Mungkin ini adalah waktu terindah dalam beberapa tahun belakangan ini. Setelah sekian lama rumah Dashiell berduka karena keluarga itu kehilangan penghuni
termuda mereka yang merupakan putri bungsu keluarga Dashiell bernama Lavender,
pada akhirnya mereka menemukan penggantinya. Hubert Landow menemukan kembali istrinya yang sudah meninggalkannya dalam diri seorang gadis bernama Sara Mills yang sejak malam ini sudah menjadi Sara Curthberth.
Gadis itu benar-benar mirip dengan Lavender, segala yang ada pada dirinya benar-benar membuat Sara seolah dilahirkan untuk menggantikan Lavender di rumah tersebut. Tapi walau bagaimanapun bagi Claire, Lavender tetaplah sahabat yang tidak bisa digantikan. Lavender memperlakukan Claire yang hanya seorang pelayan sebagai saudara kandungnya sendiri. Karena itulah Claire sangat bersedih. Mungkin hanya dirinyalah satu-satunya orang yang bersedih dalam pesta pernikahan yang membuat rumah Dashiell begitu semarak seperti saat ini.
Ruang tengah rumah Dashiell mendadak disulap sebagai lantai dansa dengan banyak lampu yang membuat suasana berbeda dengan biasanya. Lampu-lampu itu juga memenuhi kebun karena rumah saja sama sekali tidak cukup untuk pesta sebesar ini. Bunyi dentuman kembang api di angkasa semakin membuat suasana menjadi ramai dan untuk itu, Claire hanya termenung
melihatnya. Saat ini, perpustakaan rumah yang sepi jauh lebih menarik baginya bila dibandingkan dengan keramaian di luar sana.
Pendaran cahaya kembang api yang timbul dan menghilang tiba-tiba saja digantikan oleh cahaya yang terang benderang. Claire menatap kearah lampu perpustakaan yang menyala tiba-tiba lalu beralih kepada seseorang yang menyalakan lampunya.
Gadis itu, Sara mendekatinya dengan senyum mengembang sambil mendorong troli berisi
dua buah gelas Kristal dan sebotol Sampanye dingin. Sara mendaratkan pinggulnya dilantai, tepat disebelah Claire dan ikut memandangi Jendela yang memperlihatkan kembang api. Claire memandanginya sebentar dan kecewa, Sara memakai gaun pernikahan Lavender saat menikah dengan Hubert sebelum akhir- nya nyawa Lavender direnggut oleh penyakitnya.
"Nyonya, sedang apa disini?" Claire berujar dengan sopan.
Ia sedikit kikuk menghadapi orang yang berwajah mirip dengan sahabatnya tapi sebagai orang asing. Sara benar-benar mirip dengan Lavender, hanya saja Sara terlihat lebih dewasa dan gemuk.
"Kenapa kau memanggilku nyonya? Panggil aku Sara saja meskipun aku lebih suka dipanggil Lav seperti Suamiku memanggilku!"
"Lav? Itu adalah panggilan untuk Lavender di rumah ini. Kau tidak merasa kecewa karena di samakan dengan orang yang sudah tidak ada? Bukankah itu artinya mereka menganggapmu sebagai seseorang yang bukan dirimu?" ujar Claire.
"Memangnya kenapa? Kau keberatan?" Sara menimpali.
"Tidak, aku hanya heran dengan sikapmu!" ujar Claire.
Sara tersenyum ringkas. "Kalau kau tidak bersedia memanggilku dengan nama itu, kau boleh memanggilku dengan apa saja selain dengan sebutan terhormat manapun!"
"Mana boleh aku bersikap tidak sopan dengan memanggilmu sesukaku!"
"Bukankah kau sahabat Lavender? Berarti kau juga sahabatku. Kau tidak keberatan menjadi
sahabatku, kan? Setelah ini mungkin aku akan sering menghubungimu untuk bertukar cerita!" ujar Sara.
Claire memaksakan sebuah senyum. Sara Mills sudah menunjukkan sikap yang sangat persis dengan yang Lavender miliki.
