NovelToon NovelToon

Benih Papa Syerkhan

Bab 1

Syifa, gadis cantik dengan tubuh ideal dan tinggi 150 cm, sedang menyisir rambut panjangnya di depan cermin sambil bernyanyi lagu kesukaannya. Senyum tipis menghiasi bibirnya, namun raut wajahnya sedikit muram. Matanya menerawang ke cermin, seakan sedang memikirkan sesuatu.

"Kok, Anggi tidak ada kabar, ya?" gumam Syifa sambil menatap layar ponselnya.

Ya, sang kekasih sudah beberapa hari tidak bisa dihubungi. Sehingga dia berniat akan berkunjung ke rumah sang pacar pagi ini, dan ia harus bolos kerja hanya untuk bertemu Anggi. Syifa menggigit bibir bawahnya, matanya berkaca-kaca. Rasa cemas mulai menggerogoti hatinya.

Syifa dan Anggi sudah berpacaran selama 12 tahun, dari gadis itu masih SMP. Ya, mereka belum menikah, karena Anggi ingin mandiri mengumpulkan uang sendiri. Padahal, orang tuanya konglomerat di kota ini. Namun, dia tidak mau mengunakan uang dari sang papa sepeserpun.

"Aku minta libur dulu deh, hati ini tidak tenang. Apakah dia saki?" ucap Syifa dengan cemas, suaranya bergetar.

Gadis itu bergegas pergi dari rumahnya, menuju rumah calon mertuanya. Ya, dia sudah tidak memiliki siapapun lagi di dunia ini. Sebab, ayah dan ibu Syifa sudah meninggal dunia dari dia masih SMP.

Setelah sampai di rumah Anggi, Syifa langsung mengetuk pintu. Pelayan langsung membukanya.

"Pagi Non, ke mana saja? Sudah lama tidak kemari?" sapa pembantu tersebut dengan ramah.

Syifa tersenyum, matanya berbinar-binar. "Pagi Bik," jawabnya, lalu berjalan masuk ke dalam bersama pembantu itu. Mereka bercerita bersama karena sudah satu minggu tidak bertemu.

"Kebetulan semua sedang sarapan, Non datang saja ke sana," ucap pembantu tersebut.

"Baik Bik," jawab Syifa dengan lembut.

Gadis itu berjalan menuju ruang makan dan berdiri. Sebab, sang kekasih tengah makan bersama keluarga. Melihat itu, Syifa merasa sedikit sakit dan sedih. Matanya berkaca-kaca, bibirnya mengerucut.

'Bahagia sekali dia, andai saja aku bersama keluarga ku. Pasti sudah bahagia,' batin Syifa lirih, matanya berkaca-kaca.

Syerkhan melihat kedatangan Syifa. Dia tersenyum dan langsung menghampiri gadis itu.

"Anak papa datang, dari mana saja?" tanya Syerkhan dengan lembut.

Pria itu mencium puncak kepala Syifa. Semua orang langsung menoleh, termasuk Anggi.

"Sayang, duduk sini!" pinta Dila dengan lembut.

Syifa tersenyum dan berjalan bersama Syerkhan, duduk di samping pria itu. Calon mertuanya sangat menyayanginya.

"Ayo makan sayang," ucap Syerkhan dengan lembut, sambil memberikan nasi berserta sayur dan daging untuk Syifa.

"Terima kasih Om," ucap Syifa dengan lembut.

Syerkhan tersenyum dan mengelus-elus kepala Syifa dengan lembut. Dia sudah menyayangi gadis itu sejak pertama bertemu.

"Syifa berangkat ke kantor sama Papa saja, ya?" ucap Miranda dengan lembut.

Syifa menganggukkan kepala. Dia selalu menuruti keinginan calon mertuanya. Walaupun dia sebenarnya ingin libur hari ini.

"Kalian bertengkar?" tanya Syerkhan.

