NovelToon NovelToon

BERMALAM DENGAN CEO

Malam tak terduga

Keramaian sebuah club di ibukota Jakarta begitu nyata. Dengan kondisi tempat yang gelap tak ada lampu terang yg menyala namun disinari cahaya cahaya bergoyang kesana kemari dan lampu remang-remang.

Terlihat seorang lelaki duduk dibar meminum minuman keras yang membuat dia lumayan mabuk. Dia adalah Alfano Yudhistira , CEO muda berbakat diusia 27 tahun dia sudah berhasil membuat perusahaan warisan keluarganya maju pesat. Namun sayangnya , ayahnya telah tiada ketika ia berumur 23 tahun, baru saja lulus S2 karena dia ambil jalur fastrack, terjadi kecelakaan yang membuat ayah yg ia jadikan panutan pergi selama lamanya. Akhirnya mau tidak mau, Alfano mewarisi perusahaan ayahnya dan semua direksi juga setuju melihat kemampuannya yg mencolok dalam bisnis.

Alfano ditemani oleh asistennya sekaligus teman sohib yang bernama Jaka. Mereka berdua adalah sahabat sejak duduk dibangku SD dan saling membantu, meskipun status keluarga mereka berbeda.

Jaka melihat Alfano yg sudah terlihat mabuk mencoba untuk membawa Bosnya itu pulang. Namun Alfano menolak.

"Aku gak mau pulang, kamu aja sana!" teriak Alfano.

"Ayo pulang , kamu sudah mulai mabuk. Aku akan kesusahan menggendong badanmu yg gede"gerutu Jaka membujuk.

"Biarin aku disini sampek jam 12 malam, aku mau nunggu Cinderella datang!" teriak Alfano sudah mulai mengigau juga.

"Ish cinderella kok datang ke club! Yang ada datang keistanaaaaa!" teriak Jaka mulai kesal melihat tingkat temannya yg sudah mode anak muda beda sekali ketika Alfano berperan sebagai CEO ketika kerja.

"Yaudah terserah! aku mau ke toilet dulu, jangan kemana mana!" seru Jaka sambil melangkah kan kakinya menjauh dari Alfano untuk pergi ke kamar mandi.

Dibagian sisi lain dari Club, ada seorang lelaki separuh baya telah mengamati Alfano dari jauh. Lelaki itu ternyata mantan rekan bisnis perusahaan Alfano sejak masih dipimpin oleh ayahnya namun berbeda ketika Alfano mengambil alih. Parmana Cokro itulah namanya. Ia memiliki dendam karena bisnisnya dihancurkan oleh Alfano. Permintaan peminjaman modal ketika kondisi perusahaan Parmana akan bangkrut ditolak oleh Alfano akhirnya benar benar tidak bisa diselamatkan.

"Lihat saja, setelah ini aku akan membalas perbuatanmu anak ingusan!" ancam Parmana.

Melihat Jaka meninggalkan Alfano sendiri di bar, Parmana menyuruh waiters untuk memberikan obat yg dia bawa ke bartender agar dimasukkan di minuman Alfano selanjutnya. Lelaki itu mengambil obat di saku celananya beserta uang ratusan ribu.

"Tolong obat ini berikan pada bartender itu untuk dimasukkan ke minuman anak muda berkemeja biru itu ya. Ini ada 1 juta , bagi dua dengan bartender itu dengan jumlah yg sama" kata Parmana sambil menyodorkan obat dan uang bersamaan.

Waiters itu membawa obat menuju bartender dan membisikkan tujuannya. Lalu obat itu berpindah tangan lagi ke bartender dan akhirnya masuk ke gelas yg dipesan oleh Alfano.

Alfano pun seperti tidak ada habisnya ingin minum, mengambil gelas didepannya yg sudah terisi lagi. Ia segera menghabiskannya dalam 1 kali minum. Waiters dan bartender yang masih bersebelahan tersenyum tugas mereka selesai dan waiters segera membagikan uang kaget.

