NovelToon NovelToon

Haus Akan Hasrat

Pesta ulang tahun

Bel pun berbunyi tanda waktunya Nara pulang sekolah. Gadis cantik yang ramah dan pintar ini menjadi daya tarik bagi banyak kaum lelaki di sekolahnya. Parasnya yang tak lepas meninggalkan senyum seolah tak beralih dari pandangan laki-laki. Sekarang Nara jadi bahan perbincangan satu sekolah karena di gemari banyak laki-laki.

Semua orang membicarakannya karena kecantikan dan kelembutan hati Nara. Sudah tidak asing jika para lelaki membicarakan seorang wanita, bahkan banyak para perempuan yang iri terhadap Nara.

Nara pun berjalan terus meninggalkan sekolah ditengah perjalanan. Resa sahabat Nara yang menyusul dari belakang.

"Naraa." Teriakk Resa.

Nara pun melihat ke belakang tiba-tiba Resa menarik tangannya membawa ke pinggir jalan ke arah penjual mie ayam.

"Gua laper Nar." kata Resa.

"Makan mie ayam dulu, sambil ada yang mau gua obrolin."

Sambung Resa yang menarik tangan Nara duduk di kedai mie ayam.

Tiba-tiba ada dua orang lelaki saling berboncengan berhenti didepan dua gadis ini.

"Hai cantik boleh kita makan disini bareng-bareng?" Pertanyaan dari salah satu lelaki yang menatap wajah dua gadis ini.

"Boleh asal makanan kita di bayarin." Jawab ketus Resa.

"Pastilah cantik, gengsi dong masa cowok yang dibayarin cewek." Ujar lelaki itu.

"Oh iya nama kamu siapa cantik?" Sambil menyodorkan tangan.

"Nama gua Resa ini temen gua Nara." Jawab Resa dengan tegas.

"Kalau gua Roy ini temen gua Tino." Sahut Roy.

Sementara Nara hanya terlihat tenang sambil tersenyum.

Resa mengajak Nara untuk duduk sejajar dengannya sedangkan Roy dan Tino di depan mereka, satu meja.

Mata Roy yang jelalatan diam-diam terus memandang wajah Nara. Sedangkan Nara tak menghiraukan tatapan Roy, ia asyik memakan mie ayam.

"Cowok jaman sekarang liat cewek cantik dikit serasa mau nerkam aja." Kata Resa menyindir Roy yang dari tadi terus menatap Nara tanpa berkedip. Robi pun merasa terpancing dengan omongan Resa.

"Temen lo cantiknya kelewatan." Spontan Roy.

"Basi pujian lo yang ada pelanggan disini pada kabur liat tingkah lo berdua." Kata Resa.

Nara melirik Resa sambil tersenyum.

Roy yang dari tadi tidak berhenti menatap wajah Nara tersipu malu mendengar sindirian Resa.

Di geplaklah kepala Roy oleh temannya Toni.

"Ton lo apa-apaan sih, sakit tau." Memegang jidatnya yang habis di pukul Toni.

"Lo kalau makan tuh liat ke mangkok bukan liatin cewek." Ucap Toni yang usil melihat tingkah sahabatnya.

Mereka pun tertawa melihat tingkah dua laki-laki ini seakan-akan mereka berempat sudah kenal begitu lama.

"Tapi beneran temen lo Nara cantiknya emang mengalahkan duniaku, coba lo tanya aja." Spontan Toni.

"Emang bener lo cantik Nara?" Sahut Resa.

"Aaah enggak." Jawab Nara dengan lembut.

"Tuhkan lo denger sendirikan? pasti lo ada maunya yakan?".

"Jelaslah gua suka sama temen lo." Jawab Roy singkat.

Nara tak menghiraukan omongan Roy tentang ucapan Roy yang suka padanya tidak ada sedikit rasa marah kepadanya. Namun sebaliknya Resa yang justru merasa jengkel dengar ucapan Roy. Mending kalau mukanya ganteng.

"Ayo pulang Nara, gua enek disini." Ajak Resa terhadap Nara.

"Kok buru-buru banget?" Tegur Toni.

"Kita udah selesai makan jadi harus cepat pulang." Jawab Resa.

"Ayokk!" kata Nara sambil beranjak dari tempat duduknya.

Mereka pun berjalan beriringan menuju ke halte bis yang gak jauh dari tempat kedai mie ayam tadi, di bawah atap halte mereka pun duduk sambil menunggu bis tiba.

"Tuhkan gua lupa Nar, gara-gara cowok tadi sih." Resa merasa kesal padahal niat dia ingin mengajak Nara makan karena ingin mengobrolkan sesuatu terhadap Nara.

"Apa Res?" Sahut Nara.

"Gua mau ngajak lo ke pesta ulang tahun Nia nanti malam. Lo maukan temenin gua buat dateng ke pesta Nia?"

"Nia siapa?"

"Dia sahabat gua sama kaya lo." Jawab Resa.

"Iii gak ahh lo kan bisa ajak cowok lo. Kenapa ajak gua?"

