NovelToon NovelToon

Kissing Strangers

Kissing Strangers - Mencium Orang Asing_One

"Mom, Shakila berangkat dulu ya!"

Saat pintu kamar terbuka, Shakila menyembul keluar, dengan memakai dress mini putih di atas lutut. Wajahnya yang polos dan masih belia itu, tampak lebih tua dikarenakan riasan wajah yang ia gunakan make up bold, sehingga garis mukanya sedikit tegas sekarang. Sepertinya, gadis berusia 19 tahun ini akan pergi keluar malam ini.

"Kamu mau pergi kemana, Shakila?" Dengan raut wajah mulai panik, Sekar pun bertanya. Matanya sedikit melebar saat memperhatikan penampilan Shakila sangat berbeda dengan gaya tomboynya.

"Hehe, tentu saja pergi ke pesta ulangtahun teman Shakila! Shakila pergi dulu ya, Mom, takut terlambat!" Shakila melangkah maju lalu mengecup cepat pipi ibu sambungnya itu.

Sekar menahan tangan Shakila seketika. "Tunggu dulu, apa Mommy tidak salah mendengar? Kamu mau pergi dengan pakaian seperti ini?"

Dahi Shakila berkerut agak samar, mendengar perkataan Mommynya. Dia langsung menoleh ke bawah, mengamati dress yang menempel ditubuh moleknya itu. "Why not' Mom? Memangnya kenapa. Cantik Kan?" Berputar cepat ala balerina sambil menyunggingkan senyum manisnya.

Helaan napas kasar berhembus dari hidung mancung Sekar. "Sayang, tentu saja kamu cantik, tapi Mommy tidak mau melihat kamu memakai pakaian ini, lihatlah pakaian ini kurang bahan, apa tidak masuk angin nanti malam? Sudah, sekarang kamu ganti bajumu sebelum pergi ke pesta! Kalau tidak, di hari pertamamu kuliah, uang jajanmu akan Mommy kurangi!" ucapnya, penuh penekanan.

Bukannya takut akan gertakan sang Mommy, Shakila malah menyengir kuda lalu memeluk Mommynya sesaat dan berkata,"Mom, ini memang model bajunya. Mommy jangan khawatir, Shakila tidak mungkin masuk angin, kalaupun iya, Mommy bisa kerokin Shakila nanti hehe, Shakila pergi dulu, Muach! Bye Mommy!"

Sebelum mendengar tanggapan Mommynya, Shakila berlarian cepat menuruni anak tangga, hendak berjalan menuju pintu utama. Meninggalkan Sekar berteriak-teriak histeris memanggil namanya.

"Shakila! Berhenti!!!" teriak Sekar.

Sekar menggeleng pelan, melihat kenakalan anaknya itu. Sejak menginjak bangku SMA sikap Shakila semakin ugal-ugalan. Berbeda sekali dengan perangai kedua anak perempuannya yang sekarang berada di luar negeri bersama suaminya.

Di dapur para asisten rumah tangga terlonjak kaget sejenak, saat mendengar si empunya berteriak untuk ke sekian kalinya. Mereka pun menerka-nerka, apa lagi yang telah diperbuat Shakila. Sudah terlampau sering Shakila membuat ulah di rumah maupun di luar rumah, semua penghuni mansion sudah sangat hapal betul dengan perangai Shakila Loivtun.

Sementara itu, di luar rumah, Shakila terkekeh pelan sembari berlarian amat kencang menuju MOGE (motor gede) miliknya. Dia menoleh ke belakang sejenak, melihat Mommynya berada di belakang, sedang berusaha mengejarnya.

Jika bukan karena pesta ulangtahun temannya, Shakila tak akan mau memakai pakaian serba mini ini. Tetapi, dresscode pesta, mengharuskan dirinya memakai dress yang sangat terbuka hingga menampakkan hampir seluruh bagian tubuhnya

Brmmm!