Jaka tidak kunjung kembali karena ia boker haha 😂

Alfano merasa tubuhnya ada yang aneh. Rasa panas mulai menjalar ke tubuhnya, bukan karena mabuk biasa tapi lelaki itu tidak tau apa yg terjadi pada tubuhnya. Ia bergegas ke kamar mandi dengan sempoyongan karena ingin segera bertemu Jaka. Di tengah perjalanan, ia bertabrakan dengan seorang wanita cantik yang membuat tubuhnya makin panas gairah, syukur saja wanita itu bisa menjaga keseimbangan dan memegang tubuh Alfano yg akan ambruk.

"Ada apa denganku?" batin Alfano.

Wanita yang ia tabrak itu mengenal lelaki yg dia pegang agar tidak jatuh.

"Pak Alfano!"seru Asmara.

Alfano hanya diam, ia merasa tidak mengenal Asmara tapi kok wanita itu mengenalnya. Lelaki itu terdiam dan menatap Asmara dengan lekat. Desiran hasrat Alfano makin tak tertahankan. Ia tak kuasa menahan rasa yg menyiksa tubuhnya dengan meminta tolong kepada wanita yg masih memegangnya agar tidak tersungkur ke lantai.

Dalam kondisi mabuk plus efek obat yg diberikan Parmana, Alfano dengan tatapan sendu dan kabut hasrat menatap Asmara seperti memohon.

"tolong aku" lirih Alfano.

Asmara kira mantan bos besarnya itu hanya mabuk dan mencoba menolong Alfano untuk keluar club terlebih dahulu dan ini adalah momen pertama dia nekat masuk ke club karena hari ini juga ia baru saja dipermalukan hingga mendapatkan pemecatan tidak baik dari departemen finance di perusahaan Alfano.

"Aku akan mengantarmu keluar agar kamu bisa naik taksi untuk pulang" kata Asmara sambil memapah Alfano berjalan.

Sesaat kemudian, mereka sudah keluar club dan Alfano kembali meminta tolong.

"Tolong aku" lirihnya lagi membuat Asmara bingung mendengarnya, harus ditolong bagaimana.

Alfano merasa tubuhnya semakin ingin melampiaskan hasrat karena efek obat yg ia terima membuatnya ingin bersama seorang wanita, ia tidak peduli siapapun itu. Lelaki itu mencoba meraih sesuatu dari saku celananya yang ternyata kunci mobil mewah yg ia pakai untuk datang ke club. Alfano menyerahkannya ke Asmara.

"Oh kamu datang bawa mobil ya ? Tapi kamu mabuk , jadi kayaknya gak bisa bawa mobil" ujar Asmara.

"Tolong aku please!" mohon Alfano yg semakin membuat Asmara serba salah.

"Aku tadi juga minum Pak, meskipun tidak semabuk anda tp bisa bahaya dijalan" sahut Asmara.

"Bawa saja aku ke mobil itu, aku mohon padamu tolong aku" kata Alfano lemah dan akhirnya Asmara pun memapah mantan bosnya itu ke mobil mewah berwarna hitam yg diparkirkan di depan club yang juga dalam kondisi parkiran yg remang - remang hampir saja gelap jika tidak ada cahaya dari club.

Sesampainya, Asmara mengantarkan Alfano ke mobil hingga duduk di bangku penumpang dan menyerahkan kunci mobil di gengaman pria itu. Tiba tiba Alfano menarik tanga Asmara yg akan keluar mobil setelah menaruh lelaki itu duduk. Dengan ketidaksiapan Asmara ditarik, maka wanita itu jatuh ke atas tubuh Alfano yg sudah terasa panas sekali.

Asmara berusaha berdiri tapi tidak bisa karena, Alfano sudah mulai beraksi untuk bisa menyalurkan nafsu yg tertahan beberapa saat tadi. Ia membalikkan tubuh Asmara hingga wanita itu berada dibawahnya dengan meronta ronta agar dilepaskan, sayangnya Alfano malah menarik tubuh Asmara lebih tinggi dari posisi tumbuhnya saat ini untuk terbaring penuh di atas kursi mobil karena ketika sebelum ditarik tadi posisi kaki asmara masih sedikit mengantung di pintu.

Pintu mobil akan tertutup dengan tarikan tangan Alfano pada ganggang pintu dan tidak menyangka Asmara malah bisa melawan diri dan memakai kesempatan itu ketika 1 tangan Alfano terlepas dari pegangan kedua tanggannya diatas kepala untuk menutup pintu, Ia segera menarik tangannya dengan kuat dan terlepas. Namun sudah terlambat karena pintu mobil yg terbuka tadi sudah tertutup dan dikunci oleh Alfano yg menekan tombol di kunci mobil yg diberikan Asmara setelah wanita itu membantunya masuk tadi.

