NovelToon NovelToon

Dendam Sang Istri

Episode 1 DESI

Di sebuah rumah yang lumayan besar, seorang pria tua bernama Ajay Nadeem sedang merasa uring-uringan karena perusahaannya sebentar lagi akan mengalami kebangkrutan.

Perusahaan Ajay Nadeem mengalami kerugian yang sangat luar biasa karena di tipu oleh rekan bisnisnya membuat perusahaannya terancam bangkrut dan semua asetnya termasuk rumah akan segera disita Bank.

"Bagaimana ini Pa, Mama tidak mau hidup miskin bagaimana kalau teman-teman Mama sampai tahu, mereka bisa menghina dan menertawakan Mama," keluh Mama Sasmita.

"Diam Ma, Papa sedang pusing ini!" bentak Papa Ajay.

Viki hanya bisa diam, dia tidak tahu harus melakukan apalagi.

"Ini semua gara-gara kamu Viki, kamu terlalu percaya diri dan langsung menandatangani surat perjanjian kerjasama tanpa kamu baca terlebih dahulu apa isinya. Jadi sekarang, kamu lihat akibat dari kecerobohanmu itu!" bentak Papa Ajay.

"Maafkan Viki Pa, Viki sama sekali tidak tahu," lirih Viki dengan menundukkan kepalanya.

Ketiganya terdiam, sungguh saat ini mereka sangat bingung apalagi mereka juga harus pindah dari rumah besar itu karena sebentar lagi akan di sita.

Papa Ajay teringat sesuatu. "Ah Papa tahu. Viki apa kamu masih ingat dengan permintaan dari Pak Rahul Sharma? dulu beliau sempat meminta untuk menjodohkan putrinya denganmu, ini kesempatan emas untuk kita, Viki," seru Papa Ajay antusias.

"Jangan bercanda Pa, Viki sama sekali tidak mau menikah dengan putri Pak Rahul Sharma yang buruk rupa itu. Apa kata teman-teman Viki kalau Viki menikahi wanita monster yang mengerikan itu," kesal Viki.

"Viki, ini demi kelangsungan hidup kita. Katanya kalian gak mau hidup miskin, jadi ini jalan satu-satunya supaya perusahaan kita kembali pulih dan kita pun tidak akan pindah dari rumah ini," seru Papa Ajay.

"Tapi Pa, Viki tidak mau menikah dengan si buruk rupa itu."

"Viki, ayolah ini hanya formalitas saja. Kamu menikahi wanita itu hanya untuk mendapatkan pengakuan saja kalau kamu menantu Pak Rahul Sharma, masalah wanita itu nanti kita urus," sambung Mama Sasmita.

Viki terdiam, di satu sisi dia sama sekali tidak mau menikah dengan wanita yang mempunyai wajah buruk itu, tapi di sisi lain, dia juga tidak mau hidup miskin karena hidup miskin itu sungguh sangat memalukan.

"Baiklah, Viki menyetujui untuk menikah dengan si buruk rupa tapi jangan salahkan Viki kalau Viki akan melakukan hal sesuka Viki terhadap wanita itu," sahut Viki dengan senyumannya.

"Terserah kamu saja, pokoknya yang jelas sekarang kamu mau menikah dengan putrinya Pak Rahul. Nanti sore Papa akan pergi ke rumah Pak Rahul untuk membicarakan lebih lanjut masalah lamaran itu," seru Papa Ajay dengan senyumannya.

***

Sore pun tiba...

Papa Ajay dan Mama Sasmita memutuskan untuk datang ke rumah Papa Rahul, setelah sebelumnya Papa Ajay melakukan perjanjian dengan asisten Papa Rahul.

"Maaf, kalian mau ke mana?" tanya sekuriti rumah itu.

"Kami mau bertemu dengan Pak Rahul, saya sudah janjian dengan beliau tadi siang," sahut Papa Ajay.

"Kalau begitu, sebentar saya mau laporan dulu kepada Pak Rahul," seru si sekuriti.

Pak Sekuriti pun segera masuk ke dalam rumah, untuk menanyakan apa benar mereka adalah temannya Pak Rahul.

Tidak lama kemudian sekuriti pun datang. "Silakan masuk, Pak Rahul sedang menunggu di dalam."

Papa Ajay dan Mama Sasmita pun masuk ke dalam rumah Pak Rahul, mereka tampak tercengang dengan rumah Pak Rahul yang sangat megah bak istana itu bahkan banyak penjagaannya juga.

