NovelToon NovelToon

Mertua Serasa Madu

Bab 1

Kata sah baru saja menggema di sebuah rumah sederhana yang hanya dihiasi oleh dekorasi ala kadarnya tempat diadakannya acara pernikahan seorang wanita cantik yang bernama Adira Farhana yang saat ini berusia 21 tahun dengan lelaki pujaan hatinya David Aditya yang berusia 25 tahun.

" Selamat ya nak? semoga pernikahan kalian menjadi pernikahan yang sakinah, mawadah, warahmah. " ucapan selamat terucap dari seorang lelaki paruh baya yang bernama Abdulah untuk putri semata wayangnya Adira.

" Terimakasih Ayah, doa dari ayah sangat berarti untuk pernikahan kami. " sahut Adira sembari berlinang air mata.

" David, tanggung jawab atas diri Adira sekarang sudah berpindah padamu. Ayah titip Adira, sayangi dia dan perlakukan dia dengan baik sebagaimana selama ini ayah memperlakukan dirinya. tegur Adira dengan tutur kata yang lembut jika dia bersalah, jangan sekali kali kamu menyakiti hatinya apa lagi fisiknya karena itu sama saja dengan kamu menyakiti Ayah dan Ibu. " ucap Abdullah kepada lelaki yang baru beberapa menit yang lalu telah sah menjadi menantunya.

" Ayah jangan khawatir, aku pasti akan menjaga istriku dengan segenap jiwa dan ragaku dan aku akan pastikan bahwa aku tidak akan pernah menyakiti istriku baik secara fisik maupun batinnya. aku ucapkan terimakasih karena Ayah sudah mempercayai aku untuk menjadi suami dari putri ayah Adira. " balas David dengan mata yang berkaca-kaca.

" Sama-sama nak, Ayah pegang kata-katamu, jika sekali saja ayah mendapati kamu menyakiti Adira tanpa berpikir dua kali ayah akan langsung membawa putri ayah kembali ke rumah, karena Ayah tidak akan pernah Ridho jika anak yang selama ini Ayah besarkan dengan kelembutan dan limpahan kasih sayang harus disakiti oleh siapapun itu termasuk kamu suaminya. " jawab Abdullah dengan tutur kata yang halus namun penuh dengan ancaman di dalamnya.

Sebagai seorang Ayah tentu berat bagi Abdullah untuk melepas putri semata wayangnya untuk menikah, banyak ketakutan dan kekhawatiran dalam dirinya tapi hidup harus terus berjalan dan Abdullah memantapkan hatinya untuk percaya kepada David.

" Ayah bisa pegang janjiku jika aku akan memuliakan istriku dan tidak akan melukainya walau seujung kuku pun." sahut David dengan Yakin.

" Ayah percaya padamu. " sambung Abdullah sambil menepuk dengan lembut bahu menantunya.

Setelah Abdullah sekarang giliran Khadijah ibu kandung Adira yang memberi selamat kepada kedua pengantin.

" Selamat menempuh hidup baru untukmu putriku, Jadilah istri yang patuh terhadap perintah suamimu selama tidak melanggar aturan Allah, hormati keluarga suamimu dan anggap mereka sama seperti keluargamu sendiri. " ucap Khadijah sembari menasehati putrinya lalu memeluknya dengan penuh kasih sayang.

" Terimakasih Bu, Nasehat ibu akan selalu Adira ingat dan terimakasih karena sudah menjadi ibu yang sangat luar biasa untuk Adira." Adira menjawab seraya terus memeluk ibunya, hingga beberapa saat kemudian Khadijah pun melerai pelukan mereka lalu menghapus air mata yang mengalir di pipi putrinya.

" David hanya satu pesan ibu padamu, jadilah suami yang bertanggung jawab dan harus selalu bersikap adil terhadap apapun itu, jangan pernah kamu pilih kasih atau berat sebelah karena hal itu bisa menyakiti yang lainnya. " ucap Khadijah ambigu.

David mengerutkan keningnya karena tidak paham dengan maksud dari ucapan sang ibu mertua.

" Maaf Ibu, maksud dari ucapan ibu apa ya? aku tidak mengerti? "

" Untuk sekarang kamu memang belum mengerti David, tapi suatu saat nanti kamu pasti akan paham apa maksud ibu. " jawab Khadijah sembari tersenyum lembut.

