Siapa yang tidak kenal dengan seorang Dilan Niroga, pria yang berusia 25 tahun itu memiliki wajah yang tampan rupawan, kaya raya, dan juga satu-satunya pewaris dari Niroga Group, membuat banyak wanita tergila-gila padanya.
Dibalik hidupnya yang sempurna, Dilan memiliki sifat yang arogan, karena itu di perusahaan dia selalu dijuluki the killer bos, dia sering memecat para karyawan tanpa ampun.
Seperti hari ini, dia telah memecat beberapa karyawan yang menurutnya pekerjaan mereka sangat mengecewakannya.
"Kamu saya pecat!"
"Kamu saya pecat!"
"Kamu saya pecat!"
Kata itu terus dia lontarkan pada beberapa orang karyawan yang menurutnya mereka bekerja sangat tidak becus, bahkan Dilan tak ingin mendengar permohonan mereka apalagi keluh kesah mereka, baginya sebuah pekerjaan haruslah profesional.
Dan sekarang dia sedang berjalan menuju koridor diikuti oleh sang asisten, Dilan memperhatikan seorang cleaning servis yang sedang membersihkan kaca, cleaning servis tersebut adalah seorang wanita, dia bernama Nathalie.
Nathalie telah selesai mengerjakan pekerjaannya yang ada di koridor mewah itu, kemudian dia membungkukkan badan pertanda hormat kepada Dilan. "Selamat siang, Pak."
Dilan tak menanggapi sapaan dari karyawan yang menurutnya sangat rendahan itu, bahkan dia tak ingin meliriknya sama sekali. Dilan berjalan menuju kaca dinding yang telah dibersihkan oleh Nathalie, matanya begitu jeli memperhatikan kaca tersebut, sehingga matanya menangkap sebuah debu di jendela tersebut.
Nathalie nampak menegang ketika melihat Dilan mencolek debu tersebut, sehingga ujung jari telunjuknya terlihat kotor, padahal Nathalie berusaha bekerja dengan sangat hati-hati, tapi ternyata ada debu yang masih tersisa.
Dilan menatap dingin pada Nathalie, dia memperlihatkan debu yang ada dijari telunjuknya. "Kamu tau apa ini?"
Nathalie menjadi gugup, sampai pelipisnya mengeluarkan keringat dingin. "Ma-maafkan saya, Pak. Saya janji saya akan bekerja lebih teliti lagi." Nathalie mengatakannya dengan nada memohon.
Dilan menatap asistennya, Justin. "Justin, tolong buka lowongan pekerjaan cleaning servis untuk menggantikannya."
Justin menganggukkan kepala. "Baik, Tuan."
Nathalie sangat terkejut mendengarnya, padahal baru satu bulan dia bekerja disana, tapi dia malah dipecat hanya gara-gara ada sisa debu di dinding kaca. "Tolong jangan pecat saya, Pak. Tunggakan kosan saya sangat besar, kalau saya gak bayar saya bakalan diusir dari sana."
Dilan menghela nafas, "Lalu urusannya apa dengan saya? Salahkan diri kamu sendiri karena pekerjaan kamu tidak becus."
Setelah berkata seperti itu, Dilan pun pergi meninggalkan Nathalie, diikuti oleh Justin sebagai kaki tangannya.
Gadis berusia 20 tahun itu terlihat sangat kesal sekali, sampai dia bergerutu dengan pelan. "Awas kamu pria sombong, aku sumpahin suatu saat nanti kamu yang akan mengejar membutuhkan bantuan aku."
Sebenarnya dia sudah lama memendam rasa kesalnya pada bosnya yang sombongnya selangit itu.
Saking gregetnya sampai dia ingin menendang Dilan dari kejauhan, hanya berkhayal bisa menendang pria itu, karena dia kira tendangannya gak akan kena, toh jarak Dilan sudah jauh darinya.
Namun, siapa sangka ternyata sepatu yang dipakai oleh Nathalie terlempar jauh mengenai kepala Dilan.
Bukk...
Membuat the killer boss itu langsung menghentikan langkahnya.
"Mati aku." lirih Nathalie, dunianya benar-benar sial hari ini.
...****************...