"Maafkan Shakila, Mom!" Setelah menyalakan motor mogenya, secepat kilat Shakila memakai helm dan tak lupa memakai topeng kupu-kupunya.

"Shakila! Stop! Jangan pergi!" Dengan susah payah, Sekar menuruni anak tangga. Karena dress yang ia kenakan sangat menyulitkan dia untuk bergerak.

"Sorry!" Sebelum melajukan motor kesayangannya itu, Shakila menatap Sekar terlebih dahulu lalu melayangkan tatapan memelas. "Shakila pulang jam 2 ya Mom, tidak lama! Tenang, Shakila bisa menjaga diri!"

Sekali lagi Shakila berseru, membuat Sekar panik setengah mati. Meninggalkan Mommynya yang hampir saja jantungnya copot. Shakila melajukan motornya, membelah jalanan perkotaan menuju hotel The Ritz, tempat pesta akan berlangsung.

Di sepanjang perjalanan, para kaum adam menatap lapar tubuh Shakila, bagaimana tidak, dress yang dikenakan Shakila benar-benar seksi, menampakkan paha mulusnya sehingga membuat siapapun yang memandang pasti akan meneteskan air liurnya tanpa sadar.

"Tidak buruk juga memakai dress," gumam Shakila sambil tersenyum jahil.

Shakila Loivtun atau bisa di sapa Shakila, merupakan anak sambung Sekar dan ayah kandungnya bernama Michael Luivton, pengacara terkenal di Indonesia dan pengusaha di negeri Belanda.

Gadis ini terkenal nakal, jahil dan sangat bar-bar. Hal itulah yang membuat Shakila sampai beberapa kali pindah kuliah. Sebulan sebelumnya, dia pernah berkelahi dengan anak pemilik kampus, mengakibatkan Shakila dikeluarkan dan kemarin dia baru saja mendaftar di kampus baru lagi. Meskipun begitu Shakila gadis yang baik dan cukup ramah.

Lima belas menit kemudian, Shakila telah tiba di hotel. Saat sampai di ballroom hotel, Shakila disambut oleh si pemilik acara dan langsung bergabung bersama teman-temannya. Pemilik acara hanya mengundang kaum hawa saja.

Setelah acara potong-potong kue selesai, mereka semua pergi ke lantai atas, tempat diskotik. Para tamu undangan manut-manut saja.

Malam ini, Shakila terlihat menikmati pesta sampai lupa waktu. Kala musik disko dikumandangkan, Shakila melenggak-lenggokkan pinggulnya sedari tadi, sepertinya dia mabuk berat karena minuman yang disodorkan teman dekatnya barusan.

"Rika, kamu beri aku minuman apa tadi?" Dalam keadaan setengah sadar Shakila bertanya.

Rika malah cecenggesan. Dia juga mabuk berat, dengan sempoyongan, Rika mendekatkan bibirnya ke telinga Shakila. "Hehe, kayaknya bir, lupa banget aku, sudah, nikmati aja deh Shakila, mumpung gratis!"

Bukannya marah Shakila malah meneguk kembali minuman beralkohol tersebut lalu berkata,"Benar juga, hehe! Ayo kita joget lagi!"

Setelah itu ia dan teman akrabnya itu kembali meliuk-liukkan tubuhnya mengikuti hentakan musik disko.

Hari semakin malam, hingga waktu menunjukkan pukul dua belas malam. Shakila sudah mabuk berat. Kini ia sedang duduk di sofa bersama teman-temannya, memperhatikan kerumunan manusia, masih asik mengarungi dunia malam.

Kini Shakila merasakan kepalanya amat sakit, bak di hantam batu besar. Sambil memegang kepalanya yang berdenyut kuat, dia melirik Rika di samping tengah tertidur di pundaknya.

"Hei, aku punya ide bagaimana kalau kita membuat permainan tantangan, sepertinya seru!" Dalam keadaan setengah sadar, si pemilik acara berseru tiba-tiba.

