Seorang gadis cantik tengah menatap pantulan dirinya di cermin besar, dia nampak sangat cantik dengan kebaya putih khas orang menikah.
Karena hari ini dia akan menikahi pria pilihan ibunya, meski belum pernah bertemu tapi citra menyetujui perjodohan itu. Karena menurut ibunya, pria yang akan menikah dengannya itu adalah pria tampan, mapan dan kaya. Dan itu adalah tipe pria idaman citra.
"Apa kamu sudah siap sayang." Tanya ibunya pada citra.
"Sudah kok bu." Jawab citra senang.
"Baiklah kalau begitu kamu tunggu sebentar, karena bentar lagi kamu harus keluar untuk ijab kobul." Ucap ibunya citra.
Dan citra hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, nampak citra tak sabar memikirkan betapa tampan suaminya itu.
Flasback on.
Terlihat seorang gadis tengah berjalan malas menuju kamarnya, tapi sebelum itu.
"Citra!." Panggil sang ibu.
"Ada apa bu?" Tanya citra.
"Ada yang ingin ibu bicarakan sama kamu." Ucap ibunya.
"Ada apa sih bu, aku cape. Aku baru pulang kerja." Ucap citra malas.
"Tapi ini penting, ini menyangkut masa depanmu." Ucap ibunya.
Lalu citra langsung berjalan menuju ibunya, dan duduk di sampingnya.
"Gini, kan umur kamu udah tua yah. Jadi ibu mau ngejodohin kamu sama anak temen ibu." Jelas ibunya citra.
"Apaan sih bu, aku males tahu gak." Ucap Citra sambil beranjak dari tempat duduknya.
"Tapi pria ini memenuhi semua kriteriamu loh." Ucap ibunya sambil tersenyum.
Lalu Citra langsung melihat ibunya sambil wajah penuh tanda tanya.
"Maksud ibu?" Tanya citra sambil kembali duduk di samping ibunya.
"Iya, pria yang akan ibu jodohkan itu pria yang masuk kriteriamu. Di tambah lagi dia itu tipe pria setia." Ucap ibunya citra sambil meyakinkan.
Terlihat citra memikirkan ucapan ibunya. Tanpa pikir panjang lagi citra menerima perjodohan itu, karena dia yakin jika pilihan ibunya itu tak pernah salah.
Flasback off.
Sudah puas menghayal tentang suaminya, citra di kagetkan oleh ibunya.
"Ayo cit, suamimu udah nunggu di pelaminan." Bisik ibunya.
Kemudian Citra langsung bangkit dari tempat duduknya, lalu beberapa orang membantu mengangkat kebaya putihnya yang menjuntai ke lantai.
Dengan penuh senyuman rasa bahagia, citra berjalan menuju pelaminan. Terlihat suaminya sudah menunggu, dan benar saja jika suaminya itu sangat tampan.
"Apa itu suamiku? Tampan banget. Gak nyesel aku nikah sama dia." Ucap Citra di dalam hatinya.
Banyak orang yang melihat ke arah citra, dengan tatapan kagum. Dan citra membalas tatapan mereka dengan senyuman tulus dan menawan.
Kini citra sudah berada di depan suaminya, lalu citra di bantu oleh ibunya untuk duduk di samping calon suaminya.
Wajah mereka saling bertatapan satu sama lain, nampak citra mengagumi wajah tampan suaminya itu. Wajahnya bagaikan di ukir langsung oleh malaikat. Ingin rasanya Citra menjerit-jerit meratapi keberuntungannya itu.
"Bisa kita mulai sekarang?" Tanya pak penghulu.
Dan calon suami Citra nampak mengangguk mengiakan ucapan pak penggulu.
"Baiklah." Ucap pak penghulu, lalu pak penghulu menjabat tangan Rizki.
Nampak citra menatap pak penghulu sambil sesekali matanya melirik calon suaminya.
"Tunggu dulu, benda apa itu yang ada di kupingnya?" Pikir Citra. Lalu mata citra kembali melirik benda apa yang menempel di kuping calon suaminya itu.
Dan betapa terkejutnya dia saat mengetahui jika benda itu adalah alat pendengar.
"Kenapa dia memakai alat pendengar? Jangan bilang kalau dia..."
Tubuh Citra langsung bergetar saat menyadari kebenaran tentang suaminya itu.
Tanpa Citra sadari jika ijab kobul sudah selesai.