"Kalau ada gua gak akan ajak lo Nar. Maka dari itu gua ajak lo ke pesta temen gua. Bisakan lo?"

"Okey deh tapi lo minta izin dulu ke bokap nyokap gua ya."

"Gua kaya mau ngajak cewek nge date aja harus minta izin."

"Lo kan tau orang tua gua super posesif." Jawabku.

Resa pun hanya mengangguk saja.

Bis pun datang, kedua gadis ini pun kemudian segera naik ke dalam bis. Di dalam bis sudah ramai penumpang, Nara dan Resa pun terpaksa berdiri sembari menghirup aroma bau badan orang-orang di dalam bis. Lalu rupanya ada yang menawarkan Nara dan Resa duduk. Nara pun melempar senyum pada orang baik yang telah menawarkan mereka duduk.

"Enak yaaa punya privilage cantik, kemana-mana selalu aja dapet tempat istimewa." Ucap Resa.

"Apa sih kita semua cantik kok, tidak ada bedanya." Jawab Nara.

Bis pun berhenti Nara dan Resa bergegas turun dan berpisah karena tujuan mereka berbeda arah.

"Nanti malem tunggu gua di rumah lo ya."

"Okeyy dahhh hati-hati."

"Dahh."

Aku dan Resa pun berpisah dan saling melambaikan tangan.

Matahari hari ini sungguh sangat menyengat sekali punggung seperti terbakar.Tiap hari Nara harus melakukan hal ini karena ia sadar sebagai seorang pelajar guna menuntut ilmu dan tidak mau mengecewakan ayah dan ibunya. Ayahnya hanya seorang pegawai kecil sedangkan ibunya mengurus rumah tangga. Nara tau betul sebagai pelajar dia harus semangat untuk menuntut ilmu.

Setibanya di rumah, ibunya menyambut dengan senyum untuk menggembirakan anak gadis satu-satunya ini. Hati Nara pun sangat senang di sambut hangat setiap pulang sekolah, walaupun ia tau sesekali ibunya pun pernah bersedih namun selalu tampak menyembunyikannya.

Terbukti ketika Nara pulang sekolah ibunya selalu menyiapkan makanan untuknya karena sangat sayang sekali pada Nara . "Makanlah dulu nak, tak usah kamu tunggu ayah." Setiap hari ibu selalu seperti itu.

Setelah selesai makan siang, Nara pun kembali ke kamarnya lalu merebahkan diri di ranjang melepaskan rasa lelahnya.

Ibunya selalu melarang Nara untuk membantu membereskan rumah yang dianggap bisa dikerjakan ibunya. Paling-paling ibunya mengatakan "Udah kamu diem aja, belajar aja di kamar."

Siang itu Nara merebahkan badannya di kasur empuk kesayangannya sambil membaca buku novel yang di pinjam dari sahabatnya dua hari berselang. Cuaca hari ini begitu sangat panas sekali membuat gerah. Dengan menggunakan daster tipis dan putaran kipas angin lalu kemudian Nara tidak merasa gerah ketimbang tadi. Semakin larut Nara membaca buku novel, semakin terbuai ia akan kisah dalam novel romansa yang dia baca. Begitu sadar Nara akan kisah remaja jaman sekarang tentang generasi micin apalagi percintaan masa remaja dan cara bergaul yang harus berhati-hati. Karena ia sadar tak ingin mengecewakan orang tuanya. Dan harus selektif memilih pergaulan. Untungnya teman-temannya sangat baik pada Nara dan tak pernah menyakitinya. Nara pun selalu berbicara pada dirinya sendiri tidak akan dulu jatuh cinta sebelum dia berhasil dalam hidupnya.Karena ia tak mau konsentrasinya terganggu akan buaian cinta. Akan terus mempertahankan prinsip yang dia ucapkan.

Novel itu ia letakkan di sampingnya, matanya mulai lelah hawa kasur yang empuk membuatnya ingin tidur. Gadis cantik yang mempunyai tubuh putih mulus tanpa adanya bekas luka pun tertidur lelap di siang hari.

Menjelang petang Nara duduk di teras sambil memainkan ponsel yang di pegangnya. Tiba-tiba sebuah mobil berhenti depan rumah Nara, dengan seorang penumpang yang bergegas turun. Ternyata itu adalah Resa sahabatnya. Nara pun bergegas bangkit dari duduknya untuk menyambut sahabatnya.

"Haii."

"Hai Res, ayo masuk."

Baru saja Resa duduk terdengar suara hentakan kaki dari ruang keluarga, ternyata itu adalah ayah ibu Nara.

"Eh, ada Resa." sahut ibu Nara

"Tante om apakabar?" Sembari mencium tangan ayah ibu Nara.

"Alhamdulillah baik, Res."

"Om tante boleh gak Resa ajak Nara ke pesta ulang tahun temen Resa?" Meminta izin kepada orangtuanya Nara.

"Boleh asal jangan larut malam pulangnya yaa." Jawab ayah Nara dengan tegas.

