NovelToon NovelToon

Mawar Putih Berubah Merah

*Episode 1

"Dasar perempuan tidak tahu diri! Beraninya kamu keluyuran gak jelas di luar sana tanpa memikirkan rumah. Enak sekali hidupmu. Sudah numpang, tidak tahu malu lagi."

Begitulah sambutan sang mertua ketika Roslin terlambat pulang ke rumah jika ia pergi keluar. Padahal, dia pergi juga bukan tanpa ada sebab. Melainkan, karena di mintai membeli sesuatu atau mengurus sesuatu untuk kepentingan rumah itu juga.

Dua tahun usia pernikahannya dengan sang suami. Ros sama sekali tidak mendapatkan kebahagiaan. Malahan, yang dia dapatkan hanya penderitaan lagi dan lagi.

Diperlakukan tidak layak sebagai menantu sekaligus istri, Roslin masih berharap jika sang suami akan sadar kalau dirinya sangat mencintai suaminya itu. Tapi malang, sudah dua tahun waktu berlalu. Jangankan sadar, sikap acuh suaminya malah semakin menjadi-jadi.

Karena sikap acuh dari suaminya itu, si mertua yang sudah dasarnya tidak suka akan Ros sejak awal pernikahan, semakin bertindak semena-mena. Tidak hanya memperlakukan Ros sebagai pembantu dalam keluarga, dia bahkan memperlakukan Ros tanpa sedikitpun perasaan. Dia anggap, Ros seperti boneka yang tidak punya sedikitpun makna.

Ros yang malang hanya bisa diam saja saat diperlakukan tidak baik oleh semua orang. Karena dia berpikir, suatu hari nanti, kesabarannya akan berbuah baik. Mereka semua akan menyayangi dirinya layaknya keluarga yang sesungguhnya.

"Maafkan aku, Ma. Pergi dengan jalan kaki memang menghabiskan waktu lama. Karena tempat yang aku tuju itu sangat jauh. Mama tidak memberikan aku ongkos untuk naik angkot atau kendaraan umum lainnya."

"Lancang! Berani sekali kamu menjawab apa yang aku katakan. Kamu pikir kamu siapa, hah? Perempuan hina yang tiba-tiba menempel jadi benalu dalam keluarga kami. Ah! Entah dosa apa yang sudah aku perbuat sehingga putraku bisa menikah dengan perempuan hina seperti kamu."

Ucapan itu memang sangat menyakitkan buat Ros. Namun, dia memilih untuk diam saja sekarang. Karena jika ia menjawab, maka mungkin tidak hanya sakit hati yang akan ia dapatkan. Melainkan, sakit fisik juga.

Lelah secara fisik, Ros masih bisa bertahan dan tidak menganggap akan hal itu terlalu berarti. Namun, lelah secara batin, hal itu yang membuatnya semakin tidak kuat lagi saat ini.

Selain semua pekerjaan rumah yang ia kerjakan layaknya pembantu. Makan yang ia terima juga tidaklah baik. Karena dia hanya diberikan makanan sisa setelah keluarga suaminya selesai makan.

Jika ia mengadu pada suaminya, maka tanggapan suaminya akan sangat membuat dia semakin merasa sakit lagi.

"Kamu yang ingin menikah dengan aku, bukan? Lalu, kenapa sekarang kamu mengeluh."

Kata-kata yang sangat tidak ingin Ros ingat. Tapi terus saja terpikir dalam benaknya. Selain jarang pulang, dia juga tidak pernah menanggapi Ros jika ia ada di rumah. Ros ia nikahi mungkin hanya karena untuk dijadikan pembantu dalam rumahnya saja.

.....

Hari-hari berlalu dengan cepat. Semakin lama, Dewa yang menjadi suami Ros semakin jarang pulang. Hingga pada suatu hari, saat ia pulang, dia datang bersama seorang perempuan yang terlihat sangat cantik. Tentunya, karena dandanan yang ia kenakan membuat wajahnya terlihat begitu cantik.

Kedatangan perempuan itu membuat Ros sangat terkejut. Yang lebih parahnya lagi, mama mertua Ros malah menyambut hangat perempuan tersebut. Hal yang tidak pernah Ros terima walaupun sudah melakukan semua hal dengan susah payah selama ini.