Asmara yg tadi berniat baik membantu mantan bosnya malah mendapatkan pengalaman buruk seperti ini, terjebak dengan lelaki mabuk yg sudah setengah sadar. Ia tidak mengira bosnya yang angkuh dan tegas di perusahaan bisa melakukan hal seperti ini pada wanita.

"jangan macam - macam! aku tidak akan memaafkanmu jika kamu berani menyentuhku lebih dari ini!" teriak Asmara dengan lototan mata tajam.

Alfano hanya senyum miring dan tidak mendengarkan ancaman wanita yg akan ia gunakan sebagai pelampiasan efek obat.

"Maafkan aku. Aku butuh kamu" ucap Alfano lirih dan langsung mendorong tubuh asmara yg setengah duduk ke pintu yg sudah terkunci. Setelah itu tangan Alfano dengan kuat meraih kedua tangan Asmara untuk diletakkan diatas kepala yang tetap berusaha meronta namun kekuatan lelaki diatasnya jauh lebih kuat. Sudah tidak bisa melawan lagi, ketika Asmara mulai capek dan efek dia minum terasa meskipun tidak banyak minum alkohol tadi namun mampu membuat Asmara sedikit pusing dan terasa mabuk. Maklum, datang ke club dan minum minuman keras malam ini adalah pengalaman pertamanya.

Dari tadi wanita itu sudah menjerit minta tolong tp mobil mewah Alfano kedap suara dan berkaca gelap jadi orang pun tak akan curiga apalagi kondisi parkiran yg sepi dan hampir gelap.

Merasa wanita itu sudah tak melawan dan terlihat lemah, Alfano mulai beraksi sesungguhnya. Ia membuka kemeja biru yg ia pakai dan resleting celana tanpa melepaskannya karena ia rasa akan sulit melepas ****** ***** kondisi kakinya menekuk.

Asmara yg memakai rok memudahkan Alfano menyikap rok itu. Tidak menunggu lama, Alfano bisa menyalurkan hasratnya itu di tempat yg seharusnya meskipun kepada wanita yg ia tidak kenal. Asmara meneteskan air mata merasa ada bagian dirinya yg sobek. Bagian itu terasa sakit, perih dan lengket untuknya namun saat ini hatinya yg paling sakit. Hal berharga yang ia jaga hingga 25 tahun akhirnya diambil orang yang tidak pernah ia bayangkan hadir di kehidupannya karena perbedaan status ekonomi yang mencolok.

Beberapa saat kemudian, meskipun Asmara menolak dan belum terima dirinya menjadi tidak gadis lagi namun permainan Alfano diatasnya membuat ia merintih dan mende-sah kecil, rasa sakit dan nikmat bercampur hingga membuat Alfano pun makin bersemangat.

Tak terasa keduanya berada dipuncak hasrat diwaktu yang bersamaan dan mengeluarkan cairan hasrat itu bersama juga. Alfano tanpa sadar menyemburkan benihnya dengan maksimal dan hanya merasakan kelegaan setelah itu.

Asmara pun tak bisa berkutik dengan kungkungan lelaki yang telah mengambil keperawanannya. Dengan baju atas yg masih lengkap namun rok yg sudah tertarik keatas perutnya , ia hanya pasrah berada didekapan Alfano setelah bermalam bersama. Karena kelelahan kedua orang itu terlelap di kursi belakang penumpang mobil mewah milik seorang CEO.

Bingung mencari

Jaka yg sudah menyelesaikan buang hajat di toilet club, berjalan menuju posisi bosnya ketika ia tinggalkan tadi. Namun sesampainya, ia menarik salah satu alisnya heran kok Alfano tidak ada disitu. Ia melirik kesana kemari untuk mencari keberadaan Alfano dengan kemeja biru yg dipakai.

"Kemana bos angkuh itu!" gerutu Jaka sambil menarik rambutnya , pusing tak kunjung melihat bosnya itu didalam keramain club. Lelaki yg sedang kebingungan itu juga mengambil hp nya untuk menelepon Alfano. Berkali kali tidak ada jawaban meskipun tersambung.

