NovelToon NovelToon

Pengasuh Cantik Pemikat Hati

Bab 1 - Dipecat

Di hari itu, Ziana akan mengantarkan pesanan pelanggan ke tempat si pelanggan duduk. Ia membawakannya dengan hati-hati karena pesanan yang dipesan itu adalah makanan yang berkuah.

Ketika sedang berjalan kesana, tiba-tiba dari arah depan ada seorang pria yang tak memperhatikan jalan sehingga pria itu menabrak Ziana sampai semua pesanan pelanggan itu tumpah dan mangkoknya pecah semua.

Pyarrrrr

Ziana terkejut dan buru-buru membersihkan makanan yang tumpah itu. Pikirannya langsung tertuju ke si pelanggan yang sudah menunggu lama tapi yang ditunggu-tunggu malah jatuh ke lantai dan harus menunggu lama lagi. Ziana pun bangun dan melihat ke arah pria yang ada di depannya.

"Mas, tolong ya! Kalau jalan itu lihat-lihat! Jangan main hp sembarangan!"

Pria itu tidak terima disalahkan padahal memang dia lah yang salah. Ia malah meminta Ziana untuk ganti rugi karena pakaiannya kotor akibat tumpahan makanan yang mengenai pakaiannya. Juga ponselnya yang rusak.

"Itu salah Mas sendiri, kenapa malah minta ganti rugi ke saya?"

Karena suasana yang semakin memanas dan banyak dikerumuni orang, sang manager restoran pun datang. Ia langsung menatap ke arah Ziana dengan tajam dan meminta Ziana untuk menunggunya di dalam ruangannya. Ziana pun pergi dari sana setelah membersihkan makanan yang tumpah tadi.

Si manager langsung menanyakan keadaan pria itu. Ia tampak gelisah dan ketakutan saat melihat pakaian dan ponsel pria itu yang jadi korban. Ia langsung meminta maaf ke pria itu.

"Maafkan kesalahan pegawai saya Tuan Saka. Saya janji kejadian seperti ini tidak akan terulang kembali. Mari saya antarkan ke toilet dulu untuk membersihkan pakaian Anda."

"Tidak perlu, saya tidak jadi makan disini. Mungkin ini terakhir kalinya saya mengunjungi restoran ini. Karena ternyata Anda tidak memiliki pegawai yang baik."

Di saat Saka sudah membalikkan tubuhnya dan akan berjalan pergi, si manager memohon agar Tuan Saka tetap jadi pelanggan setia di restorannya.

"Baik, tapi dengan syarat, wanita tadi harus dipecat. Saya akan menganggap kejadian ini tidak ada, dan saya tidak akan meminta ganti rugi atas rusaknya ponsel saya."

"Baik Tuan Saka. Saya akan melakukannya."

"Bagus."

Namun, Saka tetap pergi dari restoran itu karena sudah tidak berselera untuk makan disana. Ia pun memasuki mobilnya dan melajukan mobilnya pergi jauh dari sana.

Si manager masuk ke dalam ruangannya dan langsung marah-marah ke Ziana.

"Ziana! Kamu sudah melakukan hal fatal sekali. Gara-gara kamu, saya hampir saja kehilangan pelanggan VIP dan setia saya. Pokoknya kamu dipecat! Mulai saat ini kamus udah tidak bekerja disini lagi!"

"Tapi Pak, tadi itu bukan salah saya, dia yang tiba-tiba nabrak saya Pak," ucap Ziana membela dirinya yang tidak salah.

"Halah! Banyak alasan kamu!"

Si manager mengambil uang yang ada di laci meja kerjanya.

"Itu uang pesangon kamu. Cepat pergi dan ganti pakaianmu!"

"Pak, tolong jangan pecat saya!"

