NovelToon NovelToon

SCHOOL SYSTEM : Game For Life

[SCHOOL SYSTEM, No. 1] : Awal Masuk Sekolah

Pukul 06.45 pagi, tepat hari senin. Lima belas menit sebelum penerimaan murid baru. Dunia kehidupan baru di mulai, setidaknya itulah yang Dara pikirkan sebelumnya. Menjadi anak tunggal dan satu-satunya, entah alasan apa dia di masukan di sebuab akademi terkenal di kotanya.

Akademi Edelweis, sebuah sekolahan swasta yang sudah tidak di ragukan lagi prestasinya. Siapa kira sekolah yang penuh dengan loyalitas dan prestasi ini memiliki system yang aneh bahkan terbilang kejam.

Game For Life, itulah sistemnya. Mengembangkan sistem game dan permainan, semuanya bisa di lakukan saat kamu memenangkan permainan. Dikuasai oleh sembilan naga untuk menjadi pilar di sekolah itu. Tidak boleh ada kecurangan, tidak boleh saling menyakiti, kasta tertinggi di ambil oleh Sembilan naga, yang terakhir jika kamu ada masalah maka penyesaian dengan sebuah permainan.

Sungguh ironis, apalagi saat orang-orang itu berlomba bertahan hidup. Yang kuat yang akan bertahan, maaf tapi di sinilah hukum alam berlaku.

“Apa yang tengah kamu baca sayang?” ujar seorang Wanita membuyarkan konsentrasi Dara. Benar Maria Caroline, ibu Dara.

“Aku melihat tentang Akademi Edelweis mama, itu adalah sekolahan dengan sistem berbeda dan mama tau itu, kenapa? Kenapa mama dan papa ingin memasukan Dara kesana?”

“Mungkin ini terlalu kejam untuk kamu sayang, tapi papa tau yang terbaik. Suatu saat nanti saat kamu butuh untuk berdiri di atas kakimu sendiri, saat itulah kamu sadar maksud dari papa memasukkan mu ke Akademi Edelweis,” timpal ayah Dara yang tengah fokus melihat jalan, mengemudi pergi ke Akademi Edelweis.

Dara masih saja ragu, banyak artikel yang sudah dia baca tentang Akademi Eedelweis ini. Semuanya terfokus pada prestasi dengan sistem yang cukup di bilang kejam. Dirinya memang pintar untuk urusan akademik, tapi untuk masalah permainan jauh dari apa yang Dara bisa.

Dia memainkan jarinya, perasaab gugup tak bisa dia sembunyikan. “Bagaimana jika nanti aku tidak bisa? Papa, mama, kalian tau karena kalian lulusan Akademi Edelweis aku sungguh takut,” ucapan Dara dengan nada gemetarnya.

“Mama tau sayang, oleh karena itu mama setuju untuk memasukan kamu ke dalamnya karena mama percaya. Saat kamu tidak kuat nanti, hubungi kami itu adalah janji sayang kami akan langsung menjemput mu pulang,” jelas Maria.

Beberapa saat kemudian akhirnya mereka sampai di gerbang sekolah. Terlihat banyak orang tua mengantarkan anaknya, sama seperti Dara. Terlihat dari mereka siap, menatap lurus kedepan lain hal dengan dirinya.

Pengumunan telah terdengar untuk para murid berkumpul di aula sekolah, sedangkabn orang tua duduk di atas aula. Saat itu langsung di bagi kelas untuk semua muridnya, tepat Dara berada di kelas dua angkatan pertama.

Dara sesekali melihat ke atas, menatap ayah dan ibunya yang masih melihat keduanya bangga. Di lain sisi, dirinya benar-benar ingin keluar dari kerumunan.

“Ssht, halo,” panggil seseorang dalam keheningan sebuah sambutan sebagai salah satu acara penyambutan.

Terlihat seorang perempuan manis dengan rambut Panjang dengan sedikit lambaian tangan pada Dara. “Kamu sepertinya tak nyaman, di paksa untuk masuk?” lanjutnya.

“Saya?”

“iya, saya berbicara denganmu, memang ada orang lain yang saya maksud? Oh kata mu baku sekali, pantas saja kamu di masukan ke sini.”