"Pa, rumahnya megah sekali," bisik Mama Sasmita.

"Iya Ma, aku saja baru pertama kali menginjakan kaki di rumah Pak Rahul."

Keduanya melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah Pak Rahul, lagi-lagi mereka dibuat menganga dengan suasana di dalam rumahnya yang penuh dengan barang-barang mewah dan mahal.

"Selamat datang di rumahku, Pak Ajay," seru Pak Rahul dengan ramah.

"Iya Pak Rahul, terima kasih."

"Silakan duduk."

Keduanya pun duduk, walaupun Pak Rahul terlihat ramah tapi tetap saja mereka merasa segan kepada Pak Rahul karena beliau adalah salah satu pengusaha terkaya dan ditakuti oleh lawan-lawan bisnisnya.

"Ada apa Pak Ajay dan istri datang ke sini? apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Pak Rahul.

"Begini Pak, beberapa bulan yang lalu Pak Rahul sempat mengatakan kalau Pak Rahul ingin menjodohkan putri Pak Rahul dengan putra kami, apa sekarang Pak Rahul masih berminat untuk menjodohkan putri Pak Rahul dengan putra kami?" seru Pak Ajay gugup.

Pak Rahul menaikan satu alisnya seakan dia merasa mengetahui maksud dan tujuan pasangan suami istri itu.

"Kenapa tiba-tiba Pak Ajay menanyakan hal itu? apa putra Pak Ajay saat ini sudah mau menikahi putri saya?"

"I-iya Pak, putra kami sudah bersedia untuk menikahi putri Pak Rahul," sahut Papa Ajay.

Pak Rahul mengelus dagunya seakan sedang memikirkan sesuatu, membuat Papa Ajay dan Mama Sasmita semakin gugup bahkan keringat dingin sudah membasahi tubuh mereka.

"Baiklah, kapan pernikahan itu akan dilaksanakan?" tanya Pak Rahul.

"Kalau bisa, secepatnya Pak Rahul."

"Baik, kalian tidak usah memikirkan apa pun semuanya biar saya yang urus. Dan satu lagi, perusahaan Pak Ajay akan segera pulih kembali, anggap saja itu sebagai hadiah kecil dari saya karena putra kalian mau menikah dengan Kiran, Putri saya."

"Astaga, terima kasih Pak Rahul anda memang orang yang paling baik. Kalau begitu kami pamit pulang dulu, kami pastikan Viki akan menjadi suami yang baik untuk Naik Kiran," seru Papa Ajay.

"Harus, karena kalau anak kalian berani menyakiti anak saya, kalian akan tahu kan apa akibatnya."

"I-iya Pak, kami mengerti."

Papa Ajay dan Mama Sasmita pun pamit pulang, sementara itu dari lantai atas Kiran tampak mengintip dari balik dinding lalu dia pun kembali masuk ke dalam kamarnya.

Kiran melihat wajahnya di cermin, wajah yang sangat jelek menurut dirinya.

"Kenapa pria itu tiba-tiba ingin menikahiku? apa dia benar-benar mencintaiku atau jangan-jangan hanya ingin memanfaatkan ku?" gumam Kiran.

Kiran adalah putri tunggal dari Pak Rahul, Kiran adalah wanita yang cantik tapi di saat masih kecil, Kiran mengalami kecelakaan mobil bersama Mamanya. Mamanya meninggal dunia, dan Kiran mengalami luka yang lumayan parah dibagian wajahnya yang membuat semua orang tidak mau berteman dengan Kiran karena wajah mengerikan Kiran.

Pak Rahul bukannya tidak mampu untuk mengoperasi wajah Kiran, tapi Kiran sendiri yang tidak mau karena Kiran merasa takut menjalani operasi akhirnya Pak Rahul tidak bisa memaksa, ia pun membiarkan apa yang menjadi keinginan putrinya itu.

Yuhu, bertemu lagi dengan karya terbaru Author jangan lupa dukungannya karena karya ini Author masukan dalam lomba.

Jadi jangan lupa rate 🌟 5, subscriber, like, gift, vote, dan komen terima kasih.

NB : Maaf ya, nama pemerannya Author pakai nama-nama orang India jangan di hujat🙏🙏😅😅

Episode 2 DESI

Pak Rahul menghampiri putrinya itu dan duduk di samping Kiran.

