"Aaaa..........!"suara teriakan dua insan itu menggema secara bersamaan memenuhi dapur yang gelap, ketika mereka tidak disengaja bertabrakan dan sama-sama terkejut saat itu.
Sesaat mematung sambil memegang dada masing-masing, kemudian dengan cepat kilat Ameldita mengambil minum dan langsung meneguknya, tanpa permisi dia pun pergi begitu saja ke kamarnya.
Sementara Alghi masih sok dan mematung, bagaimana tidak, didepannya terpangpang jelas gadis cantik dengan postur tubuh yg tinggi ramping, rambut yang panjang setengah pinggang sedikit berantakan, bola mata bulat dilengkapi bulu mata yang lentik, hidung mancung kulit putih bagaikan persolin serta memiliki bibir yang tipis, sungguh sempurna ciptaan Tuhan itu, dia tak menyangka akan bertemu dikegelapan dapur, sungguh bagaikan dialam mimpi.
"Hai siapa kamu, kenapa mengendap-ngendap pergi ke dapur tengah malam begini?" teriak Alghi sambil menyalakan lampu, sementara yang ditanya sudah kabur duluan etah kemana.
"Kurang sopan banget tu anak, tak menjawab, sial, tapi kenapa jadi ke pikiran sama tu gadis, dia kan mirip orang yang pernah menolongku waktu dibandara, tapi kenapa dia ada disini bahkan malam ni ku belum tidur memimpikannya." Alghi bermonolog sendiri.
Ya semenjak kejadian dibandara satu tahun yang lalu,saat dirinya kecopetan dan berakhir ditolong seorang gadis cantik yang menolongnya dan berhasil membuat copet itu tumbang saat kaki gadis itu menghadang sicopet yang sedang berlari karena mengambil dompet dan handphonenya. Saat itu dia hanya berucap terimakasih saja karena sepertinya gadis itu terburu-buru dikejar waktu, sungguh waktu yang sangat singkat buat Alghi, namun sejak saat itu Alghi selalu memikirkan gadis itu, etahlah sepertinya dia jatuh cinta pada pandangan pertama.
Sudah berusaha mencari identitasnya menyuruh orang kepercayaannya tapi nihil tak terungkap etah siapa gadis itu, yang jelas saking teringat terus kadang dia selalu hadir dalam mimpinya.
Alghi berharap suatu saat bisa bertemu lagi dengannya, makanya dia selalu menolak tentang perjodohan yang sudah ditetapkan oleh kedua orang tuanya.
"Ah bener ni mimpi kali, tak mungkin kan gadis itu ada disini." Berulang kali Alghi mencubit tangan dan pipi sendiri, tapi beneran terasa nyeri.
"Ya Tuhan ke arah mana tu gadis larinya, cepet juga." Alghi trus saja menggerutu sambil tengok kiri dan kanan, tapi tak kunjung menemukannya akhirnya dia pergi kekamarnya dan mencoba memejamkan mata walau pun tak kunjung tertidur karena hati dan pikirannya terus teringat gadis tersebut.
Pagi menjelang tiba-tiba ada ke gaduhan dikamar Alghi, nampak kepala pelayan sedang menumpahkan kemarahannya kepada pelayan yang satu lagi. "Hai kenapa kau pecahkan, apakah kau tahu ini adalah barang kesayangan tuan muda, baru pertama bekerja sudah membuat kesalahan, apa kau tidak tahu bagaimana cara bekerja dengan baik ha...! Dasar tak tahu diri...!" Plak sebuah tamparan mendarat dipipi Ameldita yang sedari tadi shok dengan adanya kejadian itu, padahal disaat dia masuk ke kamar itu guci kramik itu sudah pecah, lalu kenapa jadi dirinya yang tersangka.
Ameldita memegang pipi yang terasa panas akibat tamparan pelayan itu, tak bisa dibendung lagi air mata pun luruh membasahi kedua pipinya, dan ia berusaha membela diri, " Bukan aku pelakunya, sumpah pas masuk benda itu sudah pecah."