"Siapp om, aman Resa akan jaga baik-baik Nara."

"Yaudah kalian kalau mau ngobrol-ngobrol berdua, ibu sama ayah masuk kamar dulu."

"Iyah bu."

Wajah Nara berseri-seri karena ayah ibunya mengizinkannya untuk pergi.

"Bentar ya gua ganti baju dulu." Bergegas masuk ke dalam kamar untuk mengganti pakaian. Resa pun menunggu di ruang tamu.

Tiba-tiba terdengar suara langkah sepatu menuju ruang tamu, siapa lagi kalau bukan Nara yang telah siap hendak berangkat ke pesta.Resa pun terpukau melihat sahabatnya menggunakan gaun pendek di bawah lutut dengan rambut terurai.

"Ayok kita berangkat Nar."

"Ayok, ibu ayah Nara pamit dulu."

"Iyah pulangnya jangan malem-malem." sahut ibu Nara.

"Baik bu." Nara dan Resa pamit untuk pergi.

Di sebuah rumah mewah mobil taxi yang di tumpangi dua gadis ini pun berhenti, sudah banyak mobil mewah yang diparkir. Bunyi musik keras pun telah berirama dalam lingkaran lampu disco warna warni.

Nara dan Resa segera masuk ternyata kedua gadis itu telah di sambut oleh pemilik rumah yang melempar senyum.

Nara merasa rendah diri ketika melihat para tamu yang datang sangat elegan dan mewah. Dan kebanyakan anak remaja seumurannya. Resa menyerahkan kado kepada Nia yang malam itu sangat cantik bak ratu kerajaan bajunya yang gemerlap menambah kecantikan wajahnya. Nia pun mengucapkan terimakasih dan mempersilahkan Resa dan Nara menikmati pesta ulang tahunnya.

Nara dan Resa pun duduk di bangku yang sudah di siapkan.

Tiba-tiba suasana pesta semakin meriah ketika datang seorang laki-laki berjas hitam kemeja putih dengan didampingi para gadis. Nara pun terheran dan bertanya pada Resa.

"Itu siapa Res?"

"Oh itu si Edo yang para kaum cewek bilang si tampan."

"Maksud lo?"

"Iya dia cowok paling ganteng tuh liat tiga cewek di dekat dia , nah itu semua pacarnya."

"Parahh." Sergah Nara

Resa pun hanya tersenyum tidak salah Resa telah mengetahui latar belakang Edo sang pangeran tampan.

Acara sambutan pun telah dibuka oleh ayah Nia. Edo si pangeran tampan yang nakal itu sempat sesekali menatap wajah Nara yang cantik dan anggun.

"Nar kayaknya si Edo ngeliatin lo." Berbisik pada Nara.

"Ah abaikan saja." Nara pun nampak acuh.

Setelah acara sambutan selesai, maka acara puncak pun di mulai.

Musik kencang dan lampu disco pun bergema kencang di ruangan itu. Nia pun menarik tangan Edo untuk di ajak menari dan berdansa bersamanya. Tepuk tangan gemuruh dari semua memenuhi ruangan pesta. Edo pun bergaya sangat mempesona, banyak yang tergoda dengan ketampanan Edo. Termasuk Nara yang memberi tepuk tangan kepada Nia dan Edo.

Semuanya pun menari-nari di atas lampu disco dan ketiga cewek yang tadi bersama Edo pun menari bersama laki-laki lain. Dan kelihatan tidak ada terjadi hubungan cinta atau rasa cemburu. Lelaki itupun menghampiri Nara dan Resa.

"Hallo Res, apakabar?" Sapa lelaki itu yang tak lain adalah Edo.

"Baik, kenalin temen gua Nara." Kata Resa.

Nara segera menerima uluran tangan lelaki yang berdiri di depannya.

"Edo Dirgantara."

"Nara."

"Lengkapnya?" Desak Edo

"Ga penting." Tegas Nara

Menarik tangannya yang masih dalam genggaman Edo. Jantung Nara pun bedenyut kencang dan perasaanya tak karuan. Resa pun hanya terdiam dan sudah menduga Edo akan menyukai sahabatnya.

"Kalian dateng sama siapa?"

"Berdua aja." Jawab Resa singkat.

"Nara lo gak bawa pacar?"

"Kepo banget." Jawab Nara tegas.

"Dia belum punya pacar." Sergap Resa sambil bercanda.

Nara pun mencubit sahabatnya merasa kesal dan malu di hadapan Edo.

"Ohhh belum punya pacar, kalau gitu mau gak jadi pacar gua?"

"Wah bisa kacau" Sahut Nara.

"Apanya yang kacau?"

"Lo gak liat para cewek yang segudang itu bisa-bisa ngeroyok gua, bisa mati gua."

Edo pun hanya tertawa mendengar ucapan Nara sama dengan halnya Resa pun tertawa. Nara hanya tertunduk irama musik dari musik disco hingga dangdut membuat terlena para kaum remaja menikmati pesta. Tangan Edo tiba-tiba melingkar di sandaran tempat Nara sesekali jari tangannya membelai rambut Nara. Bak pasangan yang sedang jatuh cinta.