Saat ini, Ros benar-benar tidak bisa menahan diri lagi. Jika selama ini dia mampu bertahan saat diacuhkan, tapi tidak dengan di duakan seperti sekarang. Karena itu, dia akan berontak sekarang juga.

"Siapa dia, mas Dewa! Setelah sekian lama kamu jarang pulang, setelah pulang, kamu malah datang bersama perempuan? Apa semua ini, hah?"

Ros langsung angkat bicara. Dia yang sebelumnya tidak pernah meninggikan suara, sekarang langsung melakukan hal tersebut karena sudah tidak kuat lagi. Sementara Dewa yang baru melihat hal tersebut, bukannya merasa tidak enak hati, tapi malahan langsung marah.

Dia langsung memberikan Ros tatapan tajam yang menusuk. Selanjutnya, dia cengkram tangan Ros dengan keras. Lalu, dia seret tangan itu menuju kamar mereka.

Mama mertua Ros dan perempuan yang datang bersama Dewa barusan malah memperlihatkan wajah senang akan apa yang baru saja terjadi. Sepertinya, mereka cukup puas dengan perlakuan Dewa pada Ros saat ini.

Sementara itu, Ros yang Dewa bawa ke kamar dengan cara mencengkram tangan dengan erat, langsung Dewa lepaskan dengan cara kasar. Kemudian, Dewa langsung mendorong Ros hingga terjatuh ke kasur.

"Dengar Roslin! Jangan pernah bicara dengan nada tinggi dihadapan ku. Karena kamu tidak layak berkata dengan nada tinggi. Kamu lupa siapa kamu? Yang ingin menikah dengan aku itu kamu, bukan? Jadi, jangan berani-beraninya kamu meninggikan suaramu di depanku. Mengerti?"

"Aku tidak akan meninggikan suaraku, mas. Tapi kamu sudah sangat keterlaluan. Lebih dari dua tahun usia pernikahan kita, tapi kamu tidak pernah menganggap aku ada. Pernikahan seperti apa ini?"

"Pernikahan yang kamu inginkan. Karena kamu sudah melakukan segala cara agar bisa menikah dengan aku, kan? Kamu yang mengejar aku dengan cara apapun sehingga aku tidak punya cara untuk menghindari kamu."

"Tapi, mas. Setelah semua yang aku lakukan padamu dan juga keluarga ini, apa kamu tidak punya sedikitpun rasa cinta untuk aku? Apa kamu tidak melihat sedikitpun ketulusan dalam cinta yang aku berikan? Bukan hanya untuk kamu, tapi juga buat keluargamu."

"Tidak. Tidak akan ada cinta yang bisa tumbuh dalam hatiku untuk kamu. Karena sebelum menikah, juga sampai saat ini, dalam hatiku sudah ada perempuan lain."

Ucapan itu langsung mengalirkan air mata di pipi Roslin. Sungguh, kata-kata itu begitu menyakitkan sampai membuat Ros langsung merasa sesak seakan tidak ada udara lagi yang bisa ia hirup. Namun, sekuat tenaga ia mencoba untuk tetap tegar.

Ros langsung menyeka air mata yang mengalir di pipinya. "Jadi, perempuan itu adalah orang yang kamu cintai, mas?"

Tanpa sedikitpun rasa ragu, Dewa langsung menjawab dengan mantap. "Ya. Dia adalah orang yang aku cintai. Cinta pertamaku yang selama ini mengisi hatiku. Yang membuat kamu tidak punya tempat sedikitpun dalam hati ini."

"Jadi, aku peringatkan padamu, Roslin. Jangan pernah menggunakan kata-kata kasar padanya. Atau kau akan tahu seperti apa kemarahan ku yang sesungguhnya."

Tidak hanya sekedar peringatan yang Dewa ucapkan, tapi juga pujian dengan hangat.

"Dia itu wanita yang berhati lembut. Jangan pernah membuat dia merasa bersalah sedikitpun. Aku tidak akan memaafkan mu jika sampai kamu membuat ia merasa tidak enak hati, Ros."

Setelah mengucapkan kata-kata itu, Dewa langsung meninggalkan kamar tersebut. Meninggalkan Ros yang diam membeku akibat peringatan dan juga pujian hangat yang suaminya berikan untuk perempuan lain.

