NovelToon NovelToon

BE MY GIRLFRIEND PLEASE

Ditolak

Aku benci banget sama orang kaya, terutama mereka yang menggunakan segala cara dengan uang mereka, bahkan mereka menggunakan uangnya untuk membeli seseorang. Dan ibuku adalah salah satu dari mereka. Eum... maksudnya salah satu dari orang yang dibeli oleh orang kaya.

Sebenarnya aku agak malu mengatakan ini, tetapi kenyataannya memang begitu. dan aku berpegang teguh tidak akan pernah menjadi seperti ibu, apapun rintangannya harus bisa ku hadapi sendiri tanpa menerima bantuan dari "orang kaya".

Namun...

Tentu saja aku salah besar, aku butuh uang dan validasi untuk melewati kehidupan sekolah sialan ini.

Flashback on :

"Jadi, ambillah" ucap seorang pemuda jangkung sembari menyodorkan cincin di kotak bermerek kepada gadis yang berdiri di depannya.

Semilir angin yang sejuk dengan lembut menyapu wajah, sangat cocok sebagai latar suasana pada momen ini. Hanya saja tatapan benci dari gadis yang ada di depannya sangat tidak mendukung keberhasilan pada momen ini.

Hal ini semakin didukung ketika gadis berparas cantik itu membanting cincin tersebut dari tangan pemuda itu. Sontak rambut coklat bergelombang miliknya yang terurai berkibar oleh hembusan angin.

"Kau tau? Aku paling benci dengan orang kaya, terutama orang kaya seperti mu" ujarnya terus terang.

Cincin itu terjatuh dan memasuki selokan yang ditutupi jaring-jaring besi dikawasan belakang sekolah.

"Aku tidak mengerti apa yang membuat mu berpikir atau bahkan berani melakukan hal ini, tapi sudah jelas kau ditolak" tegasnya lagi.

"Aku tidak mengenalmu, tidak menyukaimu dan bahkan sekarang aku membencimu. Jadi pergi sana" titah nya dengan jelas yang cukup membuat pemuda jangkung di depannya terpaku cukup lama.

Gadis itu langsung berbalik dan menjauh meninggalkan seorang pemuda yang 'ditolak' itu sendirian.

"Tunggu"

Satu kata dari pemuda itu sempat menghentikan langkah sang gadis yang semakin menjauh dari tempat semula.

"Aku chaiden, kita berada di kelas yang sama" lanjutnya lagi yang tidak disahuti oleh gadis yang ditujunya.

Gadis itu hanya menatap chaiden sejenak dan melanjutkan langkahnya lagi.

"Meskipun aku ditolak seperti yang kau bilang, apakah kita tidak bisa berteman baik?" tanyanya lagi dengan sedikit berteriak yang tentunya tidak disahuti oleh sang gadis yang sudah semakin menjauh.

flashback off.

Kata orang aku cantik karna mirip ibu, tetapi secantik-cantiknya ibu tetap saja dia ditinggal oleh ayah, buktinya hingga kini tidak ada yang tahu dimana ayahku. kata ibu ayah lari ketika usiaku 3 bulan karna tuntutan ekonomi yang tidak terpenuhi. Aku hanya tinggal berdua dengan ibu, meskipun begitu pertemuan ku dengan ibu pun bisa dihitung. Karena ibu bekerja dari malam hingga pagi, dan aku yang harus bersekolah dari pagi hingga malam.

Ibuku itu orang baik...

Dan cantik...

Sehingga ibu memilih pekerjaan ini untuk menopang kebutuhan kami. Ibu pun selalu memilih fasilitas dan kebutuhan terbaik untukku, begitupun dengan hal bersekolah. Saat ini aku menempuh pendidikan di sekolah elit dengan rata-rata kepintaran yang cukup tinggi meskipun kepintaran ku dibawah rata-rata.

