NovelToon NovelToon

REBECCA : I'M ANTAGONIS

Prolog

"Fion? Kau selingkuh?" Suara Rebecca naik turun tak teratur, dadanya sangat sesak. Dia tidak bisa menyembunyikan kesedihannya dan pada saat itu juga tangisnya pecah.

Tiana mulai panik, dia pikir berduaan dengan Fion di tempat ini akan aman tampa di ketahui oleh siapapun. Ternyata tak di sangka Rebecca tiba-tiba muncul entah dari mana, Tiana pun bersembunyi di belakang Fion.

"Kau salah paham, Rebecca." suara Tiana sangat pelan dan gemetaran, "Aku hanya sedang mengobrol hal yang pen..."

"DIAM!" teriak Rebecca yang langsung berlari ingin menjambak Tiana namun langsung di lindungi oleh Fion. "Kenapa kau melindunginya? Sungguh kalian punya hubungan belakangan ini? JADI SELAMA INI FIRASAT KU BENER?!" Rebecca langsung menampar Fion, sangat keras karena gadis itu benar-benar sangat marah.

"Rebecca, ini salah paham. Ku mohon berhenti berteriak," Fion menahan badan Rebecca yang terus ingin memukul Tiana, dia salah paham. Fion ingin menjelaskan namun Rebecca tidak bisa diam dan terus menangis.

"Tiana, kenapa kau merebut kekasih ku? Apa salah ku pada mu?" Rebecca masih mencoba meraih baju Tiana namun Fion terus menghalangi, kini arah pandangannya beralih menatap Fion. "Apa salah ku? Kenapa kau membohongi ku?" Rebecca mulai berhenti bergerak karena tenaganya mulai melemah akibat menangis.

Fion langsung memeluk Rebecca sambil mengelus punggungnya agar tetap tenang, "Maaf kan aku, kau salah paham. Izinkan aku menjelaskan, Rebecca." suara Fion sangat lembut masuk ke telinga Rebecca, namun Rebecca tetap menangis tampa henti.

"Kenapa kau terus membohongi Rebecca, Fion? Kenapa kau malah memeluknya disaat kau bilang pada ku, kau sudah tidak menyukai Rebecca lagi?"

Tiba-tiba suara itu mengagetkan Fion dan Rebecca, itu adalah suara Tiana. Gadis yang berdiri di belakang Fion itu mulai tertunduk menahan sedih, "Kau bilang padaku, kau mencintai ku, bener kan Fion? Kenapa kau tidak cepat mengakhiri hubungan mu dengan Rebecca?" mata Tiana mulai mendadau.

"Rebecca," mendengar panggilan dari Tiana, Rebecca langsung melepaskan pelukannya dari Fion dan menatap Tiana dengan kebencian. "Ini bukan salah paham, benar jika Fion telah selingkuh. Maka dari itu aku mohon, jauhin kami."

"SIALAN!" Rebecca tak terima, dia langsung mengambil batu besar di samping kakinya dan langsung melempar ke Tiana. Lemparan itu tepat mengenai kepala Tiana hingga dia terjatuh.

"TIANA!" Fion pun berlari menangkap Tiana, kepala gadis itu langsung mengeluarkan darah.

"REBECCA APA YANG KAU LAKUKAN?" Bentak Fion sambil menepuk-nepuk pipi Tiana agar cepat sadar.

"Kenapa kau mengkhawatirkannya? Bukan kah aku kekasih mu?" tanya Rebecca yang sangat terkejut dengan tindakan Fion barusan. Baru saja Fion memeluknya dan sekarang dia memeluk Tiana, gadis yang menghancurkan hubungan mereka.

"Tidak segini nya juga Rebecca, apa kau ingin membunuh sepupu mu sendiri?" Fion berucap tampa melihat ke arah Rebecca, karena laki-laki itu langsung menggendong Tiana untuk membawanya ke tabib Akademi.

"Aku kecewa pada mu, Rebecca." ucap Fion dan langsung pergi, sedikit berlari karena ingin Tiana cepat mendapatkan penanganan.

"HARUSNYA AKU YANG KECEWA PADA MU, FION. KALIAN BERDUA MENGKHIANATI KU, TIDAK KAH KALIAN MERASA BERSALAH? KALIAN YANG SALAH! KENAPA AKU YANG TERLIHAT SEPERTI PENJAHATNYA DISINI?!"