"Bagaimana para saksi SAH." Tanya pak penghulu.
"SAH..." Ucap para tamu undangan yang hadir.
"Untuk istri bisa mencium tangan suaminya." Ucap pak penghulu.
Tapi terlihat citra diam tak bergeming, lalu ibunya citra menepuk pundak citra.
"Citra, kenapa kamu melamun. Cepat cium tangan suami kamu." Bisik ibunya citra.
Lalu perlahan citra mencium tangan rizki. Dan terdengar tepuk tangan dari para tamu undangan.
Tak terasa hari sudah mulai menjelang malam, nampak citra tengah berada di ruang rias sambil menunggu kedatangan ibunya.
Lalu tak beberapa lama datang ibunya, dan citra langsung melontarkan seribu pertanyaan pada ibunya itu.
"Ibu kenapa menjodohkan aku dengan pria tuli kaya dia." Ucap citra marah.
"Tapikan dia masuk ke kriteria kamu cit, dia kaya, mapan dan tampan." Ucap ibunya santai.
"Tapi gak tuli juga." Ucap citra frustasi.
"Citra, mau sampai kapan kamu cari pria yang sempurna. Mau sampai kamu nenek-nenek." Ucap ibunya. "Sekarang kamu jalani pernikahan ini, dan lagi pula dia itu pria yang baik." Ucap ibunya lagi sambil berjalan meninggalkan citra.
Kini citra sendirian di ruang make up, tadinya dia yang bahagia karena mendapatkan calon suami yang sesuai dengan kriterianya itu tapi kebahagiaannya itu langsung lenyap dengan kenyataan tentang kondisi suaminya.
"Mbak citra." Panggil seorang pria yang tak lain adalah supir.
"Iya, ada apa?" Tanyanya.
"Suami mbak udah nunggu di dalam mobil." Jelasnya.
Lalu citra berusaha bangkit dari tempat duduknya, dan citra kemudian berjalan menuju mobil yang terparkir di depan gedung tempat pernikahannya di selenggarakan.
Lalu supir tersebut langsung membukakan pintu mobil untuk citra, kemudian citra langsung masuk ke dalam mobil.
Di dalam mobil nampak citra dan rizki diam, tak ada obrolan antara mereka berdua.
Kini mobil yang di tumpangi oleh citra, berhenti di sebuah rumah yang tak terlaluh mewah. Tapi sangat nyaman dan indah.
Lalu pak supir langsung turun dari dalam mobil dan langsung membukakan pintu untuk citra, dan tak lupa dia juga membawa koper yang berisi pakaian citra.
Kemudian citra, berjalan mengikuti rizki untuk memasuki rumah tersebut.
"Assalamu'alaikum." Ucap rizki memberi salam.
Citra nampak heran saat rizki memberi salam, karena di dalam rumah tak ada orang.
Lalu citra mengikuti rizki ke dalam kamar, yang tak lain adalah kamar mereka berdua.
"Apa tak ada kamar lain?" Tanya citra.
"Tak ada, di rumah ini hanya ada satu kamar tidur. Tapi jika kau ingin tidur di ruang tamu juga silahkan." Ucap rizki sambil berjalan keluar dari kamar.
"Dasar pria tuli, aku menyesal telah menikah pria seperti itu." Oceh citra dalam hati.
Lalu tak beberapa lama datang rizki sambil membawa koper milik citra, kemudian rizki menyimpan koper tersebut.
Nampak citra menatap rizki dengan tatapan tak suka, tapi rizki tak menghiraukan hal itu.
Kemudian rizki mengambil handuk miliknya dan tak lupa dia juga melepaskan alat pendengar yang selalu menempel di telinganya itu, kemudian rizki langsung berjalan menuju kamar mandi.
"Kenapa ibu begitu tega, menjodohkan aku dengan pria seperti dia. Apa kata teman-temanku nanti jika mereka tahu suamiku itu tuli. Hais, aku tak bisa membayangkan hal itu." Ucap citra sambil memijit kepalanya. Lalu
Kemudian citra langsung membongkar koper miliknya, dan menyusun baju-baju miliknya di dalam lemari.
Hari sudah mulai menjelang malam, nampak citra juga sudah berganti pakaian dengan piyama tidur miliknya.
Terlihat citra hendak tidur, lalu rizki berjalan ke arah ranjang untuk ikut merebahkan tubuhnya.
