◡̈⋆ⒽⒶⓅⓅⓎ Reading🍁
𝙼𝚘𝚑𝚘𝚗 𝚔𝚎𝚋𝚒𝚓𝚊𝚔𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊 𝚍𝚊𝚕𝚊𝚖 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚊𝚌𝚊 ㋡
〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎
Di bawah terik matahari siang yang memancar. Suasana Kota yang terasa seperti neraka, dengan keramaian serta udara yang kotor. Manusia yang disibukkan oleh pekerjaan masing-masing, menambah suasana terasa lebih buruk dari kata 'neraka'.
Seorang wanita dengan parasnya yang cantik, kira-kira berusia 23 tahun nampak berlari di bawah terik matahari siang.
Ia tak mempedulikan sekelilingnya. Karena hanya berlari dan terus berlari sepanjang 1 KM dengan sepatu haknya.
Wanita itu adalah Natasya Gu, anak satu-satunya dari keluarga yang berpengaruh besar di Kota mereka. Wanita yang cukup populer di kalangan para Pria. Dengan kecantikan serta kekayaan yang ia miliki, sangat mudah menarik perhatian Pria di sekelilingnya.
*DUK!*
Mungkin sebatang ranting pohon, hingga membuatnya tersandung dan terjatuh di atas hamparan rumput hijau.
"Argh, kakiku ... " rintihnya seraya memegang erat kakinya yang terkilir.
Kedua bola matanya menatap heran seorang Pria yang terbaring di atas hamparan rumput taman. Nampaknya Pria itu tak berdaya.
Kini ia tau apa yang menyebabkannya terjatuh, bukan lagi ranting pohon melainkan tangan Pria tersebut.
Wanita itu merangkak mendekati Pria tak berdaya di belakangnya. Menatap dari jarak yang begitu dekat.
"To-- tolong aku ... " ucapnya meminta tolong. Bibirnya pucat dan bergetar hebat. Bahkan tangannya pun tak mempunyai tenaga untuk menghentikan Natasya.
"A-- apa?! Apa aku harus membawamu ke rumah sakit? Tapi ... Richard sedang ...."
"Kumo-- hon, to-- tolong aku. Bawa aku ke tempat yang dingin ... " selanya. Wajahnya yang nampak tak berdaya mampu meluluhkan hati Natasya.
Beberapa pertanyaan muncul dalam benaknya. Hatinya merasa begitu ragu untuk menolong Pria tersebut.
Meskipun enggan, namun Natasya bersikeras membawanya ke rumah. Ia menghentikan sebuah taksi yang kebetulan lewat untuk di tumpanginya bersama Pria tersebut.
......................
Langit cerah tergantikan oleh warna gelap yang nampak begitu malam tiba. Suara kicauan burung yang begitu merdu dalam sekejap berubah menjadi suara burung hantu.
Begitu juga dengan keramaian di pusat Kota, para manusia yang sebelumnya menyibukkan diri mereka dari pagi hingga malam, kini kembali ke rumah masing-masing untuk beristirahat.
Suasana hening menyelimuti ruangan di sebuah rumah besar nan mewah. Setiap dinding memiliki desain serta warna yang berbeda-beda. Bahkan setiap ruangan juga memiliki lukisan hasil pelelangan.
Seorang wanita tengah tertidur lelap di atas sofa ruangannya. Matanya yang tertutup rapat dengan bantal dalam pelukannya.
Meski dalam tidur lelapnya, Natasya bisa merasakan hembusan nafas seseorang. Perlahan kedua matanya terbuka. Ia kontan terkejut, begitu mendapati Pria yang di tolongnya tadi pagi berada dalam jarak yang begitu dekat dengannya.
"Aaaa!!" Natasya berteriak tanpa ampun.
Pria itu berdalih menatap sudut ruangan seakan tak ada yang terjadi di antara mereka.
"Apa yang kau lakukan tadi?!!" tanya Natasya seraya bangkit dari sofa.
