NovelToon NovelToon

Penghianatan Suamiku Dan Sahabatku

Bab 1

***Sore jam 17 : 00***

Cahaya baru saja pulang dari syuting. Tanpa memberi tahu suaminya bahwa ia akan pulang hari ini. Dengan langkah pasti Cahaya memasuki rumahnya sambil memegang kue di tangannya. Dia melirik ke sana ke mari seolah mencari seseorang. Namun orang yang dicarinya tidak ditemukan.

"Mas Aditya mana? Bukankah hari ini akhir pekan? Seharusnya Mas Aditya ada di rumah." Pikir Cahaya dalam hati sambil mengamati setiap sudut rumahnya yang tampak sepi.

Dia menaiki satu per satu anak tangga untuk naik ke lantai dua. Sesampainya di lantai dua Cahaya mengernyitkan alisnya bingung mendengar suara aneh di kamarnya. Seperti suara perempuan dan laki-laki yang sedang mengerang.

Langkah Cahaya yang sedikit ragu mendekati pintu yang tidak tertutup rapat.

Deg

Jantung Cahaya berdegup kencang melihat suami dan sahabatnya bercinta di kamarnya.

Dia mengambil ponselnya untuk merekam kelakuan sahabatnya itu sebagai bukti di pengadilan jika diperlukan.

"Kamu keterlaluan mas." Batin Cahaya.

Cahaya melempar buket bunga itu membuat kedua pasangan yang hampir mencapai puncak itu menoleh dan menatap Cahaya dengan wajah pucat. Mereka tidak menyangka akan ketahuan secepat ini.

"Cahaya."

"Tersenyum sinis."

Prok....

Prok...

Prok....

Cahaya bertepuk tangan sambil tersenyum mengejek ke arah Aditya dan Keyla.

"Inikah Namanya pekerjaan sekretaris dan bos."

"Sungguh menjijikkan."

Glek

Aditya tidak bisa berkata-kata lagi, dia masih sangat syok melihat kedatangan istrinya begitupun dengan Keyla.

Cahaya melempar baju kearah Aditya dan Keyla. "Pakai baju kalian."

Aditya mengenakan baju dengan cepat begitu pula Keyla.

"Sayang... ini tidak seperti yang kamu pikirkan."

Cahaya mengabaikan ucapan Aditya. Ia berjalan mendekati Keyla. Lalu menjambak rambut Keyla sambil berbisik di dekat telinga Keyla. "Aku salah memelihara jalang sepertimu. Seharusnya aku tak membiarkanmu bekerja di kantorku."

"Sayang berhenti. Kasihan Keyla." Mencoba membantu Keyla agar lepas dari cengkeraman Cahaya.

"Cahaya tersenyum miring." Ternyata kamu lebih membelah gundikmu mas."

"Tidak seperti itu sayang." Elak Aditya.

Menepuk-nepuk tangannya seperti menghilangkan debu di tangannya yang melengket. "Sudahlah." Cahaya berjalan keluar. Namun didepan pintu dia menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Aditya dan Keyla. "Aku tunggu kamu dibawah."

Cahaya keluar dari kamar dengan perasaan yang sesak. Siapa yang tidak sakit hati, orang yang dicintai bermadu kasih dengan sahabat sendiri. Itu sangat menyakiti kan.

dia memegang dadanya yang terasa sakit. Diikuti air mata yang lolos dipipinya. Dengan cepat, dia menghapusnya karena tidak mau dianggap lemah pada kedua pengkhianat itu.

"Cahaya kamu tidak boleh lemah." Batin Cahaya mencoba menguatkan hatinya.

"Bagaimana mas, Cahaya sudah tahu hubungan kita?" Panik Keyla.

Menarik Keyla masuk kedalam pelukannya mencoba memberikan ketenangan. Sementara itu tanpa Aditya tahu Keyla menyeringai licik.

"Lihatlah Cahaya, suamimu jatuh kedalam pelukanku dan sebentar lagi dia akan jadi milikku seutuhnya."

Keluar dari kamar dan menghampiri Cahaya di ruang tamu yang sedang duduk di sofa singgel.

"Mas, aku akan segera mengurus surat perceraian kita." Ucap Cahaya to the point.

Deg

"Tidak sayang, aku tidak mau bercerai denganmu. Aku sangat mencintaimu."

Aditya bersujud didepan Cahaya sambil memegang tangan Cahaya. Namun Cahaya melepaskan pegangan tangan Aditya. Setiap Aditya memegang nya dia selalu mengingat bagaimana Tangan Aditya menyentuh tubuh Keyla. Itu sangat menjijikkan.

"Maaf, aku tidak bisa bersama dengan seorang pengkhianat."