"Hai jangan berusaha mengelak ya sudah jelas terlihat buktinya, kaulah pelakunya." Bentak Sari pelayan itu.
Sementara Alghi yang baru saja selesai joging sebelum berangkat ke kantor, penasaran benda apa yang pecah itu dan akhirnya masuk juga ke kamar, dan betapa terkejutnya saat melihat guci marmer yang dia sayangi dengan sepenuh jiwanya, karena benda itu begitu berarti dan sangat mahal dan dalam guci berlapis kaca transparan itu tergambar samar wajah seorang gadis yang cantik jelita menghiasnya namun tak begitu jelas wajah siapakah itu.
Ya semenjak pertemuannya satu tahun yang lalu dengan seorang gadis yang sempat menolongnya, dan yang selalu hadir dialam mimpinya, Alghi pun memutuskan untuk memesan guci itu dengan membuat seketsa wajah gadis idamannya tertera dalam guci tersebut, tentunya dengan harga yang sangat pantastis, gila memang dia merasa bercinta dengan gadis bayangan tapi itu sedikit mengobati hatinya yang selalu menginginkan kehadirannya.
"Oh my God, kenapa bisa terjadi, ini barang kesayangan ku, kenapa hahhhh...!" pekik Alghi dengan penuh amarah dan berusaha mengumpulkan kepingan guci tersebut, sedih, kecewa, marah, karena itu benda yang paling berharga dalam hidupnya.
"Maaf Tuan itu perbuatan pelayan baru, mohon maafkan kami tuan." ucap bu Ani kepala pelayan sambil mengatupkan kedua tangannya didepan dada.
"Ta ta pi...aku tidak melakukannya" ujar Ameldhita sambil terus menangis, dia terkejut juga dengan ke datangan laki-laki itu ternyata dia yang tadi malam dijumpainya didapur untung saja saat ini dia tidak mengenalinya karena Amedita sudah memakai topeng dengan warna kulit yang hitam dan rambut yang pendek sebahu, sebagai penyamarannya. Ya Ameldita sengaja menyempurnakan penyamarannya sejak dia nekad untuk melarikan diri dari rumah dan bekerja sebagai tkw di negara Brunei darusalam.
Kalau tidak begini pasti sang ayah yang otoriter akan mudah menemukannya.
Tapi naas saat pertama kali bekerja sudah kena fitnah orang. "Oh ternyata orang ini sebagai tuan muda dirumah ini, haduuuh semoga dia tidak mengenali wajah asliku." monolog Ameldita dalam hati karena dia semalam saat bangun karena kering tenggorokan langsung lari ke dapur tampa memakai perlengkapan penyamarannya, agak deg degan juga sih hatinya takut ketahuan.
"Kau kira ini barang murahan hah...!"suara Alghi menggema kembali sambil mata menatap tajam penuh amarah ke arah Ameldita yang gemetaran.
"Cepat bereskan gadis tak tahu diri!" Sari menyela dengan emosi, puas sudah hatinya karena bisa menghindar dari kesalahan yang dia buat dan menjadikan anak baru sebagai umpan.
"Oke..." Sahut Ameldita seraya langsung menyentuh barang pecahan tersebut saking gemetarnya tak sengaja tangannya luka karena goresan benda tersebut.
BAB 2
"Awwww...." Ameldita meringis ke sakitan.
"Hai apa kau bodoh kenapa kau sentuh dengan tanganmu, pakai sarung tangan." Sahut Alghi seraya meraih tangan sang gadis kemudian menatap netra yang penuh dengan buliran air mata, Ameldita menolehkan matanya ke samping tak berani bertatap muka, takut sekali kalau tuan muda mengenalinya.