"Apa yang ku lakukan? Seingatku tidak ada," pria itu berkata dengan dingin.
"Sejak kapan kau bangun? Ah, itu tidak penting. Yang penting adalah, sekarang kau sudah sadar."
Pria dengan tubuh kekar serta wajahnya yang tampan tak menggubris perkataan Natasya. Ia berjalan kesana kemari mencari pintu keluar, namun tak mendapatinya.
"Ngomong-ngomong, siapa namamu?" tanya Natasya menghentikan langkah kaki Pria tersebut.
"Namaku Felipe Theodoros. Panggil saja aku Felipe."
"Namamu terdengar sedikit aneh," lontarnya kontan membuat Pria yang mengaku sebagai Felipe menatapnya tajam.
Ia tersenyum kecil, lalu meraih ponsel yang berada tak jauh dari sofa. Entah apa yang di ketiknya pada keyboard ponsel, wajahnya mampu mengeluarkan senyuman licik.
Sementara Felipe hanya memandangnya sebelah mata. Perasaan benci mulai membara dalam jiwanya sesaat setelah Natasya tersenyum.
"Ah, apa kau mau makan malam? Pasti kau sangat lapar karena sejak siang belum memakan sesuap nasi pun," cakap Natasya membuyarkan lamunan Felipe.
"Tidak perlu," katanya dingin.
Ia duduk pada sofa yang sebelumnya digunakan Natasya untuk tidur.
Sementara Natasya melangkahkan kakinya menuju dapur yang satu ruangan dengan Felipe.
Ia mulai memotong beberapa bumbu seperti bawang. Beberapa kali mata serta tangannya sempat fokus pada ponsel miliknya. Natasya sampai tak menyadari bahwa kali ini bukan lagi bawang yang di potongnya, melainkan jari telunjuknya.
"Aahh!! Jariku ... sakit sekali ... " rintihnya kontan membuat Felipe berdalih menatapnya.
Jari telunjuk Natasya mengeluarkan cairan merah kental. Cairan itu perlahan bercucuran mengotori tangannya yang berkulit putih.
Disaat yang sama, tatapan Felipe sama sekali tak buyar. Kedua matanya terbelalak mendapati darah pada jari telunjuk Natasya.
Kakinya dengan cepat melangkah mendekati wanita yang tengah berada di dapur. Felipe memegang erat jarinya. Satu hal yang membuat Natasya terkejut, Felipe menjilati jarinya yang berlumuran darah.
"Apa yang kau lakukan, hei?!"
"Segar ...."
"Felipe, lepaskan tanganku!" perintahnya seraya menodorong tubuh Felipe.
Pria itu melangkah mundur, ia bahkan menyeringai diiringi tatapan tajam dari wajahnya. Mendapati sosoknya yang menyeramkan membuat bulu kuduk Natasya berdiri dalam sekejap.
Tiba-tiba sesuatu berjalan dalam benak wanita berusia 23 tahun itu. Ia menatap wajah Felipe yang begitu tampan, dengan rambut berwana hitam pekat yang tertata rapi.
"Felipe, bagaimana jika kau bekerja untukku?" tanya Natasya memastikan. Nampaknya ia berharap lebih.
"Aku tidak mau," Felipe menolak dengan kasar, bahkan sebelum Natasya mengatakan apa pekerjaannya.
"Hei, kau bahkan belum tau apa pekerjaan yang aku maksud. Pekerjaannya tidak sulit, tapi aku akan memberimu banyak uang," jelasnya sembari berjalan mendekat ke arah Felipe.
"Kau hanya perlu berpura-pura menjadi Priaku. Sebelum itu, aku ingin tau berapa usiamu dan apa keahlian yang kau miliki dalam percintaan," lanjut ucap Natasya.
"1000 tahun?"
"Apa? Jangan bercanda, sekarang aku sedang serius."
