Pov Author
Seperti biasa Naina akan bangun pagi-pagi sekali, sebelum sholat subuh Naina sudah berkutat di dapur untuk membuat sarapan untuk seluruh keluarga suaminya dan bekal untuk ke empat anaknya.
Jika tidak seperti itu Naina akan keteteran karena dia yang mengerjakan semuanya sendirian tanpa bantuan seorang pembantu.
Nyonya Dianra memecat semua pembantunya saat pertama kali Naina diajak tinggal dirumah besar itu setelah menikah dengan Bara.
Bara dan Tuan Abraham sempat protes dengan tindakan nyonya Dianra tersebut namun wanita itu punya banyak alasan yang membuat semua penghuni rumah tidak melayangkan banyak protes.
Flashback
"Mami kok memecat semua pembantu ?" tanya papi Abraham tidak habis fikir dengan kelakuan istrinya.
"iya Mi,kok mami memecat semua pembantu
trus siapa yang akan mengerjakan semua pekerjaan rumah " tanya Al- Bara juga heran dengan keputusan maminya.
"kan ada istrimu Al,dia pasti sudah terbiasa dengan pekerjaan rumah"
jawab Bu Dianra santai
"Maksud mami apa? apa mami mau istriku menjadi pembantu di rumah ini?" tanya Bara geram namum Bu Dianra bisa meredam dengan cepat kemarahan putranya.
"Bukan begitu Al dia kan sudah menjadi istri jadi dia harus menunjukkan baktinya kepada suami dan mertuanya dengan cara mengurus kita dan mami rasa Naina tidak keberatan " ucap Bu Dianra lagi
Pak Abraham hanya geleng-geleng kepala karena dia tidak ingin membantah keputusan istrinya karena jika dibantah akan semakin diluar nalar tindakannya.
sedangkan bara hanya terdiam mencerna ucapan maminya itu.
"Benar juga yang dikatakan mami, hitung-hitung Naina belajar berbakti kepada kami dan itu bukanlah pekerjaan berat bagi Naina "ucap Bara dalam hati.
Bu Dianra tersenyum melihat anaknya terdiam sambil mengangguk pelan itu berarti putranya tidak keberatan dengan keputusannya.
"Nai kamu tidak apa-apa kan jika kamu mengerjakan semuanya?" tanya bara pada istrinya.
Naina hanya mengangguk karena Naina berfikir mungkin mertuanya ingin melihat bagaimana dia mengurus semua keluarga dan rumah dengan tangannya sendiri dan menjadi menantu terbaik.
dan suatu saat nanti jika dia ditakdirkan hamil dan mempunyai anak tidak mungkin mertuanya tega melihat dia mengerjakan semuanya.
Sejak hari itu Naina menjadi pembantu gratis dikeluarga suaminya.
l
...****************...
Setelah masakan Naina selesai suara azan subuh berkumandang
Naina segera menuju kamar putra pertamanya,Naina membangunkan anaknya itu untuk sholat subuh.
"Abang bangun sayang, sholat subuh dulu bantu mama bangunkan Adik-adikmu sayang "ucap Naina lembut.
"Mmm,iya ma" jawab Azka lalu bangun dan duduk di tepi ranjang lalu meraih gelas berisi air putih hangat yang diletakkan mamanya diatas meja belajar Azka dan Azka pun membalikkan badannya membangunkan Adik bungsunya
karena Azka memang tidur bersama Abi si bungsu.
Sedangkan adik keduanya sekamar dengan adik ke-tiganya
kamar mereka bersebelahan sehingga memudahkan Azka membangunkan semua Adiknya
lalu mereka akan melaksanakan sholat berjamaah di kamar Azka yang memang lebih luas dari kamar adiknya.
Setelah membangunkan putra sulungnya Naina bergegas kekamarnya untuk melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslimah.
Naina juga menyempatkan diri untuk membangunkan suaminya walaupun sering mendapatkan bentakan,jika sudah seperti itu Naina hanya akan mengelus dadanya dan beristighfar.
Sebenarnya Naina merasa sakit hati dengan perubahan sikap suaminya itu.
Suaminya tidak lagi pernah romantis sama seperti saat pertama mereka menikah.
Perubahan sikap Bara bermula saat kelahiran putra ke tiga Naina yaitu Aliando namun Naina selalu berusaha biasa saja karena sekalipun dia melayangkan protes pada suaminya itu semua akan berakhir dengan hinaan mertuanya.
