NovelToon NovelToon

Beautiful Revenge Istri Yang Di Lenyapkan

Bab 1

Hujan gerimis di sebuah bandara, membuat langkah kaki seorang wanita menjadi begitu ragu untuk boarding dan meninggalkan kota ini meskipun hanya untuk tiga hari saja.

Eva Tatiana, 25 wanita dengan kaca mata tebal dan rambut ikal cenderung keriting dan bentuk tubuh yang sangat tidak ideal itu sedang melihat ke arah pintu keluar. Rasanya dia begitu tidak ingin pergi, padahal hanya untuk menghadiri undangan pernikahan sepupunya yang berada di luar kota selama tiga hari.

Papanya sudah ada di kota itu, awalnya dia ingin datang dengan sang suami tapi ternyata ibu mertuanya mendadak sakit. Sang ibu mertua yang memaksanya pergi karena alasan tidak enak pada papanya. Biar suaminya saja yang merupakan anak kandung dari ibu mertuanya itu yang merawatnya.

Kevin Oktavian, 28 tahun. Suami Eva bahkan sudah mengantarkannya tadi ke bandara, mungkin baru sepuluh menit yang lalu dia meninggalkan bandara.

Tapi Eva rasanya benar-benar sangat berat melangkah menuju ke tempatnya seharusnya melakukan boarding.

Dengan mengambil nafas dalam-dalam, Eva pun mutuskan berbalik untuk kembali ke rumah suaminya.

Eva menghubungi sang papa, dan mengatakan tidak akan pergi ke pernikahan sepupunya itu karena ibu mertuanya sakit. Dan William Mukhtar, yang memang adalah seorang ayah yang selalu mengikuti apapun keinginan Eva, mengijinkan Eva untuk tidak datang ke pernikahan sepupunya.

"Maaf ya pa, tapi aku tidak enak. Mas Kevin harus mengurus mama Marta sendirian!" kata Eva pada papanya melalui panggilan telepon.

"Iya sayang, tidak apa-apa. Kamu kembali saja pulang dan urus ibu mertuamu dengan baik!" kata William Mukhtar.

"Terimakasih pa!"

Eva begitu senang papanya mau mengerti. Eva segera menghampiri sebuah taksi bandara dan menyewanya untuk pulang ke rumahnya dan suaminya.

Rumah itu adalah rumah hadiah pernikahan dari William Mukhtar untuk Eva dan Kevin. Bukan hanya itu, William Mukhtar bahkan memberikan 20 persen saham di perusahaan untuk Kevin atas permintaan Eva.

Meski anak orang kaya, Eva sedari dulu punya bentuk fisik yang tidak ideal. Matanya minus parah, rambutnya keriting dan cenderung introvert sejak mamanya meninggal karena sering di bully di sekolah. Eva bahkan tidak melanjutkan kuliah dan memilih home schooling. Sang papa yang sibuk bekerja membuat Eva benar-benar menjadi seorang yang introvert dan minim percaya diri.

Dia bahkan tidak memiliki teman, sampai suatu ketika dia berjalan ke minimarket untuk kembali sesuatu, saat itu dia rampok dan Kevin datang menyelamatkan dirinya dan bersikap sangat baik padanya.

Kevin mulai mendekati Eva, Eva yang punya bentuk fisik tidak sempurna merasa sangat beruntung. Karena Kevin tidak pernah memandang bentuk fisiknya itu. Sampai Eva mengenalkan Kevin pada papanya, dan ternyata Kevin adalah salah satu karyawan di perusahaan papanya Eva.

Kevin langsung naik jabatan ketika William Mukhtar tahu anaknya menyukai pria itu. William Mukhtar sangat sayang pada Eva, ketika Eva di sarankan oleh tantenya untuk melakukan treatment kecantikan dan Eva tidak mau, William Mukhtar tak pernah memaksanya. Pria itu hanya ingin anaknya merasa nyaman dengan apa yang ingin dia pakai, lakukan dan tinggal.

Sampai hubungan Eva dan Kevin menuju ke jenjang sangat serius. Eva sangat bahagia, karena ibu Kevin juga menerimanya dengan tulus seperti Kevin.

Mereka pun menikah, dengan semua biaya pernikahan dari William Mukhtar, hadiah pernikahan juga dari William Mukhtar. Mobil, rumah dan sebuah tanah yang begitu luas yang harganya bukan main milyaran. Tapi semua itu William Mukhtar lakukan untuk membahagiakan putrinya.