"Jika menurutmu aneh, kau tidak perlu percaya," lontarnya ketus. Felipe berdalih menatap ke arah lain untuk menghindari pandangan Natasya.
"Baiklah, kita tidak perlu mempermasalahkan yang itu. Lagipula wajahmu masih terlihat muda. Lalu, apa keahlianmu?"
"Membuka pakaian wanita?"
"Apa dia itu Pria mesum?"
Felipe memperlihatkan raut wajah liciknya. Kini tubuh Natasya terasa bergetar hebat lantaran merasa takut.
"Tu-- tunggu disini, aku akan segera kembali," kata Natasya. Ia berjalan mundur menuju kamarnya yang berada di ruangan lain.
Raut wajah Pria itu dalam sekejap kembali menjadi dingin. Ia memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana, dan mencari-cari pintu keluar.
Begitu Natasya kembali ke ruangan dapur, ia sama sekali tak mendapati Felipe di ruangan itu. Hanya ada sebuah gelang berwarna merah tua yang sebelumnya dikenakan oleh Pria tersebut.
Natasya tak ambil pusing, ia kembali melanjutkan mengolah makanan yang sempat terhenti akibat drama kecil. Namun sesekali ia kembali teringat akan sikap Felipe yang tak biasa. Seperti menjilati tangannya yang berlumuran dengan darah.
🍂𝙱𝚎𝚛𝚜𝚊𝚖𝚋𝚞𝚗𝚐 ...
𝙼𝚘𝚑𝚘𝚗 𝚍𝚞𝚔𝚞𝚗𝚐𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚔𝚊𝚛𝚢𝚊 𝚊𝚞𝚝𝚑𝚘𝚛, 𝚔𝚊𝚛𝚎𝚗𝚊 𝚔𝚊𝚛𝚢𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚜𝚎𝚍𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚒𝚔𝚞𝚝𝚒 𝚕𝚘𝚖𝚋𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚞𝚕𝚒𝚜 𝚗𝚘𝚟𝚎𝚕. 𝙳𝚞𝚔𝚞𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚔𝚎𝚌𝚒𝚕 𝚊𝚙𝚊𝚙𝚞𝚗 𝚜𝚊𝚗𝚐𝚊𝚝 𝚋𝚎𝚛𝚑𝚊𝚛𝚐𝚊 𝚋𝚊𝚐𝚒 𝚊𝚞𝚝𝚑𝚘𝚛, 𝚕𝚘𝚑 ... 🍁
◡̈⋆ⒽⒶⓅⓅⓎ Reading🍁
𝙼𝚘𝚑𝚘𝚗 𝚔𝚎𝚋𝚒𝚓𝚊𝚔𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊 𝚍𝚊𝚕𝚊𝚖 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚊𝚌𝚊 ㋡
〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎
Sinar matahari pagi menembus masuk melalui kaca jendela. Serta kicauan burung yang menyanyi merdu terdengar begitu lembut.
Seorang wanita terbangun di sebuah ranjang kamarnya. Ia perlahan membuka kedua bola matanya begitu hembusan angin kencang membangunkannya.
Wanita itu, Natasya Gu. Ia melihat ke arah jarum jam yang terpampang di dinding kamarnya. Perlahan Natasya turun dari ranjang lalu menatap wajahnya yang berantakan di cermin.
"Apa aku kelelahan? Kenapa mataku seperti panda," cetusnya seraya berjalan mendekati ruang kamar mandi.
Ia mengambil handuk dan di bawanya masuk. Setelah cukup lama menyibukkan dirinya dengan sabun mandi serta air hangat, Natasya keluar dengan raut wajah segar.
Ia meraih perlengkapan make up pada meja riasnya. Satu persatu make up miliknya ia gunakan. Parasnya yang cantik ditambah dengan sedikit riasan natural membuat kecantikannya semakin tak tertandingi.