Setelah kedua orangtua Adira yang memberi selamat, sekarang bergantian dengan Nuryati ibu kandung David.

" Selamat ya David, walaupun kamu sudah menikah tapi ingat ibu tetap tanggung jawab kamu dan jangan sampai kamu lupakan itu. " ucap Nuryati tepat di telinga putranya.

" Ibu jangan khawatir, aku tidak akan pernah melupakan tanggung jawabku Bu. " jawab David.

" Baguslah ibu senang mendengarnya. " sahut Nuryati yang langsung berpindah menghadap ke menantunya Adira.

" Ingat ya Adira walaupun David sudah menjadi suami kamu tetapi dia tetap bertanggung jawab penuh atas ibu dan kamu jangan coba coba untuk menghasutnya melupakan ibu. " ucap Nuryati yang berbisik di telinga Adira agar David tidak dapat mendengarnya.

" Astaghfirullah ibu, Adira sama sekali tidak ada niatan untuk melakukan hal keji seperti itu. " Adira menjawab seraya menatap tidak percaya pada ibu mertuanya.

" Baguslah kalau kamu sadar diri, karena sampai kapan pun posisi kamu ada di bawah ibu. " sahut Nuryati yang langsung melenggang pergi begitu saja tanpa memeluk ataupun memberi nasehat baik untuknya ataupun untuk sang suami.

Tak ingin merusak hari bahagianya karena perkataan sang ibu mertua yang sangat tidak enak di dengar, Adira segera mengalihkan perhatiannya dengan yang bertegur sapa dengan para tamu lainnya yang hadir di pesta pernikahan sederhananya.

Setelah berbicara dengan anak dan menantunya, Nuryati kembali bergabung bersama adiknya Laila.

" Bikin acara pernikahan kok seperti ini? gak ada mewah-mewahnya yang ada bikin aku malu aja, untung aku gak bawa banyak orang. " ucap Nuryati yang mulai mengeluarkan mulut julid nya.

" Memangnya David memberi uang dapur pada keluarga Adira berapa nominalnya mbak? " sahut Laila yang tidak mengetahui apa pun tentang pernikahan sang keponakan.

" Kamu banyangkan saja David itu memberikan uang dapur kepada keluarga Adira itu sebesar lima juta rupiah, tapi kenapa dekorasinya jelek banget begini? mana cuma pakai tenda sederhana lagi." sungut Nuryati.

" Astaghfirullah mbak Yati kenapa cuma lima juta mbak? jaman sekarang untuk menggelar acara pernikahan lima juta gak ada artinya mbak. " Laila sampai mengucap beristigfar saat mendengar nominal uang yang diberikan oleh keponakannya itu.

" Ya ngapain juga ngasi uang dapur banyak-banyak toh Adira bukan PNS ataupun Bidan, jadi gak pantes diberi uang dapur banyak-banyak. Bahkan maharnya saja mbak yang minta David untuk membelikannya cincin setengah gram saja. " sahut Nuryati dengan mudahnya.

Laila kembali mengucap istighfar berkali-kali melihat kelakuan kakaknya.

" Astaghfirullah, mbak kok tega banget sih? apa gak kasihan sama Adira dan keluarganya? seharusnya jangan seperti itulah mbak. " ujar Laila yang berusaha menasehati kakaknya.

" Alah ngapain dikasihani masih untung mbak merestui pernikahan mereka." sungut Nuryati lagi.

" Ya kalau begitu mbak gak bisa menuntut mereka untuk mengadakan acara pernikahan yang mewah dong mbak? " timpal Laila.

" Ya gak bisa seperti itu dong Laila, David sudah memberi mereka lima juta seharusnya mereka bisa dong menyewa dekorasi pernikahan yang lebih mewah dari ini! dan kamu liat itu masa menu makanannya ayam, seharusnya daginglah biar gak malu-maluin. "

" Mbak lupa sama pesta pernikahannya Sinta dan Ardi? waktu itu keluarganya Ardi memberikan mbak uang dapur sebesar lima puluh juta kan? tapi pernikahan mereka mbak adakan hanya sebatas akad nikah saja itu pun mereka melakukannya di KUA yang gratis, bahkan makanan yang mbak siapkan untuk keluarganya Ardi hanya tempe goreng dan tumis kangkung itupun rasanya gak karu-karuan. " balas Laila dengan telak.

