Hari ini Lira Broto pulang dari study diluar negeri. Diumurnya yang ke dua puluh dua tahun, dia sudah lulus S2 IT itu merupakan hal yang luar biasa.
Lira sudah turun dari pesawat dan tengah berjalan keluar bandara. Dia memakai celana Jeans panjang berwarna biru laut, hoody pas body berwarna senada, rambut sepunggungnya diikat satu dibelakang. Lira memakai topi berwarna hitam dan kacamata besar yang sedang tren juga bertengger dihidungnya.
Lira berjalan dengan santai, dengan sebuah koper ditangan kirinya. Setelah keluar dari bandara, sudah ada mobil BMW hitam yang menjemputnya.
Lira masuk kedalam mobil setelah dibukakan pintu oleh supir, dia melepas kaca matanya setelah mobil melaju pelan menuju rumahnya.
"Pak langsung kerumah ya" kata Lira dan setelah itu tangannya memainkan ponsel pintarnya.
"Baik non" jawab supir.
Perjalanan sekitar satu jam lebih, dan sekarang Lira tengah menatap rumah megah yang sudah ditinggalkannya selama lima tahun lebih. Dia masuk dengan langkah santai, dan disana didalam rumah tepatnya diruang tamu, sudah ada sang dady sedang duduk menonton tv.
"Dady" panggil Lira.
Tuan Broto menoleh kebelakang dan melihat lira dengan tatapan senang. "Sayang kau sudah datang" kata tuan Broto dan langsung menghampiri putrinya. Mereka berpelukan sebentar dan langsung duduk disofa mewah rumahnya.
"Dady. Kak Dion mana?" Tanya Lira.
"Lagi dikantor. Sekarang kan dia membantu dady dikantor" tuan Broto menjelaskan.
Lira hanya mengangguk dan ber oh ria.
☆☆☆
Setelah membersihkan diri. Lira sekarang tengah memainkan ponselnya diatas kasur yang empuk dan luas. "Wah tas ini bagus juga" Monolog Lira dengan mata yang berbinar.
Lira memang gadis yang suka membeli barang barang mewah, dan mahal. Namun jangan salah dia bukan gadis yang suka poya poya, dia membeli semua barang2 itu dengan uang nya sendiri, tanpa kalian tau uang itu dari mana, yang penting uangnya dia dapat dari hasil usaha sendiri.
Tok Tok Tok
Suara pintu diketuk dari luar. "Sayang makan malam" panggil tuan Broto dari balik pintu.
"ya dad" jawab Lira.
Lira menyimpan ponselnya diatas kasur dan berjalan keluar kamar menuju meja makan.
"Kamu setelah ini mau ngapain?" Tanya tuan Broto disela sela makannya.
"Tidur" jawab lira polos.
Tuan Broto hampir saja menyemburkan air dari dalam mulutnya, dia menahan tawa sampai wajahnya agak merah.
"kenapa dad?" tanya Lira menatap dadynya.
Tuan Broto menetralisir dirinya supaya tidak tertawa berlebihan. "Maksud dady, setelah kamu lulus ini, kamu mau kerja atau mau istirahat dulu?" tanya tuan Broto.
"Ntah lah dad. aku belum tau" jawab lira cuek.
"Bagaimana kalau dady kasih saran" tuan Broto tersenyum penuh arti.
"Apa dad?" Lira penasaran.
"Kamu nikah saja" kata tuan Broto santai.
Lira tidak bereaksi berlebihan, dia hanya tertegun sejenak "Memangnya siapa yang akan menikah dengan lira?" Lira menaikan sebelah halisnya dan tersenyum miring ke dadynya.
Tuan broto sedikit kaget, dia pikir anaknya itu akan marah atau tidak terima jika harus menikah diusia muda. Namun setelah itu dia tersenyum kecil.
"Dady berencana menjodohkanmu dengan anak teman dady" kata tuan Broto.
"Siapa?" tanya lira dan masih melahap makanannya.
"Shean. Shean Pratama" jawab tuan Broto.
"oohhh. kaya gak dad?" tanya lira enteng.
Tuan Broto memukul sayang kening lira dengan sendok makan, dan siempunya sedang mengelus elus keningnya.
"da~d" lira berujar manja.
"Kamu selalu saja seperti itu. kalau pun dia tidak kaya, dady masih mampu memberikan apapun yang kamu mau" tuan Broto berkata tegas namun ada sayang disana.