William Mukhtar pikir, kalau dia menuruti apapun keinginan Kevin. Maka Kevin akan semakin sayang pada Eva. Bahkan usia pernikahan mereka sekarang sudah hampir enam bulan.

Dan selama itu Eva memang di perlakukan sangat baik di rumah nya itu. Meskipun sang ibu mertua ikut tinggal di sana, dan sepupu Kevin yang bernama Vanya juga tinggal di sana. Tapi Eva di perlakukan sangat baik.

Eva tidak perlu memasak, tidak perlu membereskan rumah, tidak perlu ke luar rumah untuk berbelanja karena semua sudah di lakukan oleh ibu mertuanya dan sepupu dari Kevin itu.

Bahkan kalaupun Kevin lembur, Kevin tidak akan marah kalau Eva tidur lebih dulu dan tidak menunggunya. Perlakuan yang begitu manis seperti itu. Membuat Eva segan untuk pergi saat ibu mertuanya sakit.

Eva sudah sampai di depan rumahnya, sudah malam memang. Lampu juga sudah banyak yang padam. Eva keluar dari dalam mobil taksi dan membayar.

Setalah itu dia meraih kunci cadangan di tasnya dan membuka pintu rumah itu. Sudah larut malam, Eva pikir pasti semuanya sudah tidur. Jadi dia juga tidak mau mengganggu siapapun dan memilih langsung ke kamarnya saja.

Tapi saat akan melangkah dia mendengar suara tawa seorang wanita di dalam kamarnya.

"Ha ha ha, dia pikir dia ratu di rumah ini. Dasar wanita bodoh. Dia tidak tahu apa, kalau kita bukan sepupu, tapi sepasang kekasih!"

Deg

Jantung Eva serasa berhenti berdetak. Dia cina untuk mengintip sedikit celah pintu kamarnya. Matanya langsung berkaca-kaca ketika melihat sang suami yang begitu dia cintai dan dia pikir sangat mencintainya tengah memangku Vanya, yang katanya sepupunya dalam keadaan tidak memakai sehelai benang pun di tubuh mereka berdua.

'Mas!' lirih Eva dalam hatinya.

Air mata Eva tumpah, apalagi ketika dia mendengar suaminya berkata.

"Wanita itu bukan hanya bodoh, dia juga tidak tahu diri. Memangnya siapa yang benar-benar mencintainya, sudah jelek, matanya minus, aku di depannya saja tidak terlihat kalau tidak pakai kacamata. Belum lagi tubuhnya bau, aku mau muntah rasanya kalau dekat dengannya. Dia pikir aku lembur setiap malam, padahal aku sudah pulang dan tidur di kamarmu. Untuk apa aku tidur dengan wanita jelek, bau dan tidak menggairahhkan seperti dia!" kata Kevin yang membuat tangan Eva sampai bergetar menahan tangisnya agar tidak bersuara.

"Iya mas, dia benar-benar picik. Mana mungkin mama juga menyayanginya, yang ada mama jijik padanya. Mama tidak mengijinkan dia memasak bukan karena sayang padanya dan karena dia tidak boleh capek. Tapi karena kalau dia masak, kita pasti akan muntah karena masakannya. Lagipula dia itu tidak peka sama sekali ya, maklumlah namanya juga bodoh. Dia tidak bisa membedakan mana sayang dan mana memanfaatkan. Dia masih kita tampung di sini kan supaya papanya terus kasih kita uang dan terus kita habiskan untuk bersenang-senang!" kata Vanya lagi.

"Kamu benar sayang, tapi sekarang dia sudah pergi. Rasanya aku sangat senang tidak melihatnya, dia benar-benar seperti kotoran yang merusak pemandangan!" ujar Kevin yang lantas mencium dan mencumbu Vanya dengan begitu agresif.

Eva menangis, hatinya hancur berkeping-keping mendengar apa yang suaminya itu katakan. Melihat suaminya mencumbu wanita lain seperti itu, sedangkan selama enam bulan, baru tiga kali Kevin menyentuh Eva. Hati Eva benar-benar terluka, ternyata semua orang di rumah ini hanya menganggap dirinya kotoran.

Eva benar-benar pilu, hatinya perih luluh lantah. Dia tidak mau lagi menjadi mesin ATM untuk keluarga yang bermuka dua dan hanya memanfaatkan dirinya ini.

'Aku akan pulang, aku akan katakan semua pada papa. Kalian tidak boleh memanfaatkan aku lagi!' batin Eva.