"Kebiasaan! Pasti disilent!" teriak Jaka frustasi kebiasaan bosnya itu sungguh merepotkan ketika situasi genting gini.

Akhirnya Jaka bertanya pada bartender di bar itu.

"Hey bro, kamu tadi melihat lelaki berkemeja biru gak ? Dia tadi disini sambil mabuk" tanya Jaka.

Bartender tadi yg memberikan obat ke minuman lelaki yg sedang dicari menjawab asalan padahal itu kenyataannya, tp bartender itu tidak tau kenyataannya karena tidak peduli Alfano kemana setelah beranjak dari kursi bar lagian tugasnya hanya memberikan obat pada minuman tidak sampek memperdulikan efek selanjutnya. Ia sibuk harus melayani pelanggan yg lain, jadi tidak melihat Alfano bersama wanita didepan matanya. Bartender laknat itu pikir, dengan efek obat yg ia masukkan seharusnya, Alfano sudah bersama wanita saat ini untuk pelampiasan hasrat.

"Aku lihat dia bersama wanita pergi dari sini" jawab bartender cuek.

"Hah!!! Mana ada!!! Jangan ngacau kamu!!!" teriak Jaka yg tidak percaya jawaban dari bartender itu karena ia tau bahwa bosnya itu semabuk apapun tidak ingin memegang wanita yg tidak ia kenal. Dalan kondisi normal saja, dia terlihat sangat angkuh dalam bekerja dan bersosialisasi, ia tidak ada pikiran untuk menjamah wanita yang tidak ia sukai.

Bartender yg kena semprot Jaka, acuh dengan teriakan itu. Mana peduli apa yg dia katakan adalah benar atau tidak.

"Tidak mungkin , Alfano bersama wanita lain" ujar Jaka meyakinkan diri. Lelaki itu melihat tatapan bartender yg cuek serta seolah bodoh amat soal keberadaan bosnya. Ya wajar saja mana tau bartender itu jika lelaki yg telah ia berikan obat adalah salah satu pemilik perusahaan besar di Jakarta. Maka dari itu, Jaka memaklumi sikap bartender yg kurang ajar menurutnya.

Jaka tidak habis pikir bagaimana ia bisa menemukan bosnya. Ia berkata pada bartender yg acuh tadi untuk mempertemukan Jaka dengan pemilik club itu.

"Karena kamu tak ramah dan tak peduli bosku, aku rasa kamu tidak mengenalnya. Aku ingin bertemu Jake, pemilik club ini untuk meminta akses CCTV!" perintah Jaka yang sudah tersulut emosi karena tidak segera menemukan bosnya padahal sudah tengah malam ditambah lagi bartender yg seolah olah tak peduli dengan Alfano yang jelas jelas sebelum ia tinggalkan ke kamar mandi, bartender itu terlihat baik melayani bosnya itu.

"Pasti ada sesuatu yg telah ia perbuat" batin Jaka yg mencium bau bau aneh dari gelagat bartender yg berubah sikap.

Bartender hanya bengong, kok bisa pelanggan didepannya ini tau jika pemilik club itu adalah Jake. Pasti orang memiliki jabatan tinggi sampai tau hal itu. Bartender yg awalnya cuek, tidak peduli, dan acuh berubah ekspresi seperti menahan ketakutan mendengar Jaka ingin mengakses CCTV yang jelas menyorot kondisi bar dari depan samping dan belakang.

"Buat apa? Bos tidak ada disini" kata Bartender berbohong.

"Hahaha, kamu tidak bisa membohongiku brooo" tawa Jaka pecah mendengar kebohongan bartender yg jelas jelas ia tau Jake datang ke club itu karena sebelum mengantar Alfano ke bar untuk menemaninya minum, mereka bertemu Jake di pintu masuk berpapasan dan dengan arah yg sama yaitu masuk ke club.

Jaka makin yakin bahwa bartender itu melakukan sesuatu yg salah. Ia tidak mengubris bartender pembohong itu lagi namun mulai melangkah kan kakinya ke ruangan pemilik club. Sampai didepan pintu, Jaka mengetuknya dan baru masuk ketika mendengar sahutan dari dalam untuk diperbolehkan membuka pintu.