"aku tau dad. jadi dia kaya tidak?" lira tersenyum jahil.
Tuan Broto cuma geleng geleng menanggapi sikap putrinya itu.
☆☆☆
"Sayang. Besok kita harus pergi menemui tuan pratama dan anaknya untuk membicarakan masalah perjodohan" kata tuan Broto setelah mereka berada diruang keluarga.
"atur aja dad. aku ikut" lira masih sibuk dengan all shopnya.
"Kamu tidak ada masalah dengan ini?" tanya tuan Broto.
"masalah apa dad?" lira menatap dady nya.
"Dady kira kamu akan menolak, atau malah marah sama dady. dady tidak menyangka kamu akan terima terima saja" kata tuan Broto.
"Bukannya dady senang?" tanya lira polos.
"Dady senang kamu mau menuruti permintaan dady" jawab tuan Broto dengan tatapan haru.
"Kalau begitu bagus. karena itu yang penting, kebahagiaan dady" lira tersenyum hangat.
Tuan Broto hanya bisa mengusak rambut lira sayang. "Dady sayang kamu" katanya lembut.
"Aku juga"
☆☆☆
Disebuah restoran mewah dikota S. Disana sudah terduduk seorang gadis cantik dengan setelan Jeans dan switer berwarna biru muda. Dia tengah duduk santai dengan ditemani segelas Jus jeruk yang ada diatas meja depannya.
Lira bersama dadynya sedang menunggu seseorang yang akan menjadi calon suaminya.
"Dad. lama sekali, aku pulang ya" Lira sudah mulai bosan, karena sudah menunggu sekitar tiga puluh menit.
"Sebentar, sabar" tuan Broto mencoba menghentikan.
"Aku ada perlu dad" Lira masih keukeuh.
"Seben-itu mereka" tuan Broto sedikit berteriak dan menunjuk dua orang yang tengah berjalan menghampiri meja mereka.
"Maaf kami telat" kata tuan pratama.
"Tidak. ayo duduk" tuan Broto tersenyum ramah kepada ayah dan anak itu.
Lira hanya menampilkan senyum terpaksanya "tidak lama bagaimana? ini sudah tiga puluh menit" Lira membatin.
"Ini Shean ya..?" tanya tuan Broto, menunjuk seorang pemuda tampan berkulit putih keruh itu.
"ya, dia putra ketigaku. dia sudah berumur dua puluh tujuh tahun, namun belum menikah juga. Oh ini lira ya, yang baru pulang dari Harvard. kamu sangat cantik" puji tuan pratama.
Lira hanya tersenyum hambar, sedangkan pemuda bernama Shean hanya memperhatikan interaksi diantara mereka.
"She. Ini Lira, calon istrimu" tuan Pratama memperkenalkan.
"Aku tau pah" jawab Shean datar.
Lira hanya meliriknya sekilas, dia sedikit tersinggung dengan pemuda jangkung itu, namun sedetik kemudian dia tersenyum penuh arti.
"Ayo kita pesan makan dulu" tuan Broto menginterupsi.
☆☆☆
Lira tengah merebahkan dirinya diatas kasur, dia memikirkan pertemuannya tadi siang dengan Shean dan ayahnya. Lira sudah menerima semua keputusan ayahnya yang menetapkan tanggal pernikahan mereka. Lira harus menikahi pemuda itu dalam kurun waktu seminggu lagi.
"Apa keputusan ku sudah benar? aku sedikit ragu" monolognya sambil menatap langit langit kamar.
Lira tidak tau dengan menerima pernikahan ini, bisa benar benar membuat dady nya bahagia. Awalnya Lira hanya ingin mencoba adrenalin, namun setelah pernikahan ditentukan dia mulai merasa goyah.
"Bagaimana kalau dia kembali?" Lira bertanya pada dirinya sendiri.
Akhirnya dia hanya berguling guling diatas kasur dan mencari tempat yang nyaman untuk tidur.
TRING
Bunyi itu menandakan ada notifikasi yang masuk. Lira membuka ponselnya dan disana ada sebuah pesan dari seseorang.
"Ah Say" lirihnya.
Lira sudah berdiri berdampingan dengan Shean, mereka kini sudah resmi menjadi suami istri. Lira terlihat sangat bahagia dengan senyum cerah yang ditampilkannya. Sedangkan Shean hanya menampilkan ekspresi datar dan sesekali tersenyum menyambut tamu.