Sambil menangis Rebecca berteriak mengeluarkan isi hatinya, dia langsung terduduk, mengeluarkan semua rasa kekecewaannya melalui air mata yang terjatuh bercucuran.

Fion mendengar itu, dia merasa iba. Tapi entah kenapa dia lebih memilih Tiana, "Rebecca, maaf."

1 : Menuju Akademi

Satu minggu lagi adalah hari dimana para bangsawan yang berumur 18 tahun akan kembali ke Akademi untuk melanjutkan pembelajaran mereka yang kini akan menjadi tingkat 3. Tentu, mereka akan menyiapkan beberapa baju karena akan tinggal di asrama selama satu tahun.

Di Kerajaan Formir terdapat gadis yang memutar bola matanya malas tak terima dengan kenyataannya yang akan membawanya kembali ke Akademi. Berkali-kali gadis itu memohon kepada Ibunya untuk keluar dari Akademi namun di tolak.

Rebecca memperhatikan gerak-gerik pelayan yang sibuk memasukan barang-barangnya ke dalam tas-tas besar, dia akan berangkat besok pagi karena perjalanan dari istana ke Akademi sangatlah jauh. Butuh tiga hari dua malam untuk sampai ke tujuan.

“Kau tau Kana, aku tidak ingin pergi ke neraka itu.” Rebecca menggerutu dengan tangannya yang di lipat ke depan dada.

“Saya sudah mendengar perkataan itu ratusan lebih, Nona.” Ucap Kana yang masih sibuk memasukan baju-baju dan barang-barang ke dalam tas milik Nona-nya.

Benar, setiap menit Rebecca selalu mengeluh jika ia tidak ingin pergi ke Akademi. Rebecca sangat malas jika bertemu dengan sepupu yang sering Rebecca rundung karena ujung-ujungnya sang Pangeran kesiangan akan membela gadis itu.

Saat pertama kali Rebecca memasuki Akademi tepatnya pada saat Rebecca masih tingkat 1, ia langsung jatuh cinta pada Pangeran yang sangat cerdas seangkatannya. Bagusnya, pangeran itu membalas perasaan Rebecca juga. Namun saat tingkat 2, ada sepupu Rebecca yang merupakan murid pindahan yang membuat kekasih Rebecca langsung menyukainya.

Hal itu membuat Rebecca sakit hati, ia pun mencoba berbagai cara untuk membuat Pangeran dan sepupunya itu berpisah. Namun nihil, justru Pangeran yang menjauhi Rebecca.

Karena rumor Rebecca yang mencoba melukai sepupunya sendiri, Rebecca menjadi tidak memiliki teman. Dan dia selalu kesepian di sepanjang pembelajaran Akademi tingkat 2, Rebecca trauma akan hal itu.

“Tenang saja, Nona. Kau pasti bisa melewati hari-hari Akademi dengan baik-baik saja.” Balas Kana, pelayan yang mengabdikan nyawanya pada Rebecca itu selalu berkali-kali menyemangati Nona-nya.

Rebecca pun menghela nafas kasar, ia berharap jika di Akademi nanti akan ada yang ingin berteman dengannya. Rebecca sangat sakit hati atas perlakuan Pangeran yang tidak menyukainya lagi, maka dari itu Rebecca benci Akademi.

Selain membenci Akademi, Rebecca juga membenci keluarganya. Keluarga macam apa yang tidak memperhatikan anaknya, Ratu dan kakaknya yang sudah di lantik menjadi Putra Mahkota itu terlalu sibuk dengan pekerjaan. Sejak sang Ayah wafat 2 tahun lalu, Rebecca sudah tidak pernah mendapatkan perhatian lagi dari keluarganya.

Rebecca sangat di sayang oleh Ayahnya, Delart. Namun tidak dengan Rihanna sang Ibunda, yang dari kecil Rebecca sangat jarang berinteraksi dengannya. Terlebih lagi Kakaknya, Rebecca hampir tak pernah berbicara dengannya. Hal itulah yang membuat Rebecca makin kesepian.

Hanya Kana, pelayan yang merupakan teman masa kecilnya. Ia sangat setia dengan Rebecca, di gempuran para pelayan yang sungkan melayani Rebecca. Hanya Kana yang setia dengannya. Rebecca bersyukur mempunyai teman yang setia seperti Kana.