Sementara Sari kesal sekali hatinya, dia saja selama setahun bekerja belum pernah bersentuhan dengan tuannya, hanya mengagumi dan menyukai dalam hati saja, eh anak baru yang jelek ini sudah bertingkah dapat sentuhan yang halus, menurut pandangan iri Sari tentunya.
"Eh sial kenapa jadi begini, beruntung sekali sijelek itu dapat pertolongan dari tuan muda tampan." geramnya dalam hati.
Ameldita berusaha menepis sentuhan Tuan muda didepannya, dia beringsut sambil berdiri, ternyata dibalik ke angkuhan dan ksombongan nya ada terselip kebaikan, walaupun terhadap seorang pelayan yang bisa dikatakan jelek dan hitam juga berkaca mata tebal, jauh dari kata menarik, masih berbelas kasih untuk menolongnya.
"Meldi tanganmu terluka, mari diobati dulu" Sahut bu Ani kepala pelayan disitu yang tadi sempat marah-marah.
"Terimakasih biar Meldi obati sendiri bu." jawab Meldi beranjak pergi ke kamarnya, sedih ternyata begini rasanya jadi tkw itu, tidak mudah untuk menjalaninya, harus mengorbankan segala perasaan. Biasa hidup serba dilayani dengan penuh kasih sayang, dan karena egonya yang tidak mau diatur orang tua akhirnya mengalami nasib seperti ini.
"Tok tok tok..." suara pintu diketuk, Meldi secepatnya mengusap air mata yang masih terus mengalir dan ia mencoba membuka pintu.
"Ya sebentar..." tepat didepan pintu ada bu Ani kepala pelayan disana.
"Meldi kamu dipanggil ke ruangan tuan muda, ayo cepat, semoga aja tidak disuruh ganti rugi atas pecahnya barang kesayangan tuan muda, mari ku tunjukkan ruang kerjanya" jelas Bu Ani.
"Tapi bu bukan aku yang memecahkannya, aslinya sumpah." sergah Meldi seraya mengang kat tangan kanannya.
"Ya tapi kamu yang saat itu ada ditempat Mel, jadi pasti kamu yang tersangka, semoga ja tuan muda tidak minta ganti rugi, soalnya tu barang harganya mahal" sahut bu Ani seraya melangkah dan Ameldita mengekornya.
Rasa takut dan deg degan jantungnya, sudah terbayang pasti akan kena murka sang tuan muda yang angkuh itu, mencoba pasrah dengan apa pun yang akan terjadi, menarik nafas kemudian menghembuskannya.
"Tok tok tok..." Bu Ani mengetuk pintu ruangan tuan muda nya.
"Yaaa masuk..." Terdengar suara bariton itu menyahut tanpa menoleh sedikit pun dia fokus saja ke laptop yang ada didepannya, etah apa yang dia kerjakan so sibuk.
"Tuan ini Ameldita pelayan baru." ujar bu Ani kemudian ia meninggalkan Ameldita, setelah melihat tuan muda memberi isyarat keluar.
Ameldita hanya pasrah saja atas apa pun yang akan terjadi, dia berdiri mematung sambil sesekali memegang kacamata tebalnya di naik turunkan, karena dia pun masih beradaptasi dengan penampilan barunya.
"Kamu tahu kesalahan kamu apa?" ucap Alghi tanpa menoleh sedikit pun, padahal yang sebenarnya dia sudah melirik dari sudut matanya ke arah penampilan cewe jelek yang berkulit hitam serta berkacamata tebal itu, namun etah kenapa dirinya seolah tertarik untuk mengerjai perempuan tersebut. Ya walau pun dia sudah tahu bahwa gadis itu tidak bersalah, karena melihat dari rekaman cctv, ternyata Sarilah pelakunya, si pelayan genit itu, sudah sering Sari mencoba mendekatinya, namun tak tertarik sama sekali.
"Maaf tuan Meldi tidak memecahkan benda itu, asli sumpah" jawab Ameldita seraya meremas kedua tangannya untuk menghilangkan gemetaran pada tubuhnya, ya karena bener-bener takut menghadapi amarah tuan muda angkuh itu.