"Kau seharusnya berbaur dengan banyak
orang diluar sana!" ujar Claire.
"Dan membiarkanmu sendirian disini? Aku rasa, disini bersamamu lebih menyenangkan
bila dibandingkan dengan berada di keramaian itu. Kau mau Sampanye? Aku membawakannya untukmu." Sara menyodorkan botol.
"Tapi aku tidak bisa minum-minuman keras!" jawab Claire.
"Benarkah? Kau terlihat seperti seseorang yang berpengalaman!" ujar Sara.
Claire tersenyum lagi. Ia memang selalu mengesankan kepada banyak orang kalau dirinya adalah orang yang berpengalaman. Tapi pada kenyataannya Claire tidak tau apa-apa. Sejak kecil ia dibesarkan di rumah ini, mendapat pendidikan khusus dari keluarga Dashiell tentang ilmu pengetahuan, cara bersikap dan tatakrama. Ia bahkan bukan orang yang tau dengan dunia luar. Aktingnya sudah menipu banyak orang termasuk Lavender semasa hidupnya.
"Kau sedang memikirkan apa sendirian disini? Pacarmu?" Sara menyapanya lagi
dengan sebuah pertanyaan telak.
Claire tidak pernah memiliki pacar seumur hidupnya. Bagai-mana mungkin ia bisa memiliki kekasih jika di rumah ini jumlah laki-laki sangat sedikit? Semua laki-laki di rumah ini, usianya jauh di atas Claire, hanya Bethoven yang merupakan majikannya yang memiliki usia terdekat dengan Claire. Tapi ia tidak mungkin berpacaran dengan Bethoven. Mereka sudah seperti keluarga.
"Aku hanya merindukan Lavender. Maaf kalau menyinggungmu!" ucap Claire.
Sara menggeleng cepat. "Tidak, bukan masalah. Kau sahabatnya, tentu saja boleh merindukannya kapanpun yang kau suka."
"Terimakasih." ucap Claire.
"Kenapa kau tidak keluar?" tanya Sara.
"Aku rasa lebih baik disini. Aku tidak cocok dengan pesta. Seharusnya aku melayani tamu, tapi tuan Fabian Dashiell melarangku melakukan itu." Ungkap Claire.
"Tentu saja, Hubert bilang kau sudah seperti keluarga di rumah ini." ujar Sara.
Sara lalu meraih dua gelas sampanyenya dan menuangkan cairan berwarna keemasan itu kedalamnya. Selang beberapa saat, Sara sudah menyodorkan salah satu dari kedua gelasnya kepada Claire.
Semula Claire merasa ragu, namun dengan berat hati ia meneguk isinya dengan perlahan.
Lalu menjadi lebih intens sehingga tanpa disadarinya, ia hampir menghabiskan sebotol sampanye seorang diri. Ia kembali menghabiskan isi gelasnya yang terakhir dan tersenyum kepada Sara. "Ternyata minuman mahal sangat enak!"
Kata-katanya itu spontan membuat Sara tertawa nyaring. "Kau masih mau? Kalau begitu kita keluar saja. Ikutlah berpesta. Kau sudah mengenakan gaun yang sangat indah. Tidak adil kalau kau menyembunyikan keindahannya disini."
"Tapi aku tidak terbiasa bergaul dengan orang-orang penting di luar sana!" ujar Claire.
"Kenapa kau terlihat sangat putus asa sekali? Kau tidak seperti yang orang-orang ceritakan kepadaku. Kau cukup terus berada disampingku sampai kau terbiasa. Itu jauh lebih baik dari pada mengurung diri didalam sini sendirian. Ayolah!" ajak Sara.
Claire terkikik. Ia dan Sara tidak henti-hentinya tertawa karena cerita-cerita gadis itu tentang daerah asalnya di New Zealand. Juga tentang cerita lucu seluruh keluarganya. Sara bahkan memperkenalkan Claire kepada ibu dan kakaknya sebagai sahabatnya. Gadis itu sudah berhasil mengobati kehilangan Sara akan Lavender dan sekarang ia mengerti mengapa Hubert memilih Sara untuk menggantikan Lavender. Mereka bukan hanya mirip secara fisik tapi juga sikap. Tapi Sara tidak semanja Lavender. Ia lebih dewasa.
