnya gadis yang pingsan ini.. dan, alasanku ke perpustakaan juga karena sahabatku.." jelasku.
"Aaa.. jadi kau memotretnya diam-diam dan memberikan foto-foto tampannya pada sahabatmu?" Tanyanya.
"Tidak.." satu kata itu ternyata membuatnya terkejut dengan menatap mataku. Tatapan itu seakan mengatakan "aneh.. tapi keren" aku tau aku ini memang keren hehehe. "Sahabatku ingin aku menjelaskan soal phobia padanya secara langsung.. dia tak mau jika harus mencarinya di internet.." Jelasku.
"Phobia?!" Aneh, wajahnya tiba-tiba redup dan menatapku tajam dan tak suka. "Untuk apa?" Tanyanya.
"Dia memang suka mempelajari soal phobia kak sejak dulu.. karena itu.." Ucapanku yang belum kelar diselanya.
"Memangnya dia mau apa setelah mengetahuinya? Bukankah tidak masalah jika seseorang memiliki phobia pada suatu hal?" Tanyanya.
"Aku pikir juga begitu.." namun seketika aku mengingat perkataan Wina. "Tapi.. sahabatku itu mengatakan ada beberapa orang yang mungkin akan mengakhiri hidupnya jika tidak segera disembuhkan.." Jelasku.
"Cih.. orang-orang seperti kalian ini benar-benar menyebalkan yah.." Ucap nya menatap Wati dan menghela nafas.
Seketika Wati membuka mata dan melihat senior yang menatapnya tajam. "Aaaaaaaaaa!!!! Berhenti!! Jangan menatapku seperti itu!! Aku tidak bersalah!!! Berhenti menatapku!!! Berhenti menyalahkan ku!! Hentikan!! Aku tidak bersalah!!!" Teriakannya yang berakhir dengan menundukkan kepala dan kaki yang iya tekuk dan peluk erat. Kami berdua terkejut dan senior cowok memeluknya. Well, dia mencari kesempatan kan??
"Hei.. tenanglah!! Tidak apa!! Aku tau perasaanmu.. maaf aku tak sengaja menatapmu seperti itu.. aku hanya sedang terkejut senang kau bangun.. tenanglah yah.." Ucapnya menenangkan. Sial.. Aku.. tidak tau cara menenangkan orang..
"Aku akan panggilkan dokter.." Ucapku keluar kamar pasien. Dokter pergi keruangan sementara aku duduk di lorong rumah sakit tepat didepan kamar pasien tempat wati di tempatkan. "Aku mengambil jurusan BK.. bagaimana jika suatu saat ada seorang murid yang memiliki psikis seperti itu? Apa yang akan ku lakukan?" Ucapku menundukkan kepalaku. "Cih.. padahal itu hal yang mudah, kau hanya perlu mengatakan kebohongan dimana akan ada orang yang mensupportnya dan orang-orang mencintainya.. apa itu sangat sulit bagimu?" Tanya senior itu tiba-tiba berdiri bersandar didinding sebelah pintu.
"Apa maksud kakak?" Tanyaku yang langsung teringat bagaimana Wina selalu mengatakan akan mendukungku dan mensupport ku.. "cih.. apa kau bodoh? Kau tau? didunia ini tidak ada manusia yang benar-benar tulus.. mereka semua hanya mengatakan semua itu karena itu adalah kewajiban omong kosong belaka.." Ucapnya.
"Aku pikir kakak salah.. seseorang berkata padaku, bahwa jika seseorang meragukan ketulusan kata-kata orang lain.. maka itu karena dialah yang tidak pernah benar-benar menemukan arti ketulusan.. jadi kurasa.. kakak! Kau harus mencari apa arti ketulusan dulu.." Ucapku mendorong tuas pintu. "Kau begitu percaya pada kata-kata sahabatku yah.. memangnya kau tidak pernah dikecewakan olehnya?" Tanya senior itu membuatku diam dan menghela nafas. "Yang kuingat dia sangat sering menyakiti dirinya karena kami.." Ucapku masuk dengan membanting pintu ruangan itu hingga membuat dia, Wati, suster, dan dokter yang terkejut. "Ada apa Sar??" Tanya Wati. "Ah.. maaf.. aku tadi bertemu seseorang yang menyebalkan.
"Bagaimana keadaanmu?" Tanyaku
"Sudah lebih baik kok.. maaf yah membuat mu khawatir.." Ucapnya.
"Syukurlah.. ayah ibumu akan segera datang.. saat itu aku akan pulang.." Ucapku.
"Ah.. iya baiklah.." Ucapnya.
Dokter dan suster pergi meninggalkan kami. Wati diam dan bertanya "apa kau tau sesuatu mengapa aku seperti itu?" Tanyanya.
"..." Aku memilih tuk diam. Karena yang ku tau mnemophobia adalah kasus dimana seseorang ingin melupakan masa lalunya. Dan aku pikir masa lalunya berhubungan dengan tatapan semua orang dan ia mungkin dulu tak memiliki sahabat.
Tiba-tiba pintu terbuka dan ayah ibunya datang. Ibunya langsung memeluknya dan bodyguard nya yang bukan hanya satu. "Kurasa sudah waktunya aku pulang.. aku duluan yah.. om, tante.. Sari pilang dulu yah.. udah malam juga.." Ucapku.
"Paman.. tolong antarkan Sari ke kost nya dengan selamat.." Ucap Wati.
"Tidak-tidak! Jangan!" ucapku dengan dia yang langsung mengatakan.
"Ayolah! Kau menghabiskan waktumu disini karena aku.. biarkan bodyguard kami mengantar mu.." Ucapnya dengan aku yang diam.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!