"Kamu tidak bisa mengelak, semua orang melihat kamu yang ada ditempat saat barang kesayangan ku pecah, jadi harus bertanggung jawab, karena barang itu mahal, apa kamu tahu harganya berapa hah...1 Miliyar tahu, apa kamu bisa menggantinya?" Alghi menjelaskannya panjang kali lebar seraya menatap muka gadis itu yang terlihat shock bukan main. Etah kenapa Alghi ingin sekali membuat gadis itu kesal padahal sudah tahu kenyataan yang sebenarnya.
Deg jantung Ameldita seakan mau copot shock dan juga terkejut mendengar harga barang itu begitu pantastis, dan dia bingung harus ganti rugi dengan hal yang tidak dibuatnya, tentu saja dia malas untuk mengakuinya karena bukan perbuatannya."Ta ta pi tuan, jika anda tetap menuduh saya, baiklah tidak apa-apa walau pun saya tidak melakukannya, cuma untuk ganti rugi uang sebanyak itu dari mana coba, saya kan hanya bekerja sebagai art, gajih saya tak kan cukup untuk melunasinya, tolong pertimbangannya tuan."
"Tidak mau tahu, kamu harus ganti rugi, kamu bisa membayarnya dengan menjadi asisten pribadiku, melayani segala kebutuhanku setiap hari, jangan pernah telat, kalau saja kamu telat maka hukuman akan berlaku, paham..." jelas Alghi seraya melipat kedua tangannya didada dan bersandar di kursi ke banggaannya, dengan mata tajam menatap gadis yang nampak risau itu.
"Whatttttt....kenapa begitu tuan, aku aku..." suara Ameldita terbata-bata, bingung apa yang harus dikata, hanya bisa *******-***** jari tangannya sambil menatap wajah angkuh itu penuh dengan kebencian.
"Kenapa keberatan, bukannya itu sama saja dengan kamu bekerja sebagai art, sudah jangan protes sekarang kamu mulai kerja sebagai asistenku, siapkan semua pakaianku untuk pergi ke kantor." ucap Alghi seraya melengos pergi dari ruang kerjanya. Sementara Ameldita bingung dimana kamar tuan mudanya, untuk menyiapkan baju tentunya harus tahu lemari dan tempatnya, bodohnya dia tak bertanya.
Dia secepatnya lari kedapur menghampiri para pelayan yang sedang sarapan pagi. "Bu mau tanya disebelah mana ya kamarnya tuan muda, ku disuruh nyiapin pakaiannya, buat berangkat ke kantor, mulai sekarang ku disuruh jadi asisten pribadinya sebagai ganti rugi barang yang pecah tadi."
"Wah enak sekali kau ini, baru pertama kerja sudah di jadikan asistennya, ku aja pengen jadi asistennya tak kunjung juga." Sahut Sari mencibir dengan rasa iri.
"Ku juga tidak menginginkannya tapi kalau ga nurut ku harus ganti rugi sebanyak 1 miliyar darimana coba, terpaksa ku harus menjalaninya." Jelas Ameldita dengan wajah ditekuk.
"Sudahlah Meldi terima ja kenyataan, ayo ibu tunjukkan kamarnya." Ajak bu Ani, rupanya hanya bu Ani saja yang terlihat bersahabat dengannya.
Tentunya Alghi sudah menghubungi kedua orang tuanya yang sedang berada diParis menjalankan bisnisnya, dia meminta satu pelayan untuk dijadikan asisten pribadinya karena sejak Anton sang kaki tangan plus merangkap asisten menikah tak bisa lagi bekerja rodi lagi, karena harus membagi waktu dengan keluarga barunya.
Terpaksalah mengambil pelayan rumah tuk jadi asistennya, pucuk dicinta ulam pun tiba dengan memanfaatkan pelayan baru dan etah kenapa feelingnya mau dia yang menjadi asistennya padahal ga ada yang menarik dari gadis itu.