Tepat saat setelah ia usai mengurus tubuhnya, tiba-tiba saja ponselnya berdering. Ia berlari terbirit-birit mengambil ponsel yang di letakannya di ruang kerja.
"Richard? Ada apa pagi-pagi begini dia meneleponku?" gumamnya kemudian mengangkat panggilan tersebut.
"Selamat pagi Natasya sayang, apa hari ini kau tidak sibuk? Aku ingin mengajakmu pergi ke mall, bagaimana?" Pria bernama Richard itu mengusulkan.
Natasya terdiam mendengarnya mengucapkan kata 'sayang'. Ia menghela nafas panjang serta berpikir apa yang akan di lakukannya hari ini.
Begitu memastikan bahwa hari ini Natasya tak mempunyai jadwal padat, ia pun memutuskan untuk menerima usulan Richard.
"Baiklah, aku akan datang ke rumahmu 20 menit lagi. Tunggu aku, sayang ...." ucapnya menutup pembicaraan.
Natasya melempar ponselnya ke atas tumpukan berkas. Ia membelai rambut panjangnya.
......................
20 menit berlalu, sebuah mobil pickup berwarna merah nampak berhenti didepan rumah Natasya. Seorang Pria dengan rambut berwarna emas kecoklatan keluar sembari melepas kacamatanya.
Ia berjalan masuk ke dalam rumah Natasya dengan arrogan.
"Oh, apa kau sudah bersiap-siap?" tanyanya begitu mendapati Natasya tengah bersantai di ruang tamu.
"Begitulah ...."
"Pacarku ini benar-benar imut." Pria dengan nama Richard itu berjalan mendekati Natasya. Ia membuka lebar-lebar kedua tangannya. Kini lekukan pada tubuhnya terlihat menonjol.
"Aku tidak ingin memelukmu. Ayo cepat," ucap Natasya dengan dingin. Ia berjalan melewati Richard di depannya.
"Ah, wanitaku ini benar-benar, ya ...."
...----------------...
Richard melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi, sehingga tak membutuhkan waktu lama bagi mereka untuk sampai di tempat tujuan.
Natasya keluar setelah Richard membukakan pintu untuknya. Ia menggandeng tangan wanitanya lalu berjalan beriringan masuk ke dalam mall.
Beberapa orang yang tengah asik kontan terpana melihat keduanya. Mereka memandang Richard serta Natasya sebagai pasangan yang cocok. Mungkin Richard senang mengetahuinya, namun tidak dengan Natasya yang bahkan enggan menatap wajah Pria di sebelahnya.
"Sayang, tersenyumlah ... kau akan terlihat lebih cantik jika tersenyum," lontar Richard seraya memperlihatkan senyuman licik.
"Jika aku cantik, siapa yang akan melihatnya? Kau? Perlukah aku terlihat cantik di depanmu?" gerutunya dengan wajah tak semangat.
Ia berjalan mendahului Richard. Namun nampaknya Pria itu malah merasa lebih tertarik pada Natasya dari sebelumnya.
Keduanya berjalan tanpa mengatakan sepatah katapun. Walau beberapa kali Richard menanyakan apa yang ingin dibeli wanitanya, namun Natasya sama sekali tak membuka mulutnya.
"Ah, bukankah itu ... Felipe?" pikir Natasya begitu mendapati sosok Felipe tengah berada di mall.
Ia menghampiri Felipe saat Richard sedang asik sendiri dengan beberapa model pakaian keluaran terbaru.
Natasya memperlihatkan senyuman manis yang mampu meluluhkan hati para Pria. Namun nampaknya, Felipe sama sekali tak tertarik sedikitpun akan kecantikannya.
"Aku tidak akan menyangka kita akan bertemu kembali. Ngomong-ngomong, kenapa kemarin kau tiba-tiba menghilang? Bahkan kau tak mengucapkan terima kasih padaku," tutur Natasya, ia mengerutkan bibirnya.
