"Lah? Yang lain pada kemana?" tanya seorang gadis, saat ia berdiri dan melihat ke sekelilingnya, teman-teman satu kelompoknya tiba-tiba menghilang. Kini ia berada di tengah hutan, banyak pohon besar dan juga tinggi di tempatnya berada kini.
Ia melangkahkan kakinya, berjalan lurus ke depan tak tau arah.
"Ya Tuhan, aku harus kemana?" gumamnya, kini ia ada di persimpangan 3 jalur. Gadis itu benar-benar kebingungan, antara harus mengambil arah kanan, kiri atau lurus.
"Sebenarnya, yang lain pada kemana sih? Kenapa aku di tinggal sendiri di sini? Aku kan tadi hanya berhenti sebentar, untuk membenarkan tali sepatuku saja." ucapnya dengan wajah yang mulai ketakutan, suasana terasa gelap. Karena pohon yang tinggi dan juga memiliki daun yang rimbun. Sehingga langit yang terang pun, akan terasa gelap.
Dengan ragu, ia pun akhirnya mengambil arah ke kanan.
"Semoga aku tidak salah ambil jalan" ia pun melanjutkan perjalanannya, dengan harapan bila jalan yang ia ambil tidaklah salah.
Gadis itu berjalan terus dan terus, sampai ia terkejut. Karena kini ia ada di persimpangan tadi, tubuhnya benar-benar merasa sangat lemas.
"Ya Tuhan, Astaghfirullah.... bagaimana bisa?" Sumpah, ia ingin sekali menangis saat ini. Namun, ia masih mencoba peruntungannya. Ia kembali melangkah dengan mengambil jalur kiri, seperti saat pertama tadi. Ia berjalan dengan tubuh yang mulai merasa sangat lelah, ia terus menahan tangisannya.
Lagi dan lagi, ia kembali terkejut. Ia kembali ke persimpangan yang sama, tubuhnya langsung merosot dan duduk di atas tanah. Gadis itu menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya, ia menangis dan menjerit tertahan.
Setelah beberapa saat, tangisannya pun reda. Dengan masih dalam keadaan sesegukan dan wajah yang terlihat kusut, juga basah. Ia mencoba untuk berdiri, walau jujur... tubuhnya kini benar-benar terasa sangat lemas. Ia tak tau, sudah berapa lama berada di hutan ini.
"Tinggal satu jalur lagi yang belum aku coba" gadis itu menutup mata dan membaca do'a dalam hatinya. Ia membaca surat-surat Al Qur'an yang ia hapal, setelah selesai... ia kembali melangkah dan berjalan lurus ke depan.
"Bismillah ya Allah, lindungilah aku dan bantulah aku keluar dari sini. Maafkan aku, bila aku sudah menyinggung kalian para penghuni hutan. " gumamnya pelan
Dengan terseok-seok, gadis itu terus melangkah. Energinya seolah tersedot, amat sangat banyak. Padahal, ia hanya berjalan tanpa arah. Tetapi, badannya seolah telah melakukan pekerjaan berat seperti membawa beban berat.
Sayup-sayup terdengar beberapa orang memanggil namanya.
"DENAAAAAA"
"DENAAAAAA"
Gadis yang merasa namanya di panggil, mempercepat langkahnya dengan tenaga terakhir yang ia punya.
BRUGH
Dena tersandung batu, sehingga membuat nya terjatuh dan melukai lututnya terkena gesekan tanah.
"DI SINIIIIII" teriaknya yang sudah tak sanggup untuk berdiri
"DENAAAAA" teriak orang-orang lagi
"TOOOOLOOOOONG"
"Hei, berhenti. Coba dengarkan..." ucap salah satu orang
"TOOOOLOOONG"
"Itu suara Dena"
"DENAAAAA, KAMU DIMANAAAA"
"TOOLONG, AKu,,, aku di sini." ucap Dena yang semakin melemah
"KETEMU, DIA DI SINI" teriak salah satu orang
Orang-orang yang membantu pencarian, langsung berlarian ke arah dimana Dena berada.