*Episode 2

Setelah kejadian itu, hari-hari kembali berlalu seperti sebelumnya. Ros yang malang masih bertahan meski harapannya sudah pupus. Cinta yang ia harapkan, tidak sedikitpun berbalas.

Pengorbanan yang ia berikan di rumah ini, tidak dihargai sedikitpun. Si mertua malah terus membicarakan perempuan yang menjadi cinta dalam hati putranya tanpa memikirkan sedikitpun perasaan Roslin.

Bukan hanya itu, si perempuan pula malah sering datang ke rumah ini setelah kedatangan pertamanya bersama Dewa. Hubungan antara mertua Ros dengan perempuan itupun makin terlihat akrab satu sama lain.

Sejujurnya, Ros merasa sedikit iri akan perempuan itu. Dia yang baru datang saja bisa akrab dengan mama Dewa. Sementara diri Ros yang sudah lama berada di rumah ini, melakukan segala hal tanpa lelah, malah tidak dianggap ada sama sekali.

Namun, perempuan yang bernama Evaliana itu tidaklah sebaik yang Dewa katakan. Pujian yang Dewa berikan untuk perempuan tersebut sangat tidak nyata. Karena sebenarnya, perempuan itu tak lebih baik dari pada serigala berbulu domba. Baik hanya di depan Dewa saja. Sementara saat bersama Ros, perempuan itu malah terus menyudutkan Ros dengan berbagai cara.

Bukan hanya menyudutkan, tapi juga memfitnah Ros dengan lihai. Seperti beberapa hari yang lalu. Eva yang licik malah membuat drama seolah-olah Ros sudah mendorongnya hingga terjatuh. Karena ulahnya itu, Ros malah di marah habis-habisan oleh Dewa dan mama mertuanya.

Ros yang benar-benar malang tidak bisa membela dirinya sendiri. Karena semua penjelasan yang ia katakan, tidak sedikitpun di dengar oleh semua orang. Karena itu, Ros dengan putus asa membiarkan saja apa yang ingin mereka katakan tanpa melakukan apapun. Karena melakukan apapun, juga tidak berguna.

Sudah terlalu berat beban yang Ros rasakan. Harapan juga sudah tidak tersisa lagi. Karena itu, Ros berpikir untuk mengakhiri pernikahan yang tidak bisa sedikitpun memberikan ia kebahagiaan. Karena bertahan, juga tidak ada gunanya.

Ketika bertahan tidak berguna, maka keputusan terbaik adalah pergi. Karena itu, selama beberapa hari, Ros memikirkan keputusan yang telah ia ambil. Dan saat ini, dia pun sudah membulatkan tekat untuk pergi meninggalkan Dewa dan semua kisah cintanya yang tragis.

Namun, siapa sangka jika keputusan yang ia ambil tidak semulus yang ia harapkan. Baru juga dirinya berniat untuk membicarakan soal perceraian dengan suaminya, dia malah terjerumus ke dalam masalah yang lebih besar lagi.

"Aku tidak akan melakukan apa yang kamu minta, Mas! Setitik pun tidak akan rela diriku memberikan darah ini untuk perempuan itu."

Begitulah perlawanan Ros terhadap Dewa yang menginginkan Ros untuk menjadi pendonor darah buat Eva, kekasih tersayangnya itu. Dikabarkan bahwa Ros dan Eva punya golongan darah yang sama. Darah langka yang mungkin sulit untuk di dapatkan. Karena itu, Dewa bersikeras memaksa Ros untuk mendonorkan darah untuk Eva agar kekasihnya bisa selamat dari maut.

Ya. Katanya, Eva punya penyakit aneh. Selama beberapa tahun, dia menghindari Dewa hanya karena penyakitnya itu. Tapi tanpa sengaja, Dewa mengetahui kalau Eva mengindap penyakit. Dan Dewa pun bersikeras meyakinkan Eva kalau dia tidak akan pernah keberatan dengan kekurangan yang sang kekasih miliki. Karena itu, akhir-akhir ini mereka bersama kembali.

Namun saat ini, Eva malah jatuh sakit kembali. Penyebabnya adalah, karena dia tak sengaja jatuh dari tangga. Dan karena cedera itu, dia langsung membutuhkan darah dalam waktu dekat.