“Ya, kedua orang tua saya lulusan akademi ini, jadi saya di minta masuk untuk mencari sesuatu yang harus saya temukan di sini.”

“Tidak ada apapun di sini, hanya sebuah kegilaan apakah orang tua kamu bercanda?”

“Tidak, buktinya saya di sini,” jawab Dara menampilkan senyumannya. Anak perepuan itu berbicara banyak hal menceritakan hal yang sudag Dara tau sebelumnya.

Saat di lihat jelas, gadis itu terlihat cantik. Sangat supel untuk keadaan anak SMA, pandai dalam berbicara, berteman seolah bayanga tentang anak itu bisa Dara lihat sebelumnya. Dia akan menjadi salah satu anak kepengurusan di kelasnya.

“Kamu hanya diam, ayolah. Ngomong-ngomong nama kamu siapa?” pertanyaan dari anak perempuan itu setelah lama berbicara. Keduanya baru sadar jika mereka belum memperkenalkan diri satu sama lainya.

“Aku Zoya, Zoya Amerald. Orang tuaku benar-benar gila aku bahkan sudah di persiapkan semenjak sekolah dasar untuk masuk ke sini.”

“Senang bertemu dengan mu Zoya, saya Dara, Dara Caroline,” ucapan Dara sontak membuat Zoya tercengang menatap Dara seksama seolah tidak percaya.

“Bohong kan?! Kamu pasti bohong! Pantas saja aku melihat keluarga Caroline di sana tak sanga anaknya satu kelas dengan saya. Kamu tak bohong kan?”

“Tidak.”

“Wah, aku sama sekali tak percaya salah satu dari BIG THREE sekolah gila ini adalah seorang pemalu, pantas saja sih kamu di masukan di Akademi sekolah ini.”

“Iya, sej-” ucapan Dara terhgenti saat dia sadar sambutan telag selesai. Sekarang para anggota Sembilan Naga sudah naik pangggung.

Penuh kharisma, menunjukkan siapa yang berkuasa di sana. Beberapa anak mulai berbisik khususnya para perempuan, tidak lain dengan Zoya juga. Mereka kagum dengan sembilan naga, bahkan menjadi pendamping mereka adalah sebuah mimpi bagi anak sekelas Zoya. Lain hal dengan Dara, dia merasa aneh bahkan tak nyaman akan hal itu. Dirinya melihat ke panggung dengan seksama, bukan karena kagum melainkan perasaan waspada. Sesuatu Dara rasakan sebuah hal yang tak bisa dia jelaskan.

Salah satu dari Sembilan nag aitu mulai bediri di depan mic, menunjukkan kemungkinan itu adalah ketua Sembilan naga.

‘Tato?’ batin Dara saat melihat leher anak laki-laki itu.

Jika di lihat, semuanya hanya berjumlah delapan, bukan Sembilan dan semuanya memiliki tato naga di setiap bagian tubuh mereka. Ada yang di bagian kepala, lengan, ataupu leher belakang. Jika di lihat lebih jeli setiap gambar itu juga memiliki angka yang terselip di tato mereka.

“Satu,” gumam Dara melihat dengan jelas satu di antara anggota yang Bersiap untuk berbicara.

“Satu?” timpal Zoya yang ternyata dengar gumaman Dara.

“Tidak, saya hanya melihat itu satu. Lihat anak laki-laki yang tengah berbicara itu? Di leherya ada gambar naga juga angka satu dalam romawi,” jelas Dara mencoba meragakab dimana tempat dia melihat angka satunya.

Zoya yang penasaran langsung melihatnya, tapi sayang dia tidak sejeli itu untuk melihatnya. “Gila! Aku aja gak keliatan, mata kamu minus beneran ‘kan Dar?!” ucap Zoya masih tak percaya dengan ucapan Dara.

Tak di sangka, ucapan Zoya tadi cukup keras untuk membuat anak-anak melihat ke arahnya tak lain para anggota Sembilan naga juga. Saat itulah mata Dara benar-benar melihat sebuah hal yang sangat janggal untuk ketua naga. Hal yang sangat mencengangkan, ambisius, juga sebuah taktik yang bahkan Dara tak bisa memahami itu.

‘Who are you!’