Bab 2

" Iya kan kamu tahu sendiri, uang lima puluh juta mana cukup untuk mengadakan acara pesta pernikahan, makanya yang mbak suguhkan hanya tempe goreng dan tumis kangkung itu pun mbak sendiri yang masak. " jawab Nuryati.

" Pantas saja rasanya gak karu-karuan, ternyata mbak Yati yang masak. " batin Laila.

" Maka dari itu mbak gak berhak menuntut keluarga Adira yang macam macam, masih untung mereka mau mengadakan acara pernikahan walaupun dengan cara yang sederhana tapi setidaknya makanan yang mereka suguhkan itu rasanya sangat lezat. " tutur Laila.

" Kamu kenapa sih Laila? seharusnya yang kamu bela itu mbak bukan mereka, mbak loh kakak kandung kamu bukan mereka! " timpal Nuryati lagi.

" Mau keluarga ataupun bukan yang salah ya tetap salah, aku akan selalu membela yang benar walaupun mereka bukan saudara kandungku. "

" Ah sudahlah percuma juga berbicara dengan kamu tidak akan pernah sejalan. " sambung Nuryati yang memilih pergi meninggalkan adiknya.

" Mbak Yati, mbak Yati dari dulu gak berubah-ubah. " gumam Laila dengan pelan.

Sejak dulu Laila dan Nuryati tidak pernah satu pemikiran, Laila tipe orang yang royal dan tidak segan-segan mengeluarkan uang berapapun itu nominalnya asalkan untuk hal yang baik, sedangkan Nuryati tipe orang yang pelit dan sangat perhitungan. bahkan dalam segi sifat, tingkah laku dan perbuatan mereka sangat berbanding terbalik.

Sementara itu Adira yang sedang duduk sendirian di hampir sang kakak ipar yaitu Sinta.

" Adira. " Sinta memanggil seraya duduk disamping adik iparnya.

" Iya mbak Sinta, ada apa? " Adira menjawab seraya tersenyum manis.

" David di mana? kok gak ada di sini nemenin kamu? " ujar Sinta bertanya.

" Tadi mas David dipanggil ibu mbak dan Adira gak tau mereka ke mana. " Adira menjawab dengan tutur kata yang lembut.

" Adira atas nama ibu mbak minta maaf ya? " ucap Sinta dengan tatapan mata bersalah.

" Minta maaf untuk apa mbak? ibu gak salah apa apa kok. " jawab Adira yang memilih untuk menutupi kata-kata yang cukup menyakitkan yang dilontarkan oleh ibu mertuanya tadi.

" Kamu jangan bohongi mbak Adira? mbak tau dan sangat paham dengan karakter ibu apalagi saat melihat ekspresi wajah kamu tadi, mbak yakin ibu pasti mengatakan hal yang menyakitkan kan? " sahut Sinta lagi.

" Iya mbak benar, tapi gak apa-apa kok mbak Adira sudah melupakannya. "

" Alhamdulilah tapi satu pesan mbak sama kamu Adira, saat nanti kamu tinggal serumah dengan ibu, mbak minta kamu harus memiliki stok kesabaran yang tingginya mengalahkan gunung Everest dan kamu juga harus memiliki mental yang kuat sekuat baja. " ucap Sinta.

" Kenapa harus seperti itu mbak? " Adira bertanya karena dia tidak mengerti dengan maksud kakak iparnya.

" Pokoknya kamu harus ingat dengan pesan mbak yang satu ini, dan soal alasannya kenapa? Nanti kamu juga akan mengerti Adira tapi yang terpenting apapun yang terjadi kedepannya nanti, kamu harus selalu menjaga hubungan pernikahan kalian jangan sampai goyah ataupun retak ya? " Sinta menjawab dengan kata-kata yang penuh dengan isyarat di dalamnya.

" Insyaallah mbak Adira akan selalu ingat dengan pesan mbak Sinta. "

Di saat Adira sedang duduk berdua bersama dengan Sinta, David yang dipanggil oleh ibunya terus mengikuti langkah kaki sang ibu hingga mereka tiba di samping rumah Adira yang kebetulan sedang sepi.

" Ada apa Bu, kenapa ibu membawa aku sampai ke sini? " tanya David.

" Ibu minta setelah acara pernikahan ini selesai kamu harus langsung ikut ibu pulang ke rumah." ucap Nuryati tanpa Tedeng aling-aling.