"Tidak ada yang bisa kamu lakukan selain memberikan darahmu secara sukarela, Roslin. Karena jika kamu menolak, aku akan memaksa kamu memberikan darah itu bagaimanapun caranya."

"Kamu tidak bisa melakukan itu padaku, Mas Dewa!"

"Kenapa tidak bisa? Bagiku, keselamatan Eva adalah segalanya."

"Bajingan. Aku ini istrimu, Mas. Setelah semua yang aku lakukan untuk kamu juga untuk keluargamu, kenapa tidak sedikitpun kamu bisa mengganggap aku ini sebagai istri, hah?"

"Jika kamu ingin aku anggap sebagai istri, maka lalukan apa yang aku katakan. Donor kan darahmu untuk Eva. Jangan buat aku semakin kesal, Roslin."

Ros tak habis pikir. Hatinya yang luka, kini semakin terasa perihnya. Sudah luka, malah disiram lagi dengan air garam. Sungguh luar biasa rasanya.

Setelah sama-sama terdiam selama beberapa saat, Ros pun angkat bicara. "Mari bercerai, mas Dewa. Dengan begitu, aku tidak akan mengganggu hidup kamu lagi. Dan aku pun tak perlu menjadi pengemis cinta dari suamiku sendiri."

Ucapan Ros barusan membuat Dewa merasa sangat kaget. Seketika, dia merasa hatinya mendadak kosong. Tapi, itu hanya buat sesaat saja. Karena detik berikutnya, wajah Eva yang sedang kesakitan pun mengisi penuh ingatan Dewa kembali.

Dengan tatapan tajam penuh dengan amarah, Dewa langsung menoleh ke arah di mana Ros saat ini sedang berdiri. Lalu, dia beranjak dengan langkah besar untuk mendekati Ros. Setelah tiba di depan Ros, dia cengkram tangan Ros dengan erat.

"Kita akan bercerai setelah kamu memberikan darah mu buat Eva. Karena aku tidak akan membiarkan kamu kabur tanpa menyelamatkan orang yang paling berharga dalam hidupku."

Kata-kata yang bagaikan pedang itu membuat jantung Roslin seakan berhenti berdetak. Tidak hanya itu saja, belum sempat Ros bernapas dengan baik, Dewa malah langsung menyeret tangannya untuk meninggalkan rumah.

"Tidak! Aku tidak mau pergi! Lepaskan aku, mas!" Ros terus berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Dewa. Tapi sayang, cengkraman itu seperti sudah terkunci. Bahkan, tenaga pria Dewa tidak mampu Ros lawan saat ini. Karena tubuhnya yang kurus itu, bukanlah tandingan Dewa yang kekar.

Tidak mampu melawan dengan tenaga, Ros pun berusaha melawan dengan kata-kata. Ia memelas agar Dewa melepaskannya. Mengatakan semua ketulusan dengan suara yang mengiba.

Tapi malang, Dewa sepertinya bukan manusia lagi saat ini. Tidak sedikitpun ia merasa tergerak untuk mendengarkan apa yang Ros katakan. Perempuan yang sudah menemani hidupnya selama beberapa tahun terakhir dengan semua ketulusan.

Dewa terus melakukan apa yang ingin ia lakukan. Membawa Ros masuk ke dalam mobil, lalu meminta pak sopir untuk menjalankan mobil tersebut menuju rumah sakit, tempat di mana Eva sedang di rawat saat ini.

Beberapa saat kemudian, mereka pun tiba ke rumah sakit yang ingin mereka tuju. Ros lagi-lagi di seret dengan paksa oleh Dewa untuk masuk ke dalam. Hingga akhirnya, mereka tiba di tempat pengambilan darah.

"Lepaskan aku! Aku tidak ingin memberikan setitik pun darahku untuk perempuan itu!" Ros berkata dengan nada tinggi sambil memberontak, melawan para petugas.

Para petugas pun terlihat enggan untuk melakukan pengambilan darah. Tapi Dewa tetap memaksa mereka melakukan tugas mereka dengan baik.

"Cepat ambil darahnya! Dia gak akan mati jika hanya kalian ambil darah, bukan? Sebaliknya, kekasihku akan meninggalkan jika kalian tidak melakukan tugas kalian dengan baik."