"Kakakku akan kembali ke Sidney besok pagi. Aku memesan banyak barang untuk dikirimkan kemari. Kau mau? Aku akan memintanya mengirimkan apapun yang kau mau!" ujar Sara.
Claire tertawa senang lalu menenggak gelas sampanye yang kesekian kalinya sampai habis.
Kepalanya sudah mulai pusing, tapi ia tidak bisa berhenti. Claire menyesal tidak terjun
ke pesta sejak awal. Tidak, semua ini berkat Sara. Jika tidak ada gadis itu, ia tidak yakin akan bisa menikmati pestanya sebaik kali ini.
"Aku ingin banyak hal!" ujar Claire.
"Kalau begitu katakanlah, aku akan memintanya mencarikan apapun yang kau inginkan." ujar Sara.
"Kau terlalu memanjakanku, Sara!" ungkap Claire.
"Demi sahabatku, apapun akan kuberikan." balas Sara.
Claire terkikik lalu sesuatu mendesak. Ia memuntahkan kembali minumannya dengan tiba-tiba. Beruntung Claire tidak mengganggu seorangpun. Sara Mills mengurut punggungnya perlahan dan itu membuat Claire merasa lebih baik.
"Terimakasih." ujar Claire.
"Kau mau kuantarkan ke kamar?" tanya Sara.
"Tidak, aku akan kembali sendirian lewat halaman belakang. Kau pergilah bersama suamimu. Dia pasti sangat ingin bersamamu!" Claire bergumam lemah sambil
mendorong tubuh Sara untuk menjauh darinya. "Pergilah!"
"Kau yakin kalau dirimu tidak apa-apa? Aku tidak bisa meninggalkanmu sendirian..." ujar Sara khawatir.
"Pergilah. Aku sangat hapal dengan rumah ini, bahkan di saat aku tidur. Jadi kau tidak perlu
merasa khawatir." ucap Claire.
"Kau yakin?" Sara kembali bertanya.
"Ya, sana pergilah..." Claire mengusir Sara.
"Baiklah, aku akan pergi. Jika terjadi sesuatu berteriaklah. Buat keributan dan aku akan tau kalau itu darimu!" Sara terkikik lalu beranjak setelah melambaikan tangan kembali masuk ke keramaian pesta menyusul Hubert, suaminya. Claire memegangi kepalanya sejenak. Ia merasa sangat pusing dan mengantuk. Dengan tergopoh-gopoh Claire bangkit dari tempat duduknya dan tenggelam di ketemaraman halaman belakang. Gegap gempita pesta masih saja terdengar nyaring seolah-olah tidak akan pernah berakhir. Mungkin semua orang akan berpesta sampai pagi. Claire menghembuskan nafas seraya tersenyum, hingga akhirnya merasakan kepalanya sakit lagi. Ia mengusahakan langkahnya untuk melangkah lebih cepat agar bisa segera berbaring di atas tempat tidurnya. Hingga tiba-tiba ia menabrak seseorang. Sayangnya pandangan Claire begitu kabur, sehingga tidak bisa menangkap seperti apa wajah orang yang berada di hadapanya. Ia menundukkan wajahnya sambil menggumamkan permintaan maaf. Tapi sebuah ciuman panas mengejutkannya.