"Sayang, tadi ada Pak Ajay datang ke sini dan ingin melamar kamu untuk anaknya Viki," seru Pak Rahul.

"Iya Pa, Kiran sudah tahu."

"Jadi bagaimana, apa kamu bersedia untuk menikah dengan Viki?"

"Kiran tidak percaya dengan pria yang mau menikahi Kiran, semua orang takut melihat Kiran apalagi Kiran mempunyai wajah yang sangat mengerikan jadi, apa dia serius ingin menikahi Kiran?" seru Kiran.

"Papa yakin pria itu serius ingin menikahimu, karena kalau sampai pria itu menyakiti hatimu, Papa jamin mereka akan hancur sehancur-hancurnya."

Kiran menyunggingkan senyumannya, Kiran tidak menolak perjodohan itu karena memang secara diam-diam Kiran sudah mengagumi sosok Viki.

Bahkan Kiran diam-diam menyelidiki semua media sosial milik Viki. Viki adalah pria yang tampan, banyak sekali wanita yang menginginkan Viki tapi sekarang Kiran bagaikan mendapatkan durian runtuh, pria yang selama ini dia puja-puja akhirnya justru melamarnya dan akan menikahinya.

***

Waktu pun berjalan dengan sangat cepat, tibalah acara pernikahan Kiran dan Viki. Pak Rahul membuat pernikahan yang sangat mewah untuk putri satu-satunya itu, dalam pernikahannya Kiran sengaja menggunakan cadar karena dia tidak mau semua tamu undangan jijik melihat wajahnya yang buruk rupa itu.

Berbeda dengan Kiran yang sangat bahagia, Viki sama sekali tidak bahagia. Viki memang sangat terpaksa menikahi Kiran hanya demi menyelamatkan perusahaan dan hidupnya yang tidak mau sampai jatuh miskin.

"Viki dengarkan Papa, kamu jangan memperlihatkan wajah ketusmu karena Papa tidak mau Pak Rahul mengetahuinya dan kita akan jatuh miskin," bisik Papa Ajay.

"Tapi Viki malu Pa, menikah dengan wanita di buruk rupa itu," bisik Viki.

"Bersabarlah, setelah kita mendapatkan semuanya, kamu boleh melempar wanita itu ke mana pun kamu mau."

Memang selama ini tidak ada yang tahu wajah asli Kinan, karena di saat Kinan keluar rumah dia memakai cadar untuk menutupi wajahnya yang sangat mengerikan itu.

Acara pernikahan pun selesai, Viki dan Kiran pun masuk ke dalam kamar hotel yang sangat mewah yang sudah disiapkan oleh Pak Rahul.

Viki menutup pintu kamar hotel itu, perlahan Viki menghampiri Kiran dan mencengkram kedua pundak Kiran.

"Hai wanita buruk rupa, dengarkan aku. Aku menikahimu karena terpaksa hanya untuk menyelamatkan perusahaanku, jadi kamu jangan senang dulu karena penderitaan mu akan segera di mulai. Dan satu lagi, jangan sekali-sekali kamu melaporkan kepada Papa kamu karena kalau kamu berani mengadu, aku tidak akan segan-segan untuk membunuhmu dan Papamu itu," ancam Viki.

Viki pun dengan kasar menghempaskan tubuh Kiran, sehingga Kiran tersungkur ke lantai. Airmata Kira pun menetes, ternyata benar dugaannya tidak ada pria yang tulus mencintainya, mereka hanya ingin memanfaatkan Kiran saja.

Viki pun menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur karena dia merasa sangat lelah.

"Jangan pernah kamu tidur di sini, karena aku tidak mau berdekatan dengan wanita buruk rupa sepertimu," seru Viki.

Lagi-lagi hati Kiran merasa sangat sakit mendengar pria yang baru beberapa jam resmi menjadi suaminya itu menyebut dirinya sebagai wanita buruk rupa.

Kiran pun bangkit dan melangkahkan kakinya menuju sofa, perlahan dia merebahkan tubuhnya di atas sofa dengan deraian airmata.

"Bodoh, aku benar-benar bodoh karena sudah mau menikah dengan pria itu, sudah jelas-jelas dia hanya ingin memanfaatkan ku. Tapi aku harus bagaimana?" batin Kiran.