Tentu saja jika melewati tes sesuai rules yang ada pastinya aku gagal, aku bisa berada disini berkat relasi kenalan yang 'membeli' ibu.

Karena ibu ingin aku harus menjadi sukses agar tidak menjalani hidup sepertinya. Meskipun untuk membuat ku sukses dia harus melakukan cara kotor yang sangat merendahkan.

Aku sedih semenjak mengetahui bahwa apa yang dilakukan ibu adalah kesalahan besar, tak jarang juga kediaman ku dengan ibu didatangi bahkan dibuka paksa oleh orang-orang yang menyebut ibuku simpanan suaminya.

Mereka merendahkan dan mempermalukan ibu, sehingga kami harus pindah beberapa kali karena tempat tinggal kami diketahui oleh mereka, orang-orang kaya itu. Yah begitulah kami harus hidup dalam diam dan tidak menarik perhatian.

Beberapa kali aku sudah mengatakan pada ibu untuk berhenti saja. Tetapi ibu bersikeras untuk terus melanjutkannya, selain karena tuntutan biaya hidup, ibu juga ingin aku berkecukupan dan tidak berkekurangan.

Namun hal ini justru membuat komunikasi kami yang semakin berkurang. Meskipun ibu berusaha demikian, aku tetap bekerja paruh waktu di toko bunga untuk sedikit meringankan beban ibu. Yah walaupun jika ketahuan ibu, maka beliau akan sangat marah.

Sejujurnya yang bisa dibanggakan dari diriku hanyalah wajahku, karna aku pun jauh dari kata pintar dan tidak mempunyai bakat apa pun. Aku bahkan tidak mengetahui bagaimana cara sukses seperti yang ibu bilang.

Ah bahkan bagaimana cara sukses tanpa tidak menjadi seperti ibu pun aku tidak tahu. Apakah dengan merangkai bunga seumur hidup bisa sukses seperti yang ibu mau?

Aku tidak pandai dalam belajar, seni maupun olahraga. Lantas apa yang harus kulakukan untuk menjadi "sukses".

Di sekolah pun terasa agak suram karna tidak sedikit orang yang menggunjingku murahan. Tetapi saat awal bersekolah aku sempat berteman dengan beberapa gadis yang memiliki kesukaan sama denganku, yaitu menonton film. Kami sering pergi ke teater sekolah menyelinap untuk bolos kelas dan menghabiskan sepanjang hari disana.

Tetapi memasuki semester 2 mereka harus mengikuti les yang sudah dipilihkan ibunya untuk persiapan masuk universitas. Ibu pun menyiapkan hal demikian, hanya saja aku memilih untuk selalu bolos karna hal-hal yang tidak sesuai denganku, sehingga biaya les yang dibayar ibu menjadi sia-sia, ditambah lagi bahwa aku lebih memilih untuk bekerja di florist sebagai harian tambahanku usai sekolah daripada les.

Mengatasi sikapku yang demikian dengan kesabaran penuh ibu hanya mengatakan belajar saja di sekolah sudah cukup jika aku merasa hanya itu batas kemampuanku, dan meyakinkanku bahwa biar saja ibu yang bekerja, karena tugasku hanyalah belajar.

Dan sekarang aku sudah menempuh kelas 11 dan tentunya semakin tidak memiliki teman, sudah terbiasa kok. Terutama jika ada tugas kelompok, semuanya akan mengoper-oper ku ke kelompok lain karna tidak ada yang bisa ku kerjakan.

Ya aku tidak menyangkal sih memang tidak ada yang bisa ku kerjakan. Hanya kelompok yang berisi laki-laki saja yang mau menerimaku ya tentunya karena parasku ini.

Begitulah cara ku bertahan.

......................

2 bulan kemudian

Tak terasa sudah memasuki masa ujian tengah semester, namun tidak ada satu pelajaran pun yang ku kuasai. Aku dan chaiden juga semakin dekat karena guru-guru selalu menunjuknya sebagai partner belajarku, dan ya sedikit demi sedikit nilai ku meningkat.