"Tantangan apa?" tanya yang lainnya, semangat.

Si pemilik acara nampak berpikir sejenak lalu menyambar botol bir dan meletakkannya di atas meja. "Aku akan memutar botol ini, jika botol ini berhenti, berarti dia yang harus mencium orang asing, bagaimana? Kalian berani tidak?"

"Setuju!!!" Tanpa berpikir panjang, mereka semua mengiyakan perkataan si pemilik acara. Padahal mereka jelas-jelas sudah memiliki pasangan masing-masing, termasuk Shakila.

Si pemilik acara tersenyum tipis lalu memutar botol dan secara kebetulan botol berwarna hijau tua itu berhenti tepat di hadapan Shakila.

"Oh my God! Di mana aku harus mencari pria hot, di sini tidak yang menarik, semuanya bau ketek!" gerutu Shakila seketika.

"Haha! Terserah Shakila, tidak harus di sini, di lobi juga bisa, biasanya ada sugar daddy duduk di bawah sana!" seru si pemilik acara.

"What? Lalu bagaimana kalian bisa tahu aku sudah berhasil menjalankan tantangan itu?"

"Itu mudah, suruh Rika menemanimu, dia akan memotret mu dari belakang!"

Setelah mendengar perkataan teman-temannya, Shakila langsung menarik tangan Rika dan menyuruhnya mengikuti dirinya ke bawah lobi, mencari pria asing.

"Rika, ayo cepatlah!" Dengan susah payah Shakila menyeret tangan Rika. Karena Rika benar-benar teler.

Rika manut-manut saja meski dirinya begitu lemas.

Saat sampai di depan lift, Shakila melebarkan matanya sedikit, melihat sosok pria tinggi dan besar berada di dalam lift. Karena mabuk berat, penglihatan Shakila buram. Namun, dia dapat melihat otot-otot tubuh si pria menyembul keluar, yang artinya pria di hadapannya adalah pria seksi.

"Gotcha! Rika, cepat foto aku!"

Saat mendengar namanya di sebut, secepat kilat ia mengambil ponsel di tas dan mengarahkan kamera pada Shakila.

Secepat kilat Shakila melangkah maju dan berjinjit di hadapan pria tak dikenalnya itu kemudian mengecup cepat bibir sang pria.

Cup!

Cekrek!

Secara bersamaan lift kembali tertutup. Di luar lift, Rika yang sudah mendapatkan foto Shakila tiba-tiba ambruk di tempat.

Sementara itu di dalam lift, Shakila pun mulai sempoyongan. Tubuhnya condong ke depan dan menabrak dada si pria sejenak.

Sedari tadi pria asing itu terdiam membisu. Sorot matanya yang dingin, membuat hawa di sekitar ikut dingin.

"Ugh, hot man! Kamu tahu, itu ciuman pertamaku, kamu sangat beruntung mendapatkannya hehe..." Shakila meracau-racau tak jelas sembari memegang kepalanya yang berdenyut hebat.

Sebelah alis mata pria bermata coklat itu terangkat sedikit. "Minggir!" Bukannya menanggapi perkataan Shakila, pria itu malah menggeser tubuhnya hendak keluar dari lift.

Saat mendengar suara berat si pria, Shakila kembali berkata,"Oh my God! Suaramu sangat seksi! Take me to heaven!" sahutnya sambil mendekati si pria. Akan tetapi, baru saja satu langkah Shakila pingsan di tempat.

"Ck! Menyusahkan!" Si pria berdecak sebal sesaat saat aroma alkohol menyeruak ke indera penciumannya. Tanpa pikir panjang dia mengangkat tubuh Shakila seperti karung beras dan membawanya ke kamar miliknya.

Sesampainya di kamar si pria menghempas Shakila di atas kasur, sampai Shakila tersadar pada akhirnya.