...Terimakasih sudah mampir di cerita saya. Dan jangan lupa like, komentar, dan vote di novel ini. Agar saya semakin bersemangat untuk menulis lagi. ...
Bukk...
Sebuah sepatu terbang mengenai kepalanya Dilan, membuat Dilan menghentikan langkahnya, begitu juga Justin, langkahnya ikut berhenti.
Dengan kesal, Dilan membalikkan badan berjalan ke arah Nathalie. "Kamu berani sama saya?" bentaknya, pria itu terlihat menakutkan sekali.
Percuma saja Nathalie meminta maaf, tidak akan membalikkan keadaan, dia akan tetap di pecat dari Niroga Group dan juga tetap akan direndahkan oleh Dilan. "Anggap saja itu sepatu kenang-kenangan dari saya untuk anda, agar anda mengingat orang yang pernah anda pecat dengan semena-mena ini."
Setelah mengatakan itu Nathalie segera pergi, sebelum masalahnya menjadi panjang lebar, lebih baik dia kabur saja, walaupun hanya memakai satu sepatu.
Dilan tidak terima dengan sikap Nathalie yang terlihat berani padanya seperti itu. "Mau kemana kamu?"
"Apa saya harus menangkapnya atau mau saya laporkan dia ke polisi?" tanya Justin sebagai asisten pribadinya Dilan.
Dilan tak langsung menjawab, dia menarik nafas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya. "Tidak usah, hari ini adalah hari kebahagiaan aku, aku gak ingin mengurus hal yang sangat tidak penting."
Jika Dilan sedang berduaan dengan Justin, maka dia akan bersikap selayaknya seperti saudara dengan Justin, mendiang orang tuanya Dilan telah mengadopsi Justin setelah orang tuanya Justin meninggal dunia, 20 tahun yang lalu, saat Dilan berusia 5 tahun, sementara Justin berusia 10 tahun. Sehingga Dilan dan Justin sangat akrab sekali seperti adik dan kakak.
Dilan masuk ke dalam ruangan CEO, diikuti oleh Justin. Mereka berdua duduk di kursi sofa yang berbeda.
"Apa yang membuatmu sangat bahagia?" tanya Justin pada sang tuan muda.
Dilan nampak sumringah menjawab pertanyaan dari Justin. "Selena akan memberikan kejutan padaku malam ini."
Selena adalah seorang wanita yang baru dinikahi oleh Dilan satu minggu yang lalu, setelah mereka berpacaran selama satu tahun. Selama satu minggu ini Dilan dan Selena belum melakukan malam pertama karena Selena bilang dia sedang datang bulan.
Dan pagi tadi Selena mengirim pesan pada Dilan bahwa dia akan menunggu Dilan di Villa, sambil mengirim foto seksi padanya, sebuah pertanda bahwa Selena sudah tidak datang bulan lagi dan siap melakukan malam pertama. Pria yang mana yang tak senang mendapatkan kabar seperti itu, terlebih pesan dari istrinya sendiri yang sama sekali belum dia sentuh.
Justin hanya tersenyum kecut mendengarnya.
"Kira-kira menurutmu apa yang harus aku bawa untuk Selena?" tanya Dilan, dia memang sangat kaku kepada seorang wanita, dia kenal Selena juga dari Justin.
"Biasanya wanita suka bunga." jawab Justin. Justin terlihat sedang memikirkan sesuatu.
"Aku sudah menikah, sekarang giliran kamu, usiamu sudah 30 tahun, sudah pantas memiliki seorang istri, Justin. Aku akan membuat pesta pernikahan yang sangat mewah untukmu. Bahkan sampai sekarang kamu belum mengenalkannya padaku siapa kekasihmu itu." Dilan walaupun dikenal dengan pria yang arogan, tapi sangat peduli pada orang-orang yang paling dekat dengannya.
"Dia sangat sibuk, aku akan mengenalkannya padamu suatu hari nanti." jawab Justin dengan nada datar.
"Baiklah, kenalkan aku padanya suatu saat nanti, aku akan berpesan padanya untuk tidak akan pernah menyakiti kakakku ini." Dilan berkata sambil terkekeh.