Bara juga tidak lagi menyangi Putra-putranya dia sangat cuek pada semua putranya.
Bu Dianra sudah berulang kali menuntut Bara dan Naina untuk melahirkan Anak perempuan.
Sampai akhirnya Naina Hamil lagi anak ke empatnya Bu Dianra dan Bara sangat antusias dengan kehamilan Naina karena berharap Naina kali ini melahirkan anak perempuan seperti yang mereka harapkan
namun semua berubah saat mereka tau hasil USG Naina.
Sampai saat Naina melahirkan putra ke empatnya tak ada seorang pun yang mendampinginya baik suami ataupun keluarga dari suaminya.
Naina benar-benar sendirian dirumah sakit,Bara hanya datang saat mengantarkan Naina kerumah sakit dan membayar semua administrasi.
Setelah itu Bara tidak pernah lagi datang menemui Naina.
Namun Naina yang baik hati selalu berfikiran positif, selalu menyemangati dirinya bahwa suami dan keluarganya sedang sibuk bekerja dan sekolah itulah sebabnya mengapa mereka tidak sempat datang menjenguknya.
Walaupun sebenarnya hati Naina terasa sangat sakit,Naina juga tidak ingin memberi tahukan ke-dua orang tuanya karena Naina tau itu akan sangat merepotkan ayah dan ibunya apalagi ayahnya sekarang sering sakit-sakitan dan hanya Adiknya yang mengurus kedua orang tuanya jadi jika Naina mengajak Adiknya untuk menemaninya bagaimana dengan ke-dua orang tuannya.
Tiga hari Naina dirawat dirumah sakit setelah melahirkan hari ini dokter mengizinkannya untuk pulang,namun Naina bingung bagaimana caranya untuk pulang.
Naina sudah beberapa kali menghubungi suaminya namun tidak ada jawaban malah ponsel suaminya tidak aktif.
Naina menarik nafasnya dalam karena merasa hatinya teramat sangat sakit dengan perlakuan suami dan keluarganya yang sama sekali tidak mengkhawatirkannya.
Naina mencoba bersabar dan memperbanyak istighfar.
"Ya Allah kuatkanlah Hamba dan berilah Hamba ketabahan
Hamba tau kau mengujiku seperti ini karena saya bisa melaluinya
berilah kesehatan kepada Hamba, anak-anak hamba dan juga keluarga Hamba " Ucap Naina lalu mengusap wajahnya yang sudah basah oleh air mata.
"Sabar Naina kamu pasti bisa "ucap naina menyemangati dirinya sendiri.
Naina membereskan pakaiannya dan pakaian bayinya yang tidak seberapa.
Naina juga tidak memiliki apa-apa selain pakaian karena selama tiga hari dirumah sakit naina mengandalkan makanan yang disediakan oleh pihak rumah sakit karena tak satu orang pun yang datang menjenguknya.
Jangankan menjenguk menayangkan kabar lewat telepon saja tidak pernah ada
Naina merasa dirinya seperti orang yang terbuang namun Naina tetap semangat karena mengingat ketiga putranya.
Naina memesan ojek online untuk pulang kerumah mertuanya karena uangnya tidak cukup hanya sekedar untuk membayar taksi online, Naina tau jika dia sampai memesan taksi online siapa yang akan membayarnya karena Naina yakin suami dan ibu mertuanya tidak akan memberikan uang.
"Ibu Naina ya "ucap kang ojek online pada Naina
"Iya pak"jawab naina
"Baik bu mari,sesui titik kan?!"tanya kang ojek lagi
"Iya pak"jawab naina
"Bismillah,berilah hamba dan putra Hamba keselamatan "ucap Naina dalam hati saat ojek online yang ditumpanginya mulai melaju meninggalkan pelataran rumah sakit.
Niana merasa bersyukur karena Putranya tidak rewel karena dia menyelimuti tubuh kecil Putranya itu, karena Naina takut Putranya masuk angin atau terpapar matahari langsung.
Sesampainya didepan rumah mewah milik mertuanya Naina membayar ongkos ojeknya
"Wah rumah majikan mbak besar ya,tapi kok suami mbak tidak menjemput "ucap kang ojol
"Suami saya lagi ikut majikan keluar kota pak sedangkan majikan saya yang lainnya sibuk semua, terima kasih ya pak"Jawab naina hatinya terasa teriris karena dia disangka seorang pembantu dirumah mertuanya sendiri.