Sebab, Anggi dan Syifa hanya diam dan tidak saling pandang. Karena hal ini, Syerkhan mengambil kesimpulan bahwa sang anak bertengkar dengan calon menantunya.

"Tidak Pa, hanya saja ada sedikit salah paham," jawab Anggi.

Syifa terdiam. Karena seingatnya, mereka tidak memiliki masalah apapun saat terakhir bertemu dan komunikasi.

"Selesaikan sebelum berangkat bekerja. Ingatlah tahun depan kalian akan menikah. Jangan lupa usahamu selama ini," ucap Syerkhan dengan lembut.

Pria itu sangat menginginkan pernikahan sang anak. Namun, Anggi keras kepala, sama sepertinya.

"Baik Pa, ayo Syifa!" Anggi bergegas pergi dari sana dan diikuti oleh Syifa dari belakang.

Syifa merasa ada yang aneh pada Anggi. Karena dia memang merasa mereka baik-baik saja. Tidak ada masalah atau selisih paham.

Setelah sampai di kolam renang, mereka duduk di bangku berhadapan. Anggi mulai menjelaskan semuanya.

Kalau pria itu belum siap menikah tahun depan, sedangkan Syifa sudah siap. Bahkan, sekarang umurnya sudah 25 tahun.

"Baiklah. Tapi, aku tidak bisa berjanji akan bersabar kalau harus menunggu lima tahun lagi!" Syifa bergegas pergi dari sana.

Sebab, dia kecewa pada Anggi yang selalu menunda pernikahan yang mereka rencanakan sejak SMA.

'Apa maksud dia? Kalau tidak mau menikah, kenapa tidak membatalkan saja, atau putuskan hubungan kami!' geram Syifa dalam hatinya.

Gadis itu sangat kesal, sehingga dia tidak kembali ke ruang makan, melainkan duduk di ruang tamu sambil menenangkan diri.

Syerkhan tersenyum saat melihat yang dicari ada di sofa. Dia langsung menghampirinya, kemudian mencium pipi gadis itu.

"Sudah selesai masalahnya?" tanya Syerkhan dengan lembut.

"Sudah," jawab Syifa dengan lembut.

Gadis itu tidak canggung lagi dicium oleh Syerkhan. Dia sudah menganggap pria itu sebagai ayahnya.

"Sana pamit pada mama, setelah itu kita langsung ke kantor, karena ada meeting pagi ini," ucap Syerkhan dengan lembut.

Syifa bergegas pergi dari sana. Dia tidak ingin membantah ucapan Syerkhan. Sebab, pria itu sudah membiayai kehidupannya selama enam tahun.

"Tante, saya pergi dulu ya? Sama om," ucap Syifa dengan lembut.

Gadis itu menghampiri calon mertuanya dan mencium tangan wanita itu dengan sopan. Dila mengecup pipi Syifa dengan lembut.

"Malam Sabtu menginap di sini, ya?" ucap Dila dengan lembut.

Syifa menganggukkan kepala. Karena sudah satu minggu dia tidak menginap, sebab ada banyak pekerjaan di kantor.

"Besok Syifa akan menginap selama dua hari di sini," ucap Syifa dengan lembut.

Dila menganggukkan kepala dan memeluk Syifa. Dia berharap gadis itu bisa tinggal di rumahnya secepatnya.

"Ya sudah sana, kamu pergi. Kasihan papa menunggu," ucap Dila dengan lembut.

"Baik, pergi dulu Tante." Syifa bergegas pergi dari sana.

Gadis itu berjalan ke luar dan masuk ke dalam mobil Syerkhan, yang sudah terparkir di halaman rumah.

Syifa duduk bersama Syerkhan di belakang, dengan yang dekat duduk bersebelahan. Terlihat mereka seperti sepasang kekasih, kalau orang yang tidak tahu hubungan mereka.

"Apa ini?" tanya Syerkhan.