"She. Istrimu benar benar cantik. jaga dia dengan benar jangan sampai diambil orang" pria paruh baya yang merupakan rekan bisnis Shean, sedang menggodanya.
"Ya paman " Shean berujar ramah, namun dimata Lira itu adalah sebuah keterpaksaan.
Lira seperti sedang mendapatkan sebuah kebahagiaan yang luar biasa, karena dari tadi dia selalu tersenyum cerah, menjabat tangan semua tamu undangan dengan ramah. Namun dibalik itu semua, ada alasan yang mendasarinya.
"Berhentilah tersenyum. Itu membuatku risih" kata Shean pelan.
"Kenapa? ini bibir bibirku. kenapa anda yang repot tuan Shean Pratama" Lira menekankan kata katanya dengan senyum penuh arti.
Shean tidak menjawab lagi, dan aura gelap mulai mengelilinginya.
☆☆☆
Dikediaman Broto. tepatnya dikamar Lira, dia sedang membersihkan diri dikamar mandi. Dia cukup lelah dengan pesta pernikahannya hari ini. Lira keluar kamar mandi setelah lima belas menit berkutat disana.
"Kau tidak ingin mandi?" tanya Lira kepada pemuda jangkung yang tengah duduk disofa didepan tempat tidurnya.
"Aku tidak bawa handuk" Ucap Shean cuek.
"Kenapa tidak bawa handuk?" Lira bertanya polos.
"Gara gara kau yang mau tidur disini setelah pernikahan" akhirnya itu kalimat terpanjang yang Lira dengar, Lira menarik sudut bibirnya singkat.
"Ada handuk dilemariku. ambil lah" titah Lira.
Shean hanya diam saja, tanpa berniat untuk beranjak dari acara duduknya. Akhirnya Lira yang mengalah dan mengambilkan handuk dari dalam lemari.
"ini pakailah" Lira menyerahkan handuk kepada Shean, dan langsung disambar oleh siempunya. Shean berlalu menuju kamar mandi tanpa berkata apapun.
"adeh dasar.." Lira ingin mengumpat, tapi di urungkannya.
Lira segera naik keatas tempat tidur, setelah dia memakai baju tidurnya. Dia membuka laptop berwarna cream dengan gambar apel digigit dibelakangnya.
Lira tengah mengecek beberapa aplikasi yang dibuatnya saat di universitas dulu. Sebenarnya itu hanya sebuah tugas dan projek yang diminta oleh dosen, Lira tidak menyangka bahwa aplikasi buatannya bisa diterima dimasyarakat dan itu sudah sejak tiga tahun yang lalu. Dan karenanya Lira sudah mendapatkan penghasilan yang besar dari aplikasi buatannya itu.
Ceklek
Pintu kamar mandi terbuka, menampakan seorang pria tampan dengan handuk yang melingkar dipinggangnya, juga tetesan tetesa kecil dari ujung rambutnya. Shean berjalan mendekati tempat tidur.
"Apa kau punya baju pria?" Tanya Shean datar.
Lira mengalihkan atensinya dari layar laptop dan melirik Shean. "Aku tidak punya, tapi mungkin dady punya. coba kau tanyakan" Lira berujar cuek.
"Aku tidak mau" lirih Shean.
"Tidak mau? kau tidak mau memakai baju dady? ya sudah seperti itu saja semalaman" lagi lagi Lira tidak peduli.
Shean tidak berkata apa apa lagi, dia naik keatas kasur dan membaringkan dirinya disebelah Lira. Lira sendiri kembali pada kegiatannya yang sempat tertunda.
☆☆☆
"Selamat pagi dad" Lira menyapa dengan semangat.
"pagi sayang, bagaimana malam pertamanya?" tuan Broto mengangkat sebelah halisnya dan tersenyum jahil.
"baik dad. sangat baik malah" Lira tak kalah jahil dengan senyumannya. Mereka saling tatap satu sama lain. Kemudian....
HAHAHAHA
Ayah dan anak itu tertawa dengan lepas, dipagi hari itu. Ngomong ngomong mereka tengah berada dimeja makan.
"Mana Shean?" tanya tuan Broto setelah selesai tertawa.
"Masih diatas kali" jawab Lira cuek lalu meneguk segelas air putih.
"Oh Shean. kemarilah duduk disamping Lira" tuan Broto berujar ramah, setelah melihat Shean sudah berada diujung tangga.
Shean hanya menanggapi dengan senyuman, kemudian duduk disamping Lira.