"Apaan sih, jangan gitu tau." Sergah Nara pada Edo yang mulai agresif padanya. Nara pun berdiri dan berpindah kursi.

Edo pun tersenyum baru kali ini melihat wanita yang di temui tidak gampang jatuh cinta. Padahal cewek-cewek yang ia temui biasanya langsung menyukainya.

Tiba-tiba ada laki-laki yang menghampiri Resa untuk mengajak ke tengah menari bersama.

Dengan setengah ragu-ragu Resa pun bangkit dari duduknya. Laki-laki itupun langsung memegang tangan Resa.

"Nar gua tinggal sebentar yaa." Ucap Resa.

Nara mengangguk sambil tersenyum. Nara melihat Resa di peluk oleh lelaki itu dengan mesra. Dan Nara pun berkata dalam hatinya bagaimana rasanya dipeluk oleh seorang laki-laki yang baru dikenal.

"Lo gak mau joget?" Pertanyaan Edo menghentikan lamunannya

"Gua gak bisa joget."

"Terus bisa lo apa?"

"Kepo"

"Mau gua ajarin gak?"

"Gak". Tegas Nara.

"Terus mau lo apa?"

"Duduk."

Edo pun semakin tertarik pada Nara yang begitu cantik dan anggun. Di antara wanita yang pernah jadi pacarnya Nara beda dari yang lain.

"Lo ga nemenin cewek lo?" Tanya Nara.

"Kata siapa itu cewek gua?"

"Gua."

"Jangan asal ngomong, gua sukanya sama lo."

"Cowok kaya lo emang gampang banget bilang cinta ke semua cewek."

"Kayaknya kalau sama lo gak deh."

"Alaaah dasar playboy."

"Gua? playboy."

"Jangan asal nuduh lo."

"Emang salah gua bilang lo playboy?"

"Lo tuh cantik, gua gak peduli orang mau anggep gua yang aneh-aneh. Kalau lo gak mau nerima ungkapan gua, bahwa gua suka sama lo. Gak apa-apa tapi gua gak suka lo bilang gua playboy." sambil memegang tangan Nara. Nara mencoba melepaskan genggaman Edo, tapi Edo memegangnya begitu kuat dan matanya menatap wajah Nara. Gadis itu memberanikan diri menatap kembali wajah Edo. Alangkah gantengnya wajah Edo jantungnya berdenyut semakin kencang perasaan Nara pun menjadi aneh dan tidak bisa di mengerti apalagi ketika saling menatap. Telapak tangan Nara dicium Edo, gadis itu pun terlena matanya terpejam saat tangannya dicium Edo. Lalu tangan Nara diletakkan di pahanya.

"Gua beneran suka sama lo, jangan samain gua dengan apa yang lo bilang."

"Gua gak gampang percaya sama lo apalagi yang gampang tebar pesona kesana kemari, setelah lo dapetin gua, habis manis sepah dibuang."

"Gua janji bakal bahagiain lo."

Janjinya bagai surga bagi para wanita, gadis itu pun takut jika janji itu akan membawa hal buruk pada dirinya. Karena dalam waktu singkat ia telah mengatakan cinta padaku. sudah jelas lo mudah jatuh cinta.

"Cinta itu gak kenal waktu dan tempat, cinta adalah rasa yang bisa dinikmatin dan sulit dimengerti." Sahut Edo meyakinkan Nara.

"Ngomong apasih, udahlah lo pergi kasian tiga cewek lo cari-cari." Kata Nara sambil menoleh kepada orang-orang yang sedang menari.

Bersamaan itu pula Resa menghampiri ke arah duduknya Nara , sambil tersenyum. Nara pun melihat jam tangannya "Ayok, kita pulang." Ajak Nara kepada Resa.

"Acaranyakan belum selesai?" Sahut Edo.

Keputusan Nara pun bulat ingin pulang tidak bisa di tunda lagi , Nara pun beranjak dari duduknya dan menarik tangan Resa bergegas pulang.

"Naraa gua bolehkan rindu sama lo." Kata Edo sambil teriak yang melihat Nara tengah menaiki mobil.

"Boleh, kalau lo sanggup." Jawab Nara.

"Kapan kita ketemu?"

"Kalau lo ga mati duluan, Daaa."

"Daaa,"

Nara dan Resa pun pulang di perjalanan Resa menasehati sahabatnya agar tidak percaya dengan omongan para lelaki buaya.

"Lo harus hati-hati sama Edo, cowok gampang banget mempermainkan cinta."

"Tenang Res, gua gak gampang jatuh cinta."

Mobil yang di tumpangi telah sampai dirumah Nara. Nara bergegas turun dari mobil.

"Langsung pulang lo Res, jangan keluyuran."

"Siapp Nara.Daa Naraa."

"Daa Resa, sampai ketemu besok."

Mobil pun melaju meninggalkan Nara.