Tapi ucapan Ziana itu tak dihiraukan oleh manager restoran itu. Ziana pun tak bisa melakukan apapun. Ia hanya bisa pasrah saja. Ia keluar dari ruangan manager dengan kepala yang tertunduk dan wajah yang lesu. Kalau ia dipecat, lantas bagaimana ia bisa menghidupi anak-anak panti dan membiayai perawatan ibu panti yang sedang sakit? Memikirkan hal itu saja, sudah membuat kepala Ziana pusing.

*

*

Saka mengendarai mobilnya kembali ke kantornya. Di depan gedung kantor, ia berpapasan dengan Oliv. Oliv terheran-heran dengan kedatangan Saka yang pakaiannya ada bekas makanan dan begitu tercium di indera penciumannya.

"Kamu abis ngapain? Kenapa baju kamu sampai kotor begini, Sak?"

"Abis ketemu orang nyebelin. Gara-gara dia baju aku jadi kotor begini," jawab Saka dengan kesal.

"Terus kamu jadi makan?"

"Nggak! Udah nggak berselera," jawab Saka.

"Ya udah ayo aku bantu pilihkan pakaian ganti untuk kamu."

Oliv pun tak jadi keluar untuk makan juga. Ia memilih untuk membantu Saka. Untuk urusan makan, mereka bisa memesan secara online. Tapi untuk menaikan mood Saka kembali, susahnya minta ampun. Sekalinya kesal, Saka bisa melampiaskan kekesalannya itu ke semua orang. Bisa dibilang dia ini bos yang galak.

*

*

Ziana berjalan luntang-lantung sambil mencari pekerjaan baru. Ia tidak bisa berdiam diri saja. Karena banyak orang yang membutuhkan dirinya.

"Ya Allah, lancarkan lah rezeki hamba. Semoga hamba cepat menemukan pekerjaan baru lagi."

Dengan senyuman palsunya, Ziana tetap bersemangat untuk menjalani hari. Ketika ia berjalan, ia melihat ada lowongan pekerjaan sebagai tukang setrika di tempat laundry. Ia pun masuk kesana untuk menanyakan mengenai lowongan kerja itu. Sayangnya, ia terlambat, karena sudah ada orang yang mengisi lowongan itu dan pihak laundry lupa mencopot iklan lowongan pekerjaannya.

Ziana terus berjalan tanpa henti sampai ia menemukan sebuah agen penyalur kerja. Ziana masuk ke dalam dan menanyakan tentang profesi apa saja yang bisa disalurkan di tempat tersebut.

"Disini, kami menyalurkan orang-orang untuk berkerja sebagai baby sitter, asisten rumah tangga, pengasuh orang tua, supir, dan masih banyak lagi yang lainnya. Kami juga bisa menyalurkan Mba kalau ingin bekerja ke luar negeri. Tentunya ada biaya yang harus Mba berikan ke pihak kami."

Ziana bodo amat dengan biaya yang akan ia keluarkan, yang terpenting ia bisa kerja dan segera mendapatkan uang lagi.

Pihak penyalur pun meminta data diri Ziana dan pengalaman kerja Ziana. Ziana pun mengisi data dirinya dan pekerjaan apa saja yang pernah ia lakukan. Untungnya, pihak penyalur kerja ini bukan penipu, ia memang menarik sedikit uang dari para pencari kerja, tapi masih dalam batas wajar.

"Untuk saat ini, lowongan yang tersedia hanyalah jadi TKW di luar negeri. Apa Mba mau?"

Hal itu terasa berat bagi Ziana, apalagi ibu panti yang ada di rumah sakit. Ia tak tega bila harus meninggalkan semua orang yang dicintainya dan merantau ke negeri orang.

"Sepertinya saya tidak bisa kalau bekerja di luar negeri Bu. Saya maunya kerja yang masih berada di kota yang sama. Kalau nanti ada info terbaru tolong langsung hubungi saya ya Bu."

"Baiklah Mba Zia, nanti akan saya kabari."

Ziana mengangguk dan ia pun langsung pergi dari sana. Ia berjalan pulang ke panti asuhan. Sebelum pulang, ia belanja kebutuhan panti dulu untuk dua minggu ke depan. Ia benar-benar berharap uang yang ia punya saat ini cukup untuk membiayai kehidupan mereka di panti.