Samar-samar ia melihat banyaknya orang menghampiri dirinya, ia sempat tersenyum sebelum akhirnya tak sadarkan diri.
'Alhamdulillah' gumamnya dalam hati
Kini orang-orang tersebut, langsung bahu membahu menolong Dena. Untung ada yang membawa tandu, Dena pun di baringkan di atasnya. Mereka pun membawa Dena turun gunung, dan berniat melarikannya ke Rumah sakit terdekat.
'Sepertinya anak itu, telah melanggar apa yang sudah di ucapkan oleh kuncen gunung.'
'Kamu benar'
'Padahal sudah di bilangin, kalo ke gunung yang masih lekat mistis jangan suka macem-macem.'
'Susah, anak-anak kalo bisa di bilangin. Ga akan ada korban atuh'
Kasak-kusuk percakapan para warga terdengar.
.
.
"Kamu sudah dengar belum kak?" tanya Maya pada Syahid
"Apa?" ucapnya balik tanya
"Dih... dasar es batu." gerutu Maya
Kini mereka sudah berada di kelas 1 SMA, seharusnya masih kelas 3 SMP. Namun , karena ingin satu kelas dengan Ita. Mereka mengikuti ujian lompat kelas, agar satu angkatan dengannya, sebenarnya Ita bisa saja mengikuti akselerasi dan sudah menyelesaikan pendidikannya di SMA di usia 14 tahun. Tetapi, entah kenapa ia merasa nyaman dengan dirinya yang mengikuti pelajaran sesuai arus.
Hobinya yang senang membaca, membuatnya mudah menangkap dan memahami. Kini ia sudah seperti perpustakaan berjalan, banyak teman yang bertanya dan Ita pun dengan senang hati menjawabnya.
Kini usia Ita hendak menginjak 17 tahun dan si twin prince dan princess berusia 16 tahun, kini mereka semua berada di kelas yang sama.
"Teh ita" panggil Kira
"Apa sayang?" tanya Ita yang langsung menutup buku bacaannya.
Mendengar panggilan Ita yang terkesan sangat sayang dan juga suaranya lembut, membuat Kira tersenyum lebar. Ia menaik turunkan alisnya pada Maya, sehingga membuat Maya mengerucutkan bibirnya karena iri.
Ita yang sudah biasa melihat dan mendengar perdebatan adiknya ini, hanya menggelengkan kepalanya sembari tersenyum.
"Kakak juga sayang sama Maya ko, sini sini..." ucap Ita, seraya menepuk tempat kosong di sebelah kirinya. Karena di sebelah kanan tempat ia duduk, sudah terisi Kira.
Maya memeletkan lidahnya pada Kira, dan duduk di tempat yang di tepuk Ita.
Sedangkan Syahid dan Sahin hanya memutar malas kedua bola mata mereka.
"Apa hmm? Kira mau cerita apa?" tanya Ita
"Oh, iya.. aku sampe lupa." ucap Kira seraya menepuk pelan dahinya.
"Kurang keras, sini gue bantuin." Maya langsung menepuk kening Kira cukup keras, sehingga membuat kepala Kira sedikit ke belakang.
"MAYAAAA" teriaknya, Ita merapatkan kedua matanya karena teriakan Kira.
"Mau sampai kapan kalian berdebat dan bertengkar seperti ini? Jadi cerita tidak?" tanya Ita dengan sabar
Maya dan Kira pun terdiam, melihat wajah Ita yang sedikit lelah. Membuat mereka berdua merasa bersalah, mereka pun memeluk Ita dan meminta maaf.
"Maaf kak" ucap mereka kompak
Ita membalas pelukan mereka dan mengusap punggung si twin princess.