Tubuh Claire bergetar hebat, ia memang mabuk, tapi dirinya sangat bisa merasakan setiap getaran yang sampai di sekujur tubuhnya. Orang itu menciumnya, entah siapa. Dan Claire sangat menikmatinya. Ini adalah ciuman pertamanya. Ia tidak bisa mendengarkan gegap gempita lagi. Yang diketahuinya, tubuhnya bersandar ke tembok dan tersembunyi apik oleh tanaman rambat yang menyusuri tembok rumah Dashiell. Ciuman yang didapatnya berpindah ke leher dan Claire mulai mendengar desahan dari mulutnya saat tubuhnya di sentuh. Laki-laki itu mengangkat sebelah kakinya, mencondongkan tubuhnya lalu menyentuh daerah sensitifnya dengan sesuatu. Sesaat kemudian Claire mendengarkan teriakan keluar dari mulutnya. Ia merasakan sakit menyerangnya. Ada sesuatu yang keras masuk kedalam tubuhnya melalui bagian yang berada dipangkal paha. Apa ini? Perih sekali... Fikirnya.
Airmatanya merembes setiap kali ia merasakan gesekan kasar di daerah penting tubuhnya. Tapi ia tidak bisa melawan. Claire tidak mengerti apa yang terjadi padanya, ia tidak bisa melawan sama sekali dan perlahan-lahan ia mulai bisa menikmatinya. Kedua lengannya merangkul orang yang tengah menyetubuhinya dengan sangat erat. Ia tidak ingin terjatuh, tidak ingin terlepas, ini pertama kalinya Claire merasakan sesuatu yang luar biasa seumur hidupnya.
-----------
"Apakah kau tidak merasa aneh?" Noah menepuk bahu Seth saudaranya Sambil terus menyodorkan Handycam, untuk merekam pesta. Ia terus berusaha untuk mengajak Seth bicara karena mungkin Seth adalah satu-satunya orang yang tidak menikmati pestanya.
Noah tau kalau Seth sangat menderita karena baru saja patah hati. Masalah klise, tapi menjadi neraka bagi pria itu karena wanita itu adalah orang pertama yang disukainya setelah Seth merubah fikirannya dari tidak menikah seumur hidupnya menjadi salah seorang yang terus memimpikan pernikahan. Sayangnya, setelah pemikirannya tentang pernikahan berubah, Gadis itu malah memilih orang yang baru dikenalnya untuk menikah dan saat ini, Seth harus berusaha keras untuk menikmati pestanya. Ia tidak bisa. Seth malah mengalihkan seluruh perhatiannya kepada wine dan dia sudah hampir mabuk. Sara Mills seharusnya bukan sepupunya. Seharusnya Sara Mills adalah orang lain yang bisa dinikahinya di saat Seth menginginkannya. Tapi hubungan persaudaraan sudah menghalang-halangi cintanya.
Seth menuang Wine lagi untuk memenuhi gelasnya yang sudah kosong, lalu meminumnya dan menuang lagi lalu meminumnya lagi, terus berulang-ulang.
"Kau tidak dengar kata-kataku?" Noah menggeram.
Seth lalu memandang Noah heran.
"Apanya yang aneh?"
"Pelayan di rumah ini, kau lihat mereka?" tanya Claire.
"Tidak ada yang aneh!" ucap Seth.
"Ada. Mereka semua cantik-cantik!" Lalu Noah tertawa dengan segala leluconnya.
"Aku serius, mereka bahkan terlihat seperti nona besar di rumah ini. Kulit mereka halus dan semuanya bertubuh indah." ujar Noah.
"Aku tidak pernah memperhatikan itu! Aku juga tidak bisa membedakan yang mana pelayan dan yang mana yang bukan. Semua orang di pesta menggunakan gaun!" ungkap Seth.
"Gaun biru gelap.Semua pelayan menggunakan gaun berwarna biru gelap, yang rambutnya digulung ke belakang adalah pelayan. Bethoven yang memberi tahuku!" ujar Noah.
"Aku tidak perduli!" timpal Seth.
"Sebaiknya kau perduli." Noah menggeram lagi.
Ia memandangi Seth dengan perasaan iba. Noah tau betul bagaimana perasaan kakaknya terhadap Sara. Semenjak gadis itu berubah, Seth selalu memperhatikannya. Sayangnya, Seth tidak bisa memperhatikan Sara sesukanya karena terhalang oleh Gallion Melville, kakak laki-laki Sara. Sekarang ia hanya bisa menatap kakak sulungnya itu dengan perasaan yang tak menentu.