"Hey, Jaka. Apa yang membuatmu datang ke ruanganku" tanya Jake sambil mempersilahkan Jaka duduk.

"Alfano hilang. Aku tak bisa menemukannya di dalam club mu. Aku tadi memang meninggalkannya agak lama di toilet sekitar 30menitan, balik dia udah gak ada. Tapi aku curiga dengan bartendermu, ia bohong sesuatu yg jelas jelas aku tau. Pertama, Alfano selama ke club dan mabuk, ia tidak pernah ingin bersama wanita yg tidak ia kenal. Kedua, bartendermu berbohong bahwa kamu tak ada di ruangan padahal jelas2 kita tadi ketemu di pintu masuk kan" jelas Jaka tanpa jeda, terlalu khawatir dengan bosnya itu.

"Hmmmm, jadi kamu kesini mau melihat CCTV bar ya buat cari Alfano?" tanya Jake menebak.

"Betul, karena aku tau diruanganmu inilah kamera pengintai mengawasi hampir seluruh penjuru club kecuali ruangan2 sakral" jawab Jaka terkekeh.

"Hahaha benar. Oke, ikut aku" seru Jake berdiri dari kursinya dan berjalan menuju pojok ruangan yang sudah terlihat banyak layar tv yang menampilkan sorotan CCTV di tempat itu. Jaka mengikuti Jake dan sampai dengan posisi bersebelahan dengan pemilik club itu yg tak lain adalah temannya, lebih tepatnya teman semasa kuliah bersama Alfano.

"Mari kita lihat CCTV ini yg mengarah dari depan bar jadi bisa menyorot kondisi bar seluruhnya" ujar Jake dengan mengerakkan mouse komputer untuk melihat apa yg ingin dilihat mereka.

Sesaat memutar maju mundur video yang dirasa merupakan waktu dimana Jaka meninggalkan Alfano dan setelahnya.

Jaka melototkan mata ketika, ada waiters datang menghampiri bartender yg berbohong padanya memberikan sesuatu. Ia memberikan kode untuk Jake zoom layar itu bagian yg telah di pause.

"Sepertinya waiters itu disuruh orang untuk memberikan obat gairah pada minuman Alfano melalui bartender itu, jadi bisa saja dia melakukan malam pertama saat ini hahaha" tawa Jake menggelegar diruangannya itu. Ia sebagai teman Alfano tau bahwa temannya itu seperti membatasi diri terhadap wanita setelah diputuskan pacarnya ketika kuliah dengan sadis yaitu diselingkuhin didepan mata. Jake senang jika akhirnya Alfano dapat merasakan surga dunia dan semoga lelaki itu bisa melupakan rasa sakit hatinya terhadap wanita.

Jaka yang mendengar penjelasan dan tawa secara bersamaan dari Jake mengepalkan tangannya , menahan amarahnya yg ingin dia luapkan ke waiters dan bartender itu serta ingin tau siapa yg menjebak bosnya yg angkuh tapi polos soal wanita.

"Kurang ajar! Berani beraninya mereka sudah menjebak Bos perusahaan batu bara terbesar di Indonesia!" teriak Jaka dengan memukul angin didepannya sebelum ia memukul orang2 yg menjebak Alfano.

Meskipun Jaka juga tau sakit hati Alfano terhadap wanita yg menjadi mantan kekasih bosnya itu, tapi tak pernah sekalipun Jaka memberikan saran untuk melampiaskan kepada wanita lain. Mengingat Alfano dan Jaka memiliki saudara perempuan. Pasti tidak ingin adiknya disakiti orang lain hanya untuk pelampiasan.

Jake yang tau Jaka sangat marah, ia mengambil telepon disakunya dan menelepon seseorang.

"Suruh bartender 017 dan waiters 240 untuk masuk keruanganku!" seru Jake kepada seseorang yg dia telepon yaitu security club. Jake menamai pegawainya dengan nomor untuk menjaga profesionalitas dan tidak subjektif jika ada masalah.

Menunggu security datang dengan membawa yang ia minta, Jake meneruskan video cctv itu dan melihat Alfano sempoyongan jalan menuju toilet. Lalu ia beralih melihat monitor yg menyorot kondisi toilet dari luar. Di waktu yg sama dengan jam yang tertera di monitor depan bar ketika Alfano jalan, Jake dan Jaka menatap serius layar karena ternyata yg diucapkan bartender tidak sepenuhnya salah atau memang benar jika Alfano bersama seorang wanita.