Jujur, aku merasa sangat berterimakasih padanya yang selalu tulus dan ada saat kuperlukan. Tetapi jauh dari perkiraanku, kupikir karena sudah menolaknya dengan sangat kasar dia akan membenciku, nyatanya tidak demikian.

Sehingga ku putuskan untuk...

"Ayo berpacaran denganku, aku jadi suka padamu sekarang..." ungkap ku dengan lantang.

Mengajaknya berkencan...

Memang benar, aku pasti benar- benar sudah gila.

"Ayo"

Satu kata darinya membuatku sedikit berdebar.

Kyaaaa.... aku tidak bisa tidak jadi seperti ibu.

Si jenius yang buruk rupa

Chaiden POV :

Ibuku adalah sosok yang rupawan dan tidak pintar, menikah dengan ayahku yang merupakan seorang ilmuwan, yang mana ilmuwan terkenal akan kecerdasan mereka, hanya saja ayahku tidak cukup rupawan untuk bersanding dengan ibu.

Tetapi ibu menerima ayah apa adanya, tak sedikit pula yang mengatakan ibu menikahi ayah hanya karena harta. Tentu saja itu semua tidak benar karena dari yang kulihat ibu benar-benar peduli dan sayang kepada ayah.

Aku adalah anak tunggal dari keluarga Givenchen sehingga ayah menaruh harapan besar padaku untuk melanjutkan karir yang sama dengannya. Hanya saja ketika memasuki sekolah menengah atas aku menyadari bahwa bakatku ada pada hal lain, sehingga aku memutuskan untuk mengambil jurusan sosial yang berlawanan dengan karir ayah.

Sejujurnya, akhir-akhir ini aku sangat tertarik dengan hukum, namun tetap saja genetik ayah selalu lebih condong dalam diriku. Buktinya meskipun berada pada jurusan sosial nilai kimia ku tetap berada pada urutan pertama di sekolah Einstein & Roberts High School.

Kata orang aku adalah jiplakan ayah, si buruk rupa yang jenius. Yah aku tidak menyangkal sih, aku benar-benar meniru ayah sepenuhnya tanpa mengambil sedikitpun rupa dari ibuku.

berat badan yang berada dibawah rata-rata, dengan tinggi semampai sekitar 183 cm membuatku berada dikategori jangkung. wajah ku yang tidak cukup tampan pun membuatku jarang dilirik oleh setiap gadis kecuali mereka mengetahui siapa kedua orang tua ku, atau jikalau mereka mengetahui nama belakangku.

Sejak awal, ada satu gadis yang menarik perhatianku.

Narin...

Dia gadis tercantik yang pernah kutemui dan lebih terkejutnya aku saat tahu dia pun cukup ramah meskipun dengan orang yang baru pertama kali ditemui.

Begitu pun kepada ku, dia menyapaku dengan senyuman hangat miliknya saat pertama kali masuk ke sekolah ini. Aku yang cukup introvert kala itu sangat senang mendapat perlakuan demikian dan ingin menjadi lebih dekat dengannya.

Tetapi setelah hari-hari berikutnya pun aku tidak memiliki cukup keberanian untuk menyapanya terlebih dahulu, dan hanya mengamatinya dari kejauhan. Melihat kebiasaannya, beberapa kali aku mendapatinya dengan 2 gadis lainnya menyelinap ke ruangan teater, dan pernah sekali juga aku ikut menyelinap bersama mereka.

Menyaksikannya dari belakang dan berharap apakah mungkin suatu saat nanti aku bisa mengamatinya tepat dari sampingku.

Lama kelamaan entah mengapa dia sudah jarang tersenyum dan selalu terlihat menyendiri bahkan saat pergantian kelas dan jam makan siang.