" Apa Bu ikut ibu pulang? ya gak bisa begitu dong Bu berilah aku waktu untuk tinggal di sini selama satu Minggu? aku gak enak sama mertua aku Bu jika hari ini juga aku langsung membawa Adira pulang. " David menolak permintaan ibunya secara halus.

" Apa kamu bilang satu Minggu? gak ibu gak setuju pokonya selesai acara ini kita langsung pulang David." titah Nuryati.

" Gak bisa begitu dong Bu, aku gak enak sama mertua aku Bu? " David menolak permintaan ibunya sekali lagi.

" Kamu tega biarin ibu tinggal sendiri di rumah? " Nuryati mulai menunjukkan wajah memelas nya.

" Di rumahkan masih ada mbak Sinta dan bulek Laila Bu, mereka pasti gak akan keberatan menemani ibu selama satu Minggu di sana, ayolah Bu izinkan aku tinggal satu Minggu saja di sini ya Bu? " pinta David dengan memohon.

" oke ibu akan izinkan tapi hanya satu hari besok kamu sudah harus kembali pulang, dan tidak ada lagi tawar menawar. " tutur Nuryati.

" Ya sudah deh Bu besok aku pulang. " jawab David yang memilih mengalah dengan ibunya.

" Bagus itu baru anak ibu yang paling tampan " puji Nuryati dengan senang.

" Kalau begitu aku kembali ke dalam dulu ya Bu, kasian Adira pasti mencari aku. " David berpamitan lalu pergi meninggalkan ibunya tanpa sempat mendengar jawaban dari ibunya.

Setalah berbicara dengan ibunya David kembali lagi duduk di samping istrinya yang masih bersama Sinta.

" Kamu dari mana saja sih Vid bukannya temenin istri malah kelayapan entah kemana? " omel Sinta.

" Maaf mbak tadi aku di panggil ibu sebentar. " jawab David yang memilih tidak menceritakan apa yang tadi dia bahas bersama sang ibu.

" Oh ya sudah kalau begitu mbak tinggal dulu ya mbak mau makan lagi laper soalnya. " pamit Sinta.

" Iya mbak makan yang banyak ya biar bumil sehat. " ucap Adira.

" Kamu bisa saja Adira. " jawab Sinta yang mulai melangkahkan kakinya.

" Mas habis dari mana sama ibu? " tanya Adira.

" Mas habis dari samping sayang. " David menjawab seraya menatap wajah cantik istrinya dengan tatapan penuh cinta.

" Gak nyangka ya mas akhirnya kita sudah sah menjadi suami istri. " Adira berbicara dengan pipi yang bersemu merah.

" Iya sayang dan mas sangat beruntung bisa mendapatkan seorang wanita yang bukan hanya cantik fisiknya tapi cantik juga hatinya. " David menjawab sembari menggenggam kedua tangan istrinya.

" Oh iya sayang, kamu mau kan kalau mas ajak tinggal di rumah ibu? " David bertanya sembari tetap menggenggam tangan istrinya.

" Apa tidak sebaiknya kita tinggal terpisah dari orangtua saja mas? supaya kita bisa hidup mandiri? " jawab Adira.

" Mas bukannya gak mau tinggal terpisah dari orangtua sayang tapi kasihan ibu jika harus tinggal sendirian di rumah, gak apa apa ya jika kita tinggal di rumah ibu? " pinta David.

" Kenapa tidak mbak Sinta saja mas yang tinggal dengan ibu? "

" Mbak Sinta kan sudah punya rumah sendiri sayang, memangnya kamu gak mau tinggal dengan ibu? " ujar David yang sedikit tersirat raut kecewa di wajah tampannya.

" Bukan gak mau mas, Adira hanya ingin hidup mandiri tapi jika mas ingin kita tinggal bersama ibu ya sudah Adira mau mas. " Adira menjawab dengan menampilkan senyum termanisnya dan dalam sekejap raut kecewa di wajah tampan David langsung berubah bahagia.

Bab 3

Tak terasa acara resepsi pernikahan mereka telah selesai di gelar. Saat ini Nuryati, Sinta, dan Laila sedang berpamitan dengan Adira, David, dan kedua orangtua Adira.