Eva berbalik, dia sudah meraih kunci mobil di atas rak, tapi saat dia akan pergi.

Prang

Karena sedikit gelap di depan kamar Eva, Eva pun tak sengaja menyenggol sebuah vas, hingga vas itu jatuh dan pecah.

"Apa itu maz?"

"Siapa itu?" pekik Kevin.

Eva segera berlari, dan suara langkah kaki Eva terdengar oleh Kevin.

Kevin segera menghentikan pergulatan panasnya dengan Vanya karena mendengar suara mobil menyala.

"Gawat, itu pasti Eva!" pekik Kevin.

***

Bersambung...

Bab 2

Eva mengemudikan mobil sambil menoleh ke arah spion depan mobilnya itu dan menyeka air matanya yang tak kunjung mau berhenti mengalir deras.

Dia tidak percaya dengan apa yang sudah dia dengar dan lihat dengan mata kepalanya sendiri. Suami yang begitu dia cintai, dia anggap sebagai malaikat yang tidak memandang fisiknya yang memang tidak cantik ternyata adalah seorang pria munafik yang selama ini bersandiwara di depannya dengan begitu sempurna.

Ponsel Eva terus berdering, itu adalah panggilan dari Kevin. Karena tak ingin terganggu dengan suara ponsel itu, Eva menyimpan ponselnya di bawah jok mobil.

Eva hanya ingin cepat sampai di rumah papanya, meskipun tidak ada papanya di sana. Tapi ada paman Viktor, pengawal papanya dan bi Welas yang memang sangat baik padanya karena memang wanita paruh baya itu yang mengasuh Eva sejak kecil. Eva merasa di rumah papanya dia akan aman, menunggu sampai papanya pulang dan mengatakan semua yang dia dengar tadi pada papanya.

Tapi Eva menjadi sangat gugup ketika melihat mobil Kevin mengejanya dari belakang.

"Sialllan, kenapa dia malah pulang dan tidak pergi ke luar kota. Dia pasti mendengar semua yang kita katakan tadi. Bisa gawat ini, kalau dia sampai di rumah papanya. Kita tidak bisa berbuat apa-apa, di rumah papanya banyak penjaga!" gerutu Kevin yang kesal.

Vanya yang merasa sudah tidak ada jalan lain selain menyingkirkan wanita yang menjadi istri dari pacarnya itu, akhirnya berkata pada Kevin.

"Tabrak saja mas! kalau dia sampai ke rumah papanya, kamu bisa kehilangan semua yang kamu miliki sekarang!"

Ujar Vanya yang melihat situasi di sekeliling tampak sepi dan mereka juga berada di pinggir sebuah jurang, yang bawahnya adalah sebuah lautan lepas pantai.

Kevin yang merasa apa yang dikatakan oleh Vanya itu adalah hal yang paling tepat.

Tanpa pikir panjang lagi, Kevin memacu kendaraannya dengan kecepatan yang lebih tinggi.

Vanya sampai berpegangan pada pegangan yang ada di bagian atap mobil di dekat pintu. Dan memandang serius ke arah mobil yang di kendaraan oleh Eva.

Sementara Eva semakin panik karena terlihat dari arah belakang Kevin memacu kendaraannya dengan kecepatan sangat tinggi sampai bisa menyusulnya, jarak mereka benar-benar sangat dekat.

Brakkkk

Kevin pun menabrak mobil yang di kendarai oleh Eva dengan sangat kencang. Setelah itu Kevin membanting setir ke arah kanan dan mengerem mobil itu hingga sedikit membentur pinggiran pagar pembatas tapi tidak sampai membuat mobil Kevin celaka.

Dari dalam mobil, Eva terlihat pasrah. Dia tidak mungkin lagi bisa selamat. Mobilnya sudah menabrak pagar pembatas dengan sangat kuat sampai pagar pembatas itu hancur.

Mobil Eva sudah akan terjungkal ke dalam jurang, namun dari kaca mobilnya Eva melihat ke arah Kevin, suaminya. Dengan mata yang basah, mata yang sendu, mata yang sayu, mata yang benar-benar menunjukkan ekspresi tidak percaya kalau orang yang sangat dia sayangi, dia cintai, dia percaya. Tega melakukan semua ini padanya.

'Kenapa mas? kenapa kamu tega melakukan ini?' lirih Eva di dalam hatinya yang hancur berkeping-keping luluh lantah karena di khianati dan di lenyapkan oleh pria yang paling dia percaya setelah papanya.