"Sayang maafkan aku Aku khilaf. Aku melakukan ini juga agar bisa mendapatkan keturunan dan sekarang Keyla hamil anak aku sayang. Dan sebentar lagi kita akan memiliki seorang anak. Walaupun itu tidak lahir dari rahimmu sayang."

"Kamu akan tetap jadi istri pertamaku dan Keyla akan jadi istri keduaku dan itu pun atas isin kamu."

Deg

"Maksud kamu apa mas?" Tanya Cahaya sambil menatap tajam Aditya.

Glek

Dengan susah paya Aditya menelan salivanya. Sebenernya mas, mau minta isin untuk menikahi keyla sayang."

"Menikahlah" Ucapnya enteng dan membuat Aditya dan Keyla berbinar mendengar nya.

"Terima kasih sayang, aku berjanji akan menjadi suami yang baik dan memperlakukan kalian berdua dengan adil."

"Terkekeh sinis. " Aku tidak mengatakan, akan tetap bersama kanu mas. Kita akan tetap bercerai dan kamu tetap bisa menikah dengan keyla. Aku tidak suka berbagi."

Berusaha untuk memegang tangan Cahaya. Tapi Cahaya terus menghindar Aditya "Sayang, aku tidak akan pernah mau bercerai dengan mu. Aku sangat mencintaimu sayang"

"Seandainya kamu mencintai ku mas, kamu tidak akan mengkhianatiku." Menatap Kearah Keyla yang dari tadi diam. "Dengan wanita murahan seperti dia."

"Sayang.... "

Mengibaskan tangannya tandanya dia tidak suka dipegang oleh Aditya. "Menikahlah, aku merestui kalian."

Mata berbinar. "Terimakasih sayang, aku berjanji akan menjadi suami yang baik untuk kalian berdua."

"Eits.. Bukan berarti aku merestui kalian, aku tetap mau kembali sama kamu mas. aku tetap mau berpisah. Berapa kali aku katakan, kalau akau tidak mau di madu.

"Aya, terimalah aku sebagai adik madumu. Aku mohon jangan kamu menceraikan mas Aditya." Ucap Keyla pura-pura menangis.

"Aku yang salah, karena masuk kedalam rumah tanggamu. Jika kamu tidak suka, aku akan meninggalkan Mas Aditya."

Memegang tangan Keyla dan itu membuat Keyla bersorak bahagia dalam hati. "

"Pasangan serasi."

Cahaya berlari keluar dia tidak kuat lagi melihat Pasangan pengkhianat itu.

"Cahaya.... Cahaya... " Mengejar Cahaya.

Dor... dor..

Aditya terus menggedor ngedor pintu mobil Cahaya. Tapi Cahaya tetap melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Memukul Stir. " Kamu keterlaluan mas. Gara-gara aku tidak bisa memberimu anak kamu mengkhianatiku."

Mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Dia terus melajukan mobilnya mengelilingi kota Jakarta sampai larut malam. Merasa mengantuk Dia memarkirkan mobilnya dipinggir jalan yang sepi.

Bab 2

Tok....

Tok....

Tok....

Suara ketukan pintu terdengar. Perlahan Cahaya mengangkat kepalanya dan menatap kearah luar.

Ceklek

Dia mengernyitkan alisnya bingung. Melihat pemuda yang acak-acakan dengan pipi lebam dan sudut bibirnya juga berdarah. Namun itu tidak mengurangi kadar ketampanannya.

"Tolong gue" Ucapnya dengan nada memohon didepan Cahaya yang masih terdiam menatap. Entah itu terpesona dengan ketampanan pemuda itu ataukah kaget melihat wajah Pemuda itu terluka.

"Aku dikejar kejar sama preman yang tidak aku kenal."

Satu sisi Preman itu masih mencari keberadaan Pemuda itu. Entah dia berlari kemana?

"Sial, kemana dia?"

"Cari sampai dapat."

"Baik Bos."

Cahaya yang melihat segerombolan laki-laki berlari kearah mobilnya. Kemudian, dia kembali menatap pemuda itu yang terus memohon pertolongan kepadanya.

"Masuk" Suruhnya.

Pemuda itu langsung masuk di dalam mobil. kemudian Cahaya mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang.

Dia bernafas legah ketika mobil Cahaya melewati segerombolan Preman yang mengejarnya. "Sial banget nasib gue hari ini." Gerutu pemuda itu dengan kesal.

Menatap pemuda yang duduk disebelahnya. Itu hanya sebentar karena dia kembali Fokus menatap Jalanan.

"Mau Kuantar kerumah sakit?"

Pemuda itu menggelengkan kepalanya yang langsung dimengerti oleh Cahaya kalau pemuda yang ditolongnya tidak mau dibawah kerumah sakit.