" David Ibu pulang dulu ya? Ingat besok kamu harus sudah kembali ke rumah . " Nuryati berucap dengan suara yang sengaja dikeraskan agar Adira dan kedua orangtuanya mendengar.

" Ibu jangan begitu dong bicaranya, aku tidak enak didengar Adira dan kedua mertuaku bu. " jawab David dengan suara yang berbisik.

" Halah Biarkan saja, mereka tahu supaya mereka tidak menahan kamu lama-lama di rumah ini. " sahut Nuryati.

Di belakang Nuryati berdiri, Sinta Dan Laila hanya bisa beristighfar sembari geleng-geleng kepala melihatnya. Begitu juga dengan Abdullah dan Khadijah yang hanya bisa beristighfar di dalam hati melihat kelakuan sang besan.

Setelah mengucapkan hal itu Nuryati langsung melenggang pergi tanpa berpamitan dengan Abdullah dan Khadijah.

" Mbak, Mas Maafkan kata-kata Mbak Yati yang sangat tidak enak didengar tadi ya ? " ucap Laila yang tidak enak hati dengan kedua orangtua Adira

" Iya tidak apa-apa Laila kami memakluminya kok. " Khadijah menjawab seraya tersenyum lembut

" Terimakasih Mbak, Mas sekali lagi saya mohon maaf, dan saya pamit pulang karena hari sudah sangat sore. " ucap Laila berpamitan.

" Iya Laila kalian hati-hati ya di jalan. " jawab Khadijah seraya memeluk Laila.

" Bulek juga pamit pulang ya Adira, David kalian baik-baik di sini dan jangan dengarkan ucapan Ibu kalian tadi. " ucap Laila yang berpamitan dengan kedua pengantin yang belum sempat berganti pakaian itu.

" Iya bulek, bulek hati-hati ya di jalan. " jawab Adira dan David bersama.

Di depan semua orang Laila memeluk Adira dengan dengan erat.

" Adira kamu harus sabar dan kuat menghadapi sikap ibu mertua kamu yang mungkin nantinya akan membuat kamu terkejut. " ucap Laila yang berbisik di telinga Adira.

" Bulek tenang saja InsyaAllah Adira pasti bisa menjalaninya. " jawab Adira seraya tersenyum menenangkan .

" Adira, David Mbak pamit pulang dulu ya kalian baik-baik di sini. " ucap Sinta yang juga ikut berpamitan.

" Iya mbak, mbak hati-hati ya? " jawab Adira.

" Ibu bapak saya pamit pulang dulu ya. "ucap Shinta berpamitan pada kedua orang tua Adira.

" Kamu hati-hati ya Sinta semoga perjalanan kalian lancar dan kalian semua selamat sampai tujuan . " jawab Khadijah yang juga memeluk Sinta.

Setelah berpamitan Sinta dan Laila segera menyusul Nuryati yang sudah menunggu mereka di dalam mobil.

" Kalian lama sekali sih. " sungut Nuryati sembari memasang wajah yang sangat tidak sedap dipandang

" Iya kan kami harus berpamitan dulu mbak, tidak mungkin kami langsung pergi begitu saja . " ucap Laila sembari masuk ke dalam mobil dan disusul oleh Sinta di belakangnya .

" Ibu Kenapa sih harus berkata seperti itu tadi? aku kan jadi tidak enak dengan Adira dan kedua orang tuanya . " ucap Shinta yang sekarang sudah duduk di samping sopir .

" Iya Mbak aku juga nggak enak dengan Adira dan kedua orang tuanya . " Timpal Laila.

" Halah kalian berdua terlalu lebay tau gak, mereka hanya keluarga biasa jadi tidak perlu lah terlalu dihormati seperti itu . " jawab Nuryati dengan santainya .

" Mbak nggak boleh bicara begitu sesama manusia wajib hukumnya untuk saling menghormati, tidak peduli mau mereka dari keluarga yang kaya, sederhana, ataupun dari keluarga yang miskin sekalipun sudah menjadi kewajiban kita untuk saling menghormati dan selalu bersikap sopan santun. " sahut Laila lagi.

" Sudahlah jangan ceramah kamu di sini Laila , Mbak bosan mendengarnya sejak dulu kamu memang selalu sok baik. " tutur Nuryati .

" Eh kamu , cepat jalankan mobilnya . " titah Nuryati pada sopir mobil rental.