"Aku tidak peduli," katanya dengan dingin. Ia kemudian memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Nampak seperti Pria yang benar-benar dingin.
"Hmm, bagaimana dengan tawaranku kemarin? Ku moh--."
"Natasya!" teriak seseorang menyela pembicaraan di antara keduanya.
Natasya menoleh, mendapati Richard yang berjalan menghampirinya dengan tergesa-gesa.
"Ri-- Richard?"
"Siapa dia? Ayo pergi!!" Richard menarik kasar lengan Natasya. Wanita itu di bawanya pergi menjauh dari Felipe.
Keduanya berjalan tanpa menoleh ke belakang. Sampai akhirnya mereka tiba di sebuah toko pakaian di dalam mall.
"Kenapa wajahmu seperti itu?" tanya Natasya mendapati raut wajah tak biasa dari Richard. Pria itu tak mengatakan apapun, lalu meraih sebuah celana.
"Aku akan mencoba beberapa pakaian, kau tunggu disini. Jangan coba-coba pergi, Natasya." Pria itu berjalan memasuki ruang ganti.
Sementara Natasya berdiri dengan tegak menunggu Richard selesai mencoba ukuran pakaian.
Ia kembali teringat akan sosok Felipe yang tak jauh dari toko kali ini. Begitu Natasya memastikan bahwa Richard masih belum selesai, ia dengan keberaniannya pergi menemui Felipe.
"Hosh ... hosh ... apa Richard tidak melihatku? Baguslah ...." Ia kembali melanjutkan pelariannya dari Richard, dan tak sengaja menabrak seseorang yang berpapasan dengannya.
"Ah, ma-- maaf ... Fe-- lipe?"
Pria itu tak menatapnya sedikitpun, ia hanya fokus pada benda di tangannya.
"Untunglah kita bertemu disini. Mengenai yang kemarin, pertimbangkan lagi. Aku akan memberimu banyak uang," ungkap Natasya.
Ia berdalih melihat sekeliling untuk memastikan bahwa Richard tak sedang mencarinya.
"Minggir, aku tidak mau," tolak Felipe dengan kasar. Ia berjalan melewati Natasya di hadapannya.
Wanita itu mengerutkan dahinya lalu menarik tangan Felipe.
Di saat yang bersamaan, tiba-tiba saja Richard muncul. Ia langsung mendorong Natasya ke sudut ruangan.
Tatapannya terlihat seakan ia akan membunuh Natasya. Bahkan Pria itu tak ragu untuk mencekik leher Natasya di tengah keramaian.
"Akh! Ri-- Richard, lepas-- kan ...."
"Sudah ku bilang jangan coba-coba untuk pergi." Ia menarik keras rambut Natasya, wanita itu nampak meneteskan air mata yang tak kunjung reda.
Bibirnya terlihat begitu kaku, seakan ingin mengatakan sesuatu namun tak dapat di ungkapkannya.
Merasa geram, Felipe lantas menghajar Richard. Wajahnya terlihat memar begitu mendapat pukulan keras dari Felipe.
"Dia wanitaku, jangan coba-coba menyentuhnya," tukas Felipe, kedua bola matanya menatap tajam wajah Richard.
Tak melanjutkan perkelahiannya, Pria itu kontan menarik lengan Natasya dan di bawanya keluar dari mall.
Jantungnya berdegup kencang seakan hampir copot. Matanya berbinar binar menatap sosok Felipe yang berjalan menggandengnya keluar mall.
"Felipe ... tunggu ... " ucapnya menghentikan langkah kaki Pria tersebut.
"Apa lagi yang mau kau katakan? Apa kau akan mengulangi hal yang sama agar diperlakukan dengan kasar?" tuturnya dengan raut wajah dingin bak es dalam freezer.
Natasya memperlihatkan senyuman lebar, ia memeluk Felipe di sebelahnya. Namun Pria itu sama sekali tak membalas pelukan hangatnya.