[SCHOOL SYSTEM, No. 2] : Sang Ketua Naga, William Shakespeare

Penyambutan yang Panjang bagi Dara, dirinya terus diam setelah kejadian tadi. Lain hal dengan Zoya yang nampak senang saat di lihat oleh ketua Sembilan naga, Dara tau ada hal yang aneh terjadi di situ.

‘Zoya, bagaimanapun dia adalah anak yang ceria, tapi aku tidak bisa dekat dengan dia dia terlalu banyak berbicara dan suka akan tatapan aneh mereka,’ batin Dara menggerutu.

Sungguh saat itu sebenarnya Dara sangat kesal dengan teman sekelasnya itu, bahkan jauh sebelum kelas di mulai. Dia melihat dengan seksama, meskipun Zoya supel dan ada kemungkinan dia adalah kandidat yang kuat di kelasnya, tetap saja Dara tidak suka bersama dengan orang yang suka mencari perhatian.

Selesai sambutan para murid Kembali ke orang tua mereka. Bukan untuk pulang, melainkan mengambil barang-barang. Akademi ini memang menerapkan sistem asrama, selain untuk mengontrol anak muridnya mereka juga bisa melatih skill untuk bertahan di akademi itu.

“Kamu sudah mendapatkan teman baru sayang?” tanya Maria saat Dara Kembali untuk mengambil barang-barangnya.

“Dia aneh, aku gak tau ma tapi lebih baik aku menghindarinya, tidakkah mama lihat bagaimana anak itu menarik perhatian?” gerutu Dara.

Bukannya marah malah usapan lembut tepat pada kepala Dara oleh ayahnya. “Bagus sekali ini adalah baru permulaan Dara, nantinya kamu paham beberapa jenis manusia memang hanya menjadi parasit atau bahkan duri bagi kita,” jelasnya.

Sejujurnya Dara tidak tau apa itu. Masa sekolahnya terdahulu dia hanya fokus pada nilai jadi dia tidak terlalu mementingkan orang-orang di sekitarnya. Dia baru sadar, kali ini Dara mulai meneluh tentang seseorang.

“Sayang mama yakin kamu akan bisa menggunakan kemampuan istimewa mu dengan benar. Dengarkan, kamu benar-benar akan berkembang nantinya kamu percaya pada mama?” ucap Maria.

Saat itu Dara merasa aneh, tampak lain dari mamanya. Dara pikir selama ini dia hanya perlu memperoleh nilai bagus untuk maju, sekarang mungkin berbeda. “Selama ini aku salah mama?”

“Tidak, kamu hanya perlu sedikit berusaha untuk mendapatkan apa yang belum kamu tau sebelumnya.”

Pembicaraan antara keluarga sebelum mereka benar-benar berpisah di aula. Langkah kaki terasa jelas denga tepukan tangan di Pundak Dara. Perasaan yang sama saat dia melihat ketua dari sembilan naga.

“Maaf mengganggu waktu Anda Mr. Caroline saya William Shakespeare, saya adalah ketua dari sembilan naga untuk Angkatan ini, sebuah keberuntungan bagi saya bisa melihat Anda, BIG THREE MASTER,” ucap seorang yang tidak dia duga sebelumnya. Benar, aura yang sama saat dia melihat Willian di atas panggung dan itu lebih berat jika dari dekat.

Saat itu Dara hanya terdiam, dia melihat William yang bisa dengan mudah berbaur dengan ayahnya. Tatapan William tiba-tiba berubah saat berbalik kearah Dara, senyuman simpul dan penuh makna lantas membuat tangan Dara menggigil seketika.

“Wah, kita terlalu banyak berbicara, Tuan Caroline saya lupa sekarang sudah akhir waktu, para murid baru harus masuk ke asrama karena besok adalah hal yang besar untuk mereka. Ingat ikrar akademi,” jelas William.

“Tentu saja, kami tolong jaga dia William, Dara sedikit menjadi kekanak-kanakan pada beberapa waktu,” timpal Maria.

Entah sejak kapan Dara dan William berjalan Bersama. Dara merasa acuh dengan kehadiran William, dia bahkan hanya diam tak peduli seorang tengah berjalan dengannya. Banyak pasang mata juga melihat sirik Dara, tetap saja dia terus maju seperti biasa.