Sang sopir langsung menjalankan mobilnya dengan hati-hati meninggalkan rumah keluarga Adira .

" Bisa cepetan dikit nggak sih bawa mobilnya . " titah Nuryati lagi.

Tanpa menjawab ucapan Nuryati sang sopir mobil rental langsung menambah laju kecepatan mobilnya menjadi lebih cepat lagi.

" Kamu mau membunuh saya pelan-pelan dong bawa mobilnya? kalau mau bertemu malaikat jangan ngajak-ngajak saya . " ujar Nuryati yang ketakutan.

Tanpa menjawab ucapan Nuryati lagi sang sopir mobil rental langsung menurunkan laju kecepatan mobilnya menjadi sangat pelan.

" Aduh kalau jalannya seperti ini sampai tahun depan pun kita belum tentu sampai . " protes Nuryati lagi.

" Mbak cerewet banget sih? tadi disuruh pelan sekarang sudah pelan disuruh cepat lagi . " ucap Laila.

" Iya Kamu lihat sendiri bawa mobilnya aja nggak bener gitu! disuruh cepat ya kecepatan, disuruh lambat ya lambatnya ngalahin keong bagaimana Mbak nggak cerewet . " berang Nuryati .

" Kalau Ibu masih cerewet lebih baik ibu sendiri saja yang bawa mobilnya. " ucap sang sopir yang sudah Kehilangan kesabarannya.

" Kamu mau menghina saya? sudah tahu saya tidak bisa bawa mobil malah kamu suruh saya bawa mobil . " sungut Nuryati.

" Makanya lebih baik Ibu diam jangan terlalu banyak protes atau saya tinggalkan ibu di tengah jalan . " ancam sang sopir.

Nuryati yang ketakutan langsung menutup mulutnya dan tidak lagi bersuara.

" Gila aja aku ditinggal di jalanan sepi seperti ini bisa mati dirampok aku nanti. " batin Nuryati.

Di tempatnya duduk Sinta tersenyum melihat sang ibu yang tidak lagi bersuara setelah mendapatkan ancaman dari sang supir mobil rental.

Memang lokasi rumah keluarga Adira berada di sebuah desa yang letaknya lumayan jauh dari tempat tinggal mereka yang berada di pusat kota Medan .

Setelah rombongan keluarga sang ibu mertua pergi, Adira mengajak suaminya masuk ke dalam rumah karena hari sudah senja dan sebentar lagi masuk waktu salat magrib .

" Mas ayo kita masuk sebentar lagi adzan maghrib . " ajak Adira .

" Ayo Sayang . " jawab David .

Adira dan David bersama-sama masuk ke dalam kamar pengantin mereka .

" Mas mau mandi sekarang? Biar Adira siapkan air hangatnya ? "

" Iya sayang, Mas mau mandi sekarang tapi tidak usah pakai air hangat, Mas mandi menggunakan air dingin saja supaya lebih segar. " jawab David yang mulai membuka kancing kemejanya hingga menampilkan dadanya yang bidang.

Adira yang tidak pernah melihat dada polos seorang laki-laki langsung memutar tubuhnya dan berlari masuk ke dalam kamar mandi yang kebetulan berada di dalam kamar mereka.

" Adira Kenapa lari memangnya ada yang salah . " gumam David yang masih belum menyadari jika dia sudah membuka seluruh kancing kemejanya.

Di dalam kamar mandi pipi Adira bertemu merah karena sempat melihat sedikit dada bidang sang suami yang sebenarnya halal untuk dia pandang, tetapi Adira yang sejak kecil selalu dijaga oleh sang ayah untuk tidak dekat dengan lelaki manapun merasa asing dan merasa malu saat melihat ada seorang laki-laki yang membuka pakaian di hadapannya walaupun laki-laki itu adalah suaminya sendiri.

Walaupun mereka saling mencintai tetapi Adira dan David tidak pernah berpacaran. Mereka saling mengenal karena kebetulan mereka bekerja di sebuah perusahaan yang sama. Cuma bedanya David bekerja sebagai staf pemasaran sedangkan Adira hanya seorang office girl . Tapi Karena kecantikan dan kelembutan Adira membuat David jatuh cinta dan berniat untuk melamar Adira untuk menjadi istrinya

Bak Gayung bersambut ternyata Adira juga mencintai David secara diam-diam sehingga mereka langsung menikah tanpa berpacaran .

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!