Mobil mewah itu terjatuh ke dalam jurang, Kevin dan Vanya bahkan keluar dari dalam mobil untuk memastikan kalau Eva tidak mungkin selamat dan memastikan kalau mereka sudah berhasil menyingkirkan wanita itu untuk membungkamnya selamanya.

Duarrrr

Setelah berguling beberapa kali, mobil itu meledak dengan hebat, dengan begitu kencangnya. Hingga beberapa detik setelah ledakan itu terjadi, mobil itu jatuh ke dalam air. Jatuh ke laut yang begitu dalam di tepi jurang.

Kevin melihat mobil itu meledak. Tapi matanya sama sekali tidak menunjukkan sedikit pun rasa sedih atau kasihan pada wanita yang telah memberikannya banyak kemudahan hidup itu.

Bibir pria itu malah menyunggingkan senyum jahatnya, senyum puasnya yang menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri akhir yang mengenaskan bagi Eva, istri sahnya.

Sementara di sampingnya Vanya juga terlihat sama, wanita itu tampak begitu bahagia karena tak harus melihat keromantisan pura-pura kekasihnya dengan istrinya itu. Meski dia tahu keromantisan itu hanya sandiwara, dia juga kesal karena selama ini sikap Kevin pada Eva begitu manis dan hangat di depannya.

'Mampus kamu wanita bodoh, sekarang Kevin hanya akan menjadi milikku. Aku sudah mengalah demi obsesinya mendapatkan banyak harta darimu, sekarang waktunya aku menikmati semuanya!' batin Vanya tidak tahu diri dan tidak tahu malu.

Cukup lama mereka berdiri di pinggir jurang, melihat kehancuran mobil Eva. Sampai seluruhnya masuk ke dalam air.

"Sekarang kita pulang mas, kita harus pikirkan bagaimana mengatakan hal ini sebuah kecelakaan pada papa mertuamu. Kita harus buat rencana dengan matang!" kata Vanya pada Kevin.

Kevin yang sudah puas melihat kehancuran mobil Eva itu lalu beranjak dari sana bersama dengan Vanya. Mereka pun kembali ke rumah dan mengatur rencana selanjutnya untuk membuat apa yang terjadi pada Eva seolah adalah kecelakaan dan tidak ada sangkut pautnya dengan Kevin.

Sementara itu, seorang pria dengan yacht nya sedang menikmati udara malam yang begitu dingin.

Pria dengan janggut dan jambang tebal, meski begitu pria itu tetap terlihat tampan. Bahkan ketika dirinya tidak mengenakan atasan. Dari arahnya memandang, dia melihat sesuatu yang membuatnya sangat penasaran.

Dia sempat mendengar sebuah ledakan tadi, karena itu dia beranjak mendekati tempat dimana asal suara ledakan tadi.

Betapa terkejutnya ketika dia mengarahkan lampu tembak yang berada di depan yacht nya ke arah sesuatu yang berada di tepian jurang. Pria itu seperti melihat seseorang yang pakaiannya tersangkut di salah satu ranting atau cabang pohon di tepi jurang itu.

Byurrr

Tanpa pikir panjang lagi, pria itu menceburkan dirinya ke air. Dia merasa sepertinya hatinya benar-benar ingin dirinya menceburkan diri ke air.

Pria itu berenang mendekati seseorang itu. Matanya melebar ketika pria itu mengenali sisi wanita yang roknya menyangkut di cabang pohon itu. Tapi karena roknya menyangkut itulah yang membuatnya selamat. Jika tidak mungkin dia sudah mati tenggelam.

"Eva!" ucap pria itu pelan.

Dia benar-benar tak percaya dengan apa yang dia lihat. Lebih tak percaya lagi ketika dia melihat ke arah lain, sebuah mobil terbakar begitu hebat dan mengambang di atas air beberapa komponen mobil tersebut.

Dengan cepat pria itu melepaskan rok Eva dan membawa Eva ke atas yacht nya. Pria itu segera memeriksa Eva, detak jantungnya masih ada. Dengan cepat, pria itu mengemudikan yacht nya ke dermaga untuk menyelamatkan Eva dan membawanya ke rumah sakit.

***

Bersambung...

Bab 3

Setelah kembali ke rumah, Kevin dan Vanya cepat memikirkan apa yang harus mereka katakan sebagai alasan kematian Eva pada William Mukhtar.

Mereka duduk di sofa ruang tamu, dimana tak ada seorang pun di sana.