"Terus, kamu mau kemana?"

"Antar Gue Apartemen Guardian."

Cahaya mengendarai mobilnya menuju Apartemen Guardian.

\#**APARTEMEN GUARDIAN**\#

"Kevin" Kevin mengulurkan tangannya dan disambut hangat oleh Cahaya.

"Cahaya"

Kevin Keluar dari dalam mobil. Dia melambaikan tangannya kearah Cahaya sebagai ucapan terimakasih.

"Aduh.. " terjatuh

Cahaya berlari keluar kearah Kevin.

"kamu tidak apa-apa? " Tanya Cahaya kepada Kevin.

"Gue tidak apa-apa." Kevin Tersenyum manis kearah Cahaya. "Terimakasih"

"Sini aku bantu" memapah Kevin menuju Unit Apartment Kevin.

Sesampainya di apartemen. Kevin menekan sandi apartement nya dan mereka berdua masuk kedalam.

Cahaya menatap sekeliling Apartemen milik Kevin. Satu kata yang keluar dari bibirnya. "Bersih"

Setiap sudut Cahaya terus memperhatikan Apartemen Kevin. Dia cukup kagum melihat Apartemen Kevin yang cukup luas dan mewah.

Menurut Cahaya, Kevin bukanlah orang sembarangan. Itu terlihat dari tempat yang ia tinggali. Dia tinggal di apartemen Elit yang hanya bisa ditempati oleh pengusaha kelas atas dan Artis papan atas.

"Lo duduk dulu, gue ke kamar untuk ganti baju." Menunjuk Kearah Sofa untuk mempersilahkan Cahaya duduk.

Beberapa menit kemudian Kevin keluar dari kamar dengan wajah segar. Sepertinya dia baru saja selesai mandi terlihat rambutnya yang masih basah dan itu semakin memancarkan aura ketampanannya.

"Kamu punya kotak obat?"

ambilin

Berjalan masuk kedalam kamar untuk mengambil kotak obat miliknya.

Beberapa menit kemudian Kevin keluar dari kamar sambil membawa kotak obat.

Mengobat luka Kevin dengan telaten dan hati-hati.

"Kamu habis Tauran, luka kamu banyak sekali dimukamu."

Kevin tersenyum mendengar perkataan Cahaya. Entah kenapa di dekat Cahaya dia merasakan jantungnya berdetak kencang.

"Gu dikejar preman. Bukankah lo liat sendiri tadi. Bagaimana gue dikejar sampai memohon pertolongan sama Lo."

Krucuk Krucuk

Cahaya menunduk malu dengan pipi memerah. "Sial sangat memalukan."

Kevin tersenyum geli. "Mba Lapar?"

"Tunggu, gue pesankan makanan untuk kita berdua."

Kevin membuka Aplikasi untuk memesan makanan.

Beberapa menit menunggu pesanan mereka datang.

Kevin berjalan kearah Pintu untuk mengambil pesanan miliknya.

Kevin membawa dua kanton plastik menuju meja makan. Namun dengan cepat Cahaya mengambilnya dari tangan Kevin.

"Biar aku ajah yang siapkan."

Menyiapkan makanan di meja makan. Sedangkan Kevin sudah duduk di kursi sambil menatap wajah Cahaya yang terlihat cantik dimatanya.

"Kayak punya istri gue." Batin Kevin terkekeh geli.

Mereka menikmati maka malamnya dengan penuh khidmat.

Setelah mereka selesai makan. Kevin dan Cahaya kembali ke ruang Tamu.

"Mba, bermalam ajah. Ini sudah larut malam. Tidak baik seoran wanita keluar malam-malam Sendiri."

Cahaya terdiam memikirkan perkataan Kevin. Kemudian dia menganggukkan kepalanya.

"Lo bisa tidur dikamar gue. Dan gua akan tidur diluar."

Drrtttt..... Drrtttt...

Menatap ponselnya yang berdering tanpa ada niat mau mengangkatnya.

"Kenapa tidak diangkat mba?"

"Tidak penting."

...**BERSAMBUNG**...

**Jangan lupa Follow, coment, like, vote**.

Bab 3

Kevin menatap pintu kamarnya yang sudah tertutup rapat. Stengah jam yang lalu, Cahaya sudah masuk kedalam kamar.

Sementara itu, ia sedang berada di ruang tamu sambil menonton televisi. Meski matanya menatap televisi yang menyala, pikirannya melayang entah ke mana.

Dia mengambil ponselnya yang ada di atas meja, lalu menelepon orang kepercayaannya.

"Cari tahu siapa yang menyuruh para preman itu untuk mencelakaiku."

"Baiklah, kau baik-baik Saja?"

"Aku baik-baik saja, Andre." Kevin menutup teleponnya secara sepihak, membuat Andrew mendengus kesal.

