NovelToon NovelToon

PEMBALASAN ANAK HARAM

Lucifer

Bugh

Bugh

Bugh

Tendangan dilayangkan oleh seorang pria yang tak lain ayah tirinya pada bocah cilik berumur 10 Tahun. Anak itu diam tanpa menangis sedikitpun saat mendapatkan perlakuan buruk dari seorang Ayah yang seharusnya memberikan kasih sayang dan cinta padanya.

Pria bernama Bram itu begitu marah dan muak saat melihat dan menatap wajah anak itu, mengingatkannya pada kelakuan istri dadakan yang sama sekali tidak diketahui dari asalnya.

"Aku memberikanmu hidup agar aku bisa menyiksa mu. Menjadikanmu pengganti untukku menyiksa Ibumu yang jalang itu. Bagaimana rasanya? Menyakitkan bukan?"

Bram begitu marah karena bocah bernama Lucifer itu mencoba mengambil uangnya untuk jajan. Padahal uang itu tidak seberapa bagi Bram. Namun karena memang Bram membencinya jadi jumlah yang sedikit itu membuatnya memiliki alasan untuk menyiksa dan menyakiti Lucifer.

Lucifer mengepalkan tangan. Walaupun sakit dan marah setiap kali diperlakukan buruk oleh Ayahnya, Lucifer tidak pernah membantah atau melawan. Karena jika itu terjadi dirinya pasti akan di usir dan di buang. Dan itu membuatnya takut harus tinggal dimana.

Bram yang melihat Lucifer mengepalkan tangan tahu jika putra haramnya itu sedang marah namun tidak berdaya. Dia berjongkok dan menarik rambut bocah itu, membuatnya mendongak menatap nya.

"Apa kau benci dengan ku, hm...? Katakan benci maka aku akan membunuhmu,"

Lucifer hanya diam tanpa berkata sedikitpun. Namun dari sorot matanya itu sudah membuktikan bahwa dia begitu membenci pria yang ada di hadapannya.

Dirinya yang masih kecil membuatnya tidak berdaya untuk melawan. Tapi suatu saat Lucifer pasti akan membuat pria dihadapannya ini  menderita bersama dengan semua keluarga besar Bramestyo yang seluruhnya memperlakukan dirinya dengan buruk dan kejam. Apalagi istrinya  Bram yang angkuh dan sombong serta anak mereka yang berumur satu tahun lebih muda darinya, Alex Bramestyo.

Ana Brown yang melihat apa yang suami nya lakukan tersenyum menyeringai.

"Bunuh saja anak itu. Dia tidak berguna sama sekali. Lagian dia merepotkan dan membuat semuanya pusing," ucap Ana membuat Lucifer langsung menatap Ana dengan tatapan dingin.

Bram yang melihat tatapan itu, mengeraskan rahangnya.

"Beraninya kau menatap istri ku seperti itu! Minta ku bunuh kau!"

Bram melepas jambakannya dengan kuat membuat kepala Lucifer terbentur di lantai dan itu sangat menyakitkan.

Dug.

Lucifer tidak mengeluh sedikitpun atau menangis. Hal seperti ini sudah biasa di alaminya dan itu membuat mentalnya menjadi mental baja.

Setelah puas membuat Lucifer terluka. Baik luka fisik maupun luka batin, Bram pergi meninggalkan bocah yang tergeletak di lantai.

Ana yang melihat suaminya telah pergi menghampiri dan duduk di hadapannya dengan senyum menyeringai.

"Bagaimana? Apa itu menyakitkan?"

Lucifer tidak menjawab. Lucifer hanya memberikan tatapan dinginnya dan itu membuat Ana begitu marah.

"Beraninya kau menatapku seperti itu anak haram! Kau tahu melihatmu seperti ini mengingatkan ku pada wanita jalang itu. Dan kau pastinya tahu siapa wanita jalang itu, Ibumu,"

Mendengar ibunya di katakan wanita jalang Lucifer tidak terima. Bagaimana pun wanita itu bertingkah, Ana tidak berhak mengatakan ibunya wanita jalang. Jika pun dirinya dianggap anda haram, Lucifer tidak keberatan. Tapi jangan sekali-kali menghina Ibunya.

"Berhenti menghina Ibuku,"

"Akhirnya kau berkata juga. Kenapa? Apa kau tidak terima aku menyebut Ibumu dengan wanita jalang? Asal kau tahu, Ibumu itu memang wanita jalang,"

Lucifer sungguh tidak sanggup mendengar ibunya dihina seperti itu. Tangannya bergerak cepat dan mencekik leher Ana dengan sekuat tenaga.