Justin tersenyum kecut, kemudian dia ingin berbicara pada Dilan menyinggung soal kekayaan yang Dian miliki. "Apa kamu yakin akan menjadi Selena sebagai ahli warismu?"
"Tentu saja aku yakin, karena dia adalah istri aku, dan akan menjadi ibu dari anak-anakku. Aku hanya ingin berjaga-jaga bisa saja besok ataupun lusa aku meninggal. Tapi aku harap kamu jangan memberitahu Selena soal ini." Dilan ingin hal sepenting ini menjadi rahasia dia dan Justin, Dilan ingin Selena mencintainya bukan karena harta.
Justin tersenyum samar mendengar jawaban dari Dilan, kemudian dia menganggukkan kepala. "Baiklah, aku akan merahasiakannya."
Malam ini Nathalie harus bernasib sial lagi, dia diusir oleh ibu kost karena dia sudah nunggak selama tiga bulan belum membayar uang kosan.
"Cepat pergi dari sini, enak saja emang aku membangun kosan gratis apa." bentak ibu kosan tersebut dengan tatapan penuh hina kepada Nathalie.
"Tolong izinkan aku tidur satu malam saja disini bu." pinta Nathalie dengan nada memohon.
"Maaf, tidak bisa. Kamu harus pergi sekarang ini juga."
Nathalie terpaksa harus pergi dari sana, dia menarik kopernya yang sudah dipenuhi pakaiannya.
Entah harus kemana Nathalie pergi, dia nampak linglung, karena hanya memiliki uang sedikit lagi.
Gadis cantik itu terduduk di sebuah kursi yang ada di depan mini market, dia menghela nafas panjang meratapi nasibnya yang tak pernah merasa bahagia.
Saat dia masih kecil, ibunya meninggal, kemudian saat dia berusia 10 tahun, dia diantarkan oleh ayahnya ke panti asuhan, saat itu Nathalie masih ingat dia menangis tidak ingin ditinggalkan oleh ayahnya. Tapi ayahnya pergi begitu saja walaupun Nathalie sempat melihat ayahnya menitikan air matanya.
"Ayah, dimana kamu sekarang? Apa sekarang kamu hidup bahagia setelah meninggalkan aku?" Nathalie sangat membenci ayahnya karena pergi begitu saja meninggalkannya. Tapi walaupun begitu dia sangat penasaran bagaimana kehidupan sang ayah sekarang ini.
...****************...
Sementara itu, Dilan sedang dalam perjalanan menuju Vila, dia tersenyum sambil mencium aroma bunga mawar yang akan dia berikan pada Selena. Dia harap Selena akan menyukai bunga darinya.
Drrrtt...
Drrrtt...
Ponsel Dilan bergetar, dia telah mendapatkan pesan dari sang istri tercinta.
[Kamu sudah berada dimana? Jangan lama-lama, aku tak sabar ingin bertemu denganmu.]
Dilan tersenyum lebar membaca pesan itu, walaupun sebenarnya dia sangat deg-degan karena mungkin dia masih perjaka jadi belum tau rasanya bercinta itu seperti apa.
Dilan segera membalas pesan dari Selena.
[Aku lagi di Jalan Anggrek, sebentar lagi aku sampai.]
Setelah membalas pesan dari Selena, Dilan memperhatikan suasa jalan raya yang begitu sepi dan sunyi, dan juga mobil tersebut melalui sebuah hutan.
Sang supir terkejut ketika melihat ada sebuah truk datang dari arah berlawanan dengan kecepatan yang tinggi, bahkan bergemuruh begitu tajam.
Dilan terlihat panik sekali. "Cepat belok ke kiri!"
Namun sayangnya sang supir tidak sempat menghindar, hingga terdengar dentuman yang begitu keras.
JEGEEERR!!!
Membuat mobil yang ditumpangi oleh Dilan menjadi ringsek. Dan Dilan seketika setengah tidak sadarkan diri.
Sekilas terbayang sebuah kenangan pahit saat dulu dirinya masih berusia 15 tahun, sebuah kenangan pahit yang tidak akan pernah bisa dia lupakan sepanjang hidupnya.
Flashback On...
Saat itu Dilan masih berusia 15 tahun, tepatnya 10 tahun yang lalu, dia dan keluarganya saat itu baru pulang dari pesta perusahaan, Dilan memang ingin ikut kesana.