Setiba di rumah gadis itupun masuk ke kamarnya membaringkan badan sebari menggunakan daster pendek yang tadi ia telah berganti pakaian. Tiba-tiba melintas wajah Edo yang ganteng dan senyuman yang manis menawan .

Hari bersama

Hari berikutnya setiap di sekolah berjumpa dengan Resa, ia selalu menyampaikan salam dari Edo yang rindunya tak terbendung, sampai Resa pun hafal jika Edo menemuinya hanya untuk menitip salam pada Nara.

Sedangkan Nara hanya membalas dengan senyuman. Nara merasa heran kenapa salam itu kok datangnya setiap hari melalui sahabatnya. Timbul pertanyaan yang di tunjukkan kepada Resa.

"Lo kapan ketemu Edo?"

"Rumah gua sama dia cuman beda komplek, makanya tiap hari ketemu dan selalu titip salam buat lo."

"Lo bilangin ke dia gua takut jatuh cinta."

Resa tersenyum mendengar ucapan Nara yang baginya terasa lucu.

"Nanti si Edo bakal datang buat jemput lo."

"HAAH." Sergah Nara.

"Lo maukan?"

"Gak, gua gak mau dia cuman bakal berdampak buruk terhadap gua."

"Gua cuman bisa bilang sama lo, hati-hati aja sama Edo, jangan sampai lo jadi korban cintanya."

"Makanya itu gua ambil pertimbangan yang matang buat bergaul sama si Edo."

Di dalam keasyikannya mengobrol datanglah seorang laki-laki dan itu ternyata Roy. Dia sekolah disini dua gadis itu pun baru tau ternyata laki-laki yang di temui saat makan mie ayam waktu itu juga sekolah disini.

"Nanti pulang sekolah kita makan mie ayam lagi, ya?"

"Lo kok ada disini?" Tanya Resa merasa heran.

"Emang gua sekolah disini cuman yaa jarang masuk kelas."

"Ohh, pantesan tukang bolos." Sahut Resa.

"Maukan makan mie ayam lagi bareng gua?"

"Enggak ah ya kali makan mie ayam tiap hari, nanti usus gua kelilit mie lagi." Jawab Resa.

"Gak apa-apa nambah gizi, gua teraktir lagi kalian berdua."

Nara cuman bisa tersenyum sambil berpikir, royal banget ini cowok. Resa menyerahkan keputusannya pada Nara. Namun Nara hanya menggelengkan kepala.

"Heh lo Roy, Nara gak mau. Lagi pula dia mau di jemput sama keluarganya."

"Yaudah deh, asal lo janji lain kali kita adakan janji, oke cantik." Menatap wajah Nara dan tiba-tiba mencolek pipi Nara sambil berlari pergi.

"Iiii kurang ajar yaa lo Roy, gua tabok tau rasa." Sergah Resa yang kesal pada sikap Roy.

Roy pun berlari dan melambaikan tangan kepada kedua gadis itu. Nara memang bersikap ramah kepada semua teman sekolah. Hingga kadang-kadang orang bilang Nara anak yang gampangan buat di ajak kencan. Namun itu berbalik ketika Nara menunjukkan sikap tegasnya.

Disinilah kemenangan yang dapat diperoleh dari gadis yang ngerti harga diri, biar semua cowok tidak memandang rendah dirinya.

"Gimana kelanjutan cowok yang nari sama lo di pesta waktu itu?"

"Udah beberapa hari ini dia sering main ke rumah gua. Namanya Dika, wajahnya lumayanlah yaa ganteng."

"Terus lo udah kemana aja sama dia?"

"Gua semalem pertama kali kencan sama dia berduaan."

"Waah, seru dong. Terus kalian ngapain aja?"

"Nonton, makan, pulang."

"Sambil pacaran kan."

"Tau aja lo." Tersipu malu Resa.

"Asyik gak sih orang pacaran?"

"Lo belum pernah pacaran?". Pertanyaan Resa yang hampir gak percaya.

Nara hanya menggelengkan kepala namun mantap. Resa tersenyum sambil berkata "Gua gak percaya lo belum pernah pacaran gadis yang punya privilage cantik belum pernah pacaran."

"Sumpah gua belum pernah pacaran, jatuh cinta aja gak pernah."

"Hah kok bisa gitu?"

"Belum nemu yang cocok dihati."

Resa hanya tersenyum lebar. Nara yang merasakan ditertawakan jadi tersipu malu. Jam istirahat telah selesai semua murid bergegas masuk ke dalam kelas masing-masing begitupun Nara dan Resa. Selintas Nara kepikiran tentang Edo yang akan menjemputnya nanti.

Akhirnya ketiga mata pelajaran pun selesai, bel pulang pun tiba semua murid pun bertebaran keluar.

Nara dan Resa berjalan ke depan gerbang meninggalkan kelasnya sambil bergandengan tangan. Di depan pintu gerbang sekolah sudah berhenti sebuah mobil Pajero.

"Tuhkan bener Nar, si Edo tuh pasti bakal jemput lo."