Ana yang melihat tentu saja terkejut. Ana menepis tangan kecil itu dengan kasar dan menampar Lucifer dengan kuat membuat wajah Lucifer memerah akibat bekas tamparan kuat itu.

"Kurang ajar! Beraninya kau pada ku anak haram!"

Ana benar-benar marah mendapatkan perlakuan kasar dari anak ingusan itu. Anak menarik rambut Lucifer dan membenturkan kepalanya di lantai berulang kali sampai membuat kepala Lucifer terluka dan berdarah.

"Mati saja kau!" Marahnya dengan membabi buta.

Seorang pelayan yang melihat Tuan muda kecilnya di perlakukan seperti itu tidak tega. Mesya pelayan muda berusia 22 Tahun berlari menghampiri Tuan mudanya dan memeluk, memohon agar nyonyanya tidak menyiksa tuan mudanya lagi yang saat ini sudah tidak berdaya.

"Nyonya, Nyonya mohon hentikan, hiks... Kasihan Tuan muda nyonya. Saya mohon hentikan!"

Ana yang melihat Mesya memohon semakin marah. Ana mendorong tubuh itu untuk menyingkir dari tubuh Lucifer yang sudah pingsan. Namun Mesya tidak menyerah. Mesya harus membantu Tuan mudanya. Jika tidak, Tuan mudanya akan mati di tangan Nyonya nya.

"Saya mohon Nyonya, lepaskan Tuan muda. Kasihani Tuan muda. Beliau sudah tidak berdaya Nyonya. Jika Tuan muda mati Nyonya mungkin bisa masuk penjara."

Ana yang mendengar kata penjara langsung sadar. Ana menjauh dan setelah itu pergi. Tapi sebelum pergi, Ana memberi perintah untuk Mesya merawat Lucifer agar anak itu tidak mati. Karena jika Lucifer mati cepat, Ana tidak bisa menyiksanya lagi.

"Rawat dia, jangan biarkan dia mati di rumah ku,"

"Baik Nyonya,"

Mesya lega karena akhirnya bisa membuat Nyonya nya menghentikan siksaan kepada Tuan muda kecilnya. Namun kelegaan itu tidak berlangsung lama, Mesya yang melihat tuan mudanya tidak sadarkan diri dengan luka di tubuh langsung mengangkat tubuh itu untuk dibawa kerumah sakit. Tapi saat Mesya menyentuh kepala Lucifer dia terkejut, banyak darah disana dan itu membuatnya semakin takut.

Mesya tidak menunggu waktu lama lagi. Dengan berderai air mata, Mesya meminta tolong kepada supir untuk membawanya kerumah sakit karena Tuan mudanya dalam bahaya.

"Pak cepat Pak. Tuan muda dalam bahaya."

"Bapak sudah cepat ini. Jika kita menambah lagi, bukannya kita selamat tapi kita semua akan mati disini."

Mesya diam. Benar kata Pak Mun. Bukannya menyelamatkan tuan muda tapi mungkin saja mereka akan mati semua.

Beberapa menit kemudian mereka akhirnya sampai di Rumah Sakit. Dengan cepat Meysa membawa Lucifer masuk agar segera ditangani. Mesya berteriak-teriak memanggil Dokter untuk segera menangani tuan mudanya.

"Dokter...Dokter....."

Seorang Suster dan Dokter yang mendengar dan melihat langsung membawa Lucifer masuk ruang operasi untuk segera ditangani. Sedangkan Mesya dan Pak Mun berjaga di luar mondar-mandir khawatir.

Semoga Tuan muda baik-baik saja." Mesya berdoa semoga tidak terjadi sesuatu dengan tuan muda yang dirawatnya.

Setelah menunggu dua jam, lampu berubah menjadi hijau pertanda operasi telah selesai. Mesya dan Pak Mun tidak sabar untuk mendengar kondisi tuan mudanya. Apakah baik-baik saja atau tidak.

Saat Dokter keluar, Mesya dan Pak Mun langsung menghampiri, bertanya apakah operasinya berjalan dengan baik.

"Bagaimana Dok? Tuan muda baik-baik saja kan?"

Dokter itu tersenyum, "Operasinya berjalan dengan lancar. Dan Tuan muda baik-baik saja."