"Iya bu sama-sama, tetap sehat dan bayinya ya bu"ucap kang ojol lagi.
"Terima kasih banyak doanya kang"jawab Naina, dan kang ojol meninggalkan Naina
tak terasa air mata naina terjatuh orang lain saja peduli padanya, memberinya doa yang baik sedangkan suami dan keluarga suaminya tidak ada yang peduli padanya.
Naina menekan bel yang ada dipagar tinggi itu sampai pak amin satpam rumah mertuanya itu mengintip di pagar untuk melihat siapa yang memencet bel.
"Eh Bu Naina,sudah pulang toh bu
tunggu ya bu saya bukakan pagarnya dulu"Ucap pak amin yang langsung membuka gembok pagar besi itu.
"Silahkan Bu,sini saya bantu bawa tasnya "ucap pak amin hendak mengambil tas yang dibawa Naina namun naina menolaknya
"Tidak usah pak nanti mami marah kalau melihat bapak membantu saya "ucap Naina sendu.
Pak amin juga sudah sangat tau bagaimana sikap nyonya pada menantunya.
Pak amin dan pak syukur juga sering merasa kasian namun mereka tidak bisa berbuat apa-apa, hanya sekedar membantu Naina membawa belanjaan maka mereka akan mendapat marah dari Nyonya nya
...****************...
Hai semua saya datang lagi dengan karya Baruku semoga kalian semua suka dengan karyaku
jangan lupa berikan like dan komennya ya
I Love you All😘😘🥰🥰
pov Naina
"Ma,kami sudah siap"ucap putra bungsu ku membuyarkan lamunanku
"eh tampanya mama,sudah siap rupanya.kakak sama abang mana?"tanyaku pada putra bungsuku itu
"tuh...."jawabnya lalu menunjuk pada ketiga kakaknya yang berjalan menuruni anak tangga
saya tersenyum pada mereka bertiga dan mereka membalas senyumanku dan itu adalah penyemangatku sehingga sampai hari ini saya masih bertahan dirumah ini yang bagaikan sangkar emas untukku
"pagi sayang "ucapku pada ketiga putraku itu saat mendekati ku
"pagi ma"jawab mereka bertiga lalu bergantian mencium pipiku
"sarapan dulu sayang "ucapku pada mereka
"tidak usah ma, Abang dan adik-adik kan bawa bekal ma"jawab putra sulungku
"iya sayang,ini bekal kalian "ucapku menyodorkan bekal pada keempat Putraku
saya sangat bersyukur memiliki mereka, karena mereka anak-anak yang penurut dan tidak banyak menuntut mungkin mereka paham apa yang mamanya alami
pernah sekali anak-anakku sarapan terlebih dahulu sebelum berangkat sekolah namun mertua,suami dan adik iparku belum ada yang keluar dari kamarnya sedang waktu sudah menunjukkan pukul 06.30
Anak-anakku Takut terlambat kesekolah jadi saya berinisiatif untuk menyuruh mereka sarapan terlebih dahulu dan saat mereka baru menghabiskan sarapan mereka ibu mertua datang dan membentak mereka mengatakan pada cucunya anak-anak tidak mempunyai sopan santun dan menghinaku didepan mereka
dan sejak hari itu anak-anakku tidak ingin sarapan jika semua penghuni rumah belum ada yang sarapan
waktu itu azka si sulung masih kelas 4 Sd dan Attalaric kelas 2 Sd,Ali masih Tk dan sibungsu masih Usia Tiga tahun
setiap hari saya harus mengantarkan ketiga putraku sekolah dengan menggunakan sepeda motor matic kesayanganku yang ayah belikan saat saya datang kekota merantau untuk mencari pekerjaan
ibu mertua tidak mengizinkan anak-anakku diantar memakai mobilnya katanya anak-anakku dimanjakan