Mendadak saja sekujur tubuh Nara gemetar dingin. Apalagi ketika Edo menyandarkan badannya di pintu mobil. Kelihatan sangat ganteng sekali.

Senyumnya yang sangat meluluhkan hati setiap perempuan. Semakin menambah kegantengan yang di sebut si pangeran tampan. Resa dan Nara pun mendekati Edo yang telah menantinya.

"Lo udah lama nunggu?" Tanya Resa pada Edo.

"Gak lama sih, 1 abad ada kayaknya." Sambil tersenyum kalem sambil matanya menatap Nara.

Murid-murid sekolah yang lewat pun merasa salah fokus terhadap kegantengan Edo.

"Hallo Nar apa kabar?" Sapa Edo.

"Baik." Jawab Nara singkat.

"Ayok kita pulang bareng?." Ajaknya.

Mereka bertiga pun pulang segera menaiki mobil.

Edo duduk di depan dengan Nara. Resa di belakang sendiri. Wajah Nara semakin terlihat ketika duduk bersampingan. Mobil melaju begitu cepat sekali, membuat Nara merasa takut.

"Lo gilaa, jangan ngebut-ngebut Do, gua takut." Suara Nara sedikit cemas.

Edo malah sengaja terus menambah kecepatan mobilnya. Perasaan Nara semakin tak menentu.

"Kalau lo masih nekat dan gak mau pelanin mobil loh, gua nekat turun disini sekarang." Nada suara Nara pun mendesak Edo.

Maka Edo akhirnya mengurangi kecepatan mobilnya ; sambil tersenyum kecil.

"Lo suka kebut-kebutan ya?" Nara bertanya serius.

Edo tertawa lebar sambil membenarkan kacamata yang melorot. Nara gemes dengan Edo tapi juga merasa senang.

"Lo jangan buat Nara takut, ntar dia ngambek susah dibujuknya." Ucap Resa.

"Gua pengen liat dia ngambek, pasti bakal makin cantik." Sambil tersenyum.

"Di jaga yaa mulut lo, jangan lo anggap gua barang mainan."

Edo tertawa lagi, dengan tertawa yang sedikit romantis.

Nara pun hanya menundukan kepala sambil tersenyum, di hatinya pun telah tergoyah oleh ketampanan Edo.

"Gua beneran suka sama lo, kalau lo nolak cinta gua, hati gua bakal hancur berantakan."

"Kalau udah berantakan naronya dimana?" Memberanikan diri menatap Edo yang nakal dan hangat itu.

"Kalau lo mau pungutin terus lo buang aja ke kali." Jawab Edo.

"Yaah, Nar. Jangan biarin hati pangeran tampan ini berantakan." Resa menengahi pembicaraan mereka sambil bercanda.

"Kan banyak cewek lo, kenapa harus gua?"

"Emang ya lo keras kepala banget teguh dengan pendirian, makanya itu gua suka sama lo."

"Gua gak akan mempan sama gombalan lo." Tegas Nara.

Mobil Pajero itu pun berhenti di depan rumah Resa. Gadis itu bergegas turun dari mobil sambil melambaikan tangan.

"Thankss bro.Daaa."

"Daaa." Nara membalas lambaian tangan Resa.

Edo melirik ke arah Nara yang duduk di sebelahnya sambil tersenyum melihat kecantikan Nara.

"Gimana kalau kita jalan-jalan dulu?"

"Udahlah jangan jual mahal gitu, Nara."

"Gua bukan barang dagangan, anterin gua balik."

Edo tertawa kalem. Kemudian menatap Nara yang anggun dan cantik. Hatinya telah terkecoh pada gadis yang sederhana itu. Mobil Edo pun berhenti di sebuah taman.

Nara merasa takut berada di tempat itu hanya berdua dengan Edo. Lelaki yang duduk santai di sampingnya memandang tanpa berkedip, hingga Nara merasa mati kikuk.

"Gua gak suka liat tingkah lo yang kaya gini?"

Nara pun ngambek. Edo tetap saja tersenyum sambil memandang wajah Nara yang tambah semakin cantik. Tangan Edo yang nakal berusaha meraih dagu Nara yang menawan. Nara berusaha menolak ketika tangan Edo mencoba meraih dagunya.

"Jangan macem-macem yaa lo, gua teriak nih."

"Gua cinta sama lo Nara."

Nara hendak membuka pintu mobil, namun Edo menahannya.

"Biarin gua pulang sendiri!"

"Tenang Nara."

Nara pun menangis saking kesalnya.

"Kalau lo nangis, lo makin cantik."

"Gua mau pulang sekarang!!" Nara segera membuka pintu mobil dengan cepat.

Namun masih kalah cepat dengan Edo yang menyambar lengannya.

"Okeyy. Gua antar lo pulang, tapi jangan ngambek , senyum coba kalau lo senyum mobil ini bakal segera maju.. Ayo tersenyumlah." Desak Edo.