Masuk Rumah Sakit

Lucifer kini di pindahkan di ruang rawat. Mesya senantiasa menemaninya tanpa meninggalkan sedetikpun.

"Tuan muda," Meysa menangis melihat keadaan Tuan mudanya yang memprihatinkan.

Meysa tidak bisa berkata-kata kenapa Tuan besar dan Nyonyanya melakukan hal ini, menyiksa Tuan mudanya yang masih bocah ini.

Beberapa kali Meysa mengusap air matanya mengingat penderitaan tuan mudanya hidup di keluarga yang tidak menerimanya. Walaupun Mesya tahu tuan nya bukanlah Ayah kandung dari Tuan muda Lucifer, tapi Mesya berharap tuannya itu memperlakukan Lucifer dengan baik. Seperti hal nya memperlakukan Tuan muda Alex.

Cklek

Pak Mun masuk mendekati Meysa yang senantiasa menemani Tuan mudanya. Pak Mun menyentuh kepala Mesya yang sudah di anggap putrinya sendiri.

"Kamu pulanglah. Bersihkan tubuhmu dan istirahatlah. Bapak yakin kamu pasti lelah,"

"Tidak, Mesya tidak lelah sama sekali. Masya ingin menemani Tuan muda."

"Pulanglah terlebih dahulu. Setelah itu kembali lagi. Baju mu kotor terkena noda darah tuan muda. Lebih baik kamu membersihkan tubuh mu terlebih dahulu dan setelah itu menemani Tuan muda sampai kapan pun kamu mau,"

Meysa menimbang omongan Pak Mun. Benar katanya. Meysa mengangguk, "Baiklah, Meysa pulang dulu sekalian mengabarkan jika Tuan muda Lucifer di rawat di rumah sakit." Pak Mun mengangguk. Memang seharusnya Meysa mengatakan kepada nyonya Ana dan Tuan Bram.

"Oh ya Mesya pulang dulu ya Pak Mun. Jika nanti ada apa-apa, Pak Mun harus hubungi aku secepatnya,"

"Ya pergilah," Pak Mun mengangguk dan Mesya pun pergi, kembali ke kediaman Bramestyo

Saat Mesya sampai di sana, Mesya langsung ditodong pertanyaan oleh Ana tentang keadaan Lucifer.

"Mana anak haram itu? Apakah dia sudah mati?" Tanya Ana dengan pertanyaan yang sungguh menyakitkan hati.

"Tuan muda ada di rumah sakit Nyonya. Tuan muda kini sedang di rawat setelah menjalani operasi,"

Mendengar Lucifer tidak mati, Ana menghela nafas dengan kasar. "Kenapa anak itu tidak mati saja." Gumamnya masih dapat didengar oleh Mesya.

Mesya hanya diam dan setelah itu pamit untuk membersihkan tubuh. Dan setelah membersihkan tubuh, Mesya mondar mandir, bingung untuk berbicara kepada nyonya tentang biaya rumah sakit Tuan mudanya.

"Bagaimana aku mengatakannya ya? Nyonya pasti marah dan tidak mau memberikan biaya untuk tuan muda."

Mesya gelisah. Jika tidak meminta bantuan kepada mereka berdua, lalu kepada siapa lagi Karena Mesya tidak memiliki uang sedikitpun untuk membayar pengobatannya tuan mudanya.

"Aku harus mencoba. Ya, aku harus mencobanya. Walaupun nanti aku akan kena marah Nyonya,  aku harus tetap melakukannya. Ini demi Tuan muda Lucifer."

Dengan semua keberaniannya, Mesya datang menemui Ana untuk meminta bantuan. Mesya berdiri tepat di depan Nyonya nya itu dengan meremas tangannya, takut dan bingung untuk memulai berbicara.

Ana yang kini menatapnya menaikkan sebelah alisnya saat melihat kegugupan pelayan yang merawat putra angkatnya itu.

"Katakan, ada apa kau ingin menemuiku?"

Bruk....

Mesya bersimpuh di hadapan Ana sambil menundukkan kepalanya. Ana yang melihat mengerutkan kening.

"Ada apa dengan pelayan ini?" Gumam Ana dalam hati. "Cepat katakan! Apa yang ingin kau bicarakan dengan ku? Aku tidak ada waktu untuk meladeni pelayan rendahan seperti mu."