"sedari kecil anak-anak itu jangan diajarkan manja kesekolah saja mau diantar pakai mobil,kamu juga Naina siapa suruh punya banyak anak kan kamu sendiri yang repot mana laki-laki lagi semuanya "ucap mertuaku saat Saya meminta izin mengantarkan anak-anak kesekolah memakai mobil karena hari itu putra bungsuku badannya sedang hangat dan tidak mungkin juga dia ingin menjaga anakku barang sebentar
dan sejak saat itu saya tidak pernah lagi meminta izin meminta anak-anakku diantar pakai mobil kesekolah walau hujan sekali pun
suami dan ayah mertuaku ataupun adik iparku tidak pernah membela ku mereka hanya diam saja melihat semuanya
Adik iparku memang terlihat sangat cuek pada kami namun dia diam-diam sering memberikan uang jajan pada ke empat ponakanya
terkadang dia biasa juga memberikan saya uang jika dia sedang nginap dirumah maminya tapi adik iparku itu lebih memilih tinggal di kafenya
alasannya supaya lebih gampang mengontrol karyawannya dan tidak lelah harus bolak-balik rumah dan kafe yang memang jaraknya agak jauh dari kota tempat kami tinggal
namun saya tau dia merasa tidak nyaman tinggal dirumah ini karena dia juga sering dicuekin sama ibu mertua
"ini untuk apa dek?!"tanyaku pada Narendra adik ipar ku itu saat saya sedang repot di dapur menyiapkan makan malam
"tapi rend"Ucap
"tidak ada tapi-tapian kak,saya tau Kak Bara tidak pernah memberikan kakak uang kecuali uang belanja untuk keperluan rumah
jadi sekarang kakak ambil uang ini dan no Debat,ayo cepat simpan uang itu jangan sampai mami dan kak bara tau"ucap Narendra dan berlalu keluar dari dapur meninggalkan saya
dan saya pun segera memasukkan amplop berisi uang itu kedalam Katong dasterku yang entah berapa isinya
setelah selesai memasak makan malam saya segera masuk kedalam kamar untuk bersih-bersih karena mas Bara tidak suka jika saya berbau bumbu saat dia pulang kerja
tidak lupa saya memeriksa amplop yang diberikan adik iparku tadi dan ternyata dalam Amplop itu sekitar lima juta
dengan segera saya simpan uang itu ditempat yang aman besok pagi akan saya simpan dibank biar lebih aman saat pulang mengantarkan anak-anakku kesekolah
Adik iparku itu kadang pulang sekali sebulan bahkan pulang sekali Tiga bulan, saat adik iparku pulang pasti dia akan memberiku uang dan juga anak-anakku namun uang itu tidak pernah saya gunakan
setelah bersih-bersih Azan magrib berkumandang saya mendatangi anak-anakku untuk mengingatkan untuk sholat Maghrib dan sisulung selalu membimbing adiknya untuk sholat berjamaah dikamarnya terkadang saya pun ikut berjamaah bersama mereka
setelah sholat anak-anak saya ajak untuk makan di meja panjang yang ada dibelakang dekat ruangan loundry
mereka tidak saya suruh makan bersama nenek dan kakeknya juga ayahnya karena ibu mertuaku tidak suka jika anak-anakku makan bersama mereka katanya anak-anakku makanya seperti ibu nya yang orang kampung rusuh padahal anak-anakku selalu makan dengan tenang tanpa ada suara
anak-anakku pun tak pernah protes entah bagaimana sisulung memberikan pengertian kepada Adik-adiknya, Mas Bara juga tidak pernah mau lagi peduli dengan kami terserah kami mau makan dimana mas Bara tidak pernah melarang kami bahkan dia terkesan membiarkan entah apa yang dikatakan ibu mertua pada Putranya itu
...****************...