Perlahan Kiran mulai memejamkan matanya, sungguh saat ini dia sangat lelah dan tidak membutuhkan waktu lama, akhirnya Kiran pun tertidur di atas sofa itu dengan masih menggunakan gaun pengantinnya.

***

Keesokan harinya....

Kiran sudah bangun pagi-pagi sekali, dan dia segera masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Beberapa saat kemudian, Kiran selesai mandi dan berganti pakaian.

Perlahan Kiran menghampiri Viki yang masih tertidur itu, Kiran ingin membangunkan Viki tapi Kiran takut Viki marah. Setelah berpikir cukup lama, akhirnya Kiran memberanikan diri untuk membangunkan Viki karena Papanya sudah mengirim pesan supaya mereka berdua cepat turun untuk sarapan bersama.

"Mas, bangun Mas sudah siang," seru Kiran ragu-ragu.

Viki mulai menggerakkan tubuhnya, perlahan dia membuka mata dan melihat Kira berada di sampingnya dengan wajah yang tidak tertutup, membuat Viki kaget dan terjatuh dari tempat tidur.

"Astaga, tutup wajah kamu yang mengerikan itu aku sangat jijik melihatnya!" bentak Viki.

Mata Kiran sudah mulai berkaca-kaca lagi, dengan kesalnya Viki pun menyambar handuk dan masuk ke dalam kamar mandi.

Kiran kembali menangis menahan rasa sakit akibat hinaan yang diterima oleh suaminya itu. Kiran dengan cepat menghapus airmatanya dan segera memakai cadar, karena takut Viki segera selesai mandi dan kembali memarahinya.

Beberapa saat kemudian, Viki selesai mandi dan sudah rapi dengan pakaian rapinya. Tidak bisa dipungkiri kalau Kiran sangat terpesona akan ketampanan Viki.

"Mas, Papa sudah menunggu di bawah untuk sarapan bersama," seru Kiran dengan menundukkan kepalanya.

"Ingat, jangan mengadu kepada Papamu," ancam Viki.

"Iya, Mas."

Viki dan Kiran pun langsung menuju ke bawah ke restoran hotel untuk sarapan bersama. Viki bersikap seperti biasa di hadapan Pak Rahul, seakan dia mencintai Kiran karena Viki ingin menarik perhatian Pak Rahul.

"Sayang, kamu sarapan yang banyak ya biar kamu sehat," seru Viki dengan mengambilkan makanan untuk Kiran.

Papa Ajay dan Mama Sasmita ikut menyunggingkan senyumannya, Viki memang pintar bersandiwara.

"Kalian mau tinggal di mana? di rumah Papa atau mau membeli rumah sendiri?" tanya Pak Rahul.

Baru saja Kiran membuka mulutnya, tapi dengan cepat Viki menjawabnya.

"Tidak Pa, Kiran biar tinggal di rumah Viki saja soalnya Viki kan bekerja, jadi kalau Viki bekerja, Kiran ada teman ngobrol sama Mama," sahut Viki.

"Benar Pak Rahul, Kiran biar tinggal bersama kami saja. Pak Rahul jangan khawatir, Kiran akan baik-baik saja bersama kami," sambung Mama Sasmita.

Kiran tampak menundukkan kepalanya, dia mempunyai firasat buruk. Setelah selesai sarapan, akhirnya keluarga Viki pun membawa Kiran ke rumah mereka.

Selama dalam perjalanan, Kiran tampak diam saja sudah dipastikan sampai di rumah Viki, Kiran akan memulai penderitaannya.

"Pokoknya kamu jangan keluar rumah, karena aku tidak mau semua tetangga tahu kalau aku punya menantu yang buruk rupa seperti kamu," ketus Mama Sasmita.

Sakit, sungguh sakit Kiran mendengar ucapan Mama mertuanya itu. Ternyata pernikahan dia dengan Viki bukanlah awal kebahagiaan untuk Kiran, tapi awal penderitaan untuk Kiran.

"Tapi lihatlah, banyak pengusaha yang iri kepada kita karena kita berhasil berbesanan dengan Pak Rahul, pengusaha paling sukses dan kaya di negara ini," seru Papa Ajay.

Mereka bertiga saling menyunggingkan senyumannya, berbeda dengan Kiran yang tampak mengepalkan tangannya menahan kesakitan yang saat ini dia rasakan.