Pria itu melihat kuku Syifa panjang dan berwarna hijau muda. Gadis itu langsung diam dan membuka mata lebar-lebar. Dia lupa memotong kuku. Walaupun sebenarnya, dia sengaja memanjangkan kuku agar dia terlihat lebih cantik.

"Kuku," jawab Syifa dengan lembut.

Syerkhan tahu kalau itu kuku. Namun, maksudnya dia membicarakan mengapa kuku itu panjang.

"Nanti, jangan masuk ke ruangan mu dulu. Kita ke ruangan kerja papa," ucap Syerkhan dengan lembut. Namun, tegas.

Membuat Syifa tidak bisa menolak, atau membantah lagi. Kalau pria itu sudah berbicara.

'Ya ampun, mana aku baru mewarnai kuku ini kemarin,' batin Syifa.

Syerkhan duduk sambil memegang tangan Syifa dengan lembut. Dia dapat mencium aroma tubuh gadis itu yang sangat harum. Syerkhan mengerutkan kening, matanya terpejam sejenak.

'Apa yang aku pikirkan, seharusnya aku tidak berpikir hal seperti ini,' batin Syerkhan.

Entah mengapa, tiba-tiba ada pikiran liar yang masuk ke dalam pikirannya pada Syifa. Padahal, gadis itu adalah calon menantunya.

Setelah sampai di kantor, Syerkhan langsung membawa Syifa masuk ke dalam ruangannya. Semua karyawan sudah terbiasa oleh pemandangan seperti itu. Karena sejak Syifa bekerja di sini, sang bos sudah bersikap seperti itu.

Mereka semua juga tahu, kalau Syifa adalah tunangan Anggi, anak dari sang CEO yang terkenal egois itu.

BERSAMBUNG.

bab 2

Syifa duduk di sofa, matanya menerawang ke arah pintu. Rasa cemas menggerogoti hatinya. Dia menggigit bibir bawahnya, sesekali menghela napas. Dia menunggu Syerkhan, entah apa yang akan dilakukan pria itu. Yang jelas, ia harus menunggu calon mertuanya.

Sebab, kalau dia kabur maka Syerkhan akan marah dan menghukumnya seperti biasa kalau dia membuat kesalahan.

"Aku tidak mau sampai di hukum lagi," ucap Syifa dengan pelan, agar Syerkhan tidak mendengarkannya. Bibirnya mengerucut, matanya berkaca-kaca.

Tak berselang lama, Syerkhan kembali dan duduk di samping Syifa sambil membawa jepit kuku.

"Astaga! Om, Syifa baru kemarin mewarnai kuku ini," ucap Syifa dengan keras, karena dia terkejut. Matanya terbelalak, tangannya menutup mulut.

"Kamu lupa sepertinya," ucap Syerkhan dengan tenang.

Syifa mengingat, kalau Syerkhan tidak menyukai gadis yang berkuku panjang, apa lagi yang di warnai seperti ini.

"Om, sebenarnya mau mencari menantu apa istri? Kenapa, Syifa harus seperti kemauan Om? Padahal, Anggi saja tidak masalah?" tanya Syifa sambil menatap wajah pria itu. Matanya berbinar-binar, seakan menantang.

Syerkhan tersenyum, kemudian menatap wajah Syifa dengan dalam. Kemudian membisikan sesuatu di telinga gadis itu.

"Kalau kalian sudah menikah. Pasti, Anggi akan bersikap sama seperti papa. Sebab itulah, papa mengajarkan mu dari sekarang," bisik Syerkhan.

Syifa diam, dan menyodorkan tangan agar calon mertuanya yang memotong kukunya. Syerkhan tersenyum, matanya berbinar-binar.

"Anak gadis papa ini, memang tidak pernah berubah. Selalu meminta papanya memotong kuku," ucap Syerkhan dengan lembut.

Syifa tersenyum. Dia bahagia bisa memiliki Syerkhan yang menganggapnya sebagai anak sendiri. Padahal, mereka baru mengenal 12 tahun.