"Oke, kakak maafkan. Jadi, mau cerita apa tadi?" tanya Ita
"Oh iya kak, ini tentang Dena salah satu anggota komunitas pendaki gunung." jawab Kira
"Ohhh.. anak kelas X bahasa itu?" tanya Maya, Kira mengangguk mengiyakan
"Kenapa dengan Dena?" tanya Ita
"Setelah hilang 3 hari di gunung, akhirnya ia di ketemukan pagi tadi." jawab Kira
"Hah?" hal itu cukup membuat Ita, Maya, Syahid dan Sahin terkejut
"Emang kapan hilangnya? Kenapa?" tanya Ita beruntun
"Ya hilangnya berarti 3 hari yang lalulah, kan tadi aku udah bilang hilang 3 hari di gunung." jawab Kira kesal
"Ko aku ga denger ada berita orang hilang?" tanya Maya
Syahid dan Sahin hanya diam menyimak sedari tadi.
"Iyalah, orang berita itu di tekan oleh pihak sekolah dan keluarganya. Yang tau hanya kepala sekolah, keluarganya dan komunitasnya." jawab Kira
"Terus, kamu tau darimana ?" tanya Sahin
"Yeee... Kira mah gini-gini juga, selalu tau berita terkini kelesss." jawab Kira seraya berdesis, sehingga membuat Sahin malas untuk kembali bertanya.
...----------------...
......Happy Reading
all 💞💞💞......
Sekilas Info ini mah🤭
Kita coba kembali mengingat pemeran-pemerannya.
Jujur, aku sendiri lupa. Sampe harus kembali baca dari season pertama
Mayumi Kyra Anindira (Yumi)
Narendra Putra Zandra (Rendra)
Nala Putri Zandra (Nala)
Maria (teman hantu Yumi)
Aarav Gerald Zandra (daddy)
Bianca Ayu Zandra (mommy)
Mbah Priuk
Abi Ahmad
Umi Mariam
Burhan (komandan polisi)
Sahabat yang akhirnya menjadi pasangan
Jonathan
Edgar (Suami Nala)
Gilang
Sari
Rahma
Season 2
Afwa Zaki Rahmi Zandra (Afwa)
Afwi Zaki Rahmi Zandra (Afwi)
Alice Natsha Putri Zandra (Alice)
Aurora Putri August (Aurora/ Rora)
Fiona Mikayla (Kay), istri Afwa
Eni Sri Wulandari (Sri), istri Afwi
Rio (adik angkat Kay)
Abrisam Mannaf Davies (Abi), suami Alice
Huanran Davies (ibu Abi)
Muhamad Cattegirn Davies (ayah Abi)
Ivanka KInarian Davies (kakak Abi)
Geng Gesrek
Rosa
Bara
Teguh
Fitri
Saga
ni Eka
Segitu dulu weh ya....
Lupaaaaa..... Seandainya ada yang kelupaan, coba tulis di komentar. Itu mah baru pemeran di Season 1 ma Season 2, kalo season 3 mah.. Mau aku ingat-ingat dan baca-baca.
Kebanyakan pemeran kali ya🤣🤣
SEKALI LAGI, HAPPY READING
SEMUANYA😘😘
Jangan lupa tinggalin jejak yaaaa😣
"Yeee... Kira mah gini-gini juga, selalu tau berita terkini kelesss." jawab Kira seraya berdesis, sehingga membuat Sahin malas untuk kembali bertanya.
"Dih... males bangeeett" gerutu Maya, namun tak di pedulikan oleh Kira
"Emang dia hilangnya di gunung mana?" tanya Ita
"Gunung Lawu" jawab Kira
(Gunung Lawu berada di daerah perbatasan antara Karanganyar-JAWA TENGAH dengan Magetan-JAWA TIMUR)
"Bukannya gunung itu memang terkenal cukup angker kan?" tanya Sahin
Kira mengangguk....
"Aaaahhh.... Pasar Hantu" ucap mereka serentak
"Maaf"
Saat mereka tengah asyik berbincang, tiba-tiba ada seorang siswa yang datang mendekat dan menginterupsi. Sehingga membuat twin prince dan twin princess, langsung menatap datar dan dingin pada siswa itu.
GLek
Ita menghembuskan nafasnya pelan, beginilah mereka berempat. Mereka hanya akan bersikap ramah pada orang-orang terdekat saja, namun akan bersikap dingin bila di depan orang lain.
Termasuk Maya dan Kira...