Episode 3 DESI

Sesampainya di rumah, semua keluarga Viki tampak mengacuhkan Kiran.

"Kamar kamu ada di belakang, berdampingan dengan kamar pembantu," seru Mama Sasmita.

"Apa? kenapa aku tidur di belakang?" tanya Kiran.

Mama Sasmita menjambak rambut Kiran membuat Kiran meringis kesakitan.

"Memangnya kamu mau tidur di mana? kamu pikir kamu akan tidur satu kamar dengan Viki? jangan mimpi!" sentak Mama Sasmita dengan menghempaskan tubuh Kiran.

"Aku tidak sudi satu tempat tidur dengan wanita buruk rupa sepertimu, bisa-bisa aku mimpi buruk setiap hari," ketus Viki.

"Pokoknya jangan keluar kamar, jangan membuat penghuni rumah ini kaget dengan wajah mengerikan yang kamu punya!" sentak Mama Sasmita.

Semua orang pun langsung masuk ke kamar masing-masing, Kiran perlahan bangkit dan melangkahkan kakinya menuju belakang di mana kamarnya berada.

Bahkan pembantu di rumah itu pun memperlihatkan tatapan sinisnya kepada Kiran. Kiran menggeret kopernya dan masuk ke sebuah kamar kecil yang berisi satu kasur single dan lemari kecil.

"Ya Allah, kenapa hidupku seperti ini?" gumam Kiran dengan deraian airmatanya.

Seumur hidupnya, Kiran diperlakukan layaknya tuan putri. Papanya tidak pernah membentak atau pun bersikap kasar kepadanya, tapi keluarga Viki berani sekali memperlakukan Kiran sekasar itu.

Baru saja Kiran ingin merebahkan tubuhnya, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan menampilkan sosok pembantu di rumah itu.

"Siapa suruh kamu berleha-leha? bantu aku mencuci piring," sinis Bi Ida.

"Cuci piring? aku ini istri majikan mu, kenapa aku harus mencuci piring?" tanya Kiran.

"Berani sekali kamu melawanku, aku ini sudah lama bekerja di sini dan Nyonya Sasmita meminta aku untuk menyuruh kamu membantu pekerjaanku di dapur jadi sekarang tidak ada bantahan lagi, kamu harus cuci piring," ketus Bi Ida.

Kiran pun akhirnya dengan terpaksa mengikuti perintah pembantu di rumah Viki, Kiran tampak terdiam di hadapan tumpukan piring-piring kotor itu. Selama dia hidup, dia belum pernah mencuci piring dan dia tidak tahu bagaimana caranya mencuci piring.

"Kenapa kamu diam? ayo kerjakan!" bentak Bi Ida.

"Bagaimana caranya? aku tidak bisa," sahut Kiran.

"Astaga, hidup kamu tidak berguna sekali masa cuci piring saja kamu tidak bisa? jadi selama ini kamu ngapain aja di rumah?" ketus Bi Ida.

"Aku mempunyai puluhan ART, jadi buat apa aku bekerja lagi."

"Dasar wanita sombong, cepetan cuci piring-piring kotor itu karena kalau sampai Nyonya Sasmita tahu piring-piring belum di cuci, dia bisa marah besar."

Akhirnya Kiran pun mau tidak mau melakukan pekerjaan yang selama ini belum pernah dia lakukan sama sekali. Kiran sangat kesusahan, hingga tidak lama kemudian Kiran pun memecahkan piring-piring yang dia cuci karena tangannya licin dengan sabun.

"Astaga, Nyonya Sasmita pasti akan marah besar apalagi piring-piring itu adalah piring kesayangan Nyonya Sasmita," seru Bi Ida panik.

Nyonya Sasmita datang karena mendengar suara benda pecah.

"Ada apa ini?" tanya Mama Sasmita.

"Nyonya, lihatlah dia memecahkan semua piring-piring kesayangan Nyonya," adu Bi Ida.

"Apa?"

Mama Sasmita membelalakkan matanya, memang benar itu adalah piring kesayangannya dan Mama Sasmita juga sudah susah-susah memesan piring itu khusus ke tokonya.

Dengan amarah yang memuncak, Mama Sasmita pun menjambak rambut Kiran.

"Aw, lepaskan Ma. Sakit."

"Berani sekali kamu memecahkan piring-piring kesayanganku, kamu tahu aku itu khusus pesan piring itu dan piring-piring itu tidak ada yang punya tapi sekarang kamu malah memecahkannya, kurang ajar sekali kamu!" bentak Mama Sasmita.