"Terima kasih banyak Om, karena semua yang Om berikan pada Syifa," ucap Syifa dengan lembut.

Syerkhan tersenyum, dan melanjutkan pekerjaannya. Tiba-tiba saja pintu ruangan terbuka. Ternyata sang Asisten yang membukanya.

"Maaf, aku mengganggu," ucap Temo dengan lembut.

Pria itu berbalik badan, dan hendak menutup pintu. Namun, terhenti saat Syerkhan berteriak.

"Kau seperti tidak mengenal kami!"

Temo tersenyum dan berbalik badan kembali. Kemudian dia berjalan masuk dan duduk di antara mereka berdua.

"Ini ada berkas penting yang harus di tandatangani, dan aku juga mengantarkan berkas ke ruangan mu Nona," ucap Temo dengan tegas.

Syifa tersenyum dan menatap wajah Syerkhan yang terus membaca isi berkas tersebut. Dia bangun, kemudian berjalan dengan perlahan. Agar dia bisa kabur. Namun, sayang sekali karena pria itu tahu dia akan melarikan diri.

"Jangan kabur! Tetap di sini!"

Syifa cengengesan, dan kembali duduk di samping Syerkhan. Kemudian pria itu memberikan berkas tersebut pada Temo.

"Bacakan semuanya, aku masih harus memotong kuku Syifa," ucap Syerkhan.

"Baik, Bos!" jawab Temo dengan tegas.

Syerkhan mendengarkan semua ucapan Temo sambil memotong kuku Syifa, dengan sangat rapi. Sebab, gadis itu selalu dia yang memotong kukunya.

"Kakinya," ucap Syerkhan.

"Tidak bisa, karena Om Temo ada di sini. Tidak bisa kalau Syifa tidur," jawab Syifa.

Temo langsung berhenti membaca berkas tersebut. Kemudian menatap wajah gadis itu dengan tajam.

'Apa senarnya mereka memiliki hubungan. Tapi, tidak mungkin,' batin Temo bingung.

"Kau, mengusir ku Nona?" tanya Temo dengan pelan.

Syifa tersenyum kemudian menjelaskan apa maksudnya. Dia tidak berniat akan menyinggung perasaan Temo.

"Baiklah, sebentar lagi siap," ucap Temo.

Pria itu membaca semua isi berkas sampai selesai, dan dia langsung pergi. Karena, tidak mau menganggu pasangan itu.

Ya, Temo seringkali menjodohkan Syerkhan dan Syifa yang menurutnya sangat romantis. Walaupun dia tahu sang bos sudah memiliki istri.

Setelah kepergian Temo, Syifa langsung tidur di sofa dan Syerkhan langsung memotong kuku kaki gadis itu sampai selesai.

"Akhirnya selesai juga. Tapi, ini mahal om, baru saja kemarin Syifa warnai," ucap Syifa dengan lembut.

Syerkhan hanya diam, sambil membangunkan Syifa. Kemudian, dia memberikan gadis itu cincin emas yang cantik.

"Ini, untuk apa Om?" tanya Syifa dengan lembut.

"Ambil saja! Anggap dari papa, untuk anaknya," jawab Syerkhan dengan lembut.

Syifa tersenyum dan langsung menggunakan cincin itu. Entah sudah berapa kali Syerkhan memberikannya cincin selama mengenalnya, sedangkan Anggi sama sekali tidak pernah memberikan apapun.

"Terima kasih Om," ucap ucap Syifa.

"Jangan panggil om lagi, papa saja!" pinta Syerkhan.

Syifa tersenyum dan memeluk Syerkhan. Pria itu sama seperti ayahnya dulu, yang sangat menyayanginya.

"Baik Papa, Syifa kembali bekerja dulu."

Syifa melepaskan pelukannya, kemudian bergegas pergi dari sana. Karena, masih banyak pekerjaannya.