Sampainya di kamar milik Dara, dia melihat William yang masih mempertahankan senyumannya. “Anda bisa pergi, kak William?” ucapan Dara tidak yakin dengan ucapannya.

“Sungguh, aku tak menyangka Tuan Caroline memiliki putri dengan pengamatan yang luar biasa, keturunan Master memang tidak bisa di anggap sepele ya?” ujar William.

Saat itu terlihat jelas bagaimana senyuman William hilang seketika. Tatapan William benar-benar berbeba, Dara yang semula tak acuh kini mulai melakukan posisi terjaga. “Anda terlalu apatis, sungguh darah master itu tak bisa di ragukan dengan sikap Anda yang tinggi itu. Sekarang saya permisi, untuk besok bersiaplah karena permainan baru saja di mulai.”

Tidak berbicara hal lain lagi, Dara menahan napasnya sesaat melihat William pergi. Memang awalnya dia tidak menganggap keberadaan William, tapi untuk sekarang Dara paham Willam lah yang harus dia waspadai.

Keesokan paginya seperti yang sudah di informasikan jika mereka akan mengucapkan Ikrar Akademi. Bukan di aula, melainkan lapangan tepat untuk mereka berkumpul. Saat itu Dara Kembali bertemu dengan Zoya, lain hal seperti di awal Zoya tidak menganggap Dara ada. Setelah semuanya berkumpul, sembilan naga mulai naik ke atas panggung seperti biasa. Willam mulai melakukan pidatonya, sepatah dua kata dia layangkan, hingga dia memperlihatkan tangan kanannya. Tato lain melingkar di sana, entah Bahasa apa tapi ukiran cantik benar-benar seni yang sangat luar biasa

“Apakah kalian bingung kenapa dengan tato di tubuh saya ataupun yang lainya, ini adalah tanda sembilan naga. Tentu kalian juga bisa mendapatkan tato seperti ini jika kalian bisa bergabung di antara kami. Untuk itu, pengucapan pertama adalah ikrar dimana kalian tak bisa mengelak oleh peraturan permainan,” jelas William Panjang. Saat itu Dara sadar jika informasi di artikel ataupun internet tentang sekolah ini adalah sebagian kecil dari kebenarannya.

“Tentu kalian sudah tau jika kalian akan memiliki partner, awal untuk itu kalian harus mengucapkan ikrar terlebih dahulu. Untuk itu kita mulai saja,” ucap William. Saat itu dia mulai mengacungkan tangan kanannya. “Saya melihat kalian di sini, di satukan oleh janji, OPHILA!” teriakan itu mengubah kehengingan sesaat.

Cahaya mulai muncul di masing-masing lengan mereka termasuk Dara. Perasaaan menyengat seperti listri tiba-tiba mencuat dari sana. Hingga sebuah tato yang sama seperti di lengan William muncul di tangannya. όλα στη συμφωνία ενώνονται με τα ομόλογα αυτών που τα κατέχουν, άρα αποτελούν μέρος των διατάξεων αυτού του Akami Edeweis. Itulah kata yang melingkar di tato lengannya. Dara sadar itu bukan tato biasa melainkan sebuah kata yang di tuliskan dalam Bahasa berbeda.

“Tenang semuanya, ini adalah ikrar yang wajar. Selamat kalian sudah resmi menjadi murid Akademi Edelweis. Untuk sekarang silahkan cari partner untuk kalian. Hanya ada dua kemungkinan, saat kalian jadi pemimpin atau pendamping.”

Kalimat terakhir dengan William Kembali turun dari sana. Semuanya mulai gaduh saat mencari partner masing-masing. Hal aneh, tidak ada yang mau ataupun menawarkan diri sebagai partner Dara. Inilah sikap yang kemarin William katakana, sikap apatis dan tidak peduli membuat Dara tak mau berbicara dengan orang lain saat dia tidak merasa itu penting.

“Halo? Sepertinya kamu belum memiliki partner, mau dengan aku?”

[SCHOOL SYSTEM, No. 3] : Seorang Pemimpin, Damian Cardaiga.

“Halo? Sepertinya kamu belum memiliki partner, mau dengan aku?” ucapan dari seseorang dengan tepukan Pundak yang membuat Dara langsung melihatnya.