Tiba-tiba Rebecca memikirkan 'Dia' yang merupakan wasiat dari Delart. Rebecca tertunduk, ia sedih karena harus mencintai lelaki itu. Rebecca tidak bisa, Rebecca selalu memikirkan mantan kekasihnya. Seribu cara Rebecca mencoba untuk mencintai 'Dia' fikiran Rebecca langsung teralihkan oleh mantan kekasihnya. Perasaan tidak bisa berbohong, padahal Rebecca sudah di jodohkan.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1 minggu berlalu, sekarang Rebecca tengah bersiap-siap untuk berangkat menaiki kereta kuda. Namun sebelum itu, Rebecca harus makan pagi bersamaan dengan keluarganya.

Hening, hanya ada suara ketukan piring dan sendok yang mengisi heningnya ruangan. Rebecca menatap kedua keluarganya itu secara bergantian.

“Ini adalah hari terakhir ku bersama kalian." Rebecca mencoba mencairkan suasana.

Rihanna dan Dilan hanya menatap Rebecca sekilas lalu fokus kembali pada kegiatan masing-masing.

“Ibu, aku gak mau kembali ke Akademi,” Jerit Rebecca untuk kesekian kalinya, dia berharap sang Ibu berubah fikiran.

“Tidak. Mengapa kau selalu mengeluh tentang hal itu Rebecca? Saya kesal mendengarnya,” ucap Rihanna yang merupakan Ratu Kerajaan Formir.

“Maaf, Ibu. Aku hanya tidak ingin berada disana." Rebecca menunduk, dia tidak akan pernah bisa dekat dengan Ibunya.

“Jangan pernah kau merundung sepupu mu lagi, jangan berantem hanya karena percintaan mu yang tidak terbalaskan itu. Buat malu keluarga saja." Ketus Rihanna menatap tajam Rebecca.

Seluruh keluarga Rebecca mengetahui itu, karna laporan yang di buat oleh Master Akademi. Bukan hanya keluarga Rebecca saja, bahkan keluarga besarnya pun tau. Rebecca penindas di Akademi adalah rahasia umum.

"Dia merebut kekasih ku, wajar saja aku marah." Rebecca berbicara pelan, dia tidak ingin keluarganya juga beranggapan Rebecca pelaku utama.

“Biarkan saja dia, kau sudah di jodohkan Rebecca, jangan memikirkan pria lain." Kali ini Dilan menimpali, yang merupakan Raja masa depan Formir.

“Aku sudah melupakannya." Balas Rebecca berbohong.

"Aku hanya kesal dia pernah merebut kebahagiaan ku." Lanjut Rebecca yang masih bersuara pelan dan sedikit takut.

"Jangan seperti anak-anak, berfikirlah dewasa." ketus Rihanna.

Lagi-lagi Rebecca menghela nafasnya kasar, keluarga tidak pernah mengerti perasaan Rebecca. Rebecca tertunduk sedih, dia ingin sekali saja seperti keluarga normal pada umumnya. Yang saling menyayangi dan mengerti satu sama lain.

Sarapan telah selesai, Rebecca sudah berada di luar istana bersiap-siap ingin menaiki kereta kuda. Namun sebelum itu, ia menunduk hormat kepada Ratu dan Putra Mahkota.

“Aku berangkat." tutur Rebecca tak berani menatap mata Ibunda dan kakaknya.

Rihanna hanya diam menatap dingin Rebecca, tentu saja Rebecca merasa terintimidasi.

“Jangan membuat hal konyol." tegas Dilan menatap Rebecca.

"Baik." Rebecca tersenyum, namun seperti di paksa.

“Hati-hati Nona.” Kana menunduk hormat pada Rebecca sambil menahan air matanya.

“Tak perlu seperti itu Kana, kita akan bertemu 12 bulan lagi.” Rebecca tertawa kecil melihat kelakuan pelayan setianya, ia pun menaiki kereta kuda yang di bantu oleh Prajurit.

“Sampai nanti.” Rebecca melambaikan tangannya, ia sangat sedih karna harus mendapatkan tatapan tajam dari keluarganya. Padahal Rebecca akan pergi selama 1 tahun, namun sang Ibu dan Kakak tidak bereaksi apapun.

Tampa sadar Rebecca meneteskan airmatanya, ia sangat kesepian dengan nasib hidupnya. Tampa teman, tampa kasih sayang keluarga, hari-hari Rebecca begitu hampa. Walaupun ada Kana di dalam hidupnya, tidak menutup kemungkinan jika Rebecca sangat kesepian.