"Terima kasih, itu yang mau aku ucapkan padamu."
🍂𝙱𝚎𝚛𝚜𝚊𝚖𝚋𝚞𝚗𝚐 ...
𝙼𝚘𝚑𝚘𝚗 𝚍𝚞𝚔𝚞𝚗𝚐𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚔𝚊𝚛𝚢𝚊 𝚊𝚞𝚝𝚑𝚘𝚛, 𝚔𝚊𝚛𝚎𝚗𝚊 𝚔𝚊𝚛𝚢𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚜𝚎𝚍𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚒𝚔𝚞𝚝𝚒 𝚕𝚘𝚖𝚋𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚞𝚕𝚒𝚜 𝚗𝚘𝚟𝚎𝚕. 𝙳𝚞𝚔𝚞𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚔𝚎𝚌𝚒𝚕 𝚊𝚙𝚊𝚙𝚞𝚗 𝚜𝚊𝚗𝚐𝚊𝚝 𝚋𝚎𝚛𝚑𝚊𝚛𝚐𝚊 𝚋𝚊𝚐𝚒 𝚊𝚞𝚝𝚑𝚘𝚛, 𝚕𝚘𝚑 ... 🍁
◡̈⋆ⒽⒶⓅⓅⓎ Reading🍁
𝙼𝚘𝚑𝚘𝚗 𝚔𝚎𝚋𝚒𝚓𝚊𝚔𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊 𝚍𝚊𝚕𝚊𝚖 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚊𝚌𝚊 ㋡
〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎
Langit gelap gulita menyelimuti seluruh Kota. Hambusan angin kencang terasa merasuki tubuh. Dedaunan mulai berjatuhan. Jalanan yang awalnya bersih kini terlihat cukup kotor.
Malam dengan cuaca yang cukup menyedihkan membuat Natasya enggan untuk keluar dari rumahnya. Namun kemauannya itu tak lagi ada setelah mendapat panggilan telepon dari sang ayah.
"Selamat malam, Ayah ... " sapanya.
Ia menurunkan gelas dari tangannya setelah meneguk secangkir kopi hangat.
"Natasya, Ayah mau kau datang ke Oliver Resto sekarang juga," perintahnya.
Natasya mengernyitkan bibir serta dahinya.
"Memangnya ada hal apa yang harus dibicarakan? Malam ini cuacanya tidak mendukung untuk bisa keluar rumah."
Ayahnya itu tak berbasa-basi. Ia membentak Natasya dalam ujung telepon, membuat wanita berusia 23 tahun itu kesal.
"𝘈𝘱𝘢 𝘣𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘣𝘶𝘢𝘵? 𝘈𝘬𝘶 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘬𝘦𝘴𝘢𝘯𝘢 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨," gumamnya.
Ia meraih sebuah mantel berwarna hitam, cocok untuk di kenakannya saat cuaca sedang berangin.
Wanita itu menginjak gas mobilnya. Perlahan mobil itu melaju hingga pada kecepatan tinggi.
Tak membutuhkan waktu lama, ia serta mobilnya berhenti di sebuah Restoran yang cukup terkenal.
Sebuah tulisan besar terpampang di dinding bagian depan. 'Oliver Resto', tulisan itu membuatnya mengenal tempat tersebut.
Setelah memasuki Restoran, ia melihat sekeliling untuk memastikan keberadaan Ayahnya. Cukup lama baginya untuk menemukan orang yang sudah berumur.
Natasya berjalan dan terus berjalan. Orang di sekelilingnya menatapnya kagum. Bahkan ada di antara mereka yang meminta untuk selfie bersama.
Yah, wanita itu memang cukup terkenal di Kotanya. Bahkan, keluarganya merupakan anggota yang berpengaruh besar di Kota mereka. Jadi mustahil jika tidak ada yang mengenalinya, termasuk Richard.
Ia melihat sosoknya yang dengan angkuh melambai-lambaikan tangan. Natasya bergegas menghampirinya.