"Sekarang kita harus pikirkan alasan yang tepat, bagaimana kalau dia kejar perampok dan melarikan diri sampai jatuh ke jurang. Kita ciptakan saja situasi seolah di tempat itu mang banyak perampok?" tanya Kevin pada Vanya.

"Itu bagus sih mas lagipula di sana mang tidak ada kamera CCtv sama sekali kan. Tapi akan lebih bagus kalau kita menggiring opini, seperti sebelum dia pergi itu dia melakukan sesuatu untukmu. Aku punya ide mas, aku kan punya teman yang bisa meniru tulisan tangan. Bagaimana kalau kita buat rencana bagus dengan hal itu. Selain akan membuat kita terutama kamu lolos dari tuduhan, kamu juga pasti akan mendapatkan simpati dari papa mertuamu itu!" kata Vanya yang sudah punya ide lebih jahat lagi untuk memperdaya William Mukhtar.

Kevin hanya mengangguk senang.

"Kamu benar-benar pintar sayang, sudah cantik, pintar dan selalu bisa menyenangkan aku. Aku sangat beruntung memiliki dirimu!" kata Kevin.

Ucapan yang begitu tidak tahu malu dari seorang suami yang baru saja mencelakai istrinya dengan begitu kejam.

Sementara itu di rumah sakit Darren Nickolay, pria yang telah menyelamatkan Eva terlihat cemas menunggu di depan ruang operasi. Ledakan Mobil yang terjadi itu, membuat luka bakar hampir di seluruh tubuh Eva.

Darren Nickolay adalah senior Eva saat mereka SMA dulu. Darren kelas dua belas saat Eva baru masuk ke sekolah itu. Saat dia lulus, saat itulah terakhir kali Darren bertemu Eva. Tapi tampaknya tak ada yang berubah sama sekali dari Eva di mata Darren.

Setelah beberapa lama, akhirnya dokter yang menangani operasi Eva keluar dari ruang operasi.

"Keluarga pasien?" tanya dokter itu.

Darren bergegas menghampiri dokter itu.

"Bagaimana kondisinya dokter?" tanya Darren pada dokter itu.

"Setidaknya 30 persen dari semua anggota tubuhnya terbakar, wajahnya lima persen, tangan dan kaki lima persen, punggung yang cukup parah, bahkan rambutnya juga terbakar. Aku sarankan untuk membawanya ke dokter bedah, kondisinya sangat mencemaskan. Sebaiknya memang ke rumah sakit di luar negeri saja mas, kalau tidak saat dia bangun dia pasti akan merasakan sakit yang luar biasa akibat semua luka bakar itu!" kata dokter itu menjelaskan.

Darren terlihat begitu kasihan pada apa yang menimpa Eva. Dengan cepat dia menyetujui rujukan dari rumah sakit untuk membawa Eva ke Singapura. Malam itu juga, dengan jet pribadinya. Darren membawa Eva ke Singapura untuk menjalani bedah plastik agar Eva tidak tersiksa semakin lama karena luka bakar yang parah pada tubuhnya itu.

Keesokan harinya, di rumah Eva yang sekarang tentu saja akan di hak dan di kuasai oleh Kevin. Seperti biasanya Marta bangun dan menuju ke arah dapur, ada atau tidak ada Eva, dia yang akan memasak. Karena dia akan muntah kalau makan masakan yang di sentuh oleh Eva.

Di belakang Eva, Marta sebenarnya terus menggerutu dan menjelek-jelekkan menantunya itu pada semua orang. Tapi kalau di depan Eva, Marta akan bertingkah seperti mertua yang berhati malaikat. Dia tidak akan membiarkan satu orang pun menjelekkan Eva. Satu keluarga benar-benar munafik semua.

Tapi tiba-tiba saja Marta yang berada di dapur terkejut dengan suara beberapa mobil yang sepertinya berhenti di depan rumah.

Masih dengan celemek yang dia pakai, Marta yang sebelumnya tidak tahu apa yah terjadi kelar dan menghampiri putranya yang datang bersama Vanya dan satu orang yang juga keluar dari mobilnya di belakang mobil Kevin.

"Kalian darimana, dan orang itu siapa?" tanya Marta bingung.

"Ma, kita masuk dulu ya. Nanti Kevin ceritakan semua sama mama!" kata Kevin dengan tenang.

Di kamar mamanya, Marta sampah menutup mulutnya mendengar apa yang Kevin katakan.