Mereka menikmati sarapan dengan khidmat, tidak ada yang bicara hingga sarapan selesai. Dan kini ketiganya tengah duduk di sofa ruang keluarga yang luas.
"Shean. kapan kamu dan Lira tinggal dirumahmu dan saudaramu?" tanya tuan Broto tenang, sedangkan Lira mengerutkan halisnya.
"Besok" jawab Shean singkat.
"Tunggu! rumah siapa? rumah dia dan saudaranya. Jadi aku akan tinggal dirumahnya dan ketujuh saudaranya. Aku lebih baik disini, aku tidak mau dady" Lira menolak tanpa basa basi.
"jangan seperti itu. lagi pula kamu tidak akan tau kalau belum melihatnya" tuan Broto berusaha membujuk putrinya.
"Tapi da~d" Lira mengeluarkan jurus manjanya. Namun kali ini tuan Broto tidak terpengaruh karenanya, dan sudah diputuskan bahwa Lira akan tinggal dirumah Shean dan ketujuh saudaranya.
☆☆☆
Disinilah Lira, dirumah yang didominasi warna putih itu. Dilihatnya rumah didepannya benar benar sangat besar dan benar benar luas. bahkan tiga kali lipat dari luas rumahnya. Lira tersenyum miring "Sepertinya dia benar benar kaya" lirihnya pelan, kemudian melangkah masuk kedalam rumah mengikuti Shean yang sudah berjalan lebih dulu.
"Oh. She, kau sudah datang" seorang pemuda yang lebih pendek dari Shean menyambut Shean dan Lira dengan ramah.
"Iya kak Min" jawab Shean.
"Oh ini adik iparku. cantik" puji pemuda bernama Min itu, yang merupakan kakak pertama dari Sean.
"Terima kasih kak" jawab Lira dengan senyum manisnya.
"ayo masuk! mereka sudah menunggu" titah Min dan berjalan memimpin.
Lira dan Shean mengikuti Min masuk kedalam rumah, tepatnya menuju ruang keluarga. Diruang keluarga itu sudah terdapat tiga belas orang disana. Enam orang pria dan tujuh orang wanita. Mereka adalah saudara saudaranya dan ipar iparnya Shean.
WAW
Lira hanya menunjukan wajah takjub "banyak juga" katanya dalam hati.
"Perkenalkan. ini Lira istrinya Shean" Min memperkenalkan kepada tiga belas orang yang ada disana.
Ada yang menyambut dengan hangat ada yang biasa saja, ada juga yang memasang wajah tidak suka. Lira hanya menghembuskan nafas halus.
☆☆☆
"kau tidur disitu!" tunjuk Shean kepada sofa panjang yang ada dikamarnya.
Mereka sudah berada dikamar Shean setelah acara perkenalan selesai lima menit yang lalu.
"Kenapa di sofa?" Lira bertanya heran.
"Aku tidak mungkin tidur denganmu" kata Shean dingin.
"Aku tidak minta tidur denganmu. Hanya saja..." Lira menggantung perkataannya, menunggu respon dari Shean.
"Hanya apa?" Shean tidak sabar.
"Hanya saja jika dady tau... mungkin itu tidak akan baik" Lira berkata seolah merasa tidak bersalah, namun kenyataannya dia malah tersenyum miring.
Shean berjalan kearah meja kerjanya dan mengambil sebuah berkas kecil dari dalam laci dibawah meja tersebut, berkas itu berwarna coklat dan terdapat pita merah diatasnya. Lira hanya mengangkat sebelah halisnya, namun tidak bertanya.
"Tanda tangan!" titah Shean menyerahkan berkas coklat tersebut.
Lira tertegun sejenak menatap berkas tersebut, dia sedang menerka nerka, apa yang ada didalamnya, namun sebuah pemikiran melintas dipikirannya dan membuatnya tersenyum penuh arti. Lira mengambil berkas tersebut dan membukanya dengan tenang. Dia mendapatkan sebuah kertas putih didalamnya, kertas putih itu telas dihiasi dengan kata kata indah dimata Lira. Dia ingin memekik senang, namun dia tidak bisa menunjukannya, akhirnya Lira hanya berdehem kecil.
"Apa maksudnya ini?" tanya Lira.