Syerkhan memegang jantung yang berdebar-debar, karena Syifa memeluknya tadi. Namun, dia langsung menempis rasa yang seharusnya tidak ada.

"Ingatlah, dia adalah anakmu," ingat Syerkhan pada diri sendiri.

. . .

Syifa duduk di ruangan kerjanya, sambil terus mengerjakan pekerjaan yang masih menumpuk. Kemudian, dia menyempatkan diri untuk membaca berkas dari Temo tadi.

"Ya ampun, ternyata aku dan om papa, harus ke luar kota?" ucap Syifa.

Gadis itu merasa malas pergi ke luar kota, meninggalkan sang kekasih sendiri di sini. Namun, dia harus pergi karena ini demi pekerjaannya.

"Tidak apa-apa, perginya juga masih Minggu depan. Jadi, aku masih bisa menghabiskan waktu bersama Anggi Minggu ini," ucap Syifa dengan lembut.

Gadis itu kembali menyelesaikan tugas, dengan baik dan rapi. Sebab, ia takut Syerkhan akan marah padanya, jika tidak menyelesaikan tugas dengan benar.

. . .

Anggi sedang mengerjakan pekerjaannya, sebagai pebisnis online. Pria itu menjual berbagai macam model baju wanita dan pria. Usahanya pun sudah berjalan lancar dan berkembang.

"Apa aku katakan saja! Kalau, aku memberikan kejutan pada Syifa, pernikahan kami tetap akan diakan tahun depan?" ucap Anggi.

Pria itu memang sengaja membuat Syifa kesal, karena dia ingin memberikan kejutan pada sang kekasih hatinya.

"Aku bisa sesukses ini, karena dukungannya dan semangat yang dia berikan padaku," ucap Anggi.

Pria itu sangat senang, karena bisa memiliki Syifa. Dia tidak sabar akan menikahi gadis itu dan menjadikannya ratu di rumahnya kelak.

"Anggi!" panggil seorang wanita mudah dan cantik.

Anggi langsung menoleh dan melihat gadis itu. Kemudian, dia hanya diam tidak menjawab panggilannya. Sebab, wanita tersebut adalah rekan kerjanya.

"Anggi, tadi gue ada kasih lits pesanan sama elo, 'kan?" tanya Juwita sambil memperlihatkan pesanan orang.

"Ada," jawab Anggi.

Juwita bernafas lega, karena dia hampir saja kehilangan pelanggan karena keteledorannya sendiri.

"Anggi, elo jangan kelamaan nikahin Syifa, takutnya dia di ambil sama orang," ucap Juwita.

Anggi langsung menatap tajam ke arahnya. Gadis itu langsung bergegas pergi dari sana, karena tahu kalau Anggi akan marah padanya.

'Apa benar yang di ucapkan oleh Juwita?' batin Anggi sambil berpikir.

Pria itu langsung memikirkan apa yang di ucapkan oleh Juwita. Karena sejujurnya dia sangat mencintai Syifa dan takut kehilangannya.

"Aku tidak akan membuatnya di ambil orang lain, karena dari dulu dia sangat mencintai ku, dan kami sudah berjanji dan bersumpah bersama," ucap Anggi.

Pria itu mengingat sumpah yang mereka ucapkan bersama, dan sampai sekarang masih menjalin hubungan.

BERSAMBUNG.

Bab 3

Tepat pada hari Sabtu ini, Syifa berkunjung ke rumah calon mertuanya. Dia sudah berjanji akan menginap pada hari Sabtu dan Minggu, dan rasa gugup mulai menggerogoti hatinya. Syifa mengendarai motornya, matanya sesekali melirik ke spion, memastikan jalanan aman. Dia tidak ingin terlambat sarapan bersama calon keluarga barunya. Bibirnya sedikit mengerucut, tangannya menggenggam erat stang motor, seakan ingin meredam rasa gugup yang mulai menjalarinya.