Ziana pulang ke panti asuhan disambut dengan hangat oleh adik-adik panti. Bahkan ada yang membantu Ziana untuk membawakan belanjaan. Tapi, ada satu orang yang merasa heran, karena kakaknya pulang lebih cepat dari biasanya. Ia pun menghentikan langkah kakaknya.

"Kok tumben kakak pulangnya cepat? Biasanya kan kakak akan pulang jam 7 malam," tanya Raju, anak berusia 10 tahun.

"Daripada tanya itu, mending kamu pelajari lagi apa yang tadi di dapat di sekolah. Ada pr nggak?"

Raju mengangguk. Ziana pun menyuruh Raju untuk mengerjakan pr nya saja. Anak laki-laki itu menurut. Setelah kepergian Raju, Ziana duduk di kursi dan menghela napasnya. Apa jadinya, jika dirinya besok tak pergi keluar? Pasti adik-adiknya yang lain pun akan bertanya.

"Hufttt."

*

*

TBC

Bab 2 - Mendapat pekerjaan baru

Saka pulang ke rumahnya diantarkan oleh Oliv menggunakan mobil Saka. Ia ikut masuk ke dalam rumah tersebut, tapi dikagetkan dengan ruang tamu yang sudah berantakan.

Saka yang sudah tahu siapa pelakunya hanya bisa menghela napasnya. Sementara Oliv menganga tidak percaya.

Laki-laki itu berjalan ke teras samping rumah dan mendapati Oma Rasti yang sedang membuat ulah disana dengan membuang daun ke dalam kolam renang. Maklum saja semakin tua, sikap Oma Rasti seperti anak kecil yang suka cari perhatian.

"Astaga Oma!" Saka segera berlari dan menghentikan apa yang sedang Oma Rasti lakukan dan menyeretnya untuk menjauh dari kolam renang.

"Apa sih! Kamu ganggu kesenangan Oma tahu!" tutur Oma Rasti yang jadi ikut kesal ke cucunya.

Saka berusaha untuk sabar menghadapi Oma nya.

"Kalau Oma terus melakukan itu, kasian orang yang membersihkan kolam nantinya pasti kecapean Oma. Jangan terus bertingkah seperti ini Oma."

Oma Rasti menatap tajam ke arah Saka. Lalu berucap, "Makanya bawa Susi kemari lagi! Cuma dia yang bisa Oma ajak bicara! Kamu, Riki, mamamu dan pamanmu. Kalian tidak pernah peduli ke Oma!"

Saka mengacak-acak rambutnya frustasi. Sangat tidak mungkin ia membawa Susi, pengasuh Oma sebelumnya untuk kembali, wanita itu berhenti bekerja karena akan menikah. Mungkin sekarang dia sudah menikah dan ikut bersama suaminya.

"Oma dengarkan aku! Susi tidak bisa kembali lagi kesini. Dia sudah menikah dan ikut suaminya."

"Pokoknya bawa Susi ke sini! Kalau bisa, suruh suaminya kerja juga di rumah ini!"

Hal itu membuat Saka semakin pusing. Ketika melihat ART yang lewat ia memberikan kode untuk membawa Oma Rasti masuk ke dalam rumah. Setelahnya, Saka berjalan sambil menaruh jari tangannya di pelipis saking pusingnya. Padahal Susi baru resign dari pekerjaannya sebulan lalu, Saka berharap Oma Rasti tidak bertingkah seperti ini setelah Sisi pergi, tapi ternyata. Dugaannya salah.

Laki-laki itu menjatuhkan tubuhnya di atas sofa ditemani Oliv yang sedari tadi terus memperhatikan Oma dan Saka.