"Ka.. kamu membunuh Eva?" tanya Marta yang terlihat gugup, dia benar-benar terlihat ketakutan.

"Bagaimana kalau kamu di tangkap polisi nanti Kevin?" tanya Marta panik.

"Ma, makanya mama juga harus bantu aku. Si dekil itu datang lagi semalam, dia tidak jadi keluar kota, dia melihat aku dan Vanya sedang berhubungan. Kalau dia mengadu pada papanya, bisa miskin lagi kita. Aku tidak punya cara lain, aku menabrak mobilnya sampai jatuh ke jurang dan meledak!" jelas Kevin.

"Astaga, sekarang mama harus apa? mama gak mau miskin lagi, mama gak mau hidup susah!" kata Marta.

Kevin pun menjelaskan semua rencana yang sudah dia susun bersama dengan Vanya. Di kamar Kevin, Vanya sedang mencari barang-barang Eva yang ada tulisan tangan Eva. Kebetulan sekali bulan depan Kevin akan berulang tahun yang ke 29. Itu akan menjadi alasan Eva sampai mengemudikan mobilnya sendirian, biasanya dia akan selalu di antar oleh Kevin kemana dia pergi.

Malam harinya, Kevin memulai rencananya. Dia menghubungi papa mertuanya dan mengatakan Eva telah meninggal karena kecelakaan.

Meskipun, acara di luar kota belum selesai. Mendengar kabar duka itu William langsung kembali dengan pesawat pribadi miliknya ke kota ini.

William langsung ke rumah anaknya, ke rumah yang dia berikan sebagai hadiah pernikahan untuk Eva dan Kevin.

Begitu melihat sebuah peti mati di ruang tamu yang sudah di pindahkan segala furniture nya. William langsung menangis dan memeluk peti mati itu. Yah, petu mati itu memang adalah rencana Vanya. Dia sudah ke tempat kejadian dan tidak menemukan mayat Eva, dia berpikir pasti sudah hangus dan di makan ikan. Tapi kalau tidak di beri jasad, maka William akan kembali melakukan pencarian sendiri, sedangkan dirinya memang tidak pernah menghubungi polisi. Polisi yang memberikan surat kecelakaan dan kematian Eva itu masih kerabat jauh Vanya, yang dia bayar untuk sedikit membantunya.

"Eva, ya Tuhan nak. Apa yang terjadi padamu, apa yang terjadi?" tanya William.

Marta dan Vanya juga sudah mulai aktingnya, mereka menangis tersedu-sedu menghampiri William.

"Eva kecelakaan om, mobilnya jatuh ke jurang!" jelas Vanya.

"Bagaimana ini bisa terjadi, mana Kevin?" tanya William.

Vanya menunjuk ke arah Kevin yang sedang memeluk foto Eva sambil menangis, Kevin menangis berjam-jam sampai matanya bengkak. Wajahnya juga terlihat pucat karena memang dari pagi dia tidak makan dan minum.

"Kevin sangat terpukul, dia membaca surat ini. Dia menyusul Eva, tidak tahunya ada laporan sebuah kecelakaan di jalan dekat jurang. Saat kami kesana, ternyata itu plat nomor mobil Eva! mobilnya meledak, kamu menemukan sebuah jasad dengan pakaian yang semalam di pakai Eva hiks... hiks... Eva!" lirih Marta menyerahkan sebuah surat pada William.

Air mata William mengalir membaca surat anaknya itu.

*Mas, aku pergi sebentar ya, aku sedang menyiapkan sebuah hadiah untuk ulang tahun mu bulan depan. Aku tidak membangunkan mu karena kamu begitu pulas tidur setelah merawat ibumu. Kamu suami yang baik mas, aku sudah pulang untuk membantumu tapi kamu malah meminta aku istirahat. Aku sangat mencintaimu. Jangan khawatir ya mas, sebelum makan siang aku pasti kembali.

William melihat ke arah Kevin yang begitu terpukul. Dia begitu sedih, tapi William pikir pasti Kevin lebih sedih. Eva sangat mencintai Kevin, begitu sebaliknya. William terduduk lemas.

"Tolong buka petinya, aku ingin lihat putriku!" kata William.

"Tapi om.. jasadnya sudah..!"

"Tolong buka!" kata William.

Dan betapa William terluka ketika melihat sebuah jasad yang hangus terbakar.

"Eva... !" lirih William yang begitu sedih melihat anaknya harus pergi seperti itu.

***

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!