"Wah, apa aku di surga!" Sepertinya Shakila belum sepenuhnya sadar. Dia beringsut dari atas ranjang dan melihat punggung belakang sang pria asing.

"Kamu mau ke surga?" Si pria membalikkan badan lalu melepas kancing kemejanya satu-persatu. Nampak tato-tato bergambar naga dan abstrak aneh menghiasi punggungnya.

Shakila mengangguk cepat sambil tersenyum lebar.

Setelah membuka pakaian atasnya, si pria menyeringai tipis dan melangkah maju kemudian mengecup cepat bibir ranum Shakila.

"Eugmmh..." Saat tubuhnya di peluk dengan begitu erat, Shakila melenguh kala lidah pria yang tak dikenalnya sama sekali itu berselancar ria di rongga mulutnya.

Dengan penuh nafsu sang pria mencumbu Shakila. Sedari tadi tangannya sudah bergerilya kemana-mana, hingga suara mendayu Shakila membuat sang pria semakin bersemangat' melancarkan serangan.

Semenit pun berlalu, napas Shakila tampak terengah-engah. Dalam hitungan detik, Shakila ambruk kembali.

Bruk!

Sang pria mendengus kesal. Suasana hatinya langsung berubah. Tanpa banyak kata ia mengangkat tubuh Shakila dan merebahkannya di atas kasur.

Kissing Strangers - Mencium Orang Asing_Two

Pagi pun tiba, matahari keluar juga dari tempat persembunyiannya. Sinar mentari mulai masuk ke jendela kaca hotel. Shakila melenguh sejenak kala cahaya matahari menerpa wajahnya.

Secepat kilat ia membuka matanya dan berkedip-kedip cepat saat melihat langit-langit kamar tampak asing. Shakila memutar kepala ke kanan dan ke kiri. Mata bulat itu terbelalak sempurna. Karena ruangan yang dia tempati sekarang, bukanlah kamarnya. Duduk dengan cepat, dia melirik ke segala arah. Rasa sakit kepala akibat mabuk semalam masih amat terasa di kepalanya saat ini.

"Oh my God! Aku di mana?!" Shakila panik bukan main. Dia menelisik ruangan hotel tersebut dan mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi tadi malam.

Dan si4lnya!

Shakila tak ingat sama sekali. Dia melihat tubuhnya seketika, masih memakai dress mininya dengan lengkap.

"Aduh! Bagaimana ini! Pasti aku akan dikeluarkan dari kartu keluarga! Mommy pasti marah besar! Tidak!" Shakila bangkit berdiri lalu melangkah cepat menuju pintu kamar dan menutup pintu kamar dengan sangat kuat.

Saat mendengar suara kegaduhan dari luar, pria asing yang sedang membersihkan diri di kamar mandi, mematikan keran air. Dengan keadaan tubuh setengah basah, dia melangkah cepat menuju kamarnya.

Kedua mata pria pemilik mata coklat itu bergerak ke segala arah, menelisik wanita aneh yang semalam ia temui.

"Kemana dia?" tanyanya, heran.

Tok, tok, tok!

"Mister?"

Terdengar ketukan pelan dari balik pintu. Sang pria melirik sekilas lalu berkata,"Masuk!"

Pintu terbuka seketika, menampakkan dua orang pria berkepala plontos dan bertato di sekujur tubuhnya melangkah masuk ke dalam ruangan.

"Maaf menganggu waktunya Mister, para musuh saat ini sudah terkecoh, mereka mengira Mister pergi ke Moskow," sahut Ricko, tangan kanannya.

Tak ada tanggapan, pria itu malah melangkah pelan mendekati kulkas dan menyambar minuman bir di dalamnya.

"Mister?" Ricki, kembaran Ricko, mencoba menegur bos mereka.

"Lakukan tugas kalian dengan benar, jangan sampai mereka tahu keberadaan kita, kalian tahu sendiri, saat ini kita tidak tahu mana teman mana lawan."