Ketika mereka bernyanyi bersama, mereka terdiam dalam sekejap begitu mendengar suara gemuruh sebuah truk besar mendekat ke arah mereka.
Brrrmmm....
Brrmmmm...
"Aaaaaa!" Seketika sekeluarga itu menjerit begitu melihat mobil yang semakin mendekat ke arah mereka.
JEGGEEERRR...
Terdengar dentuman begitu keras, membuat mobil sudah tak berwujud lagi.
"Shhh....Arrrggghhh." Terdengar suara rintihan menahan sakit di dalam mobil sana.
Rupanya ketiga penumpang di dalam mobil itu masih bisa sadarkan diri walaupun luka mereka terlihat cukup parah.
Tuan Andre dan Bu Lea walaupun keadaan mereka terluka parah, mereka masih memikirkan kondisi anak mereka.
"Dilan, kamu baik-baik saja kan?" tanya Bu Lea sambil memegang kepalanya yang banyak mengeluarkan darah, sepertinya kakinya juga terluka terhimpit oleh dasbor mobil karena mobilnya yang ringsek.
"Uhukk...uhukk..." Dilan belum bisa menjawab, karena dia masih terbatuk-batuk. Apalagi mobil yang mereka tumpangi banyak mengeluarkan asap.
Tuan Andre melihat ada seseorang keluar dari mobil truk itu, dia memicingkan matanya, terlihat begitu samar-samar, karena kesadarannya yang mulai menurun dan badannya sudah tak berdaya, dia yang paling terluka parah disini.
Pria itu tidak terlihat wajahnya karena memakai masker hitam.
"Mas, to-to-tolong ka-kami..." lirih Tuan Andre sambil terbatuk-batuk, mulutnya mengeluarkan banyak darah. Kemudian dia merintih menahan rasa sakit.
Bukannya menolong, pria itu malah mengarahkan sebuah pistol ke arah Tuan Andre.
Ketiga orang yang ada di dalam mobil itu nampak ketakutan, sampai mereka menjerit karena pria bermasker itu menodongkan senjata ke arah Tuan Andre.
"Ada apa ini? Mengapa kamu ingin membun..."
Dorr...
Belum juga pembicaraan Tuan Andre selesai, pria bermasker itu melesatkan peluru ke kepala Tuan Andre.
Seketika Tuan Andre menjadi bungkam, bahkan dipastikan sudah tidak bernyawa lagi dengan kondisi matanya yang masih melotot.
"Tidaaak, suamiku!" Bu Lea menjerit histeris.
"Papaaaa" Begitu juga Dilan, dia menangis melihat papanya yang mati secara mengenaskan.
Dorr...
Pria bermasker itu menembak Bu Lea juga, tepat menembus jantungnya.
"Arrrggghhh..."
Bu Lea terbatuk-batuk, mulutnya mengeluarkan darah, dia memegang dadanya yang terluka dengan nafas yang tersenggal-senggal.
"Mama!" Dilan menangis histeris.
Bahkan dia semakin menjerit begitu melihat mamanya sudah tak bernyawa lagi.
Sekarang tinggal giliran Dilan, sayangnya penjahat itu melihat ada sebuah cahaya mobil yang akan melintas, sehingga dia memutuskan untuk segera pergi sebelum aksi bejatnya ketahuan oleh orang lain.
Akhirnya nyawa Dilan terselamatkan, dan tersangkanya pun telah ditangkap, pelakunya adalah mantan supir pribadi ayahnya, Pak Arga menyerahkan dirinya dengan sukarela kala itu, sampai sekarang Dilan masih membenci pria itu. Karena sudah 10 tahun, Pak Arga akan segera dieksekusi hukuman mati tahun ini.
Flashback Off...
Kini kesadaran Dilan sudah mulai penuh, dia merasakan kepalanya pusing karena terluka akibat benturan yang keras tadi. Sementara sang supir tak sadarkan diri karena lukanya sangat parah sekali.
Dia terkejut begitu merasakan ada sebuah benda menyentuh pelipisnya, rupanya pengemudi truk itu menodongkan pistolnya ke arah Dilan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!