Andre adalah tangan kanan sekaligus sahabat karib Kevin. Andre mengelola Kafe Kevin di Jakarta. Kafenya bahkan punya cabang di mana-mana.

Kevin menaruh ponselnya di atas meja. Dia masih memikirkan siapa sebenarnya yang menyuruh para preman itu untuk mencelakainya.

***

Cahaya bangun pukul 05.00 pagi. Semenjak menikah dengan Aditya, dia terbiasa bangun pagi untuk menyiapkan sarapan dan baju suaminya sebelum berangkat kerja.

Cahaya membuka kulkas untuk mencari bahan makanan yang bisa dimasak. Namun, di dalam kulkas tidak ada bahan makanan yang bisa dimasak.

"Mba cari apa?" tanya Kevin yang berada di belakang Cahaya.

"Astaghfirullah." Cahaya mengelus dadanya. Semua itu pasti ulah Kevin yang tiba-tiba muncul di belakangnya.

"Maaf mba kalau aku ngagetin" Ujar Kevin sesal.

"Tidak apa-apa, vin".

"Apa yang kamu cari?"

"Cari bahan untuk dimasak. Namun kulkas kosong tidak bahan makanan."

Kevin menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Aku belum membeli bahan makanan. Bagaimana kalau kita delivery saja, Mba?"

Cahaya menganggukkan kepalanya. mau bagaimanapun lagi juga, tidak ada bahan yang bisa diolah.

Lima belas menit menunggu akhirnya pesanan mereka datang. Cahaya menatap makanan di atas meja dan Kevin akan duduk sambil menatap Cahaya yang selalu cantik di matanya.

Mereka menikmati sarapan dengan khidmat. Terutama Kevin, sarapan pagi ini sangat lezat. Apalagi ditemani Cahaya yang merupakan seorang model cantik.

***

Cahaya memacu mobilnya dengan kecepatan sedang. Tak lama kemudian mobilnya memasuki halaman rumahnya yang luas.

Cahaya mengedarkan pandangan ke sekeliling halaman rumahnya. Ada rasa sesak di dadanya setelah mengetahui bahwa suaminya berselingkuh dengan sahabatnya. Hubungan mereka telah melewati batas dan itu membuat hatinya semakin sakit.

"Cahaya, akhirnya kamu pulang sayang." Aditya berlari memeluk Cahaya. Namun Cahaya tidak membalas pelukan suaminya. Tiba-tiba terlintas dalam ingatannya bagaimana suaminya menyentuh wanita lain.

"Menjauhlah dariku." Mendorong Aditya agar pelukannya terlepas.

"Sepanjang malam aku terus meneleponmu. Aku sangat khawatir padamu. Aku takut terjadi sesuatu padamu." kata Aditya khawatir.

Cahaya memutar bola matanya malas. "Tidak perlu khawatir padaku dan mulai hari ini kamu keluar dari rumahku."

Deg

"Apa maksudmu sayang?"

Cahaya tersenyum sinis kearah Aditya. "Pria tukang selingkuh sepertimu tidak berhak tinggal dirumahku lagi."

"Ini juga rumahku."

Cahaya tertawa keras didepan Aditya. Menurutnya, ucapan Aditya sangat lucu. "Sejak kapan rumah ini jadi rumahmu, Mas? Rumah ini warisan orang tuaku. Rumah ini sudah ada sebelum kita menikah."

Glek

"Maafkan aku sayang, aku khilaf. Aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi.

"Mungkin kesalahan lain aku masih bisa maafkanmu. Tapi, kalau soal perselingkuhan aku tak bisa."

Blam

Cahaya menutup pintu rumahnya dengan keras. Kemudian dia terduduk di belakang pintu sambil menangis.

"Hik hiks hik kamu tega mas, mengkhianatiku, bahkan tidur dengan sahabatku sendiri. "

Cahaya menghapus air matanya dengan kasar. Kemudian menatap tajam kedepan.

"Cahaya yang dulu akan kembali, bukan lagi Cahaya yang lemah lembut."

Gedor....

Gedor....

Gedor...

"Buka pintunya, kita perlu bicara." Aditya terus menggedor-gedor pintu rumah Cahaya.

"Cahaya, aku tidak akan pernah menceraikanmu." Teriak Aditya.

Aditya meninggalkan kediaman Aditama dengan perasaan yang tidak menentu. Dia menoleh menatap bangunan yang telah dia tinggali selama tiga tahun bersama istrinya. Ada rasa sesak di hatinya karena telah mengkhianati istrinya.

...***BERSAMBUNG***...

kalau ada salah kata mohon dimaafkan.

Jangan lupa ya di Like, Coment dan Vote.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!