Seorang anak laki-laki, dari tampilan tidak begitu meyakinkan jika dia adalah anak yang pintar. Jujur saja Dara merasa ragu, dia tidak ingin memiliki partner yang tidak berguna atau bahkan merepotkan.

“Maaf, tapi aku ta-”

“Kamu tak bisa bertahan di sini hanya dengan pikiranmu sendiri, kamu tidak lihat apa yang terjadi? Bahkan para sembilan naga memiliki pendamping lebih dari satu di antara mereka, dan kamu mencoba untuk bertahan sendiri? Tak sadarkah kamu jika ini bukan sekolah yang biasanya?” sela dari laki-laki itu langsung membuat Dara bungkam.

Hal yang langsung berubah dari Dara untuk tidak melihat apapun dari penampilannya. “Kamu tau, mereka mengincarmu,” lanjutnya.

“Apa yang kamu inginkan?” tanya Dara langsung paham apa yang anak laki-laki itu.

“HAHAHAHAHA! Tenanglah, lagipula aku akan langsung di keluarkan jika aku melakukan kekerasan pada sesama murid, ingat?” jelasnya sembari menunjukkan tangan kanannya dengan tato yang melingkar di sana. Ingat, sebuah ikrar adalah peraturan tidak tertulis yang harus mereka patuhi.

Satu di antaranya adalah tidak boleh menggunakan kekerasan dalam permainan. “Aku hanya ingin kamu menjadi partnerku, ayolah Dara Caroline aku tau kamu.”

“Oh! Darimana kamu tau manaku?!”

“Itu tertulis di nametag mu,” jawaban singkat anak itu membuat Dara menatapnya datar. Benar pertsanyaan bodoh sudah dia layangkan.

“Baiklah, jadi permainan apa yang ingin kamu lakukan?”

“Wah keberuntungan, biasanya yang di tantang yang menentukan."

“Saya tak pandai dalam permainan.”

“Emmm, aku lihat dulu dari sisi manapun kamu tetap akan kalah,” ucap spontan anak laki-laki itu. Jujur itu membuat Dara kesal, tapi dia tak suka untuk berdebat atau banyak bicara.

Damian Cardaiga, itulah yang Dara lihat dari nametag anak laki-laki itu. Dia sadar seorang Dara yang kadang tidak melupakan detail dari setiap lawan bicara bisa terkecoh olehnya.

“AHA! Bagaimana jika kita mengira kapan burung itu terbang dari sana,” lanjut Damian menjunjukkan pipit yang singgah di salah satu tangkai pohon di lapangan itu.

“Sungguh?” tanya Dara taky akin.

“Ya, aku tidak bercanda kok,” timpal Damian dengan tawaan lebar pada wajahnya.

Dara langsung melihat kea rah burung itu. Seolah nyaman di tangkai, mengepakan sayap sesekali hanya untuk meregangkan badan. Kemungkinan burung itu adalah perempuan yang tengah menyiapkan sarang. “Tiga puluh detik,” jawab Dara setelah mengira.

“Wah, banyak. Jika aku hanya tiga.”

“menit?"

"Detik!" ucapnya langsung melayangkan sebuah batu yang entah dari mana dia dia dapatkan. Benar saja pada hungan ketiga burung itu langsung pergi meninggalkan pohonnya.

Dara masih tidak percaya, tatapan ragu melihat afa kecurangan di sana. "Kamu berbuat curang!" ucap Dara yang masih tak terima dengan kekalahannya.

"Tidak, jika saya curang ikrar pasti akan mengikat saya, tapi lihat saya baik-baik saja," timpal Damian.

Benar, ikrar bukanlah hal untuk di mainkan. Sebuah ikatakan untuk mengawasi juga memberikan sebuah hukuman bagi semuanya yang melanggar.

Tatapan tak percaya Dara melihat ke arah Damian. Lain hal dengan Dara yang terkejut Damian malah terkekeh pelan. “Lihat Dara kamu tak bisa hanya mengandalkan otak pintar mu saja, akulah pemenangnya jadi kamu Dara Caroline mulai sekarang menjadi pendamping aku,” ucap Damian dengan uluran tangan.