"Nyo...Nyonya, maafkan saya jika saya lancang. Tapi saya disini ingin memohon dengan sangat kepada anda. Ini tentang Tuan muda Lucifer,"

Ana yang mendengar langsung mendengus. "Sudah kuduga ini tentang anak haram itu. Apa tidak akan ada habisnya anak itu membuat ku dan repot."

"Apa maumu?" Tanya Ana dan membuat Mesya langsung mendongak. Berpikir, mungkin Nyonya nya akan membantunya.

"Nyonya, Tuan muda saat ini di rawat di Rumah Sakit. Sa...saya mohon kepada anda untuk mengurus semua administrasi Rumah Sakit. Saya tidak memiliki uang. Jadi hanya kepada anda saya hanya bisa meminta dan memohon."

"Heh, kau pikir aku ini Bank? Enak saja meminta uang untuk membayar semua pengobatannya. Aku bukan Ibunya, jadi jangan harap aku akan memberikannya. Biarkan saja dia mati. Jadi tidak perlu kau mencari biayanya. Lagian jika dia mati aku lebih senang. Dasar anak merepotkan."

"Saya mohon Nyonya tolong Tuan muda. Jika anda tidak menolongnya, saya takut Dokter tidak akan merawatnya. Saya tidak ingin Tuan muda mati."

"Kalau mau mati biarkan saja. Aku malah lebih senang dia menyusul Ibunya yang menjijikkan itu."

Ana beranjak membuat Mesya terus memohon agar Ana membantunya. Tapi tetap saja Ana tidak memberikan bantuan itu.

.

"Jika kau tidak sanggup, lebih baik bawa dia pulang dan biarkan dia mati."

"Tapi Nyonya."

"Oh ya, aku lupa. Jika kau ingin mencari bantuan, kau cari saja Ayah anak sialan itu."

"Ayah?" Bingung Mesya. Bukankah maksud Nyonya Ana berarti Tuan Bram? Senyum Mesya terbit. Mesya akan meminta bantuan pada Bram untuk membayar semua pengobatan Tuan mudanya.

"Baik Nyonya, saya akan menemui Tuan," senangnya.  Namun kesenangan itu tidak bertahan lama karena Ana membuatnya terkejut.

"Apa kau mau menemui Tuan mu?"

"Benar Nyonya.  Bukankah anda meminta saya untuk menemui Tuan?"

"Tuan yang ku maksud bukan suami ku. Tapi Ayah kandung dari anak sialan itu!"

"Ayah kandung? Bukankah Tuan Bram Ayah Tuan muda Lucifer?"

"Dia bukan Ayah kandungnya. Dia pria yang di jebak wanita jalang itu untuk mengakui anak sialan itu?"

Ana begitu geram saat mengingat ibu dari Lucifer datang ke pernikahan dengan membawa bayi dalam gendongannya dan meminta suaminya bertanggung jawab atas perbuatan yang tidak diperbuat. Dan sejak kejadian itu membuatnya hancur karena suaminya terpaksa menikahi demi menutupi aib dari banyaknya tamu undangan yang datang. Dan sejak itu kebencian semua keluarga terhadap ibu Lucifer dan Lucifer membawa.

Namun anehnya sejak sebulan Bram menikah dengan Ibu Lucifer. Ibu Lucifer tiba-tiba ditemukan mati di suatu tempat dengan mengenaskan. Tidak ada yang tahu apa penyebab kematian ibunya Lucifer. Tapi semuanya menduga, Ibunya Lucifer mati karena dibunuh.

Mesya yang mendengar sungguh terkejut. Jadi Tuan Bram bukanlah ayah kandung Tuan mudanya. Lalu siapa? Pantas saja semua keluarga tidak ada yang menyukai atau menganggap Tuan mudanya sebagai anggota keluarga. Ternyata inilah alasannya.

Tapi demi menyelamatkan tuan mudanya, Mesya tetap mencari bantuan dan meminta tolong. Mesya mendatangi Tuan Bram untuk membantu biaya perawatan. Dan walaupun berat dan enggan, Bram menyetujui. Karana Lucifer masuk Rumah Sakit karena perbuatan istrinya.

Bram tidak ingin Lucifer mati dan istrinya masuk penjara karena kasus pembunuhan. Maka dari itu Bram pun membantu.

"Aku akan mengurus semua biaya nya. Kau rawat dan temani dia,"

"Baik Tuan. Terima Kasih,"

Bram menghela nafas dengan berat. Selalu saja ada masalah. Dan ini selalu tentang Lucifer. Bram meminjam pelipisnya yang sakit memikirkan masalah terus datang karena bocah itu.