Pagi sekali ayah Alghi yaitu pak Gian mendapatkan telpon dari sahabatnya yang berada di Indonesia, dia mengabarkan kalau anaknya pergi melarikan diri dari rumah, karena putrinya tidak mau menjalankan bisnisnya dan menghindari perjodohan yang sudah ditentukan sejak dulu bahkan sebelum mereka terlahir, ya kedua sahabat itu sudah memutuskan untuk menjodohkan anak mereka, tapi sayang anak-anak mereka menolaknya.
"Apaaa... putrimu melarikan diri, dan bekerja sebagai tkw di negara Brunei? Hah gak salah tu?"
Jawab pak Gian terkejut.
"Iya anakku itu ada-ada saja, dia menolak mentah-mentah perjodohan yang kita tentukan, dan yang lebih parah dia menolak untuk bekerja diperusahaan bokapnya sendiri, bener-bener membuat ku mati berdiri kan?" jelas Pak Aldi ayahnya Ameldita penuh dengan kecemasan.
"Jantungan tu kalau saya ditinggal pergi putra kesayangan, sabar saya akan bantu menemukannya." ujar Pak Gian, paham betul bagaimana perasaan seorang ayah.
"Ya barangkali ada art baru dirumahmu atau ditetangga, teman dan kerabatmu tolong dilihat siapa tahu itu putri saya, kamu tahu sendiri dia adalah anakku satu-satunya dan pewarisku." Pak Aldi menghela nafas panjang sambil merebahkan tubuhnya dikursi.
"Pah gimana dah menghubungi sahabat kita yang diBrunei untuk menemukan putri kita belum?" Sahut Liana ibunya Ameldita dengan penuh linangan air mata, ya karena sedih dan khawatir mendengar kabar putrinya kabur dan lebih parahnya lagi bekerja sebagai tkw, siapa yang tak sedih, anak manja yang selalu dilayani kini harus mengalami hal yang sepahit itu, apa lagi sering mendengar diberita bagaimana kisah tkw itu, makin membuat hatinya dilanda kecemasan.
"Sssstttt....ini lagi telponan sama Gian diBrunei."
Jawab suaminya sambil mengacungkan telunjuk depan bibirnya memberi isyarat.
"Ohhh..." Liana berohria sambil duduk disamping suaminya seraya mengambil tisu mengusap air mata yang terus membasahi pipinya.
"Oke pasti saya bantu, jangan cemas, saya pun merasa khawatir apa lagi calon menantu saya."
"Terimakasih banyak Gian, semoga putriku segera ditemukan."
"Amiiin...., apakah sudah menghubungi kawan-kawan dan relasi mu juga?"
"Sudah sudah, dan saya pun mengerahkan orang-orang kepercayaan untuk melacaknya namun belum ada tutik terang, dan pintarnya putriku tu, dia mengganti telponnya agar tidak bisa dilacak, haduuuuh..."
"Ya ampunnn...sabarrrr...gimna ke adaan istrimu?" Dia paham betul istrinya pasti shock berat.
"Dia shock banget ni nangis terus tak henti, sempat juga pingsan, kasian istriku." sahutnya seraya membelai rambut istrinya penuh kasih sayang, ya walau pun mereka sudah tidak muda lagi namun sisi keromantisannya tak pernah reda.
Gian paham betul bagaimana lemah dan rapuh istri sahabatnya itu, karena dulu mereka selalu bersama-sama dari mulai sekolah Menengah Pertama hingga kuliah dan bahkan sampai mereka sama-sama bekrja dan menjadi ahli waris keluarga masing-masing, mereka memang terlahir dari keluarga yang kaya raya secara turun temurun, hingga akhirnya berpisah disaat Gian harus menghandle perusahaan yang ada diBrunei, akhirnya Gian pindah beserta keluaga kecilnya. Namun komunikasi diantara mereka tak pernah putus.