Maya dan Kira padahal dulu sangatlah ramah dengan siapa pun, namun karena saat SMP ada kejadian tidak mengenakan. Akhirnya membuat mereka berdua berubah 180°, sifat ramahnya hilang dan selalu menjaga jarak dengan siapapun. Di antara semua keluarga, Maya dan Kira merupakan twin yang tidak bisa mendengar isi hati orang, sehingga mereka tidak tau bagaimana sifat sebenarnya orang-orang yang ada di sekitarnya.
Flashback
Dulu, Maya dan Kira mau berteman dengan siapa saja. Mereka berdua, merupakan orang kaya yang di sukai banyak orang karena ramah dan juga baik hati. Dan sampai suatu hari, dimana mereka sedang berada di pelajaran olahraga. Maya dan Kira berniat masuk ke kelas, karena minumannya tertinggal di kelas. Sedangkan teman lainnya sudah pindah tempat ke lapangan, namun baru sampai depan pintu. Mereka berdua mendengar ada suara benda jatuh, mereka pun bergegas membuka pintu dan masuk ke dalam kelas.
Di dalam sana, mereka melihat ada seseorang yang jatuh dari atas kursi. Dia adalah salah satu siswi yang sangat pendiam di kelasnya, karena merasa kasihan. Maya dan Kira mendekat, hendak membantunya untuk bangun.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Kira
"Ko kamu bisa terjatuh?" tanya Maya
Namun, saat mereka tengah membantu siswi tersebut. Tiba-tiba dia menangis terisak, sampai mengeluarkan suara yang cukup kencang. Sontak saja membuat Maya dan Kira terkejut, mereka pun hendak bertanya. Tetapi, pertanyaannya kembali tertelan saat siswi itu tiba-tiba berbicara di luar fakta.
"Kenapa kalian sangat jahat padaku? Padahal kan aku tak pernah mengganggu kalian?" ucap siswi itu
"Hah? Kamu ini bi...
"MAYA, KIRA" teriak seorang guru di belakang mereka
Kira dan Maya langsung berbalik karena terkejut, guru itu langsung melangkah mendekat ke arah mereka bertiga.
"APA YANG KALIAN LAKUKAN? JADI SEPERTI INI YA KELAKUAN KALIAN DI BELAKANG KAMI, SEPERTI PREMAN SAJA." kembali guru itu berbicara dengan nada tinggi, sehingga mengundang orang-orang yang ada di luar kelas. Sedangkan siswi yang terjatuh tadi, menyembunyikan senyuman dengan cara menundukkan kepalanya.
Maya dan Kira bukanlah anak bodoh, namun mereka masih diam tak mengucapkan apapun.
"Keluarga kaya dan juga Budiman, tak menjamin memiliki keturunan yang juga memiliki sifat sama. Contohnya seperti kalian, yang tega mencelakai teman sekelas kalian sendiri." tuduh guru tersebut
"Atas dasar apa, ibu menuduh kami yang sudah mencelakai DIA?" tanya Maya dengan suara dingin dan muka datarnya, begitu juga dengan Kira. Tak ada rasa hormat maupun wajah ramahnya.
Kini di luar kelasnya, sudah banyak siswa dan siswi yang menonton perdebatan itu.
"Ibu ada bukti? Apa ibu melihat sendiri, saat DIA terjatuh tadi? Apa ibu melihat kami yang melakukan kejahatan yang ibu tuduhkan tadi?" tanya Kira tak kalah dingin, sembari menunjuk wajah siswi yang tadi.
Sehingga membuat guru, siswi yang memfitnah mereka berdua dan juga orang-orang yang ada di luar kelasnya merasakan perubahan suasana tersebut. Terasa sangat mencekam dan juga sangat dingin.