"Tidak Ibu tidak anak mereka sama saja. Merepotkan,"

Kenyataan.

Mesya dengan perasaan bahagia pergi keRumah Sakit untuk menjenguk dan menemani Tuan mudanya.

Saat sampai. Pak Mun datang menghampiri dan bertanya saat melihat Mesya begitu senang.

"Bapak lihat kamu begitu bahagia, ada apa?"

"Mesya berhasil membujuk Tuan untuk membayar biaya Rumah Sakit.  Dan kini Mesya tidak perlu khawatir akan kesembuhan Tuan muda."

"Baguslah jika begitu, bapak ikut senang. Oh ya Sya, Bapak pulang dulu ya, takut nyonya nanti marah saat tahu Bapak lama disini?"

Mesya mengangguk dan Pak Mun pun pergi meninggalkan Mesya seorang diri menemani Tuan mudanya.

Tiga hari kemudian

Lucifer kini sudah di perolehan untuk pulang dan Mesya senantiasa menemaninya. Mereka berdua turun dari mobil kembali ke kediaman Bramestyo. Saat mereka masuk, suara seorang bocah menghentikan langkahnya. Alex anak dari Ana menyentil dengan kata yang pedas.

"Kenapa tidak mati saja. Padahal aku selalu berdoa agar anak haram ini mati menyusul Ibunya yang jalang itu."

Lucifer yang mendengar mengepalkan tangan, marah. Dia tidak terima ibunya dihina dengan sebutan wanita jalang walaupun Lucifer sendiri juga bingung kenapa mereka selalu menyebut Ibunya sebagai wanita jalang dan dirinya sebagai anak haram. Bukankah dirinya anak Bram? Lalu kenapa mereka selalu menyebut sebutan itu?

Lucifer menatap Alex dengan dingin. Sedangkan Alex yang ditatap malah menyeringai.

"Kenapa, kau tidak suka? Bukankah itu kenyataan nya, dasar anak wanita jalang." Ucapnya menantang.

Alex tahu Lucifer marah dengan nya terlihat dari wajah dan tangan yang mengepal erat. Namun itu malah membuat Alex senang. Alex ingin Lucifer marah dan membuat mereka berkelahi. Dan tentunya Alex ingin membuat Lucifer di marah oleh ibunya. Bisa jadi Lucifer akan diusir dari kediaman Bramestyo.

Alex tidak menyukai Lucifer karena menurutnya Lucifer adalah benalu yang mengganggu kehidupannya dan harus segera disingkirkan. Alex tidak tahan harus serumah dengan kakak angkat itu, membuatnya muak dan ingin menyingkirkan nya sesegera mungkin.

Mesya yang ada di samping Lucifer mengelus lengan bocah itu. Memberikan ketenangan untuk tidak melawan Alex. Karena jika Lucifer membuat masalah, bisa jadi Lucifer akan di usir bahkan dibunuh oleh mereka.

"Tuan muda, tenang. Jangan pedulikan Tuan muda Alex. Lebih baik kita masuk kedalam dan Tuan muda istirahat." Ucap Mesya pelan Dan Lucifer mengangguk.

"Tuan muda Alex kami permisi dulu. Tuan muda Lucifer baru pulang dari Rumah Sakit, dia butuh istirahat,"

Mesya membawa Lucifer pergi membuat Alex marah dan geregetan.

"Tetap di tempat! Siapa yang menyuruh kalian pergi? Kembali!" teriak Alex namun tidak digubris oleh Mesya dan Lucifer. Mereka tetap pergi menuju kamar para pelayan, karena kamar Lucifer sendiri berada di antara kamar pelayan.

Ana yang baru keluar dari kamarnya dan melihat putranya dengan wajah marah, menghampiri.

"Ada apa?"

"Aku kesal dengan anak haram itu. Kapan Mama dan Papa mengusirnya? Aku tidak suka melihat wajah yang menyebalkan itu."

"Tenang lah, tidak lama anak itu pasti angkat kaki dari tempat ini. Lagian Mama juga tidak suka dengan nya." Alex mengangguk, percaya dengan Mamanya.

Di kamar Lucifer.

Lucifer diam dengan penuh pikiran. Apa yang selalu didengar dan dialami membuatnya berpikir keras. Bertanya siapa sebenarnya dirinya. Kenapa semua keluarga tidak menyukainya, bahkan Bram padanya pun tidak menyukainya.