Ketika pembagian kelas 11 aku begitu senang karena berada di kelas yang sama dengannya. Aku terus bertanya-tanya apakah aku bisa lebih dekat dengannya. Aku terus berada disekitarnya tetapi sepertinya dia pun tidak menyadari keberadaan ku dan jika dia membalas tatapan ku dia akan mengalihkannya seolah bertatapan dengan orang asing.

Setelah sebulan berada di kelas 11 aku memutuskan untuk menyatakan perasaan ku padanya, dengan cincin dari tempat perhiasan langganan ibu, dan ibu bahkan membantuku memilihkannya. Tetapi aku pun ditolak, yah aku pun tak cukup tampan untuk bersanding dengannya itulah awalnya yang terbesit dalam pikiranku. Tetapi aku salah penolakannya justru didasarkan pada status dan kekayaan.

flashback on :

"Jadi, ambillah" ucap ku kepada narin, aku ingin semakin dekat dengan narin, aku tidak suka saat lalat-lalat itu mendekati narin dan bahkan berlaku kelewat batas yang membuat narin tidak nyaman. Tetapi saat hal itu terjadi aku hanya bisa terdiam dan tidak membantu narin karna aku...

Bukan siapa-siapa...

Sehingga ku putuskan saat ini agar aku menjadi 'siapa-siapa' bagi narin. Mungkin aku sudah gila atau bahkan membiarkan rasa suka ini menguasai diriku.

Sehingga kewarasanku pun telah tertutupi dengan kebodohan ini. Aku bahkan rela jika narin menerimaku hanya untuk memanfaatkan ku saja. Aku tidak masalah dengan itu, narin bebas saja menggunakan ku sesukanya, asal aku menjadi 'siapa-siapa' baginya.

Suasana ini pas sekali, menyatakan perasaan di belakang pekarangan sekolah dengan cincin indah pilihan ibu, setelah narin mengatakan ya, kami akan pergi ke restoran chinese yang sudah ku reservasi sebelumnya. Sempurna ini semua sangat sempurna jika berhasil sampai aku tidak bisa memikirkan kegagalannya.

"Kau tau? Aku paling benci dengan orang kaya, terutama orang kaya seperti mu"

beberapa kata yang terlontar dari narin membuat ku terdiam cukup lama, terlebih lagi ketika narin menyeka tangan ku hingga membuat cincinnya terjatuh. Aku hanya bisa memandangi cincin yang perlahan memasuki selokan.

"Aku tidak mengerti apa yang membuatmu berpikir atau bahkan berani melakukan hal ini, tapi sudah jelas kau ditolak" tegasnya lagi.

"Aku tidak mengenalmu, tidak menyukaimu dan bahkan sekarang aku membencimu. Jadi pergi sana"

Dan bahkan narin bilang dia membenciku...

Apa memang aku melakukan kesalahan besar? Aku terus bertanya-tanya pada diriku. Sampai narin pergi menjauh pun aku masih terus berpikir, dan mengajaknya untuk berteman dekat saja.

Huft sudahlah kenyataannya aku memang ditolak, lebih baik aku melakukan pembatalan reservasi saja. Aku tidak berpikir sejauh ini dan hanya memikirkan langkah selanjutnya.

Aku meninggalkan pekarangan belakang sekolah dan segera menuju rumah, mau mengambil cincinnya pun tidak bisa karna tangan ku tidak cukup kecil untuk mengambilnya.

Ada sedikit rasa penyesalan dari diriku karena menyatakan perasaan secepat ini. Entah mengapa penolakan ini membuat rasa sukaku pada arin semakin besar. Apa besok aku coba minta maaf saja dan mengajaknya untuk berteman baik.

Namun keesokan harinya pun aku tetap tidak bisa mengajaknya berbicara dan dia pun seolah menghindari tatapanku.

Aku harus bagaimana?

flashback off.

......................