"Natasya, duduklah ... " perintah Tuan Jason, selaku ayah dari Natasya Gu.
Suasana berubah dalam sekejap. Kedua Pria dengan usia yang berbeda menatapnya dengan tajam.
Natasya menelan ludah sedalam-dalamnya, meskipun sulit baginya untuk menelan ludah yang bahkan tak ada.
Tubuhnya bergetar hebat dan pandangannya hanya tertuju pada vas bunga di mejanya.
Bibirnya bergetar, seakan ingin menanyakan sesuatu. "I-- ini ada apa, Ayah? Kenapa Richard juga ada di sini?"
Tuan Jason menghela nafas panjang, ia kemudian menggenggam erat tangan Putrinya.
"Natasya, apa kau berhubungan dengan pria lain?" tanyanya seakan sudah tau apa yang terjadi.
Pandangannya tertuju pada Richard, satu-satunya Pria yang melihat Felipe saat itu. Dan kini ia sama sekali tidak bisa menyangkal, jika Richard adalah dalang dibalik apa yang terjadi.
"Benar, aku berpacaran dengan Felipe," ungkap Natasya.
Tubuh Tuan Jason terdiam mematung. Namun tidak dengan Richard. Pria itu beranjak dari kursinya lalu memukul meja tempat mereka duduk.
Beberapa orang di sana menatapnya heran. Kini ia menjadi pusat perhatian seluruh pengunjung Restoran tersebut.
"Richard, tenanglah ... dan untuk Natasya, siapa nama pria yang berhubungan denganmu?"
"Itu ... Felipe." Natasya menunduk. Ia sama sekali tak berani menatap ayah serta calon tunangannya.
"Suruh dia datang kesini sekarang dan berhadapan denganku, jika kau mau aku mempertimbangkannya." Perintahnya itu kontan membuat jantung Natasya berdegup kencang.
Bagaimana tidak? Ia bahkan tak tau bagaimana caranya untuk menghubungi Felipe. Lantaran keduanya tak saling bertukar kontak.
Wanita itu pasrah, ia menggeleng pelan. Tuan Jason nampaknya cukup kesal, ia memegangi dahinya yang berdenyut.
Suasana kembali menjadi hening, tak ada satupun di antara mereka yang membuka mulut. Namun tidak setelah Richard kembali membuat keributan dengannya.
"Natasya, bagaimana kau bisa menduakanku? Kau pikir aku ini Pria macam apa?!"
"Diamlah, Richard. Kau sendiri tau kalau aku sangat membencimu. Sejak awal aku bahkan tak setuju dengan perjodohan ini," ungkapnya.
Ia melirik sang ayah yang juga menatapnya. Natasya lantas keluar dengan perasaan geram. Air matanya bercucuran membasahi wajahnya yang cantik.
......................
Pagi yang berbeda dari biasanya Natasya rasakan. Ia menatap langit-langit kamar yang berkilau, meraih ponselnya lalu meletakkannya kembali.
Wanita itu menghela nafas panjang, dan sesuatu melintas di kepalanya. Ia kontan bangkit dari ranjang lalu bersiap-siap.
Setelah usai mendandani wajahnya, Natasya menelepon seseorang. Cukup sulit baginya menghubungi orang yang penuh dengan kesibukan. Setelah kesekian kalinya, akhirnya panggilan darinya pun diterima.
"Selamat pagi, Tuan Alno. Maaf mengganggu waktu Anda," Natasya memberi salam.
"Pagi juga, ngomong ngomong apa yang membuatmu menghubungiku pagi-pagi sekali?" tanya orang diseberang sana, dia bernama Alno.
"Saya ingin Anda mencari tau mengenai ...."
1 jam telah berlalu, Natasya mengambil secangkir kopi hangat yang baru saja dihidangkan. Ia meneguknya sedikit demi sedikit, hingga akhirnya tersapu bersih.