"Yang sabar pasti anakmu baik-baik saja saya yakin Alloh akan selalu melindunginya."
" Amiiin ya Alloh..." Sahut Aldi dan Liana bersamaan.
"Coba kirimkan photo putrimu, karena dulu terakhir ketemu kan masih kecil, takut wajahnya dah berubah."
"Oke, saya kirimkan, sudah dulu ya nanti kalau ada kabar langsung hubungi, dan terimakasih atas kesediaan untuk membantu keluarga saya."
"Sama-sama, jangan sungkan kita kan best friend forever." sahut Gian, setelah pembicaraan tersebut telpon pun diakhiri.
Sementara Ameldita celangak celinguk pas masuk ke kamar tuan mudanya, yang bernuansa gray black itu, kamar yang cukup luas dan megah sama seperti kamar miliknya dirumah, namun berbeda karakter tentunya, setelah kepergian Bu Ani dia langsung mencari baju yang akan dipakai tuannya, bingung juga pilih-pilih baju yang begitu banyak, hingga dia mengambil salah satu baju tuxedo sepasang dengan yang lainnya namun ketika ia membalikan badannya menabrak seseorang yang baru saja masuk ke ruangan itu.
"Bruk...Aaaaaa...." saking kagetnya dia pun berteriak bersamaan dengan seseorang yang mengaduh juga.
"Aduuuuhhh...sial kalau jalan pakai mata woy!"
"Sorry sorry tak kelihatan karena terburu-buru, ta- takut..." Ameldita menutup mulut dengan tangan kiri sementara tangan kanan masih memegang setelan baju.
"Haduuuuh ceroboh sekali kau ini, baru pertama kerja dah bikin orang jantungan, mana bajunya siapkan yang lainnya." Alghi meraih bajunya, kemudian setelah semua disiapkan mulai dari underwear, dasi, kaos kaki, dan sepatu, dia menyuruh Ameldita menunggu disofa dekat ranjangnya.
Selagi memakai baju Alghi berpikir " Kenapa ya suara teriakan dan juga ekpresinya gadis itu sama percis dengan suara seorang gadis cantik yang dijumpainya tadi malam didapur, ah apa kebetulan aja ya, orang dia berbeda, hduuuuhhh jadi kepikiran..."
Setelah selesai berpakaian Alghi keluar dari ruang gantinya, tapi belum menggunakan dasinya, ia sengaja ingin ngerjain tu gadis jelek yang berkulit hitam itu dan menyuruhnya untuk memakaikannya. "Pakaikan dasiku...ga pakai lama udah siang ni, gara-gara drama kau tadi memecahkan barangku." ucapnya ketus.
"Hah aku..." jawab Ameldita seraya menunjuk diri sendiri dengan sesekali menata kacamatanya.
"Pintuuuu...ya kaulah habis siapa lagi." Dengan ketusnya.
"Ta ta pi..., aku tidak bisa."
"Harus bisa tak ada tapi tapian, paham." sahut Alghi seraya melempar dasi itu ke arah muka Ameldita.
"Kurang ajar, kasar sekali dasar kampret, kalau saja bukan majikan sudah ku injak-injak tu muka sombongnya, eu eu euuuuu." gerutunya dalam hati.
"Kenapa malah bengong, kamu memaki saya dalam hati ya, aku tahu apa yang kamu katakan jadi jangan coba-coba!" bentaknya sambil menatap tajam ke arah Ameldita yang nampak gugup dan takut.
"Siapa yang memaki anda tuan, sorry tak berani." Sahut Ameldita seraya menghampiri tuannya untuk mencoba memakaikan dasi tersebut, ya walaupun pertama kali dia memasangkan dasi tapi dia bukan orang bodoh yang tak tahu apa-apa, dia sering melihat tutorial pasang dasi di youtube atau di ig, jadi dah hapallah untuk tingkat pemula.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!