ke esokan Harinya seperti biasa saya bangun sebelum sholat subuh dan langsung berkutat didapur mengolah bahan masakan untuk sarapan pagi
namun entah mengapa akhir-akhir ini tumbuhku terasa gampang lelah
walaupun badanku terasa tidak enak namun tetap saja kupaksakan untuk mengerjakan semuanya pekerjaan rumah mulai memasak, mencuci dan membersihkan seluruh rumah mewah ini , juga menyiram bunga-bunga kesayangan ibu mertua dan belanja kepasar
namun jika hari libur seperti ini anak-anakku sering membantuku menyelesaikan pekerjaan rumah seperti menyapu,mengepel dan menyiram bunga-bunga ibu mertua
namun sebelum semua penghuni rumah terbangun saya sudah menyiapkan sarapan untuk anak-anakku karena saya tidak ingin mereka bekerja dengan perut yang kosong
"Abang panggil Adik-adiknya dulu untuk sarapan sayang biar nanti enak saat membantu mama bersih-bersih "ucapku pada sisulung
"iya ma"lalu beranjak memanggil Adik-adiknya
tak berselang beberapa lama anak-anakku sudah duduk rapi di meja panjang ditempat kami berlima biasa makan bersama
hari ini saya hanya memasak untuk anak-anakku nasi goreng dan telur ceplok saja namun beda dengan menu sarapan ibu mertua dan keluarganya saya memasak nasi goreng seafood kesukaan mereka semua dan juga ayam goreng kecap
selesai makan saya mencuci piring bekas anak-anak makan sedangkan mereka berbagi tugas
sisulung menyapu lantai dan mengepel, sedangkan ketiga adiknya berada dihalaman depan untuk mencabut rumput,menyapu dan menyiram bunga-bunga
hatiku terkadang teriris melihat anak-anakku seperti anak-anak babu yang numpang tinggal dirumah majikannya padahal mereka katurunan keluarga ini namun mereka tidak ada yang peduli termasuk ayah kandung mereka
tak terasa air mataku menetes
"mama hiks hiks hiks "tiba-tiba sibungsu datang kepadaku dalam keadaan menangis
"kamu kenapa sayang?! bagian mana yang terluka,coba mama lihat "tanyaku khawatir
sibungsu hanya menggeleng namun tetap menangis
"kak adek kenapa nak?!"tanyaku pada Atta dan ali yang mengikuti adiknya
"adek tadi tidak sengaja menyenggol pot bunga kesayangan oma dan pot bunga itu pecah "ucap putra keduaku dengan wajah sedihnya begitu pun dengan ali mungkin saja mereka kasihan pada adiknya
"tidak apa-apa Sayang nanti mama yang menjelaskan pada oma"ucapku lembut
"iya ma "jawab mereka lemah
"ayo sayang kalian ajak adek untuk bersih-bersih,mama mau bereskan dulu pot bunga oma"ucap ku ketiga anakku itu mengangguk dan tak perlu menyuruh mereka dua kali mereka melakukan yang kuperintahkan
"adek kenapa ma?!" tanya azka mendekatiku setelah pekerjaannya selesai
"tadi adek katanya tidak sengaja menyenggol pot bunga kesayangan oma dan pot bunga itu pecah "ucapku menjelaskan pada azka
"apa !!!!????" suara mama mertua begitu melengking yang tiba-tiba datang,saya dan Azka terlonjak kaget untung azka tidak mendang ember berisi air bekas pel
mama mertua berkacak pinggang dengan mata melotot menatap kami berdua dan saya yakin ketiga anakku gemetaran didalam kamarnya saat mendengar teriakan Omanya
Azka memegang tanganku karena takut melihat omanya marah,tangan azka Terasa dingin
"kalian ya benar-benar tidak tau di untung,masih bagus saya masih mau menampung kalian "ucap mami mertuaku
"maaf Mi Abi tadi tidak sengaja "jawabku
"dasar memang anak-anakmu sangat nakal,kamu jadi ibu tidak becus mengurus dan mendidik anak-anakmu dengan baik "ucap mami mertuaku
ini untuk kesekian kalinya mami mertua melukai perasaanku dengan kata-kata yang tajam
saya berusaha menahan lelehan air mataku
saat mami mendumel panjang lebar dan terus menghinaku suamiku dan Ayah mertuaku datang menghampiri kami
"ada apa sih mi, masih pagi-pagi sudah ribut"ucap papi mertua
"iya mi ada apa sih kok ribut-ribut "tanya mas Bara
"ini Bara istrimu ini tidak becus mengurus dan mendidik anak-anaknya sehingga mereka itu menjadi sangat nakal dan tidak terkendali "ucap mami mertua mengadu pada Putranya