Tiba-tiba Rebecca teringat dengan ucapan Dilan yang membahas tentang calon suaminya saat sarapan pagi tadi, di Akademi nanti mereka pasti akan bertemu karena mereka sama-sama tingkat 3.

Rebecca semakin sedih, karena lelaki itu adalah wasiat sang Ayah untuknya. Yaitu menjodohkan Rebecca dengan Pangeran Kerajaan lain, Rebecca berusaha mencintai lelaki itu. Namun nihil, Rebecca selalu kepikiran tentang mantan kekasihnya.

Rebecca bersandar di kereta kudanya lalu memejamkan mata, ia selalu terbayang-bayang kejadian sedih yang menimpanya dulu, tepatnya 1 tahun yang lalu.

“APA YANG KAU LAKUKAN REBECCA?” Teriak Fion yang tiba-tiba datang entah dari mana.

“Bukan, bukan aku.” Tegas Rebecca panik.

Tampa basa-basi lelaki itu langsung terjun ke danau menyelamatkan seseorang yang sedang tenggelam.

Wajah Rebecca memerah akibat marah, ini penipuan. Rebecca tidak mendorong Tiana, ia menjatuhkan dirinya sendiri seolah-olah Rebecca yang bersalah.

Fion pun timbul ke daratan dengan menggendong Tiana yang lemas, Fion menaikan Tiana ke daratan dan Rebecca membantunya.

Rebecca menepuk-nepuk pipi Tiana supaya gadis tersebut segera sadar, tapi Fion langsung menepis tangan Rebecca kuat.

“Jangan sok peduli!” Bentak Fion menatap Rebecca tajam.

Fion langsung memberikan Tiana nafas buatan sambil memompa dadanya, hal itu membuat Tiana langsung terbangun dan memuntahkan air.

“Kau tak apa-apa?” panik Fion memegang pipi Tiana, Fion pun memeluk Tiana sambil menatap Rebecca marah.

"Apa yang kau lakukan?!” tanya Fion sambil membentak.

“Aku tidak melakukan apapun! Dia menjatuhkan dirinya sen...”

“Selalu banyak alasan!” Fion langsung memotong omongan Rebecca membuat hati Rebecca seperti tersilet.

“AKU BILANG AKU TIDAK MELAKUKAN APA-APA!” Rebecca tak terima, ia terus membela dirinya sendiri.

“Kau mendorongnya, aku liat sendiri Rebecca. Kau jahat sekali, apa yang kau inginkan darinya?" Fion mulai berdiri mendekati Rebecca, ia menatap Rebecca dengan tatapan membunuh.

Rebecca tak kuasa menahan rasa sakit hatinya. Mengapa Fion tega membentak Rebecca, bahkan tidak mau mendengar penjelasan Rebecca. Padahal kalau di lihat lagi, Fion dan Tianalah yang berkhianat padanya. Menjalin hubungan dan tega menipu Rebecca.

“Aku kecewa dengan mu Rebecca.” Fion pun langsung menggendong Tiana menuju ruang tabib.

"SEHARUSNYA, AKU LAH YANG KECEWA PADA KALIAN?!" teriak Rebecca tak ingin kalah.

Kaki Rebecca sangat lemas, ia tak sanggup berdiri hingga terduduk sambil berusaha menahan isakan tangisnya.

Padahal, Rebecca hampir di dorong oleh Tiana. Rebecca membalikan dirinya supaya ia tidak terjatuh, namun Tiana tiba-tiba menjatuhkan dirinya sendiri membuat Rebecca terkejut. Dan tiba-tiba saat itu juga Fion datang.

Rebecca perlahan membuka matanya, ia merasakan ada sesuatu yang membasahi pipinya. Terbangun dari mimpi yang merupakan kejadian 1 tahun yang lalu.

Rebecca menghela nafas kasar, mungkin karena ia terlalu kepikiran tentang Akademi jadi ia bermimpi tentang kejadian kelamnya.

Rebecca melihat luar langit yang ternyata sudah sore, sepertinya Rebecca tertidur cukup lama. Rebecca memilih untuk membaca buku yang di sediakan oleh Prajurit agar Rebecca tidak bosan.

2 : Tentang Akademi

Hari sudah malam, kebetulan sekali mereka melewati daerah yang sangat ramai, bisa di bilang itu adalah pasar malam. Rebecca menyuruh Prajuritnya untuk berhenti terlebih dahulu, ia ingin mencoba makanan-makanan dari luar istana.