Tentu saja itu adalah ajakan untuk membuat perjanjian antara partner. Dara melihat Damian, mungkin memang itu yang terbaik untuknya, Damian tidak terlalu buruk mungkin piker Dara. Tak ada ragu saat itu Dara menjaba tangan Damian. “OPHELIA,” ucap Dara.

Waktu yang singkat memang pencarian partner untuk saat ini. Banyak sekali hal terjadi, terlebih lagi Dara yang sama sekali tak mengira akan memiliki pemimpin seaneh Damian.

Lain senyuman dengan William yang kadang memiliki kharismua untuk melihat siapa lawannya, Damian seperti senyuman orang bodoh tapi sesekali terlihat seperti orang yang berbeda.

Saat itu semuanya benar-benar di mulai. Semuanya memiliki ambisi yang sama untuk menang dan masuk ke dalam kumpulan sembilan naga.

BIG THREE MASTER, sebutan bagi anak-anak yang memiliki hak katas kedudukan tiga besar dalam sembilan naga dalam tiga tahun kepemimpinan mereka. Intinya mereka tidak boleh kalah selama tiga tahun dalam permainan terbuka.

Permainan terbuka adalah sebuah event satu tahun sekali di Akademi Edelweis selain untuk mencari kepengurusan OSIS baru, tapi juga ajang murid sekolah bisa menjadi anggota sembilan naga dengan menantang mereka. Untuk menjadi ketua sembilan naga mereka harus melewati setiap tingkat mulai dari anggota kesembilan. Selalu menang agar mereka bisa bertahan atau mereka akan di keluarkan dari status pemimpin ataupun pendamping.

Sebuah kasta terendah, di kucilkan dan tidak mendapatkan apa yang seharusnya di dapatkan. Beberapa dari yang lain keluar, tapi beberapa yang lain haus kan dendam membuat mereka bertahan untuk membuktikan diri mereka.

“Ini sekolah yang gila, sungguh,” gumam Dara saat dia membaca buku dari perpustakaan sekolah. Sebuah rahasia yang tidak di publish oleh media dengan alasan hak cipta.

Sekarang pelajaran sudah di mulai, semuanya berjalan seperti sekolah pada umumnya, memang seperti biasa Dara duduk sendiri di pinggir jendela tepat di sana dia melihat Damian yang duduk dengan buku menutupi wajahnya. Terlihat jelas dia tengah tertidur dengan napas yang teratur di sana. Dara melihat Damian miris, tidak di sangka jika dia adalah pemimpinnya.

Helaan napas Dara terlihat oleh Tery Wilston, merupakan ketua kelas di kelasnya Dara. Pemilihan ketua kelas juga sama, beberapa kandidat yang ingin mereka akan saling bermain lalu yang tidak pernah kalah menjadi ketuanya.

“Melihat partner mu itu Dara?” tanya Tery tiba-tiba menghampiri Dara.

“Tidak juga, saya tengah membaca buku,” ujar Dara Kembali pada buku yang yang dia pinjam dari perpustakaan sebelumnya.

“Oh? Tentang sekolah ini, kamu rajin Dara, tapi kamu tau bukan hanya pemahaman untuk bisa bertahan di sini."

“Saya tau, Damian sudah mengatakan itu,” jawaban Dingin Dara berbicara dengan tatapan masih terpaku pada buku.

“Damian? Oh partner mu, kamu tidak khawatir tentang partnermu Dara? Maaf saja tapi lihat dia.”

“Dia terlihat normal apakah ada orang normal di sekolahan gila? Bahkan aku juga.”

“Dara, kamu terlihat akrab dengan kak William kenapa kamu tidak memilih dia saja sebagai partnermu? Bukankah itu lebih aman daripada anak seperti dia, bahkan aku tidak menjamin kita akan satu Angkatan dengan dia juga,” kalimat Panjang Tery membuat Dara langsung melihat ke arahnya.

Dara merasa penasaran dengan apa yang Tery katakana itu. “Aku tau kamu pasti penasaran, meskipun sudah membaca tak semuanya tertulis di sana. Apakah kamu tau peraturan tentang teman sekelas yang gagal naik kelas? Semuanya akan sama, mereka tamat tertinggak dan terbuang termasuk partner mereka.’’

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!