"Aku pusing Liv, kalau setiap hari Oma terus begini! Dia susah banget diaturnya. Kalau sudah nyaman dan deket sama orang, pasti nggak mau jauh. Sebenarnya aku nggak ingin Oma lebih dekat ke orang lain, yaitu pengasuhnya. Tapi gimana lagi? Huh! Tapi setelah pengasuhnya pergi, aku sendiri yang pusing!"

Olive menepuk pundak Sama untuk menenangkan laki-laki itu.

"Wajar saja, pasti dia seperti itu untuk cari perhatian cucu dan anak-anaknya Sak. Kalian semua sibuk bekerja, tak ada yang memperdulikannya di rumah. Oma kamu itu butuh teman untuk mengobrol."

Saka tahu apa yang dibilang Oliv memang ada benarnya. Ia pun sadar diri karena tak bisa terus menemani Oma nya. Padahal ia sangat menyayangi Oma nya itu. Ia terus berpikir, apa yang harus ia lakukan supaya Oma nya tidak bertingkah lagi.

Sampai akhirnya, Saka memutuskan untuk mencari pengasuh baru untuk Oma nya. Ia berharap dengan begitu, Oma nya bisa lebih tenang dan kelakuannya bisa terkontrol dengan baik. Ia menelpon agen penyalur kerja untuk meminta seorang pengasuh dari sana. Untungnya, ia orang kaya ponsel satunya rusak ia bisa beli lagi yang baru.

"Tolong carikan aku pengasuh yang pengalaman, cekatan dan tahan akan tekanan. Mau muda atau tua itu terserah yang penting tugasnya bagus. Segera datangkan ke rumahku. Kamu pasti sudah paham akan ucapanku. Cari yang bisa menginap."

"Baik Tuan Saka, akan saya Carikan yang sesuai kriteria."

"Bagus, aku tunggu segera."

Saka langsung mematikan ponselnya.

"Pada akhirnya kamu membutuhkan pengasuh lagi untuk menjaga Oma kamu."

"Mau gimana lagi? Aku tidak tahan, pulang kerja rumah selalu berantakan. Kasihan juga para ART yang harus bekerja berulang kali membereskannya."

"Tapi kalau semisal nantinya, pengasuh itu pergi, kamu akan kerepotan sendiri lagi Sak."

"Itu mah dipikir nanti saja. Yang penting Oma ada penjaganya dulu."

Oliv pun mengangguk. Ia akan pulang ke apartemennya. Saka pun menyuruh Oliv untuk membawa mobilnya saja daripada Oliv pulang naik taksi. Dengan senang hati Oliv menerima itu, lumayan irit ongkos.

*

*

Hari telah berganti, Ziana yang kini pengangguran tak pergi kemana-mana. Ia membantu orang-orang panti saja di rumah dari menyiapkan makanan, membersihkan panti juga mengantarkan anak-anak ke sekolah.

Ia menunggu kabar baik dari agen penyalur kerja. Ia berharap segera mendapatkan pekerjaan lagi. Ketika Ziana sedang mengemudikan mobil pick up nya, ia mendapatkan telepon dari agen penyalur kerja. Ziana pun sengaja memberhentikan laj weu mobilnya dan mengangkat panggilan tersebut.

"Mba Zia, ini ada lowongan jadi pengasuh seorang nenek di rumah keluarga kaya raya. Alamatnya tak jauh dari sini. Dilihat dari data diri dan pengalaman yang Mba tulis kemarin, sepertinya Mba akan cocok. Apa mau diterima? Kalau tidak, akan saya berikan ke orang lain. Untuk lebih jelasnya, Mba bisa datang ke kantor kami lagi."

"Eh, saya terima. Jangan dilemparkan ke orang lain," ucap Ziana yang tidak mau kehilangan kesempatan bagus itu.

"Baiklah, saya tunggu di kantor ya Mba untuk penjelasan lebih detail nya."

"Baik ibu, saya akan kesana segera."

Sambungan telepon itu pun tertutup. Ziana langsung melajukan mobilnya ke arah tempat agen penyalur itu berada. Di perjalanan, ia tak berhenti untuk tersenyum. Setidaknya ia bukan lagi pengangguran.