Prajurit tentu menurut apapun yang di perintahkan Nona-nya, mereka juga mulai lapar. Rebecca menuruni kereta kuda yang dibantu oleh prajurit.

Orang-orang yang ada disana terkejut karena tiba-tiba seorang Putri Kerajaan mereka datang, tatapan mata mereka terhadap Rebecca sangatlah aneh.

Rebecca tau, tatapan itu adalah tatapan kebencian terhadapnya. Rumor jika Rebecca penindas di Akademi pasti sudah kesebar di telinga rakyatnya.

Rebecca menunduk kesal, ia sangat benci dengan tatapan itu. Rahang Rebecca menegas, tangannya di kepal kuat, dia benci rakyatnya. Rebecca memutuskan untuk kembali ke kereta kuda dengan kaki yang di hentakkan.

“Belikan aku semua makanan ringan disini.” titah Rebecca menatap prajuritnya tajam, mereka langsung bergegas pergi menuruti perintah Rebecca.

Rebecca menghela nafas kasar, kenapa hidupnya harus seperti ini. Di benci oleh rakyat adalah langkah awal kehancuran seorang bangsawan, padahal Rebecca tidak melakukan apapun.

Tak sedikit orang menyadari Putri Kerajaan yang berada di dalam kereta kuda, mereka menatap sinis kereta itu. Rumor bahwa Rebecca hampir membunuh sepupunya sendiri membuat para rakyat langsung membenci Rebecca, padahal dulu Rebecca di kenal sebagai Putri yang murah hati.

Cukup lama Rebecca menunggu prajuritnya datang, gadis itu memutuskan untuk membaca buku. Tak lama kemudian Prajurit datang membawa banyak sekali makanan.

"Ini yang anda perintahkan Nona." Prajurit menaruh makanan di samping Rebecca.

"Lanjutkan perjalanan." tutur Rebecca sambil menyantap makanan ringannya.

"Boleh kah kami makan terlebih dahulu, Nona?" tanya Prajurit dengan sangat hati-hati, mereka tidak berani menatap mata Rebecca.

"Tidak, cepat lanjutkan perjalanan." ketus Rebecca kesal.

"Baiklah Nona." para Prajurit memegang perutnya karena mulai berbunyi, sungguh mereka sangat lapar.

Prajurit itu kesal, terdapat kedongkolan dalam hatinya terhadap Rebecca yang selalu tidak memikirkan perasaan bawahannya. Namun mereka tetap melanjutkan perjalanan karena titah Rebecca adalah kewajiban mereka.

Rebecca melihat ke luar jendela dan mendapatkan bulan purnama yang sangat terang menyala, salah satu hal paling di suka Rebecca adalah memandang langit malam dengan bulan purnama sebagai medianya.

“Jadi kau menyukai bulan purnama?” tanya Fion sambil memandang Rebecca.

“Benar, aku akan merasa lebih tenang jika melihatnya.” tutur Rebecca tersenyum.

“Kalau begitu aku akan menemani mu untuk keluar setiap malam melihat bulan purnama.” Fion tersenyum miring memikirkan hal buruk.

“Cukup hari ini kita diam-diam keluar asrama, besok-besok jangan, gak baik.” Rebecca memukul pelan bahu Fion yang membuat keduanya tertawa kecil.

Rebecca menggeleng kepalanya cepat karena mengingat kejadian saat ia masih tingkat 1, Rebecca langsung mengambil buku untuk dibaca agar lupa dengan hal-hal yang berada di Akademi.

Mata Rebecca teralihkan dengan cincin berlian yang tersimpan di jari manisnya, Rebecca langsung teringat dengan hari dimana ia bertunangan dua bulan yang lalu.

Saat itu Ramon, yang merupakan Raja Sellot hanya mengundang keluarga terdekat untuk menjadi tamu di hari pertunangan Rebecca.

Rebecca terkejut bukan main, ternyata lelaki yang menjadi suami Rebecca di kemudian hari adalah sahabat Fion. Ia adalah Ramiro.

Sedangkan Ramiro tidak bereaksi apapun seakan-akan dia sudah tau jika Rebecca akan menjadi tunangannya.

Ramiro mengambil sebuah kotak yang berada di saku celananya, lalu ia mengambil tangan kanan Rebecca secara pelan-pelan.