"Perjanjian Pernikahan"
"PERJANJIAN PERNIKAHAN"
Shean Pratama dan Lira Broto akan menjalani sebuah pernikahan selama satu tahun, dan selama itu pula tidak akan ada yang ikut campur urusan masing masing dan tidak akan ada kontak fisik. Setelah satu tahun mereka akan berpisah, untuk konpensasi kepada saudari Lira, saudara Shean akan memberikan uang sebesar 1.000.000.000.000 dan untuk uang perbulannya selama satu tahun dari saudara Shean akan memberikan uang sebesar 100.000.000.
Dengan itu tak akan ada tuntutan dari kedua belah pihak tentang hak lahir-batin.
TTD Suami TTD Istri
SHEAN PRATAMA
Begitulah isi perjanjian yang tertera di kertas putih yang sedang dipegang oleh Lira. Ukiran tangan yang membuat seorang istri menangis dan bersedih, dimatanya seperti sebuah puisi cinta yang ditulis oleh seorang kekasih.
"Tanda tangan!" Shean kembali berkata.
Lira mengalihkan atensinya dari kertas putih itu, ekspresi wajahnya seakan bersedih "Jadi... maksudmu, pernikahan kita hanya sebatas perjanjian yang kau buat?" Lira bertanya tepat pada sasaran.
"Benar. Kita akan bercerai setelah setahun. Dan kau tidak akan menuntut tentang kewajiban seorang suami" Shean berkata ketus.
"Jadi selama setahun. aku harus tidur di sofa itu" Lira menunjuk sebuah sofa panjang.
"Benar" Shean berkata tanpa melihat wajah Lira.
"Jadi bagaimana? Kau tanda tangan atau tidak?" Lanjutnya kembali menekankan.
"Aku akan tanda tangan. Tapi ada hal yang ingin aku tanyakan sebelumnya padamu" Lira sedikir serius.
"Apa?"
"Mengapa kau tidak menerima pernikahan ini, dan menerimaku sebagai istrimu?"
"Karena aku tidak menginginkan pernikahan ini. Ada seseorang yang aku cintai, dan aku tetap tidak menerimamu" Jelas Shean.
Lira menutup matanya dalam, penjelasan Shean seakan sebuah lagu cinta yang sangat indah dan merdu, dia tersenyum simpul.
"Aku terima. namun aku tidak bisa tidur disofa itu" kata Lira.
Shean berbalik dan menatapnya tajam dengan wajah yang masih datar.
"Bagaimana kalau begini saja. Aku tidur ditempat tidur selama seminggu, dan kau tidur di sofa, setelah satu minggu kau yang tidur di tempat tidur dan aku tidur disofa. Dan begitulah seterusnya. Bagaimana?" Lira memberikan tatapan penuh harap.
"Terserah" balas Shean dan langsung melangkah keluar kamar, meninggalkan Lira yang saat ini tengah memekik senang.
☆☆☆
Dimeja makan yang panjang dan luas, empat belas orang tengah menyantap makan malam mereka tanpa ada yang bersuara.
"Apa kamu akan bulan madu She?" Tanya kakak kedua Shean memecah keheningan.
"Tidak. Banyak pekerjaan yang harus aku kerjakan" jawab Shean datar seperti biasa.
"Bukankah itu akan membuat adik iparku sedih" Key yang merupakan kakak kedua Shean berketa sedikit menyesal.
"Tidak apa kak Key" Lira tersenyum ramah.
"Oh ya ra. Apa kau benar lulusan Harvard?" Tanya adik Shean yang bernama Bym dengan antusias.
Tak
Key memukul kepala Bym dengan sendok makan yang dipegangnya, memang Bym duduk disebalah Key.
"Aduh kak. kenapa mukul sih" tanya Bym tidak terima.
"Kau bicara tidak sopan pada kakak iparmu" Jawab Key.
"Tapi kan usianya bahkan lebih muda dariku kak" Key membela dirinya.
"Tapi tetap saja"
"Tidak apa kak. Lira lebih suka bersikap santai saja. Oh kakak tadi bertanya, ya Lira lulusan Harvard" kata Lira melerai sekaligus menjawab pertanyaan.
Key dan Bym hanya mengangguk singkat, sedangkan yang lainnya hanya menjadi pendengar yang baik. Terkadang mereka tersenyum menanggapi tingkah kakak adik itu, padahal mereka sama sama sudah mempunyai istri.