Mobilnya sudah berhenti di agen penyalur. Ziana langsung menemui Ibu Erni yang menelponnya tadi. Ibu Erni menjelaskan apa-apa saja yang diminta dari pihak sana.

"Seorang nenek yang kamu jaga nantinya itu banyak tingkahnya, kalau kamu mau bekerja disana. Kamu harus siap mental dan tekanan yang akan terjadi. Belum lagi, cucu sang nenek yang galak dan tidak suka dengan keributan dan kinerja pekerja nya yang buruk. Namanya Tuan Saka Anggoro, saya harap kamu siap."

"Saya sudah siap dengan semuanya Bu."

"Satu lagi, Tuan Saka mencari yang bisa menginap disana. Apa kamu bisa?"

Ziana tampak berpikir sejenak. Rasanya agak sulit.

"Tapi, bisa pulang di akhir pekan kan Bu?" tanya Ziana ingin memastikan.

"Kalau untuk masalah itu, kamu bisa bicarakan langsung dengan Tuan Saka nantinya."

"Baiklah."

"Kalau kamu sudah siap, kamu bisa datang langsung kesana. Saya akan konfirmasikan juga ke Tuan Saka."

Ziana mengangguk. Ia keluar dari agen penyalur itu lalu pulang ke rumahnya untuk mengemasi pakaian dan sedikit barang-barang yang ia butuhkan.

Sesampainya di dalam rumah, Ibu Farah, salah satu orang yang membantu Ibu Hesti di panti, terlihat kebingungan dengan Ziana yang mengemasi pakaiannya.

"Bu, aku akan kerja jadi pengasuh seorang nenek. Alamatnya tidak jauh kok. Tapi aku memang harus menginap. Jadi, aku minta maaf karena belum bisa membantu ibu di panti."

Ibu Farah mengerti.

"Iya tidak apa-apa. Lagipula, kamu bekerja banting tulang pun untuk memenuhi kebutuhan panti. Ibu akan menjaga mereka dan bilang ini ke Ibu Hesti di rumah sakit."

"Makasih ya Bu."

Ibu Farah pun mengangguk. Tak ada lagi obrolan di antara keduanya, karena Ibu Farah sudah tak ada lagi disana.

*

*

TBC

Bab 3 - Saka Anggoro

Ziana pergi ke alamat yang dikasih oleh Ibu Erni. Ia begitu tercengang ketika sudah sampai di lokasi, rumah megah dan mewah serta luas sekali pekarangan rumahnya. Ziana takjub, majikannya memang kara raya sekali.

"Cari siapa ya Mba?" tanya satpam yang berjaga.

"Eh, oh iya ini Pak. Saya pengasuh baru untuk nenek di rumah ini."

"Sebentar, saya akan konfirmasi dulu ke Tuan Saka."

Ziana mengangguk dan menunggu disana sambil berdiri. Tak lama kemudian, Ziana diantarkan oleh satpam itu untuk masuk ke dalam rumah. Pak satpam itu bahkan menjelaskan semua peraturan di rumah itu juga menunjuk seseorang yang kini tengah duduk di kursi yang ada di pinggiran kolam.

"Nyonya Besar yang akan kamu jaga. Orangnya banyak mau, cerewet dan susah untuk diatur, semoga kamu betah. Karena kebanyakan belum juga sebulan pasti akan langsung keluar dari pekerjaan ini kecuali pengasuh yang sebelumnya."

"Terus kenapa pengasuh sebelumnya keluar?"

"Katanya mau menikah. Makanya dia keluar."

"Oh begitu."

"Kamu tunggu saja disini. Tuan Sama sedang dalam perjalanan ke rumah. Kalau di depan dia, sebisa mungkin jangan natap matnya. Serem soalnya."

"Ah, si Bapak ini nakutin aja. Dia kan manusia juga Pak."