Melihat hal itu, citra langsung membuat batas penghalang antara dirinya dan rizki.
"Ini batas antara kita, kau tak boleh melanggar batas ini." Ucap citra, tapi rizki tak menjawab. Lalu citra melirik telinga rizki, dan ternyata tak dia tak memakai alat pendengar. "Sia-sia aku menjelaskan." Oceh citra.
Meski rizki tak mendengar ucapan citra tapi dia mengerti apa maksud dari citra membuat batas seperti itu, lalu rizki membalikkan tubuhnya membelakangi citra.
Kemudian citra juga membelakangi rizki, dan langsung terlelap dalam tidur.
Di dalam mimpi...
Terlihat citra tengah berkumpul bersama teman-temannya, mereka tengah tertawa bersama. Dan tak beberapa lama datang seorang pria yang tak lain adalah rizki.
"Siapa pria tuli itu." Ucap salah satu teman citra.
"Sayang." Panggil rizki pada citra.
"Kok dia panggil kamu sayang sih, cit?" Tanya salah satu teman citra.
"Enggak, mungkin kalian salah denger." Bela citra.
"Kamu kenapa sayang, kamu gak ngakuin aku. Aku suami kamu sayang." Ucap rizki.
"Jadi dia suami kamu cit?" Tanya salah satu teman citra.
"Enggak dia bukan suami aku." Ucap citra panik.
"Gak nyangka suami kamu tuli." Ejek teman-teman citra sambil menertawakan citra.
"TIDAKKK...." Teriak citra. "Hah..hah..hah.." Nampak langsung bangun dari tidurnya, dan dia mengelap keringat yang mengucur di keningnya.
"Kenapa aku bisa mimpiin hal itu." Ucap citra sambil memegangi kepalanya. Lalu matanya melirik ke arah rizki yang masih senantiasa tertidur lelap.
Kemudian citra langsung bangkit dari ranjangnya, dan berjalan menuju dapur untuk mengambil segelas air putih.
Di dapur...
Nampak citra terus memikirkan mimpinya tersebut, dia takut jika mimpinya itu akan menjadi kenyataan.
"Sial-sial. Kenapa waktu itu aku langsung setuju untuk menikah dengan pria itu. Jika waktu itu aku bertemu dulu dengannya, mungkin aku tak akan tertipu seperti ini." Oceh citra.
Di rasa mulai kantuk, kemudian citra kembali menuju kamar tidurnya. Lalu citra langsung membaringkan tubuhnya di atas ranjang dan dia mulai memejamkan kembali matanya dan langsung terlelap untuk tidur.
.
Sinar mentari dari cela-cela jendela berhasil membuat citra terbangun dari tidurnya karena silau mentari tepat pada matanya.
"Hem... Jam berapa ini?" Ucap citra pada dirinya, lalu matanya melirik tempat tidur rizki dan ternyata pria itu sudah tak ada.
Tak ingin memperdulikan orang itu, kemudian citra melirik jam di handphonenya. Dan matanya langsung membulat sempurna saat melihat jam ternyata menunjukkan pukul 10 pagi.
Lalu citra langsung berjalan ke kamar mandi, untuk membersihkan diri.
Tak beberapa lama citra sudah selesai dengan acara mandinya, lalu dia langsung memakai pakaian santai miliknya.
Setelah selesai berpakaian, citra langsung berjalan keluar dari dalam kamar. Di lihatnya seluruh penjuru ruangan tapi dia tak menemukan keberadaan rizki. "Kemana orang itu?" Gumam citra.
Lalu citra berjalan ke arah dapur, dan di ternyata di atas meja makan sudah tersedia makanan. Dengan mata berbinar-binar, citra berjalan ke meja makan tersebut.
Dan di atas meja makan terdapat sepucuk surat. Lalu citra langsung melihat isi surat tersebut.
"Aku pergi ke kantor, dan kau makanlah makanan yang ada di atas meja makan.
Tenang saja aku tak memberi racun untuk makanan itu."
Begitulah isi surat tersebut. "Dasar pria aneh." Oceh citra sambil menyimpan surat tersebut. Lalu citra langsung memakan makanan yang sudah di sediakan oleh rizki.
Betapa terkejutnya dia dengan rasa makanan tersebut, bahkan makanan yang dia buat tak ada apa-apanya jika di bandingkan dengan makanan yang rizki siapkan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!