"Siapa dia?" tanya Jaka menata Jake disebelahnya yg juga menatapnya.

"Mana aku tau. Wanita itu terlihat baik baik dan memakain blazer, kayaknya dia pegawai kantoran. Disini tidak ada sepertinya yang bekerja sebagai penghibur atau waiters" jawab Jake dengan mengangkat bahunya.

"Sepertinya aku pernah lihat, tapi lupa" lirih Jaka sambil berfikir. Tidak lama kemudian, terdengarlah ketukan pintu ruangan Jake. Sudah pasti itu security dan membawa 2 lelaki yang sangat ingin Jaka hajar.

Security pun mendorong tubuh waiters dan bartender yg telah memberi obat Alfano hingga tersungkur didepan Jaka dan Jake.

Tanpa basa basi, Jaka langsung melayangkan tinjuan kepda dua orang itu. 1 tinjuan sudah cukup membuat sudut bibir mereka berdarah.

"Katakan padaku! Siapa yg menyuruh kalian memberikan obat itu kepada bosku!" teriak Jaka sambil menarik kerah waiters karena yg memberikan obat pada bartender adalah dia.

Waiters hanya diam, jujur dia tidak tau siapa yg telah memberikan dia uang untuk menjebak Alfano. Bartender pun juga diam, ia merasa malu karena ketahuan berbohong didepan Jaka dan bersikap tidak baik.

Jake menahan tangan Jaka yg ingin memukul waiters untuk kedua kalinya.

"Cukup. Mereka juga karyawanku. Aku juga bertanggung jawab atas insiden ini. Serahkan padaku , aku akan mencari siapa yg menjebak Alfano. Kamu pergi saja mencari Alfano diluar , mungkin dia telah pergi dari sini" kata Jake sambil menahan pergelangan tangan Jaka agar tidak melayangkan pukulan lagi.

"Baiklah, aku serahkan padamu" seru Jaka sambil mendorong tubuh waiters itu dengan keras.

Jaka pun melangkahkan kakinya keluar ruangan itu dan menuju pintu keluar club. Setelah keluar, Jaka terkejut melihat mobil Alfano masih terparkir di parkiran.

"Kemana kamu? Mobilmu masih ada disini. Kamu pergi kemana!" gerutu Jaka sambil lagi lagi menarik rambutnya, merasa pusing.

Tanpa curiga dan tidak ingin memeriksa mobil bosnya itu, karena ia fikir tidak mungkin bosnya itu mabuk nyetir dan mengira wanita yg bersama bosnya itu juga sedang mabuk jadi tidak mungkin 2 orang itu dalam kondisi setengah sadar nyetir di ibukota.

Cek 500 juta

Jaka yg sudah frustasi mencari bosnya itu, akhirnya menyerah juga. Ia akan menunggu Alfano besok pagi di rumah bosnya sekalian bertemu kembaran Alfano yg bernama Alfani. Jaka diam diam menyukai wanita itu, karena tidak seperti bosnya yg akuh, Alfani jauh berbeda dan berprofesi sebagai arsitek.

.

Pagi pun menjelang dengan mulainya terbit matahari, namun sinarnya tidak bisa menembus kaca mobil mewah Alfano yg memang dibuat hitam. Namun, Asmara mengeliat merasakan tubuhnya sakit semua dan ia merasa sedang berada dipelukan seseorang. Wanita itu mulai sadar dan mengingat kejadian tadi malam bersama mantan bosnya di perusahaan yg telah memecat dia. Sontak, Asmara mendorong tubuh Alfano menjauh dari tubuhnya dan membuat tubuh lelaki itu jatuh dari kursi belakang mobil.

"Aaaah!!! Aku jatuh dr mimpi!! " teriak Alfano merasa ini hanyalah mimpi.

Alfano pun akhirnya terbangun dan menyadari apa yg baru dan terjadi bukan jatuh dari mimpi tapi jatuh dr kursi penumpang mobilnya.