*Episode 3

"Cepat ambil darahnya! Dia gak akan mati jika hanya kalian ambil darah, bukan? Sebaliknya, kekasihku akan meninggalkan jika kalian tidak melakukan tugas kalian dengan baik."

"Tapi tuan .... " Salah satu petugas berucap dengan raut tidak tega.

Hal itu langsung membuat Dewa merasa kesal. "Kalian akan aku tuntut jika terjadi hal yang tidak diinginkan pada kekasihku. Sebaliknya, jika terjadi sesuatu dengan perempuan itu, akulah yang akan bertanggung jawab. Karena dia adalah orang ku."

Begitulah kata-kata Dewa terucap dengan sangat baiknya. Baik pula menusuk hati Ros yang saat ini sedang ada di dalam satu ruangan yang sama dengan Dewa saat ini. Hanya demi seorang kekasih, Dewa begitu tega mengorbankan perempuan yang sangat amat tulus memberikan segala yang ia miliki.

Air mata seakan tidak bisa menitik lagi. Ketika Ros sudah tidak bisa melawan, dia terpaksa hanya pasrah akan apa yang sedang terjadi. Saat para petugas itu menyedot darahnya, hanya pandangan kosong yang ia berikan tanpa berniat melawan.

Sungguh, pukulan berat barusan menyadarkan Ros akan pikiran yang selama ini ia pertahankan. Ketulusan tidak akan terlihat jika orang itu tidak ingin melihat. Cinta yang bertepuk sebelah tangan, sekuat apapun bertepuk juga tidak akan kedengaran.

Ros pun menutup mata rapat-rapat. Cinta yang dia punya untuk Dewa, mendadak musnah tak tersisa hari ini. Cinta yang besar, kini berubah menjadi benci yang dalam. Benci yang mengakibatkan dendam yang membara dalam hati Ros. Yang menciptakan semangat untuk balas dendam akan apa yang sudah dia alami selama ini.

....

"Aku sudah menandatangi surat cerai ini untukmu, Roslin. Sekarang, kamu bebas pergi ke manapun kamu inginkan." Dewa berucap sambil meletakkan selembar kertas di atas nakas yang ada di samping Ros.

Ucapan itu tidak membuat Ros bergeming sedikitpun. Tatapan kosong yang ia perlihatkan tertuju lurus ke depan. Namun, hal itu tidak ditanggapi sedikitpun oleh Dewa. Dia malah mengabaikan ekspresi apapun yang Roslin tunjukkan.

"Oh ya, aku juga sudah menyiapkan kartu ini untukmu," ucap Dewa sambil mengangkat kartu ATM berwarna hijau muda. "Di dalam kartu ini ada uang senilai dua puluh juta. Aku harap itu cukup sebagai tanda balas budi atas apa yang kamu lakukan padaku dan juga pada keluargaku."

Dewa pun meletakkan kartu itu di atas kertas yang sebelumnya dia tarok duluan di atas nakas tersebut. "Selanjutnya, kita tidak ada hubungan lagi. Jadi aku harap, kamu tidak akan pernah muncul dihadapan aku atau keluargaku lagi."

Ucapan itu membuat Ros langsung menggenggam erat sisi ranjangnya. Sesungguhnya, dia ingin sekali memukul Dewa dengan kedua tangannya sendiri. Tapi sayang, itu tidak bisa ia lakukan karena saat ini, dia seakan tidak punya tenaga sedikitpun. Semua itu karena darahnya banyak diambil beberapa waktu yang lalu.

Sementara itu, Dewa yang tidak punya hati, langsung meninggalkan ruangan tersebut. Ros menatap punggung itu dengan seribu rasa benci. Jika ia turut kan kata hati, maka ingin rasanya ia robek punggung itu dengan belati tumpul yang berkarat. Agar si pemilik dari punggung itu tahu bagaimana rasanya sakit karena terluka.

Ros yang kini penuh dengan rasa benci tidak ingin tetap tinggal di rumah sakit lagi. Dia kumpulkan semua kekuatan yang tersisa. Lalu, dengan sedikit kekuatan itu, dia menyeret kaki meninggalkan rumah sakit tersebut.

Ros yang malang hampir pingsan karena kekurangan tenaga saat melangkah. Di tambah dengan hujan yang turun dengan derasnya membuat Ros benar-benar kesulitan saat ini.