"Tuan muda Chaiden... Apakah benar anda menyatakan perasaan ini kepada Arin?" celetuk seorang remaja berambut warna coklat terang itu sambil meraba bagian dada chaiden seolah bisa mendengar isi hati chaiden dari sana.

Chaiden yang menerima pertanyaan itu benar benar terkejut dan menyumpal mulut pemuda itu seolah mengisyaratkan untuk diam dan jangan sampai terdengar oleh orang lain. Namun terlambat, beberapa teman yang mendengar itu serempak berkumpul di meja chaiden dan dengan serius menunggu jawabannya.

"Ya, ditolak" jawab chaiden singkat guna mengatasi rasa penasaran beberapa temannya.

"Yahh... Apa kurangnya tuan muda kaya raya ini?" tanya salah seorang temannya seolah tidak terima dengan fakta bahwa chaiden 'ditolak' yang dibalas dengan anggukan persetujuan dari perkumpulan itu.

"Iya apa kurangnya ya"

"Berat badan?" celetuk salah satu temannya lagi, dan dibalas dengan tawa yang bergema dalam ruangan kelas yang sedikit berembun karna dinginnya angin pagi.

Gelak tawa mereka mendadak terhenti saat kedatangan sosok arin yang memasuki ruang kelas. Arin yang memasuki ruang kelas dengan wajah datar dan sorot mata tajam, langsung menuju tempat duduk nya di belakang dan tertidur.

Tak selang beberapa lama kemudian,

“Hei” ujar arin datar membuat penghuni kelas reflek menoleh pada sumber suara.

Chaiden yang sangking gugupnya tidak bisa menoleh pada sumber suara, dan terus bertanya-bertanya dalam hati, ada apa dengan arin?

Si cantik yang miskin

“Hei!”

Ujar seorang gadis kaku, membuat penghuni ruangan menoleh pada sumber suara. Gadis yang dikenal angkuh dan cuek itu mendadak menundukkan kepala memperlihatkan kerendahannya.

“Aku belum masuk ke kelompok mana pun di mata pelajaran sejarah, apa ada yang mau menerimaku?” tanya nya dengan nada yang memelas, berharap akan ada yang menerimanya. Tentu saja itu karena ibu rasining yang dikenal tidak toleran terhadap siswa-siswi yang melalaikan tugasnya.

Heran...

Penghuni kelas mendadak merasa ada yang aneh, kemana perginya keangkuhan gadis cuek dengan perawakan judes ini. Tentu saja biasanya kelompok Darren lah yang biasanya menawarkan terlebih dahulu untuk berada di kelompok yang sama, alasannya apalagi kalau bukan kecantikan arin.

Tetapi kini Arin diabaikan begitu saja, menimbulkan pertanyaan kecil di benak penghuni kelas.

“Ah ya tentu saja,” beberapa kata membuat arin menaikkan kembali pandangannya mencari sumber suara.

“Kau bisa bergabung dengan kami kelompok 2,” tambahnya lagi.

“Bagaimana jenichan? Apakah tidak masalah?” tanya lelaki yang hobi membuat humor itu kepada chaiden.

Chaiden yang gugup setengah mampus ingin sekali menghilang dari muka bumi ini.

“Ya, kenapa tidak.” jawab chaiden akhirnya untuk mengatasi rasa penasaran mereka.

Sebenarnya chaiden sangat senang karena akhirnya setelah sebulan bisa berada di grup yang sama dengan si cantik arin. Namun entah mengapa bukannya kesenangan justru malah chaiden gugup setengah mati.

Akhirnya Leonard, lelaki humoris yang barusan bertanya menenangkan chaiden dengan memberi isyarat untuk tidak gugup, tentu saja itu dibarengi dengan senyum iseng khas miliknya. Senyum iseng yang bertujuan menggoda kecil untuk chaiden karena berhasil sekelompok dengan sang pujaan hati.

“Baiklah terima kasih Leo dan Chaiden, aku akan berusaha keras.” balas arin menghargai keputusan leo yang sudah mau menerimanya.