Chris Costello menggeram rendah sejenak kala mengingat kejadian kemarin malam. Masih teringat dengan jelas saat Calvin memberinya minuman beracun mengakibatkan tubuh bagian bawahnya lumpuh sejenak.

Chris Costello, ketua mafia di Italia dijebak oleh abang kandungnya sendiri. Dia tak mengira saudara sedarahnya itu begitu tega mengkhianatinya dan membeberkan tempat ladang bisnisnya kepada musuhnya dan aparat keamanan di sana. Alhasil senjata ilegal, bisnis narkoba dan lain-lainnya disita semua oleh para penyidik.

Sebagai putra kedua dari klan Costello, Chris Costello memang akan diwariskan harta dan jabatan oleh ayahnya, jika ayahnya wafat. Dan seminggu yang lalu, ayah kandungnya telah berpulang. Namun, karena kedengkian abangnya. Dia pun lenggah dan sebagian anak buahnya sudah berpindah kehaluan karena ulah Calvin. Oleh karena itu sekarang dia harus bersikap waspada dan tengah mengumpulkan orang-orang yang mau bergabung dengannya. Jika kekuatannya sudah terkumpul, Chris akan membalaskan dendamnya dan merebut kembali tahtanya.

Beruntung sekali, kemarin Ricko dan Ricki membantunya kabur dari mansion. Mereka berdualah yang masih setia berdiri di sampingnya. Mereka pun membuat tak tik agar Chris dapat kabur dari mansion dengan selamat. Ricko dan Ricki memberi usulan untuk memilih negara Indonesia, sebagai tempat persembunyian mereka. Tempat asing yang tak pernah Chris datangi sama sekali.

"Ricko, Ricki," panggil Chris seketika sambil meneguk minuman berwarna coklat itu dengan cepat.

"Iya Mister?" Ricko melirik Ricki sekilas.

"Apa kalian melihat wanita yang keluar dari kamarku tadi?" Chris meletakkan benda berbentuk bulat itu di atas meja seketika.

Ricko dan Ricki tak langsung menjawab, nampak mengingat-ingat siapakah wanita yang di maksud bosnya.

"Oh ya, aku melihatnya Mister, wanita seksi yang pakai dress putih itu kan!" sahut Ricki, tersenyum sumringah.

Chris menatap tajam Ricki seketika.

Ricko langsung menyenggol lengan Ricki sambil melototkan mata, memberi kode agar tak memuji wanita tersebut.

Ricki gelagapan. Dia langsung menundukkan muka."Maaf Mister, aku tidak bermaksud," ucapnya sambil menggaruk kepala botaknya yang tidak gatal.

Tanpa menatap lawan bicara, Chris berkata,"Cari identitas wanita itu dan segera laporkan padaku!" Kemudian menyambar sepuntung rokok di atas nakas.

"Baik Mister!" sahut Ricko dan Ricki serempak.

Selepas kepergian kedua anak buahnya. Chris menyalakan pemantik dan menghisap rokoknya. Dalam hitungan detik ruangan sudah dipenuhi kepulan asap, Chris melirik sekilas tempat tidur wanita aneh itu semalam. Raut wajah Chris terlihat datar dan tanpa ekspresi sama sekali. Dia melangkah pelan, mendekati ranjang seketika lalu duduk di tepi ranjang.

Bau alkohol bercampur aroma lembut basil dan thyme menyeruak ke indera penciumannya seketika. Meski Shakila tak berada di dalam ruangan ini, namun jejak wangi tubuhnya masih melekat di kamar. Chris melirik topeng kupu-kupu milik Shakila di atas nakas sekilas lalu beranjak dari tempat tidur tiba-tiba, dan menyambar kemeja putihnya kemudian memakainya.