Dia pun merasa semakin pusing. Hingga akhirnya, Roslin benar-benar pingsan di pinggiran jalan raya yang sepi.

Tepat di saat itulah, sebuah mobil melintasi jalan raya tersebut. Meskipun jarak pandang sedang terbatas di tengah hujan, si sopir yang saat ini sedang mengemudi mobil dengan hati-hati tanpa sengaja melihat Ros yang sedang terbaring di pinggir jalan.

"Nyonya. Ada perempuan," ucap sopir tersebut sambil menghentikan mobilnya.

"Apa? Perempuan?" Perempuan paruh baya yang di panggil nyonya itupun berusaha melihat ke arah yang sopirnya sedang lihat saat ini.

Saat melihat Ros yang tergeletak, perempuan paruh baya itu langsung berucap tanpa berpikir panjang lagi. "Oh, ya Tuhan. Perempuan itu pingsan Jaka. Cepat bantu dia!"

"Tapi, nyonya. Bagaimana jika dia orang jahat?" Si sopir malah berpikir tentang sebuah kemungkinan saat ini.

Hal itu langsung membuat majikannya menatap kesal. "Jaka. Bagaimana jika dia benar-benar orang yang sangat membutuhkan bantuan kita?"

Karena permintaan majikannya, si sopir pun tidak bisa berkata terlalu banyak. Ia pun langsung menghampiri Ros untuk menolong perempuan malang itu.

Mereka pun membawa Ros ke rumah perempuan paruh baya yang ternyata hanya tinggal bersama para pembantunya saja. Perempuan tua itu adalah wanita kaya yang tidak punya siapa-siapa. Dia tinggal sendirian setelah kematian suami dan anaknya di sebuah kecelakaan fatal.

Namun saat melihat wajah Ros, wanita yang selama ini hidup dalam kesepian itu tiba-tiba merasakan kehangatan. Ros membuat ia merasa kasihan. Karena dengan tubuh yang kurus, Ros terlihat sangat memprihatinkan.

Karena itulah, perempuan tua yang bernama Rita ini berniat untuk menjadikan Ros sebagai cucu angkatnya. Dia akan menjadikan Ros sebagai pewaris satu-satunya yang sah akan semua kekayaan yang ia miliki selama ini.

"Bagaimana keadaanya, Dok?" Rita bertanya pada dokter yang baru saja selesai memeriksa keadaan Ros.

"Keadaannya sudah cukup baik, nyonya. Beruntung nyonya cepat memanggil dokter, karena keadaan perempuan ini sebelumnya sangat memprihatinkan. Dia seperti baru saja kehilangan banyak darah."

Penjelasan dokter membuat Rita terkejut. Dia pun melebarkan matanya sambil menatap lekat wajah Ros yang sedang terlelap dengan indah.

"Apa dia baru saja mengalami kecelakaan, Dok?"

"Bukan, Nyonya. Dia tidak kekurangan darah karena kecelakaan. Tapi, dia sepertinya baru kehilangan darah akibat pendonoran."

"Apa! Pendonoran? Bagaimana mungkin?" Rita terlihat sangat terkejut sekaligus prihatin atas nasib buruk yang sudah Ros alami. Dengan tatapan penuh rasa iba, dia melihat Ros yang kini terbaring lemas di hadapannya.

Semakin merasa kasihan dengan nasib malang yang Ros terima, Rita pun semakin ingin menjadikan Ros sebagai cucunya. Karena itu, dia perintahkan tangan kanan nya untuk menyelidiki siapa Ros sebenarnya. Setelah tahu latar belakang Ros seperti apa, maka Rita bertekad untuk segera mengurus segala yang saat ini ingin ia lakukan.

"Baik, nyonya. Akan saya lakukan perintah nyonya secepatnya."

....

Setelah melewati malam panjang, Ros pun akhirnya sadar dari pingsan keesokan pagi. Keadaan sekeliling yang sangat asing membuat Ros sedikit takut. Dengan memasang kewaspadaan yang tinggi, Ros pun bangun dari baringnya.

"Di mana ini?" Ros berucap sambil memegang kepalanya. Sedikit rasa pusing, tapi itu tidak berarti untuk Ros yang sudah terbiasa dengan yang namanya rasa sakit.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!