Tuan Pratama mempunyai delapan anak laki laki, tapi tidak semuanya anak kandung melainkan hanya tiga yang merupakan anak aslinya. Shean, Bym, dan Sam adalah anak kandungnya, dan lima lainnya seperti Min, Key, Alex, Jhon, dan Tam adalah anak angkatnya, namun mereka sudah seperti anak sendiri. Tuan Pratama bahkan membuatkan rumah yang sangat besar dan megah untuk kedelapan anaknya itu, supaya mereka bisa tinggal bersama sama. Sedangkan tuan Pratama sendiri tinggal dirumah yang lain.
☆☆☆
Lira tertidur diatas sofa panjang yang lumayan nyaman, namun tidak senyaman diatas kasur. Dia terbangun karena ada sebuah notifikasi yang masuk di ponselnya. Dengan mata yang masih mengantuk, dia membuka kuci layar ponsel. Lira mengerjap ngerjapkan matanya untuk melihat pesan apa yang dikirim seseorang dipagi pagi buta.
"Ah Say.." suara Lira masih parau karena baru bangun, kemudian dia mendudukan dirinya diatas sofa, dan segera membalas pesan dari Say.
Say
Ra. selamat atas pernikahanmu.
Terima kasih Say, kapan kamu pulang?
Mungkin sekitar tiga bulan lagi, kenapa? kangen?
Apaan sih. Tapi emang bener aku kangen
Sabar ya, tidak lama lagi kita akan bertemu
mm
I Love You Ra
Lira tersenyum melihat pesan terakhir yang dikirim oleh Say.
"Dasar bocah itu" gumam Lira kemudian menyimpan ponsel diatas meja disampingnya.
Lira beranjak dari sofa dan menuju kamar mandi untuk menyegarkan diri, waktu masih menunjukan pukul empat pagi, namun dia sudah terlanjur bangun.
Setelah lima belas menit berkutat dikamar mandi, Lira keluar dengan memakai T-shrit pendek berwarna putih yang sedikit longgar dan celana jeans sebatas lutut. Rambutnya basah karena habis dikeramas.
Lira melihat keatas tempat tidur, seseorang yang merupakan suaminya masih setia bergumul dengan selimutnya, dia tidak berniat membangunkannya. Lagi pula, dalam perjanjian ditulis DILARANG IKUT CAMPUR URUSAN MASING MASING, jadi walaupun Shean telat bangun atau sedang melakukan apa pun, itu tidak akan menjadi urusan Lira.
Lira tersenyum miring, kemudian berjalan kemeja kerja untuk mengambil laptop miliknya.
☆☆☆
Disebuah ruangan CEO, tepatnya diruangan tuan Broto, dadynya Lira. Lira tengah duduk bersama dengan dady nya, menikmati secangkir teh.
"Bagaimana hubunganmu dengan Shean?" Tanya tuan Broto.
"Baik dad" Lira berkata cuek.
"Kalau ada masalah bilang pada dady" kata tuan Broto.
"Sebenarnya ada si dad..." Lira menggantung perkataannya.
"Apa? " tanya tuan Broto.
"Aku ingin dady memberikan uang jajan perbulan padaku. Soalnya Shean cuma ngasih aku seratus juta perbulan. itu kurang dad" Lira berujar manja dan sedikit membujuk dady nya.
"Hah. Dady kira apa. Kamu tidak usah khawatir, dady akan tetap memberikanmu uang jajan walaupun kamu sudah menikah" balas tuan Broto.
"Benarkah dad?" Lira antusias "Berapa?" matanya sedikit berbinar.
"satu M, cukup?" tanya tuan Broto.
"cukup dad cukup. Ah dady, Lira sayang dady" Lira memeluk dady nya dan dibalas oleh dady nya.
Sebenarnya Shean bukannya tidak sanggup untuk memberikan uang bulanan lebih kepada Lira. Namun dia sudah memberikan uang satu terliun kepadanya, lagi pula uang seratus juta sudah lebih dari cukup untuk keperluan Lira perbulan, karena seluruh kebutuhan rumah sudah diurus oleh Shean dan saudara saudaranya yang lain. Jadi uang seratus juta itu hanya untuk keperluan Lira saja.
Sebenarnya juga Lira bukannya kekurang dalam keuangan, mengingat dia mempunyai penghasilan dari aplikasi yang dikembangkannya. Dan juga dia mempunyai pekerjaan lain yang bisa memberikannya uang setiap hari. Ingat ya, pekerjaannya itu baik. Lira hanya ingin membuat Shean tidak cukup baik dimata dady nya, sehingga jika suatu saat mereka bercerai, Lira punya alasan untuk itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!