*

*

*

Menjelang siang, sambil menunggu Ricko dan Ricki mendapatkan informasi mengenai Shakila, Chris duduk termenung di sofa sambil menatap keluar jendela hotel.

"Mister Chris?"

Bunyi ketukan pintu, diikuti panggilan namanya, membuat perhatian Chris teralihkan. Dia menoleh ke daun pintu dan berkata,"Masuk!"

"Mister, kami sudah mendapatkan identitas wanita itu," sahut Ricko seketika sambil menekan-nekan layar i-pad.

Chris mengubah posisi duduknya dan menselonjorkan kedua kakinya ke depan lalu meletakkan kedua tangannya ke belakang sebagai alas kepalanya. "Hm, jelaskan!"

"Namanya Shakila Luivton, putri pertama dari Tuan Michael Luivton berasal dari Belanda, yang sekarang sudah menikah dengan wanita Indonesia, namanya Sekar."

Mendengar nama Luivton disebut, sudut bibir Chris terangkat sedikit. "Luivton..." desisnya pelan.

"Michael Luivton adalah pengacara terkenal di Indonesia sekaligus pengusaha di negeri as–"

"Langsung saja ke intinya!" potong Chris cepat.

Ricko melirik Chris sekilas lalu menatap layar i-padnya kembali. "Saat ini Shakila baru saja mendaftar kuliah di Universitas XXX, jurusan teknik nuklir, dia terkenal suka berkelahi dan selalu membuat onar, jadi dia sering berpindah-pindah kampus dan–"

"Apa dia punya pacar?" Sekali lagi Chris menyela perkataan Ricko.

Ricko dan Ricki melirik satu sama lain sejenak. Sangat penasaran dengan isi pikiran Chris saat ini.

"Menurut informasi yang kami dapatkan sudah Mister, tapi kenapa pacarnya banyak ya?" Ricko bergumam pelan.

Tak ada tanggapan, Ricko dan Ricki menatap Chris seketika, dahi mereka berkerut samar. Sementara Chris masih bergeming di tempat tanpa ekspresi sama sekali. Mata tajamnya bak tatapan elang, menatap lurus ke depan.

Keheningan tercipta sesaat di ruangan.

Ricko dan Ricki masih berdiri tegap menghadap ke arah Chris. Keduanya melempar pandangan satu sama lain sejenak.

"Hari ini aku mau kalian mendaftarkan aku sebagai dosen jurusan teknik nuklir, di Universitas Shakila!" Chris bersuara seketika sambil beranjak cepat dari sofa.

"Apa?!" sahut keduanya serempak.

Saat mendengar permintaan Chris, Ricko dan Ricki terlonjak kaget di tempat. Tak mengira bosnya mau menjadi dosen.

Membayangkan saja sudah membuat mereka panik, bagaimana bisa seorang mafia kejam dan terkenal akan kebengisannya ini akan mengajar. Belum sehari mengajar, mungkin saja kelas sudah meledak. Ricko dan Ricki benar-benar tak bisa menebak jalan pikiran Chris saat ini. Apalagi Chris sekarang sedang diburu oleh para musuhnya.

"Apa kalian tuli? Cepat keluar, hari ini semuanya harus selesai, pergi sekarang dari kamarku! Jangan lupa belikan aku kacamata dan pakaian untuk mengajar!" titah Chris tak ingin di bantah, sorot mata yang terpancar dari kedua matanya begitu setajam hingga menembus ke jantung Ricko dan Ricki seketika.

Bergedik ngeri, Ricko dan Ricki mengangguk cepat lalu melangkah pergi.

"Shakila...." desis Chris kemudian sambil menyeringai tipis.

Kissing Strangers - Mencium Orang Asing_Three

Hari senin pun telah tiba, subuh-subuh sekali Shakila terpaksa terbangun dari tidurnya karena sebelum berangkat kuliah dia harus membersihkan seluruh ruangan di mansion. Kemarin Mommmya menghukum dirinya karena terlambat pulang ke rumah.