"Iya emang, cuma Tuan Muda itu sangat perfeksionis orangnya. Tidak suka keributan, tidak suka dengan suasana yang kotor dan masih banyak lagi yang lainnya. Lama kelamaan kamu pasti akan tahu sendiri. Kalau begitu saya tinggal ya."

"Iya Pak, terima kasih sudah mengantar."

Si satpam mengangguk lalu kembali lagi ke pos jaganya.

Di dalam rumah, Ziana mengamati pajangan yang ada disana. Biasanya di rumah keluarga kaya pasti akan ada foto keluarga besar mereka. Tapi disini tidak ada, adanya hanya lukisan-lukisan pemandangan saja.

Tak lama kemudian, terdengar suara langkah kaki dari depan, Ziana langsung berpikiran kalau itu adalah Tuan Saka yang datang dan dugaan Ziana itu memang benar. Ia langsung menunduk sambil mengenalkan dirinya.

"Saya Ziana Anastasia Tuan, orang yang dikirim pihak penyalur untuk jadi pengasuh di rumah ini," ucap Ziana kemudian mendongakkan kepala karena penasaran dengan wajah majikannya.

Betapa kagetnya Ziana saat tahu majikanya adalah orang yang membuatnya dipecat di pekerjaannya sebelumnya. Rasanya Ziana ingin sekali marah dan melampiaskan semuanya. Tapi ia tidak bisa, karena jika ia melakukan itu, pekerjaan yang ada di depan mata ini akan melayang jauh-jauh.

Bukan hanya Ziana saja yang terkejut tapi Saka juga. Laki-laki itu langsung meminta Ziana untuk pergi dari rumahnya karena ia tak mau orang seperti Ziana yang menjaga cucunya. Saka sudah bisa memastikan kalau Ziana orang yang ceroboh dan tak bertanggungjawab.

"Saya mohon Tuan jangan usir saya. Saya janji akan bekerja dengan baik. Maafkan saya atas perlakuan saya waktu itu. Meskipun bukan saya yang menabrak melainkan anda sendiri."

Mendengar hal tersebut, Saka langsung kesal lagi. Ziana langsung panik dan meminta maaf terus sampai Saka tidak mengusir dirinya. Ia membutuhkan pekerjaan ini, apalagi gajinya yang besar, lebih banyak 3 kali lipat dari gajinya di pekerjaan sebelumnya.

"Saya beri kamu kesempatan untuk menjadi pengasuh Oma saya selama satu bulan. Kalau selama sebulan itu kamu belum bisa dekat dan kinerjamu buruk, saya akan langsung pecat kamu!"

"Baik, siap! Akan saya laksanakan Tuan Saka!" jawab Ziana sambil memposisikan sikap hormat sempurna di hadapan Saka.

Saka memberikan kode ke Ziana untuk mengikuti langkahnya, untung Ziana ngerti kode-kodean jadi Saka tidak usah repot-repot banyak bicara.

"Oma, aku bawakan Oma pengasuh baru," ucap Saka yang datang tiba-tiba sambil membawa seorang wanita muda di belakangnya.

"Tidak mau! Oma maunya Susi! Cepat bawa Susi kesini lagi!" Oma menolak dan membalikkan tubuhnya memberikan penolakannya.

Saka menatap ke arah Ziana.

"Tugas pertama kamu, kamu harus bisa membuat Oma tidak menanyakan Susi lagi."

"Baik Tuan."

Ziana tampak berjalan mendekat ke Oma Rasti. Ia begitu gugup saat mengulurkan tangannya untuk berkenalan.

"Saya Ziana Bu, pengasuh ibu yang baru. Nama ibu siapa?" tanya Ziana yang mencoba pendekatan.

Namun Oma Rasti tampaknya tidak begitu peduli dan tak menanggapi ucapan perkenalan Ziana.

"Saya titip Oma saya. Saya akan ke kantor lagi. Nanti akan ada orang yang membantu kamu untuk menunjukkan kamar kamu."

"Baik Tuan, terima kasih."