Ada rasa lega dihatinya karena sudah berhasil mendapatkan kelompok untuk pelajaran sejarah, tetapi tetap ada sedikit perasaan tidak enak karena berada di kelompok yang sama dengan lelaki yang baru saja ditolaknya mentah-mentah.

Tidak tahu malu... pikir arin tentang dirinya.

“Cih, berusaha keras, omong kosong” ujar seorang gadis memulai gosip dengan circle nya.

“Darren yang terlalu baik mau menerima nya selama sebulan ini.” lanjutnya lagi yang menimbulkan kekesalan pada percakapan di grup mereka.

“Darren mengatakan sesuatu?” tanya salah satu dari mereka.

“Ya, tentu saja semuanya itu sangat sesuatu, hingga aku berpikir apa ada gadis yang lebih buruk darinya.” ujarnya penuh kebencian sambil menatap arin dari tempat duduknya.

Tidak lama pandangan mereka bertemu, ya pandangan gadis yang penuh kebencian itu dengan arin. Tatapan itu membuat penyakit angkuh arin kambuh kembali, membuat arin yang semula memelas, membalas dengan tatapan tajam yang merendahkan khas miliknya, menimbulkan kebencian yang ada semakin melekat dalam hati gadis itu.

......................

Jam makan siang membuat siswa-siswi berhamburan saling memacu menuju kantin, menebak-nebak menu apa yang akan dihidangkan siang ini, wah memikirkannya saja sudah membuat setitik air liur menetes.

Suasana kelas yang tadinya ricuh mendadak diselimuti kesunyian, suasana yang pas untuk tertidur pikir arin. Baru saja memejam mata sekian detik, suara berat penuh kelembutan membangunkannya.

“Arin” panggilnya lembut berusaha untuk tidak mengganggu ketenangan arin.

Sumber suara yang membuat arin mendongak kan kepala, tak lain dan tak bukan adalah milik chaiden. Arin hanya menatapnya menunggu apa tujuan lelaki ini mengajaknya berbicara.

Chaiden lalu memberikan dua lembar kertas HVS kepada gadis yang mematung di hadapannya.

“Bukan bermaksud mengatur mu, tetapi alih-alih tertidur membaca materi ini akan lebih baik untuk persiapan kelas sejarah nanti”

“Baiklah” terima arin lalu segera melihat isi dari tulisan di kertas itu.

Tak berapa lama kemudian leo dan beberapa temannya berlari menuju kelas 11-1, memberitahukan dengan mata berbinar bahwa ibu rasining berhalangan hadir.

Chaiden hanya mendesis kecil lalu kembali melanjutkan kegiatannya lagi. Tentu saja arin yang mendengar percakapan mereka merasa sedikit lega karena tidak berhadapan dengan guru sejarah yang cukup menyebalkan itu.

Hah kalau diingat-ingat, apa ya hmm...

Guru itu pernah terang-terangan menghina arin di depan kelas karena rok arin yang terlalu pendek, mengira bahwa itu disengaja dan dengan nada sedikit menggunjing mengartikan bahwa Arin hanyalah gadis rendahan yang mengandalkan wajah dan pakaian minim.

Padahal harga seragam baru yang sangat mahal lah yang mengurungkan niat arin untuk mengganti seragam lamanya yang sudah kependekan itu.

Tentu saja setelahnya arin langsung bergegas membeli seragam baru dengan uang pemberian ibu nya yang tidak ingin ia gunakan itu. Jujur momen itu agak mengiris hati, bohong jika dikatakan baik-baik saja. Meskipun sudah terbiasa dilabeli murahan tentu saja dalam hati yang terdalam jika diingat-ingat semuanya memuncak dan menimbulkan ledakan kesedihan.

Itulah yang akan terjadi jika kamu cantik namun miskin.