Tentu saja Shakila tak bisa menolak, sebab jika ia tak menuruti perkataan Mommynya. Maka Mommynya akan mengadu pada Daddynya. Tetapi, setidaknya Shakila bernapas lega karena hukumannya tak terlalu berat pikirnya. Namun, saat dikerjakan, Shakila baru menyadari rumah yang tempati selama ini ternyata sangat luas dan besar.

Shakila benar-benar pasrah jadinya. Dia terpaksa mengerjakan pekerjaan rumah meski badannya sudah pegal dan sakit-sakitan sedari tadi. Setelah selesai melaksanakan tugasnya. Shakila bergegas pergi ke kamar hendak membersihkan dirinya.

Tepat pukul setengah tujuh pagi, Shakila sudah berada di ruang makan bersama adik bungsunya.

"Kak, aku boleh nebeng nggak?" tanya Kyler seketika.

"Nggak, enak aja! Kalau antarin kamu sekolah,

terlambat entar aku, udah ah mau berangkat dulu!" Shakila mengunyah cepat sandwich-nya lalu mengambil tas ranselnya di atas kursi.

Kyler mencibir. "Ish! Pelit amat sih! Dasar Kakak jahat!"

Shakila malah membalas perkataan sang adik dengan menjulurkan lidahnya seketika.

"Ada apa ini kok ribut-ribut?" Sekar baru saja dari dapur. Dia membawa susu untuk putra bungsunya yang baru menginjak sekolah menengah pertama.

"Biasa, anak manja tuh!" Shakila meledek Kyler sejenak.

Kyler langsung turun dari kursi hendak melayangkan pukulan di badan Shakila, seperti yang biasa ia lakukan. Namun, karena tubuh munggilnya, Kyler sedikit kesusahan untuk turun.

Sekar menggeleng pelan, melihat tingkah putra dan putrinya itu.

"Mom, Shakila pergi dulu ya! Bye pendek!" Sebelum adiknya turun dari kursi, Shakila langsung pamit pada Mommynya dan tak lupa menjahili adiknya itu.

Sekar mengangguk cepat.

Secepat kilat Shakila melenggang pergi, meninggalkan adiknya menangis kencang karena tak kesampaian membalas perbuatan kakaknya.

*

*

*

Lima belas menit kemudian, motor gede milik Shakila berhenti tepat di parkiran Universitas XXX. Di mana pacarnya, bernama Baron, menempuh pendidikan juga. Dia membuka cepat helm hitamnya lalu mengibaskan rambut panjangnya seketika. Para mahasiswa yang melintas di sekitar, terpana sejenak, melihat mahasiswi yang wajahnya tak pernah mereka lihat, begitu cantik dan mempesona.

"Fiuh, semoga saja di sini nggak ada orang resek."Shakila mengambil kunci di motor. Lalu melangkah cepat menuju pintu utama kampus.

Belum juga beberapa langkah, Shakila tak sengaja menabrak pundak seorang gadis.

"Oh my God! Maafkan aku, aku benar-benar tidak sengaja," ucap Shakila, dengan tatapan memelas karena dirinya memang tak sengaja menabrak gadis tersebut.

Gadis bertubuh langsing dan bergaya feminim itu malah menyilangkan kedua tangannya di dada dan mengangkat angkuh dagunya lalu berkata,"Heh! Punya mata itu di pake! Enak aja maaf, maaf, berlutut kamu di depan aku!"

Tanpa sadar Shakila mengepalkan kedua tangannya seketika, namun, seseorang dari belakang menepuk pundaknya.

"Shakila!"

Shakila menoleh ke belakang, melihat Baron tersenyum lebar padanya.

"Sayang,"desis Shakila, rahangnya yang mengeras mulai mengendur.