Ramiro mengambil cincin dalam kotak kecil yang berlapis emas, lalu ia memakaikannya ke jari manis Rebecca. Setelah selesai, Ramiro mencium punggung tangan Rebecca membuat orang-orang yang berada di ruangan bertepuk tangan dengan meriah.

Rebecca tidak menyangka itu, Rebecca kira jika ia di jodohkan oleh Roma yang merupakan adik dari Ramiro.

Rebecca langsung tersadar dari lamunannya akibat guncangan kereta kuda yang melewati batu besar.

"Berhati-hatilah." Teriak Rebecca kesal.

"Maaf Nona, saya tidak fokus." Balas Prajurit itu, dia mulai pusing akibat tidak ada isi perutnya.

"Apa kalian lapar? manja sekali. Berhentikan kereta dan segera makan." Titah Rebecca dengan ketus.

Para Prajurit pun langsung tersenyum senang, mereka memberhentikan keretanya lalu segera makan bekal yang mereka bawa.

Rebecca pun beralih membaca buku lagi yang berjudul 'Tentang Akademi'. Sambil menunggu prajuritnya mengisi perut dia membaca buku dari lembar ke lembar berikutnya, karena buku ini termasuk penting untuk mengenal lebih jauh seperti apa 'Akademi' itu.

Tentang Akademi.

Akademi di dirikan oleh para Aliansi Kerajaan untuk membentuk kedamaian di setiap wilayah, saat anak-anak bangsawan berumur 6 hingga 15 tahun mereka akan di ajarkan secara otodidak di wilayah istana masing-masing.

Namun saat beranjak umur 16 hingga 18 tahun, mereka di haruskan belajar di Akademi untuk mengajarkan seperti apa bentuk perdamaian sesungguhnya. Disana para penerus bangsawan tidak hanya di ajarkan tentang materi, tapi juga tentang kebugaran jasmani. Contohnya kelentukan, ketangkasan, dan kecepatan. Seperti memanah, berkuda, dan berenang.

Agar mudah membedakan umur di antara para bangsawan tampa bertanya, mereka menggunakan sebutan Tingkat 1, Tingkat 2, dan Tingkat 3.

Saat bangsawan telah berada di Akademi selama satu tahun, maka mereka disebut 'Tingkat 1' dan jika bangsawan sudah berada dua tahun di Akademi maka disebut 'Tingkat 2' begitu juga sebutan 'Tingkat 3' untuk bangsawan yang sudah berada di sana selama tiga tahun.

Di Akademi ini juga punya peraturan yang sangat ketat untuk mendidik para bangsawan tentang kedisiplinan. Mereka harus sudah berada di asrama sebelum matahari terbenam dan keluar asrama setelah matahari terbit, itu berarti mereka di larang keras keluar kamar masing-masing saat langit mulai gelap.

Ada juga hal yang membuat Akademi ini berbeda dari tempat lain, yaitu derajat Prajurit dan Pelayanan lebih mulia dari pada Bangsawan. Karena Prajurit lah yang menjaga para bangsawan juga tak sungkan memarahi bangsawan yang tidak mau ikuti aturan, juga Pelayan lah yang siap sedia merawat mereka dan memasakan makanan untuk mereka. Namun ada lagi derajat yang paling di tinggi di Akademi ini, ialah 'Master'. Seseorang yang mempunyai ilmu yang sangat luas dan dengan sabar mengajarkan para bangsawan dengan ilmu yang mereka punya.

Akademi ini di bentuk unt ...

Buku yang di baca Rebecca langsung terjatuh ke bawah kursi karena ia mulai terlelap dalam tidurnya, padahal baru 2 lembar yang dia baca namun langsung tertidur. Mungkin karena buku kali ini sedikit membosankan.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Ibu, sungguh kita tidak memberitahukan Rebecca?" Dilan sedang berada di balkon tempat kerjanya, sambil menatap indahnya bulan purnama sempurna yang sangat terang.

"Ini yang Ayahmu mau, Dilan. Rebecca tidak ada sangkut pautnya." Ucap Rihanna dingin yang juga menatap bulan purnama, ia berada di sambil seseorang yang lebih tinggi darinya, yaitu anak laki-laki satu-satunya. "Kau mengkhawatirkan adik mu ya?" pertanyaan Rihanna langsung di anggukin oleh Dilan.

"Dia sudah dewasa, dia tau apa yang harus dia lakukan." Rihanna tersenyum tipis membayangkan wajah Rebecca.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!