Noah menepuk bahu Seth lagi lalu berbicara di dekat telinganya. "Mereka tidak kalah cantik dengan Sara. Kau bisa merayu salah seorang dari mereka dan membawanya ke kamarmu malam ini. Aku tidak suka melihatmu terus bersedih."
"Aku tidak bersedih Noah! Aku menikmati pestanya." ujar Seth.
"Kalau begitu buktikan padaku. Rayulah salah seorang wanita di pesta ini seperti yang selalu kau lakukan dulu sebelum jatuh cinta pada Sara." tantang Noah.
"Aku tidak jatuh cinta pada Sara! Kenapa kau mengatakan hal itu terus?" tanya Seth kesal.
Cih. Noah berdesis kesal. Seth masih saja terus berusaha untuk mengingkari kenyataan.
"Kalau begitu buktikan!" ujar Noah.
"Baik. Aku akan mencari wanita tercantik di pesta ini untukmu!" Seth bergumam kesal sambil beranjak untuk berkeliling mencari wanita yang dikatakannya.
Sayangnya menurutnya tidak ada seorang pun yang bisa dibandingkan dengan Sara. Sara sangat cantik dan ceria. Bagaimana mungkin ada seseorang yang bisa dibandingkan dengannya? Seth mengeluh, hatinya tidak ingin untuk mencari wanita lain, matanya mencari-cari dimana Sara berada dan tubuhnya bergerak mengikuti kehendak hatinya. Seth tertegun saat menemukannya. Sara terlihat sangat anggun dengan gaun pernikahan sederhananya. Ia sedang berbincang dengan seorang gadis yang memakai gaun biru. Ciri-cirinya persis dengan yang Noah ungkapkan tadi dan Noah benar, ia tidak terlihat seperti seorang pelayan.
Seth mendekati mereka, ia ingin mengobrol dengan Sara. Sayangnya sebelum Seth
sempat menyapanya, ia sudah mendengarkan hal yang mengecewakan, pelayan itu memaksa Sara untuk menemani Hubert, suami yang baru saja dinikahinya. Pelayan itu membuatnya kecewa.
Seharusnya kau tidak beranjak secepat ini, Sara. Aku belum menyapamu! Seth membatin. Melihat Sara menyongsong Hubert lalu menggenggam tangan suaminya membuat hati Seth meneteskan darah. Ia kembali menoleh kepada pelayan itu dengan perasaan kesal dan benci. Kenapa harus ada permintaan konyol dari mulut pelayan itu. Dia sudah membuat Seth gagal untuk berbicara dengan Sara. Perasaannya semakin luka.
"Kau harus menggantikan Sara untukku!" ujar Seth dalam hati.
Gadis pelayan itu bangkit dengan langkah sempoyongan menuju pekarangan sepi di halaman belakang. Ia kelihatannya sangat mabuk. Dengan tangkas Seth segera melangkah untuk mengikutinya hingga ia mendapat kesempatan untuk mendahului gadis itu di sebuah tempat yang sepi. Gadis itu menabraknya, lalu menunduk penuh rasa bersalah dan mengucapkan sesuatu.
"Maafkan saya, tuan! Saya tidak sengaja, sungguh. Maafkan saya!"
Kata-kata itu terus diucapkannya berulang kali. Seth meneliti setiap inci tubuhnya yang diterangi cahaya lampu dari jendela rumah yang menerpanya. Gadis itu tepat berdiri di tengah satu-satunya wilayah terang di halaman belakang. Gaun biru yang sangat gelap itu membuat kulitnya tampak terang. Ia memiliki rambut hitam dan tebal yang terlepas dari gulungannya saat menabrak Seth tadi. Sekarang dengan rambut terurai seperti itu, Seth tidak bisa memungkiri kalau gadis itu tampak sangat menggoda dengan wajah halus dan bibir yang penuh, mengundang Seth untuk menciumnya.
------------------------------------------------------------
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!