Asmara buru buru membetulkan bajunya, memakai penutup intinya dengan benar yg tadi malam Alfano menurunkannya hingga lutut lalu menarik roknya turun dari pinggangnya. Ketika ia memakai ********** tadi, Asmara melihat ada bercak darah yg sudah kering berada di kulit pahanya. Sudah jelas itu darah gadis yg sudah diambil Alfano. Wanita itu menahan tangis karena percuma saja menangis kalau sudah terjadi.

Alfano yg masih setengah sadar mendudukan tubuhnya meskipun masih dibawah kursi dan merasakan ada seseorang yg berada duduk diatasnya. Ia menoleh keatas lalu matanya melotot tidak percaya bahwa ada wanita yg berwajah kusut rambut acak2an namun masih terlihat cantik. Alfano tidak peduli jika wanita didepannya itu cantik sehingga lelaki itu melihat wanita didepannya seperti tidak suka lalu merasa dibagian bawahnya tak tertutup apa apa. Alfano pun beralih pandangan melihat bagian itu dan sontak menutupnya dengan dua tangannya.

Asmara yg tidak peduli lagi soal lelaki dibawahnya itu, ia hanya ingin segera keluar dari mobil lelaki brengsek seperti mantan bosnya.

Alfano segera menarik celananya lagi agar terpasang dengan benar, namun terhenti ketika memperhatikan sesuatu miliknya ada bercak darah, Ia langsung melanjutkan memakai celananya.

"Apakah darah di bagian milikku ini adalah milikmu?" tanya Alfano polos seperti tidak ingat sama sekali apa yg telah ia perbuat tadi malam.

Asmara yg mendengar pertanyaan itu hanya diam.

"Sekali lagi aku tanya, apakah itu darah milikmu?" tanya ulang Alfano dengan nada lebih menekan.

Asmara tidak ingin menambah kesuraman hidupnya dengan berteriak teriak atau mendengar kan orang teriak hanya menjawab singkat "Iya".

"Aku akan bayar keperawananmu, kamu butuh berapa?" tanya Alfano seperti orang tak punya hati menganggap keperawanan seorang wanita yg dia ambil secara paksa tadi malam bisa diganti dengan uang.

"Aku tidak butuh uangmu. Aku hanya ingin keluar dari sini" kata lemah Asmara tak bertenaga. Memang Asmara hanya ingin keluar dr mobil itu, ingin segera pergi dari lelaki brengsek seperti Alfano.

"Kamu pasti tau aku kan, aku adalah CEO muda perusahaan batu bara yg terkenal di seluruh Indonesia tidak akan meminta gratisan dari wanita seperti mu!" seru Alfano dengan senyuman merendahkan.

Asmara mengenggam roknya dengan kuat karena merasa terhina.

"Mohon maaf Tuan CEO! anda yg menarik saya kesini dan memaksa berhubungan badan yg tidak saya setujui. Jangan menghina saya! Saya bisa menuntut anda atas dugaan pemerkosaan dan pelecehan seksual, paham!" balas Asmara tak kalah sengitnya.

"Wanita ini sungguh berani" batin Alfano dengan seringai senyum diwajahnya.

"Hahaha, kamu berani mengancam saya ya" sahut Alfano dengan sinis.

"Ini bukan ancaman tapi hukuman untuk anda yg sudah main seret saja wanita tak bersalah dan jadikan pelampiasan!" seru Asmara yg sudah tak bisa menahan marah dan sakit tubuhnya.

"Kamu tidak bisa mengalahkan saya hanya dengan ancaman itu. Uang bisa membeli hukum dinegeri ini. Semua media akan tutup mulut jika kamu melaporkan nya. Tapi kamu akan menerima hal sepadan tentang keamanan keluarga mu yg akan segera aku cari dan hancurkan seperti km menghancurkan nama baik ku" ucap Alfano yg lagi lagi tidak merasa bersalah atas perbuatan laknatnya.

Asmara mengerat kan gengaman nya seperti ingin memukul lelaki yg didepannya saat ini tapi ia menahan diri agar segera selesai dan keluar dari mobil.

Sudah merasa lelah berdebat, Asmara pun dengan nada lemah meminta untuk dibiarkan keluar.

"Tolong tuan lepaskan saya saja dr sini, saya mohon" pinta Asmara dengan nada lembut dan terdengar tak bersemangat.

Alfano mulai merasakan rasa bersalah di hatinya melihat kondisi wanita itu yg sudah tidak memiliki tenaga.