Mendengar kata Sayang, gadis yang sempat ditabrak Shakila tadi tersenyum sinis."Baron, ini pacarmu? Astaga, kampungan sekali!" serunya.

Shakila mengalihkan pandangan dan mulai tersulut emosi. "Ngomong apa kamu barusan ha!" teriaknya menggelegar.

Baron nampak panik. Secepat kilat ia menarik tangan Shakila. "Sayang, jangan marah-marah, sudah, jangan digubris, biarin aja, Donna memang begitu anaknya, sudah yuk aku antar ke kelas."

"Nggak mau!" Shakila menghempas kasar tangan Baron lalu menatap tajam wanita bernama Donna itu. "Sok cantik banget kamu jadi cewek! Tas KW-an aja bangga!" kata Shakila, hendak memprovokasi Donna. Meskipun begitu tas yang dipakai Donna, memang palsu. Sebab Shakila bisa membedakan mana barang asli dan palsu.

Donna naik pitam. Dengan cepat ia menarik rambut panjang Shakila. Akan tetapi, secepat kilat Shakila menendang tubuh Donna, sehingga Donna terjungkal ke belakang.

"Ahk!" jerit Donna kesakitan.

"Rasain! Makanya nggak usah sok kecantikan!" Seringai tipis muncul di bibir tipis Shakila seketika.

"Donna!" Bukannya mendekati pacarnya, Baron malah membantu Donna untuk bangkit berdiri. Melihat hal itu tentu saja Shakila semakin meradang. Dengan tangan terkepal kuat, dia menatap nyalang Baron.

"Pacar kamu bar-bar banget sih Baron! Sakit nih!" gerutu Donna sambil mencibir.

Baron membersihkan tubuh Donna dan menelisik keadaan teman sekelasnya itu.

Hal itu tak luput dari pandangan Shakila. Tanpa pikir panjang dia berlarian ke arah mereka, melompat tinggi kemudian menendang dada Baron seketika.

Bugh!

"Baron!" teriak Donna, terkejut kala melihat Baron terpental ke belakang.

Donna melayangkan tatapan tajam pada Shakila lalu kembali menarik rambut Shakila.

Shakila tak tinggal diam. Dia pun menjambak juga rambut Donna. Alhasil di halaman depan kampus keduanya berkelahi. Lantas para mahasiswa-mahasiswi mengerumuni keduanya, asik menyaksikan perkelahian antara antara primadona kampus dan mahasiswi baru itu.

Suara teriakan dan gemuruh mahasiswa membuat suasana kampus di pagi ini tampak riuh.

"Dasar cewek kampungan! Berani kamu sama aku ha!" teriak Donna, tanpa berniat melepaskan cengkeraman di rambut panjang Shakila.

Shakila enggan membalas perkataan Donna. Dia malah semakin menarik rambut Donna dengan sangat kuat hingga Donna mengaduh kesakitan.

Semenit pun berlalu, keduanya masih berseteru. Tak ada seorang pun yang berani mendekat, Baron pun hanya bisa menonton keributan tersebut tanpa berniat sama sekali melerai.

Saat Shakila teringat akan perkataan Mommynya untuk jangan membuat masalah lagi di kampus barunya, dia mengendurkan cekalan tangannya. Akan tetapi, Donna mengambil kesempatan itu kemudian menendang Shakila tiba-tiba.

Bugh!

Shakila terhuyung ke belakang setelahnya. Matanya reflek menutup rapat. Dia sudah bersiap untuk menahan rasa sakit karena tubuhnya akan terbentur jalanan. Akan tetapi, Shakila heran saat merasa tubuhnya seperti di tahan oleh seseorang. Secepat kilat dia membuka mata dan matanya bertubrukan langsung dengan mata pria berwarna coklat, siapa lagi kalau bukan Chris, yang kebetulan melintas di tempat kejadian.

Untuk sejenak Shakila dan Chris saling memandang satu sama lain, tanpa mengedipkan mata sama sekali.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!