Saka pun pergi dari sana membiarkan Ziana untuk mengahadapi Oma nya.

"Ibu, sudah makan?" tanya Ziana lagi.

"Jangan sok-sokan perhatian kamu! Sana pergi jauh-jauh! Saya tidak butuh pengasuh baru! Saya cuma ingin Susi."

Ziana pun tak bertanya lagi, karena ia dipanggil oleh seseorang. Rupanya orang itu adalah kepala dapur di rumah keluarga Anggoro. Namanya Bi Nana. Usianya mungkin seumuran dengan Ibu Hesti.

"Tuan sudah cerita kalau akan ada pengasuh baru untuk nyonya besar. Tapi bibi tidak menyangka, kalau pengasuhnya lagi-lagi masih muda. Semoga kamu bisa bertahan lama disini. Oh iya, mari bibi antarkan kamu ke kamar yang akan kamu tempati."

Bi Nana membawa Ziana ke kamar kosong yang sudah ia bersihkan. Disana sudah ada kasur, bantal dan juga lemari.

"Sekarang kamu bereskan pakaianmu dulu. Pindahkan ke dalam lemari. Nanti akan jelaskan informasi tentang nyonya besar."

"Terima kasih Bi."

Bi Nana mengangguk.

Setengah jam kemudian, Ziana telah selesai memindahkan pakaiannya ke dalam lemari dan menata sedikit alat make-up nya. Ia keluar dari kamar dan mencari keberadaan Bi Nana. Rupanya Bi nana sedang menyiapkan makan siang untuk nyonya besar. Ziana pun langsung membantu pekerjaan Bi Nana supaya cepat selesai.

"Aduh, Zia, tidak usah membantu bibi. Ini bukan tugas kamu."

"Tidak apa-apa Bi, lagipula, aku juga belum tahu bagaimana pekerjaanku."

Bi Nana pun tak bisa lagi menolak. Ia memasak sambil menjelaskan kebiasaan Nyonya besar dan apa yang disukai serta tidak disukai nyonya besar.

"Nyonya Besar itu sebenarnya sangat baik. Ia hanya bertingkah seperti itu untuk mencari perhatian dari cucu dan anak-anaknya. Dia selalu kesepian di rumah. Meskipun orangnya cerewet dan banyak maunya. Tapi kalau sekalinya dia nyaman sama orang, dia nggak mau orang itu pergi. Sama seperti Susi, Susi begitu dekat dengan nyonya besar."

Ziana mengangguk-angguk mengerti. Lalu ia mendengarkan lagi penjelasan dari Bi Nana.

"Kalau urusan makanan, nyonya besar itu orangnya pemilih sekali. Sekalinya di mulutnya tidak enak, dia tidak akan mau makan itu lagi. Begitu pula sebaliknya. Nyonya besar sangat suka menghabiskan waktunya di teras samping rumah, tepatnya di dekat kolam renang sepanjang harinya. Kadang dia pun pergi ke halaman belakang cuma untuk duduk-duduk aja sambil lihat kolam ikan. Andaikan anak dan cucunya mengerti betapa kesepiannya nyonya besar di masa tuanya."

"Memangnya kemana anak dan cucunya Bi?" tanya Ziana.

"Anak pertama nyonya besar bernama nyonya Venia yaitu mamanya dari Tuan Saka. Lalu anak keduanya bernama Tuan Hendri dan anaknya bernama Riki. Entah apa yang terjadi, bibi pun tidak mengerti, sampai mereka semua pergi dari rumah ini kecuali Tuan Saka. Padahal dulunya, keluarga ini begitu hangat dan harmonis."

Ziana pun jadi penasaran, tentang masalah yang terjadi sampai bisa memecah belah keluarga ini. Tapi ia pun sadar akan posisinya yang memang orang asing.

"Kamu bisa panggil nyonya besar dengan sebutan Oma. Dia tidak suka dipanggil ibu, atau nenek."

"Baik Bi. Saya akan ingat itu."

*

*

TBC

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!