"Aku tidak ingin menyesal tanpa memberimu apa apa" balas Alfano sambil berusaha meraih sesuatu di saku belakang jok kursi supir yang ternyata adalah sebuah cek. Sudah biasa jika seorang CEO membawa cek kemana mana emang duitnya dah ditimbun.

"Entah kamu pake atau buang itu terserah padamu. Aku hanya bisa sebatas bertanggung jawab dengan uang ini, itung itung ganti rugi dan bisa kamu manfaatin buat hidup selanjutnya" lanjut Alfano lalu memberikan cek yg sudah ia isi dengan nominal uang yg diberikan kepada Asmara dan tanda tangannya.

Amarah Asmara sudah diujung tangannya, ia melepas genggaman erat pada roknya dan tiba tiba diangkatnya tangan itu dan menampar keras salah satu pipi Alfano yg sedang mengulurkan tangannya memberikan cek.

"Bangsat kamu! Aku sudah bilang, aku hanya perlu kamu keluar kan dari sini! Aku tidak ingin uangmu karena aku tidak menjual tubuhku! Jika aku menerima uangmu sama saja aku pelacur!" teriak Asmara dengan amarah yg mengebu gebu tanpa ada rasa takut di wajahnya karena menampar seorang CEO.

Alfano tidak marah dengan tamparan itu dan malah tertawa terbahak bahak menerima tamparan pertamanya yg ia terima selama hidup 27 tahun. Ia sangat salut melihat keberanian wanita yg telah menamparnya itu.

"Sudah cukup marahnya? Sudah puas bisa nampar? " kata Alfano dengan wajah kembali serius setelah tertawa.

Melihat mata Asmara seperti menyala karena amarah, Alfano pun kembali menyodorkan cek yg sudah ia buat.

"Terima cek ini lalu pergilah!" seru Alfano dengan menyodorkan cek sambil mengambil kunci disakunya yg masih ia simpan sejak menggunakannya untuk mengunci mobil tadi malam dan sekarang gantian ia tekan tombol buka pintu. Memang mobil mewah miliknya harus dibuka atau tutup hanya bisa menggunakan tombol di kunci atau handphone yg ia miliki. Tidak ada bagian kunci di pintu mobil itu.

Asmara yg lagi lagi sudah makin tak bertenaga berdebat apalagi mengerahkan sisa tenaga terakhir nya untuk teriak dan menampar Alfano barusan. Ia menarik cek itu dengan kasar dan membuka pintu yg sudah tak terkunci.

"Sana pergi lah! Bawa uang 500 juta itu untuk bersenang-senang" teriak Alfano ketika melihat Asmara sudah menjauh dari pandangan nya.

Asmara yg belum ingin melihat cek yg dia terima pun dan langsung dimasukkan di saku blazer dan mengabaikan teriakan lelaki kurang ajar tak bertanggung jawab yg terdengar di telinganya.

"500 juta? Keperawananku dibayar 500 juta" gumam Asmara dengan tetesan air mata lalu terkikih seperti orang yg terlihat tidak waras. Ketawa ketawa sendiri dengan menangis. Itulah perasaan Asmara sedih, sesal, kecewa, merasa dirinya hina, tak berharga, serta luka hati dan fisik yg ia terima. Ia tak menyangka tubuhnya bisa dibeli dengan uang.

Ketika dia sudah berada dipinggir jalan raya, menghentikan taxi untuk segera kembali ke kosannya. Ya, Asmara masih menjadi anak kos di Jakarta selama hampir 2 tahun bekerja di perusahaan Batu Bara milik Alfano.

Dia berasal dari desa di daerah Bandung, Jawa Barat yang berhasil merantau ke Jakarta. Namun siapa sangka, kekasihnya yg bekerja di Batu Bara juga menjebak Asmara dan membuat ia di pecat tidak hormat. Siapa sangka lelaki yg ia impikan akan menjadi suami masa depannya akan berkhianat seperti ini hingga ia berani meluapkan amarahnya datang ke club yang tidak pernah dia datangi sebelumnya.

Tapi naas, niat untuk bersenang-senang dengan suasana baru malah dia mendapatkan malam tak terduga oleh bos perusahaan tempat ia bekerja sebelumnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!