Ia meraih tasnya yang bermerk lalu berjalan menuruni anak tangga. Parasnya yang cantik dengan tubuhnya yang elok bahkan mampu menarik perhatian para asisten rumah tangganya.
"Nona, apa Anda tidak mau sarapan lebih dulu? Kami sudah menyiapkan beberapa menu baru pagi ini," cakap salah seorang asisten yang kebetulan berpapasan dengannya.
Natasya membalasnya dengan senyuman manis, lalu menggelengkan kepalanya.
Ia melanjutkan langkah kakinya menuju garasi rumah, lalu menaiki sebuah mobil dan di kendarainya.
Mobil itu melaju dengan kecepatan tinggi melewati bangunan-bangunan besar di Kota.
......................
Beberapa jam telah berlalu sejak Natasya Gu mengendarai mobilnya mengelilingi Kota. Orang yang dicarinya kali ini bahkan tak menampakkan sebatang hidung pun.
"Huh, Felipe ... Felipe ... sebenarnya sekarang kau ada dimana? Aku sangat membutuhkanmu untuk bisa lepas dari Richard. Tapi kau bahkan tidak terlihat," gumamnya melihat sekeliling.
Rambut panjangnya tergerai ke belakang. Hembusan angin perlahan menggerakkan satu persatu helai rambutnya.
"Ah, aku ingat! Saat itu, pertama kalinya aku bertemu dengan Felipe di Taman ... apa mungkin aku coba kesana saja?"
...----------------...
Suasana terasa begitu hening, tak banyak pejalan kaki yang lewat. Bahkan jalan raya pun terlihat sunyi begitu malam tiba, tak seperti Kota-kota besar pada umumnya.
Ditengah kesunyian itu, tiba-tiba saja beberapa mobil melintas dengan kasarnya. Melajukan kendaraan mereka dengan kecepatan tinggi, bahkan tak peduli dengan rambu-rambu lalu lintas.
Nampaknya sebuah mobil yang berada di urutan paling depan adalah bos dari semuanya. Ia menginjakkan gas mobilnya secara brutal, tak mempedulikan akibat dari perbuatannya.
Seseorang di dalam mobil urutan paling depan menyeringai, melajukan kendaraannya sekencang mungkin. Merubah jalanan yang penuh debu menjadi polusi malam hari.
*CKITT**
Mengendarainya dengan kasar, memberhentikannya pula dengan kasar. Beberapa mobil yang berjalan mengikutinya lantas menginjak gas rem secara mendadak. Bahkan ada di antara mereka yang hampir saling bertabrakan.
Kini sosoknya terlihat jelas, saat setelah ia keluar dari mobilnya. Menoleh ke belakang, memastikan kondisi mobil lainnya baik-baik saja.
🍂𝙱𝚎𝚛𝚜𝚊𝚖𝚋𝚞𝚗𝚐 ...
𝙼𝚘𝚑𝚘𝚗 𝚍𝚞𝚔𝚞𝚗𝚐𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚔𝚊𝚛𝚢𝚊 𝚊𝚞𝚝𝚑𝚘𝚛, 𝚔𝚊𝚛𝚎𝚗𝚊 𝚔𝚊𝚛𝚢𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚜𝚎𝚍𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚒𝚔𝚞𝚝𝚒 𝚕𝚘𝚖𝚋𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚞𝚕𝚒𝚜 𝚗𝚘𝚟𝚎𝚕. 𝙳𝚞𝚔𝚞𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚔𝚎𝚌𝚒𝚕 𝚊𝚙𝚊𝚙𝚞𝚗 𝚜𝚊𝚗𝚐𝚊𝚝 𝚋𝚎𝚛𝚑𝚊𝚛𝚐𝚊 𝚋𝚊𝚐𝚒 𝚊𝚞𝚝𝚑𝚘𝚛, 𝚕𝚘𝚑 ... 🍁
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!