Sesampainya di rumah calon mertuanya, Syifa langsung turun dari motor dan berjalan menuju ruang makan. Saat dia berjalan, tiba-tiba ada tangan yang menarik pinggangnya. Sontak, gadis itu terkejut, matanya terbelalak.

"Siapa?" tanya Syifa, suaranya sedikit gemetar.

Gadis itu berbalik badan, dan melihat Anggi yang memeluknya dari belakang. Senyum bahagia langsung merekah di wajah Syifa, matanya berbinar-binar.

"Aku sudah menunggu mu sejak tadi, apakah di luar macet?" tanya Anggi pada sang kekasih.

Syifa menggelengkan kepala, dan mereka berjalan menuju ruang makan. Kemudian, duduk di sana.

"Pagi semuanya," ucap Syifa dengan lembut, matanya berbinar-binar.

"Pagi juga, sayang," jawab Syerkhan dan Dila bersamaan.

Syifa tersenyum, dan dia mulai mengisi piringnya dengan lauk pauk. Kemudian, memakan sarapan sampai habis.

"Semuanya, Minggu depan, papa akan ke luar kota bersama Syifa," ucap Syerkhan dengan lembut.

Semua yang ada di sana tersenyum dan mengangguk tanda setuju, karena Syifa dan Syerkhan sering pergi ke luar kota berdua.

"Sayang, aku pergi kerja dulu. Kamu di sini sama Papa dan Mama, ya?" ucap Anggi dengan mesra, tangannya mengelus lembut rambut Syifa.

"Baik," jawab Syifa dengan manja, matanya berbinar-binar.

Anggi bangun dan mengelus-elus kepala Syifa dengan lembut, kemudian dia mencium tangan mama dan papanya, baru ia bergegas pergi dari sana.

Setelah kepergian Anggi, Dila bangun dan mencium Syifa kemudian memberikan gadis itu kunci kamar tamu.

"Kamu di rumah sama Papa dulu. Karena, mama ada arisan sama teman-teman mama," ucap Dila dengan lembut.

"Baik, Mama," jawab Syifa dengan lembut.

Dila minta maaf, karena dia memang ada arisan setiap Minggunya dan Syifa sudah mengerti sehingga dia memberikan wanita paru baya itu pergi.

"Pergi dulu, semuanya!" Dila bergegas pergi dari sana.

Kini, hanya tinggal Syifa dan Syerkhan berdua dan mereka saling menatap satu sama lainnya.

"Kita ke ruang kerja papa saja, karena ada berkas yang papa tidak mengerti," ucap Syerkhan sambil beranjak bangun.

Syifa mengikuti langkah pria itu masuk ke dalam ruangan kerja, dan mereka duduk berdua sambil membaca berkas tersebut.

"Ternyata seperti itu. Jujur, papa tidak mengetahui," ucap Syerkhan sambil memuji gadis itu.

Syifa tersenyum, karena dia juga masih belajar tentang bisnis yang di kelola Syerkhan saat ini.

"Terima kasih sayang." Syerkhan hendak mencium kening Syifa.

Namun, gadis itu malah bangun, sehingga Syerkhan mencium bibir gadis itu tanpa sengaja, dan keduanya saling bertatapan, tanpa melepaskan ciuman itu.

'Ya ampun, apa yang sudah aku lakukan?' batin Syerkhan dengan polos. Wajahnya memerah.

Sedangkan Syifa langsung melepaskan ciuman mereka, karena hal itu tidak seharusnya terjadi. Pipinya memerah, matanya terbelalak.

"Maaf sayang, tadi papa tidak sengaja," ucap Syerkhan dengan lembut.

"Tidak apa-apa, bukankah kita melakukannya dengan bersamaan," jawab Syifa, pipinya merona.

Gadis itu langsung bangun, kemudian berjalan ke luar dari ruangan Syerkhan, karena dia takut hal yang tidak diinginkan terjadi.

Sedangkan Syerkhan, dia diam menatap kepergian Syifa sambil memegang bibir yang terasa masih basah.