"Kenapa selama aku mengingat Papa tidak pernah menyukai ku dan selalu membenci ku. Bukankah seharusnya seorang Papa harus menyayangi anaknya? Tapi kenapa ini tidak. Bahkan dia selalu mengatakan aku anak haram. Sebenarnya apa maksudnya?"

Lucifer mencengkram pahanya. Banyak hal yang dipikirkannya. Namun jawaban tetap tidak ditemukan.

Mesya yang melihat mendekati dan duduk di samping Lucifer.

"Tuan muda. Ada apa dengan anda. Kakak lihat Tuan muda banyak pikiran. Katakan, siapa tahu Kakak bisa membantumu."

Tes..

Air mata Lucifer menetes dan ini kali pertama Mesya melihat Lucifer nangis sejak Lucifer berumur 8 tahun. Meysa yang melihat anak asuhnya menangis langsung memeluknya.

"Katakan, apa yang membuat Tuan muda sedih?"

"Hiks....Hiks... Apa salahku? Kenapa semua orang membenciku hiks...hiks.... Mereka semua mengatakan aku anak haram dan memiliki bu wanita jalang.  Aku bukan anak haram kan? Bukankah Papa Bram adalah Papa ku. Jadi kenapa mereka selalu menyebut ku dengan anak haram, kenapa? Dan juga Ibu ku, Ibuku bukan wanita jalang kan? Hiks...hiks..."

Lucifer menangis sesegukan. Mesya yang melihat sungguh tidak tega. Mesya memeluk semakin erat, berharap Tuan mudanya sedikit tenang.

"Tuan muda bukan anak haram. Tuan muda punya Papa. Jadi sebutan itu tidak usah dihiraukan dan pikirkan."

"Tapi mereka selalu mengatakan seperti itu. Bahkan Papa juga mengatakan hal itu. Apa aku ini sebenarnya bukan anak papa hiks...hiks...Katakan, aku nak Papa kan?"

Mesya sungguh tak kuasa mendengar kesedihan mendalam perasaan tuan mudanya. Mesya ikut menangis sesegukan, mereka berpelukan semakin erat.

Namun siapa sangka, semua itu didengar oleh Ana. Ana tertawa melihat kesedihan Lucifer.

Lucifer dan Meysa yang melihat Ana dan Alex berdiri di pintu langsung melepas pelukan, dan menatap mereka berdua yang kini masuk kedalam kamar.

Ana duduk di kursi meja belajar Lucifer, menyilangkan kaki dan bersedekap dada. Menatap Lucifer dengan sinis.

"Apa kau tahu kenapa kami tidak menyukaimu?" Tanya Ana namun Lucifer tetap diam, seolah tidak peduli. Melihat wajah dingin Lucifer membuat darah Ana mendidih. Ingin membunuh anak haram itu.

"Akan ku beritahu alasan kami tidak menyukaimu dan tidak menerima mu di sini. Dengar baik-baik. Aku tidak akan mengulanginya. Jadi pasang telingamu dengan benar. KARENA KAU BUKAN ANAK BRAM!"

Deg

Jantung Lucifer seakan berhenti mengetahui kenyataan bahwa Papa Bram bukanlah Papa kandungnya.

Tes....

Air mata itu menetes tanpa disadari dan itu membuat Alex yang melihatnya senang.

"Kau itu bukan anak Papa. Tapi anak yang tidak jelas siapa Ayahnya."

"Apa yang dikatakan Alex seakan memperjelas semuanya dan itu membuat air matanya semakin deras mengalir.

Mesya yang mendengar tidak sanggup. Ia tidak tega melihat tuan mudanya mengetahui semua kenyataannya.

"Tuan muda,"

"Tidak! Pasti ini salah. Aku anak papa. Tidak mungkin Papa Bram bukan Papa ku. Papa Bram adalah Papa ku."

"Jangan keras kepala. Itu memang kenyataan nya. Coba kau pikir. Jika kau adalah anak Papa tidak mungkin papa dan semua keluarga papa membencimu. Tapi kenyataannya mereka sangat jijik dengan mu. Itu lah alasannya karena kau itu bukan anggota keluarga mereka."

"Tuan muda Alex hentikan. Jangan katakan itu lagi. Mesya mohon!" Mesya memohon agar Alex dan Ana tidak berkata lebih jauh. Mesya tidak ingin Tuan mudanya sakit dan hancur mengetahui kenyataan ini.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!