kata-kata ibu mertua kembali melukai perasaanku seolah-olah anak-anakku itu hanyalah milikku seorang mereka tidak ada sangkut pautnya
Narendra hanya berdiri diatas dekat tangga memperhatikan kami
"sayang kamu simpan itu dulu ya takutnya nanti airnya tumpah"ucapku berbisik meminta putraku menyimpan kain pelnya
"iya ma"jawabnya dan masuk kedalam untuk menyimpan alat pelnya
tak berapa lama Putraku kembali mendekatiku dan memegang tanganku
sudah banyak sumpah serapah yang ibu mertua ucapkan untukku namun saya tetap bersabar menghadapi mereka
"sayang kamu keatas ya,temani Adik-adikmu mungkin mereka juga ketakutan karena terkejut "ucapku berbisik pada putraku dan dia hanya mengangguk dan berjalan naik kelantai dua dimana Adik-adiknya berada
"dengar ya naina sebaiknya kamu pergi dari sini dan bawa semua anak-anakmu,kalau kamu dan anak-anakmu masih disini bisa-bisa rumah ini akan hancur"ucap mami mertua dengan mata yang merah
"Astaghfirullahulalazim "ucapku menutup mulutku dengan kedua tanganku karena terkejut mendengar ucapan mami mertua mengusirku bersama anak-anakku
suami dan ayah mertuaku Hanya diam saja lalu ayah mertuaku berlalu masuk kedalam kamarnya kembali
"Bara ceraikan perempuan pembawa sial itu dan usir dari rumah ini beserta anak-anaknya "ucap mami mertua
"tapi ma"ucap mas Bara
"apa?! apa kamu mau mami coret nama kamu dari daftar ahli waris ?!"ucap mami mertua
jantung berdetak sangat kencang menunggu keputusan mas Bara
"Naina Nurannisa saya Al bara Adithama Rahardian menceraikanmu dengan talak satu" ucap mas Bara
Dhuarrrr
bagaikan suara petir yang menggantam kepalaku
saya sungguh tidak percaya mas Bara akan melakukan ini padaku
"pergilah dari rumah ini karena kamu bukan siapa-siapa ku lagi dan jangan lupa bawa serta ke empat anakmu"ucap mas bara lagi dan itu membuat lututku bergetar dan seketika Tubuhku luruh kelantai
air mata yang sedari tadi kutahan kini tumpah sudah
"ayo apa lagi yang kamu tunggu ayo kemasi semua barang-barangmu dan pergilah dari sini"ucap mami mertua dengan tersenyum sinis kearah ku
dengan sisa kekuatanku saya berusaha untuk bangkit,saya bejalan naik kelantai dua menuju kamar putraku, sesampaiku dikamar Azka saya melihat anak-anakku menyeka air mata mereka
"bang bantuin adek ya bang untuk berkemas pakaian kalian masukkan saja dalam tas besar itu semua pakaian kalian biar kita tidak banyak bawa banyak tas karena kita hanya memakai si vino"ucapku pada ke empat Putraku dengan suara bergetar
setelah itu saya pun menuju kamar untuk mengemasi pakaian -pakaianku yang tidak seberapa karena memang jarang beli baju
mas bara akan membelikanku baju daster murahan Alasannya saya tidak akan kemana-mana kecuali kesekolah anak-anak dan kepasar
didalam kamar saya tidak mendapati mas Bara
saya tidak lupa mengambil buku rekening bank yang kusembunyikan dalam lemari putra bungsuku
"sudah siap nak?"tanyaku pada anak-anakku
"siap ma,ayo kita pergi "ucap Azka
"iya sayang ayo,apa kamu sudah mengambil semua nak?apa tidak ada yang ketinggalan ?!"tanyaku lagi pada mereka
"tidak ada ma"jawab mereka
"Ayo,nanti Oma dan papa semakin marah jika kita masih disini berlama-lama "ucapku pada ke empat putraku
tidak ada lagi yang kututupi dari mereka karena sudah mendengar ucapan papa dan omanya secara langsung
kami menuruni anak tangga dengan menyeret tas besar milik kami
sesampainya dilantai bawah ternyata mantan mami mertua menunggu kami
"ini gaji kamu selama menjadi pembantu dirumah ini"ucap mantan mami mertua melemparkan amplop coklat kepadaku dan mengenai wajahku,
Hati ku sangat sakit ternyata mereka hanya menggapku sebagai seorang pembantu
saya memungut amplop coklat itu karena saat ini saya sangat butuh uang untuk sewa kontrakan dan biaya makan kami sehari-hari
kami meninggalkan rumah besar itu yang meninggalkan banyak kenangan selama 16 tahun dan hanya dianggap sebagai pembantu bukanlah menantu
"ma kita harus kemana ?!"tanya Azka dan ketiga putraku mendongakkan wajahnya menatapku