'Seharusnya aku tidak melakukan hal tadi. Tapi, semua itu terjadi bukan karena kemauan ku, semuanya tidak sengaja,' batin Syerkhan.

Pria itu masih memikirkan apa yang terjadi tadi, karena ini kali pertama buat mereka. Padahal, Syerkhan sering mencium gadis itu bila bertemu.

. . .

Syifa duduk di dalam kamar tamu, sambil bermain ponselnya. Dia rindu masa-masa dulu, saat kedua orang tuanya masih hidup. Matanya berkaca-kaca, bibirnya mengerucut. Tangannya mengepal erat, seakan ingin menahan air mata yang mulai menetes.

Setiap hari Minggu, mereka selalu menghabiskan waktu bersama, dan sekarang dia selalu sendiri. Walaupun ada Syerkhan yang menemaninya.

Tetap saja, dia tidak enak kalau selalu berdua bersama calon mertuanya. Walaupun Syerkhan tidak pernah merasakan keberatan.

"Aku rindu pada ayah dan ibu," ucap Syifa lirih.

Gadis itu meneteskan air mata, karena dia benar-benar sangat merindukan sosok kedua orang tuanya.

Tiba-tiba saja, pintu terbuka tentang Syerkhan yang masuk ke dalam dan langsung menghampirinya.

"Ada apa sayang, katakan saja?!" tanya Syerkhan dengan cemas.

Sebab, dia melihat kalau Syifa menangis tersedu-sedu dan memeluknya dengan sangat haru.

"Syifa rindu ayah dan ibu," jawab Syifa dalam tangisannya.

Syerkhan mencium puncak kepala Syifa, karena dia tidak tega kalau melihat gadis itu menangis, merindukan kedua orang tua yang sudah meninggal.

"Sayang, jangan menangis lagi, di sini ada papa dan mama, juga ada Anggi bersamamu yang sangat menyayangi mu," ucap Syerkhan dengan lembut.

Syifa terus menangis, karena dia masih sedih mengingat kembali kejadian di mana kedua orang tuanya kecelakaan.

Sedih, sakit, kecewa, marah, menjadi satu dalam pikiran Syifa sekarang. Sehingga, gadis itu tidak berhenti menangis.

"Sayang, ada papa di sini," ucap Syerkhan dengan lembut.

Syifa berhenti menangis, dan dia melepaskan pelukannya, kemudian menatap wajah Syerkhan dengan lirih.

"Om, apakah mereka di sana tidak merindukan Syifa?" tanya Syifa dengan lirih.

Syerkhan bingung harus menjawab apa, sehingga dia menarik tangan Syifa dan memeluk gadis itu dan membawanya tidur ke ranjang tanpa melepaskan pelukannya.

"Tidurlah sayang, karena dengan tidur. Kamu bisa melupakan rasa rindu yang terpendam lama," ucap Syerkhan dengan lembut.

Syifa diam dan mulai menutup mata, karena sejujurnya dia merasa nyaman ada di dalam pelukan Syerkhan seperti sekarang. Sama saat dia memeluk sang ayah dulu.

'Terasa sangat nyaman ada di dalam pelukan ini. Tapi, tidak seharusnya aku berdua di dalam kamar bersama om Syerkhan,' batin Syifa.

Sejujurnya, gadis itu takut ada orang yang salah paham padanya dan juga Syerkhan, karena berdua di dalam kamar.

'Aku senang, karena Syifa bisa tenang ada di dalam pelukan ku seperti ini,' batin Syerkhan.

Pria itu semakin menikmati pelukannya, sehingga pikiran liar masuk ke dalam pikirannya. Namun, dia langsung menempis-nya.

'Aku harus ingat, kalau dia adalah calon menantu ku. Jangan sampai aku berpikir ingin menguasai Syifa,' batin Syerkhan.

Pria itu masih normal, kalau berdekatan dengan wanita seperti ini.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!