Mama Sasmita menghempaskan tubuh Kiran ke lantai dan tangan Kiran tidak sengaja mengenai pecahan piring itu sehingga tangannya berdarah.

"Aw."

"Kamu harus membayar mahal atas apa yang sudah kamu lakukan ini!" bentak Mama Sasmita.

Viki datang menghampiri. "Astaga, ada apa sih? berisik sekali, aku ingin istirahat," geram Viki.

"Viki, lihatlah wanita buruk rupa itu sudah memecahkan piring-piring kesayangan Mama dan piring itu tidak ada di pasaran karena Mama pesan khusus ke tokonya," kesal Mama Sasmita.

"Ya ampun, baru tinggal beberapa menit saja di rumah ini kamu sudah membuat masalah, apalagi kalau kamu tinggal lama bisa-bisa rumah ini hancur!" sentak Viki.

"Aku bisa mengganti piring-piring itu Mas, nanti aku tinggal hubungi tokonya dan biar aku yang bayar semuanya," sahut Kiran lembut.

Viki mencengkram wajah Kiran. "Jangan karena kamu anak orang kaya, kamu bisa melakukan seenaknya. Di rumahmu, kamu memang diperlakukan layaknya Tuan putri tapi di sini kamu harus melakukan apa yang kami suruh, mengerti!" bentak Viki.

"Bi Ida, jangan kamu bantu dia biarkan dia sendiri yang membersihkan sisa-sisa pecahan piring itu," seru Mama Sasmita.

"Baik, Nyonya."

Mama Sasmita, Viki, dan Bi Ida pun pergi, Kiran kembali meneteskan airmatanya sungguh perlakukan mereka sudah sangat keterlaluan.

Kiran terpaksa membersihkan pecahan piring itu, bahkan darah yang ada di tangannya terus saja menetes dan rasanya sungguh sangat perih.

"Pa, Kiran ingin pulang," batin Kiran dengan deraian airmatanya.

Kiran melihat ada kain untuk mengeringkan piring, dia pun membalut tangannya dengan kain itu supaya darahnya berhenti menetes.

Setelah selesai membereskan pecahan piring itu, Kiran pun kembali ke kamarnya. Untung saja obat-obatan selalu Kiran bawa ke mana-mana, selain obat untuk mengobati luka di wajahnya, Kiran juga selalu bawa kotak obat-obatan lainnya.

Kiran menyiram tangan yang terluka itu dengan cairan alkohol, Kiran sampai menggigit bantal saking perihnya.

"Ya Allah, sakit banget," batinnya.

Airmatanya tidak berhenti mengalir di pipinya, Kiran pun menutup lukanya dengan perban. Setelah selesai, Kiran mulai merebahkan tubuhnya di atas kasur single yang kecil itu. Kiran adalah putri seorang konglomerat, dia biasa hidup dengan bergelimpangan harta bahkan setiap kebutuhannya ada yang mengurus, tapi sekarang Kiran harus melakukan pekerjaan yang sama sekali tidak pernah Kiran lakukan seumur hidup Kiran.

"Pa, Kiran gak kuat tinggal di sini. Baru beberapa jam saja Kiran sudah gak kuat, bagaimana kalau Kiran harus tinggal selamanya di sini, bisa-bisa Kiran mati," gumam Kiran dengan deraian airmatanya.

Kiran tidak pernah bersosialisasi dengan orang-orang karena Kiran merasa malu dengan wajahnya yang buruk itu, tapi di saat Papanya ingin menjodohkan Kiran dengan Viki, Kiran begitu sangat bahagia apalagi Viki seorang pria yang tampan.

Tapi keputusan Kiran untuk menikah dengan Viki ternyata sangat salah, karena Kiran bukannya bahagia justru Kiran menderita.

"Mama, Kiran sangat merindukan Mama, kenapa waktu itu Mama tidak sekalian bawa Kiran? mungkin Kiran akan bahagia bersama Mama," gumam Kiran.

Perlahan mata Kiran mulai sayu, saking lelahnya menangis membuat Kiran merasa ngantuk. Tidak membutuhkan waktu lama, akhirnya Kiran pun terlelap menuju alam mimpinya dan Kiran juga berharap dalam hatinya, semoga ini semua hanyalah mimpi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!