"I ibu memang tidak melihatnya, tapi ibu mendengar yang ia ucapkan." jawab guru tersebut
Maya dan Kira langsung tersenyum sinis
"Dan ANDA PERCAYA BEGITU SAJA?" tanya Kira dengan penuh penekanan
"Ck ck ck... Apa saat dulu anda mendapat gelar seorang guru, anda di beritahu mengenai TUGAS SEORANG GURUKAH? Saya rasa, itu adalah pengetahuan dasar bukan? Tapi, akan saya ingatkan kembali mengenai hal tersebut. Tugas utama seorang guru adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik." terang Maya
"Seharusnya, sebelum anda meneriaki dan menuduh kami sebagai orang yang mencelakai DIA. Anda mencari tahu terlebih dahulu, mengajak orang yang di anggap korban dan pelaku untuk duduk bersama. Tanyakan pada keduanya dengan baik bagaimana kronologi kejadian, dengarkan jawaban mereka, dan tatap mata juga wajah mereka saat mereka berbicara." lanjut Kira
"Karena hal itu yang di AJARKAN oleh KELUARGA KAMI, bila kami terlibat pertengkaran." sela Maya
Guru itu terdiam, ia merasa tertampar dengan keras dengan ucapan kedua siswinya.
"Bila masih ragu dengan jawaban keduanya, anda kan bisa mencari bukti dengan melihat rekaman CCtv. Dari situ, anda sebagai guru bisa melihat siapa yang benar dan siapa yang salah." ucap Syahid yang baru saja masuk, di susul oleh Sahin.
DEG
Siswi yang tadi menuduh Kira dan Maya, langsung pucat. Kenapa ia bisa sebodoh ini? Kenapa ia bisa lupa dengan letak CCtv di kelas ini?
Syahid dan Sahin saling tatap dan tersenyum smirk, saat mendengar isi hati gadis di belakang saudarinya.
Mereka yang sejak tadi menunggu kedua saudarinya di lapang, akhirnya menyusul ke kelas karena Maya dan Kira tidak kembali ke lapang. Mereka berdua terkejut, saat melihat di depan kelasnya sudah banyak orang. Syahid dan Sahin pun mempercepat langkahnya, mereka khawatir terjadi sesuatu pada kedua saudarinya.
Saat sampai di depan kelas, ia merasakan kemarahan di dalam kelas. dan mereka juga mendengar ucapan Maya dan Kira yang saling bersahutan.
GLEK
Guru itu susah payah menelan salivanya, saat kini sudah ada 4 muridnya berdiri di hadapannya. Apalagi, 4 murid di hadapannya bukanlah anak-anak biasa. Tambah lagi ia sudah melakukan banyak kesalahan, pertama meneriaki, kedua menuduh dan ketiga mengatai mereka.
'Bener tuh, main bentak-bentak aja.'
'Mana main tuduh lagi'
'Itu lagi, yang mitnah jahat banget. Luarnya aja keliatan polos, pendiem.. taunya menghanyutkan.'
'Bijak dong bu'
Dan banyak lagi protesan-protesan para murid di luar, sehingga membuat siswi yang menjatuhkan dirinya dan juga guru tersebut terdiam karena malu.
"Ada apa ini? Kenapa kalian semua di sini? Bukankah masih jam pelajaran? Masuk kalian ke kelas masing-masing" ucap seorang guru yang baru saja datang.
'*HUUUUU.... pak Muji mah ga asyik.'
'Penasaran pak, gimana endingnya*.'
"BUBAR BUBAR" teriak guru tersebut, para murid pun membubarkan diri seraya menggerutu.
"Ada apa ini bu Sri?" namun pertanyaannya tidak di jawab, ia pun berbalik dan menatap kelima muridnya.
"Ada apa ini nak Syahid, Sahin, Maya, Kira, Puja?" tanya pak Muji kembali, ia bingung dengan mereka. Tambah lagi melihat wajah pucat nya Puja.
"Untuk lebih jelasnya, sebaiknya kita lihat rekaman CCtv saja pak dan juga agar mempersingkat waktu." jawab Syahid, pak Muji pun setuju.
...****************...
......Happy Reading
all💞......
"Untuk lebih jelasnya, sebaiknya kita lihat rekaman CCtv saja pak. Dan juga agar mempersingkat waktu." jawab Syahid, pak Muji pun setuju.
Karena penasaran, pak Muji berjalan lebih dulu ke ruang pengendali CCtv. Tepatnya ada di samping ruang kepala sekolah, di susul Syahid dan yang lain. Termasuk guru yang bermasalah dengan si kembar, ia penasaran dengan kebenarannya.