Orang akan berkumpul bagaikan lebah yang hinggap di kelopak bunga untuk mengambil keuntungan layaknya sari bunga yang bisa diambil dari dirimu dengan harga yang sudah ditentukan oleh mereka. Tetapi jika kamu menolak, tak tanggung-tanggung harga dirimu akan ditebas sejatuh jatuhnya meskipun sebelumnya sudah jauh lebih jatuh dari yang mereka buat.

Kecantikan memang akan memudar seiiring berjalannya waktu, namun...

Ingat, tidak ada yang tulus pada orang cantik, pasti akan ada saja yang diinginkannya dari padamu. Begitu sudah didapatkan mereka akan membuang mu kapan saja tanpa diduga dan tanpa persiapan apapun yang bisa kamu lakukan.

flashback on :

Ting!

Dering ponsel membuat arin spontan memeriksa ponselnya, melihat apakah pemberitahuan dari bunyi tersebut.

‘Darren’

Sekarang ada waktu? Datanglah kemari, aku traktir eskrim buah bit kesukaanmu sekaligus berdiskusi tentang materi sejarah besok.

Sherlock...

Usai melihat isi pesan tersebut Arin bergegas ke lokasi yang dibagikan oleh Darren. Arin menghela nafas melihat jam dan memastikan masih ada waktu satu setengah jam sebelum ke toko bunga. Setelah kejadian barusan membuat arin sedikit merasa bersalah karena mengucapkan kata-kata kasar pada seorang lelaki yang menyatakan perasaan dengan tulus.

Tulus? Entahlah, entah mengapa rasanya begitu, tapi arin tetap bersikeras bahwa tidak akan ada yang tulus padanya. Berpikir sejenak, entah mengapa terlintas darren dipikirannya, dikatakan baik juga, hm entahlah arin sendiri tidak mengerti arti kata ‘baik’ itu.

Namun sejauh ini darren sangat banyak membantunya, terutama pada saat pemilihan kelompok mata pelajaran, meskipun teman-teman kelas mengatakan bahwa darren begitu lagi-lagi karena wajah arin, tentu saja tidak.

Setidaknya begitulah perasaan Arin tentangnya, karena itu sekarang tanpa ragu arin menemuinya di lokasi yang bahkan sangat tidak familiar baginya.

Ada kata-kata eskrim buah bit dan bersama darren, sudah pasti ini akan menjadi hari yang baik pikir arin, usai menolak bedebah kaya raya yang jangkung di belakang sekolah.

“Kau sudah sampai?”

Pertanyaan sekaligus sapaan darren kepada arin yang terlihat mencari-cari keberadaan nya. Tidak lupa eskrim buah bit yang sudah sedikit meleleh karena teriknya cuaca. Darren segera memberikan eskrim itu kepada arin sebagai pelepas dahaga di cuaca yang membakar ini.

Darren berjalan, diikuti oleh arin hingga tiba di sudut gang, disusul oleh perasaan arin yang semakin tidak nyaman, bahkan enggan rasanya menikmati eskrim dengan rasa favoritnya itu.

“Cium aku!”

2 kata dari darren berhasil membuat arin terkejut setengah mati, ini bukan seperti darren yang biasanya. Arin yang ragu- ragu segera melangkah menjauh, namun dengan sigap darren menahannya, mencengkram tangan arin cukup kuat yang berusaha dilepas.

Namun tentu saja tenaga arin tidak bisa menandingi cengkraman kasar dari darren.

“Kubilang cium aku, atau haruskah kulakukan secara paksa?” tambah lelaki gila itu lagi sembari menguatkan cengkeraman nya.

"Kutarik kembali ucapan ku yang mengatakan tidak ada yang benar-benar tulus kecuali darren"

"Justru malah bedebah ini yang terburuk, bahkan lebih buruk dari pada bedebah jangkung barusan"

"Semua orang kaya memang benar-benar sudah gila"

"Tolong aku, siapa saja..."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!