"untuk sementara kita cari kontrakan aja ya nak!"ucapku pada putra keduaku Attalaric
"iya mah "jawabnya lalu menunduk saya tau anak-anakku pasti sedih karena ayahnya sendiri mengusir kami dari rumah ini
"kalian tunggu disini ya,mama ambil motor dulu"ucapku pada anak-anakku mereka hanya mengangguk patuh
kurogoh saku dasterku mencari kunci motorku
"Alhamdulillah ternyata masih dalam kantong daster"ucapku saat mendapatkan kunci motorku
saya menyalakan mesin motor dan menjalankannya
saya menyusun tas besar milik anak-anak ku dan tasku sendiri yang berukuran sedang di depanku untuk kujadikan tempat duduk untuk sibungsu dan Ali sedangkan di belakangku Atta dan azka
Hal seperti ini sudah biasa untuk kami karena saya mengantar ke empat anakku sekaligus dengan motorku ini
"pegangan ya sayang"ucapku pada anak-anakku
"iya ma"jawab mereka
"Subhaanalladzii sakkhara lanaa hadza wama kunna lahu muqriniin wa-inna ilaa rabbina lamunqalibuun. Artinya: Maha suci Allah yang telah menundukkan untuk kami (kendaraan) ini. padahal sebelumnya kami tidak mampu untuk menguasainya, dan hanya kepada-Mu lah kami akan kembali"ucapku melafazkan doa berkendara memohon keselamatan kepada Allah
setelah membaca doa saya menjalankan motor dengan perlahan menuju gerbang pak amin yang melihatku segera berlari mendekati
"ibu Naina mau kemana ko bawa-bawa tas begitu?"ujar pak amin bertanya kepadaku
"mau pulang pulang kampung pak, anak-anak kangen sama neneknya "jawabku beralasan
saat pak amin membuka pintu pagar dan saya sudah menjalankan motor keluar dari pagar besi yang tinggi itu tiba-tiba pak syukur berlari menghampiri kami
"Bu Naina tunggu"ucap pak syukur ngos-ngosan
"ada apa pak?"tanyaku
"Bu Naina ini ada titipan dari tuan besar katanya jangan ditolak ini permintaan permintaan maaf dari beliau karena beliau tidak bisa membantu hanya dengan car ini beliau membantu ibu "ucap pak syukur
"oh ucapkan terimakasihku pada tuan besar ya pak,kalau begitu kami permisi"ucapku lalu memasukkan amplop coklat yang sangat tebal itu kedalam tas pundakku lalu menjalankan motorku dengan pelan meninggalkan rumah mewah itu berasama anak-anakku
"Abang pernah liat tidak rumah kontrakan sekitaran sini atau dekat-dekat mana gitu dan tidak jauh dari sekolah kalian "ucapku pada putra sulungku yang duduk dibelakangku
"ma kakak pernah baca ada rumah dikontrakkan tidak jauh dari lapangan waktu itu Edi minta tolong ditemani kerumahnya karena buku matematikanya ketinggalan "Ucap Atta putra keduaku
"oh ya?! bagaimana kalau kita lihat kesana siapa tau masih ada"jawabku tidak ingin mengecewakan Putraku
sinar matahari pun semakin terik
kujalankan motorku sedikit menambah kecepatannya semoga saja rumah kontrakan yang dikatakan anakku benar ada
Atta pun menjadi petunjuk jalan dan saya mengikuti arahannya dan ternyata benar disana ada rumah yang di kontrakan
saya pun menghentikan motor didepan rumah kontrakan itu dan ingin bertanya siapa yang bisa dihubungi
"assalamualaikum, permisi "ucapku mengucapkan salam dirumah dekat rumah kontrakan itu
"waalaikumsalam "jawab seorang wanita paruh baya dari dalam rumah itu
"permisi bu"ucapku saat melihat seorang ibu paruh baya menghampiri ku
"iya mbak ada yang bisa saya bantu ? ayo silahkan masuk mbak" jawab ibu itu dan mempersilahkan saya masuk
akhirnya saya masuk kedalam teras rumahnya dan duduk disana
"ini bu saya mau tanya apa rumah disebelah itu benar mau dikontrakkan ?"tanyaku pada ibu itu
"iya benar mbak"jawabnya
"oh kalau begitu apa ada yang bisa dihubungi bu?!"tanyaku lagi
"oh mbak mau ngontrak ?"tanya ibu itu lagi
"iya bu,saya dan anak-anak lagi cari kontrakan disekitaran sini siapa tau harganya cocok"ucapku
"oh kebetulan rumah itu milik kakak saya,dia mengontakkan rumahnya karena ikut sama anaknya karena disini dia tinggal sendiri "jawab ibu itu panjang lebar
saya hanya manggut-manggut mendengar ceritanya
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!