Dengan perasaan yang sulit diceritakan. Nara terpaksa harus tersenyum juga. Hatinya kesal sekali, namun sangat mengesankan. Saking kesalnya dicubitlah lengan Edo keras sekali, sampai Edo berteriak kesakitan. Cubitan Nara dirasakan Edo sebagai cubitan kasih sayang yang nikmat. Mobil pun akhirnya melaju meninggalkan tempat tadi. Dan hati Nara pun lega, sedikit perasaan tenang dirinya. Campur aduk senang, kesal, marah membuat dag dig dug hati Nara.

Minggu yang dilema

Minggu pagi yang cerah, Nara menyirami bunga di halaman rumahnya yang sudah mulai mekar. Banyak sekali bunga yang sudah mulai mekar sehingga hinggaplah kupu-kupu lucu yang menghisap sarinya.

Tiba-tiba seorang lelaki turun dari motornya ternyata itu adalah Roy tersenyum raut mukanya lelaki itu.

"Lagi asyik ya nyiramin bunga, Nar." Tegur Roy

"Lo kok tau rumah gua?" Merasa heran.

"Apa sih yang gua gak tau tentang lo."

"Gua gak di suruh masuk gitu?"

"Yaudah silahkan masuk." Ajak Nara pada Roy.

Roy pun mengikuti langkah kaki Nara menuju ke ruang tamu. Nara mempersilahkan Roy duduk, tiba-tiba ibunya Nara melihat ke ruang tamu ingin melihat siapa yang datang bertamu.

"Ohh, ada tamu? Kata ibunya Nara.

"Ini temen sekolah Nara bu." Jawab Nara menjelaskan.

Roy mengangguk hormat pada ibu Nara.

Ibu Nara pun tersenyum, lalu masuk ke ruang dalam. Nara pun duduk terlihat demikian sangat anggun di mata Roy.

"Ngapain lo liatin gua kaya gitu?" Merasa risih

"Cantik". Tegas Roy.

Ibu Nara berjalan keluar dari ruang dalam sambil membawa minum.

"Gausah repot-repot tante." Basa-basi Roy.

"Yaa adanya cuman air teh. Ayo diminum."

"Baik tante, terimakasih."

Ibu Nara pun berjalan masuk ke ruang dalam setelah meletakan minuman itu di atas meja tamu.

"Hari libur gini lo gak pergi ke mana-mana?"

"Gua lebih suka di rumah." Jawab Nara.

"Kalau gitu kita jalan yuk keluar?"

"Males, ah."

Nara pun mengambil majalah yang ada di meja, kemudian membalik-baliknya, agar mengurangi rasa jenuh terhadap Roy.

Mobil pajero berhenti di depan halaman rumah Nara tanpa menimbulkan suara mesin yang berderum. Pengemudi mobil sengaja mematikan mesinnya dari jauh supaya kedatangannya tidak diketahui oleh pemilik rumah. Seorang lelaki itu tiba-tiba turun dari mobil.

Wajahnya ganteng berpotongan tubuh ideal. Rupanya lelaki ini bersikap konyol. Jalannya menunduk agar tidak diketahui gadis yang sedang mengobrol.

Tubuh lelaki itu merapat pada jendela rumah dengan sepasang telinga yang diarahkan kepada pembicaraan seorang gadis bersuara lembut.

Tiba-tiba saja lelaki itu kaget, ketika pantatnya dicolek oleh anak kecil. Rupanya itu Seno anak dari adik ibunya Nara yang sedang berlibur di rumahnya, sedari tadi sudah mengawasi tamunya yang agak aneh ini. Edo segera menoleh ke arah anak kecil yang membuatnya kaget.

"Sedang apa kak disini?" Tanya Seno.

"Suuttt." Edo memberi isyarat agar Seno tidak berkata lagi. Anak kecil itu pun menurut.

"Itu siapa yang jadi tamunya kak Nara?" Tanya Edo sambil berbisik.

"Enggak tau kak. Aku benci sama tamunya itu."

"Kenapa?"

"Orangnya jelek, kak Nara kan cantik."

"Kalau kakak yang menemani kak Nara bagaimana?"

"Seno lebih suka sama kakak."

"Kenapa?"

"Kakak ganteng kak Nara cantik jadinya cocok."

Edo tertawa dibuatnya, Seno pun demikian tertawa pula. Anak kecil ini tertawanya puas sehingga terdengar sampai ke telinga Nara.

"Lagi ngapain Seno?"

"Jawab, sedang pacaran." Kata Edo, agar Seno mengucapkan perkataan yang baru saja diucapkan oleh Edo. Anak kecil yang tidak tahu apa-apa menurut saja.

"Seno sedang pacaran kak."

Nara terkejut mendengar perkataan Seno. Maka Nara segera bangkit dari duduknya dan mendekati Seno. Betapa kagetnya Nara melihat Edo sudah bersama Seno.

"Heh ngapain kalian di situ?" Tanya Nara pada Edo.

"Sorry gua udah ganggu orang yang lagi pacaran." Jawab Edo.

"Siapa yang lagi pacaran?"

"Alaah gak usah malu-malu gitu, gua kan ngintip lo dari tadi."

"Apaan sih jangan sok tau deh. Ayok masuk."

"Gak ah entar cowok lo marah."

"Apasih mau gua cubit ya lo nanti."

"Ada pacarnya kok berani cubit orang lain, kalau cemburu gimana."

"Lo apa dia yang cemburu?"

"Siapa ya?" Edo berlaga polos.

"Pastinya sih lo."

"Nah lo tau itu." Edo bergembira seperti anak kecil.

Nara jadi geli melihat tingkah Edo yang persis anak kecil. Lalu Nara menarik tangan Edo ke dalam rumah.

Seno mengikuti dari arah belakang Edo. Nara memperkenalkan Edo pada Roy.

Kedua lelaki itu saling bersalaman menyebutkan nama. Ibu Nara pun ke ruang tamu untuk melihat siapa lagi tamu yang datang. Edo melempar senyum ramah pada sang mertua. Ibu Nara membalas ramah pula. Roy agak minder melihat Edo yang datang disambut ramah oleh Nara. Mata gadis itupun berubah binar. Roy pun semakin merasa terganggu akan kehadiran Edo.

"Gua pulang ya Nar."

"Kok buru-buru."

"Lupa gua ada acara touring ke puncak."

"Oh yaudah."

Roy berjalan keluar rumah dengan diantar Nara sampai teras. Setelah Roy berlalu dari pandangannya, gadis itu pun masuk kembali ke ruang tamu menjumpai Edo. Seno duduk di sebelah Edo.

Tantenya pun memanggil Seno yang tak lain adalah ibunya Nara. Anak kecil itu berlari masuk ke dalam ruang tengah. Nara tak berani menatap mata Edo terlalu lama, karena perasaannya jadi berubah tak menentu. Gadis itu menundukkan mukanya sambil menatap ujung kaki yang mulus putih bersih.

"Gua mau ngajak lo jalan?"

"Gua takut ayah ibu marah."

"Gua bersedia, nanti yang akan meminta izin ke orang tua lo."

"Gak ah nanti gua dibawa ngebut lagi."

"Gua janji gak akan ajak ngebut lagi, dan janji gua akan ditepati."

"Bener yaa?"

"Iya cantik."

"Dan lo juga harus janji jangan buat gua kesel."

"Isinya janji aja terus? Kapan bisa bebasnya?"

"Mau janji gak? Kalau gak mau berjanji gua gak mau jalan sama lo."

"Iyaa cantik, gua bakal laksanain semua janji gua. Asalkan ajakan gua tadi gak lo tolak."

"Kalau orang tua gua gak izinin, lo gak akan ngamukkan?"

"Gua bukan laki-laki yang suka ngamuk, tapi suka senyum."

Nara berjalan ke ruang tengah menjumpai ibunya. Nara dan ibunya keluar dari ruang tengah. Edo segera berdiri menghadap ibunya Nara.

"Tante boleh gak saya ajak Nara keluar?" Meminta izin.

Ibunya tersenyum kepada Edo sambil menilai sopan santun yang dimiliki Edo. Mengenai wajah Edo emang ganteng sesuai dengan Nara yang cantik.

"Tante izinin kalian pergi, asalkan paling lambat sore hari kalian harus sudah pulang."

"Siap tante." Jawab Edo bergirang hati.

"Yaudah gua ganti baju dulu." Ucap Nara.

Nara bergegas ke kamar dan mengganti pakaiannya. Tampak Nara kebingungan memilih pakaian yang harus dikenakan untuk pergi bersama Edo si pangeran tampan.

Akhirnya Nara menggunakan celana jeans pendek dan baju croptop yang di tutupi rompi. Di depan cermin Nara menatap dirinya yang tiada celanya.

Dalam pakaian yang dikenakan itu menambah daya tarik orang untuk mengaguminya. Nara menjumpai Edo di ruang tamu dengan ditemani ngobrol ibunya.

"Okey aku udah siap." Kata Nara terhadap Edo.

"Tante saya permisi dulu." Edo memohon pamit pada ibunya Nara. Perempuan itu mengantarkan mereka berdua sampai di teras.

Ketika mobil mulai melaju pelan Nara sempat melambaikan tangan kepada ibunya. Edo mengedipkan matanya lalu tersenyum terhadap Nara. Gadis itu tersipu menatap mata dan senyuman lelaki yang ganteng ini. Mobil telah jauh meninggalkan rumah Nara. Dengan duduk bersandar di jok depan Nara bagaikan sang bidadari turun dari surga.

Edo memegang kemudi dengan santai. Sebentar-sebentar melirik ke arah Nara yang takut secara tiba-tiba hilang tak berbekas.

Terus terang Edo pun benar-benar mabok kepayang terhadap Nara yang begitu cantik dan anggun.

"Mau kemana kita?" Tanya Nara.

Edo pun hanya terdiam dan fokus menyetir menghiraukan pertanyaan Nara.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!