Sedangkan Puja, si tersangka pemfitnahan. Masih terdiam mematung duduk di dalam kelas, kini tubuhnya bergetar hebat dan ketakutan.
Cemas, takut, dan juga menyesal yang bergabung menjadi satu.
"Bagaimana ini?" gumamnya
.
tok tok
"Selamat siang" ucap pak Muji pada petugas ruangan tersebut.
"Selamat siang pak, ada yang bisa kami bantu?" tanya pak Rian
"Begini pak Rian, saya ingin melihat rekaman CCtv di kelas 8A. Karena di kelas tersebut ada satu kejadian yang membuat beberapa murid dan juga guru berdebat, saya ingin melihat bagaimana kejadian sebenarnya." jawab pak Muji
"Begitu, mari silahkan pak. Kapan kejadiannya?" pak Rian langsung mengoperasikan keyboardnya dan memperbesar rekaman di kelas 8A, di sana terlihat Puja yang masih diam terduduk id tempatnya.
"Saat pergantian pelajaran pak" jawab Sahin
Pak Rian memundurkan waktunya, itu artinya di jam 09.30. Setelah mendapatkan yang di inginkan, pak Rian mem play rekaman tersebut.
Di sana sangat jelas, bila Puja menjatuhkan dirinya sendiri dari kursi. Tak lama, terlihat pintu terbuka dan masuklah Kira dan Maya. Di sana terpampang jelas bagaimana kejadian dimana guru itu tiba-tiba masuk dan juga mereka mendengar teriak dan bentakan dari guru tersebut. Mereka juga melihat, bagaimana cara Kira dan Maya menghadapi guru tersebut, mereka juga mendengar ucapan demi ucapan yang di ucapakan oleh Kira dan Maya.
Berbagai ekspresi yang ada di ruangan tersebut.
Pak Rian yang tak percaya, melihat kelakuan siswi tersebut dan juga ucapan yang di lontarkan oleh seorang pendidik. Ia juga merasa kagum dengan cicit pemilik sekolah ini, yang menghadapi guru yang kini berdiri di sampingnya dengan tenang. Walau, terlihat sangat jelas bila di setiap ucapannya ada penekanan juga kemarahan. Tetapi, mereka masih menahan diri agar tidak sampai lepas kontrol.
Namun, Pak Muji juga merasa marah dan juga malu, marah karena ternyata salah satu gurunya sudah berbuat semena-mena dan sembarangan menacaci maki murid yang tidak bersalah. Malu, karena mendengar ucapan yang di ucapkan oleh Kira dan Maya.
Bu Sri yang malu, menyesal dan cemas karena takut di pecat.
Masalah itu pun sebenarnya sudah selesai, dengan permintaan maaf dari bu Sri dan Puja. Mereka juga sudah mendapat teguran keras dan hukuman yang setimpal. Hal ini pun di ketahui oleh keluarga besar Zandra, dan tentu saja mereka murka. Hampir saja Alice mengamuk dan memporak porandakan sekolah, bila seandainya tidak di tahan oleh Yumi.
Abi juga merasakan hal yang sama, namun ia masih bisa mengendalikan diri. Dan berusaha menenangkan Alice, mendengar kedua putranya bisa mengatasi masalah dengan kepala dingin. Abi merasa bangga pada mereka, juga pada Kira dan Maya.
Alasan Puja melakukan hal tersebut, hanya karena rasa cemburu. Melihat Kira dan Maya dengan mudahnya berbaur dengan banyak murid dan juga merupakan murid pintar, baik di kelas maupun di sekolah. Walau Maya dan Kira sudah memaafkan mereka, namun tak membuatnya melupakan kejadian itu. Sehingga membuat Kira dan Maya merubah sifatnya, menjadi dingin seperti kedua saudaranya.
Walau keluarga Zandra sudah memberikan pengertian pada Kira dan Maya, namun ternyata rasa sakit di tuduh tak bisa hilang.
FLASHBACK OFF
"Maaf"
Melihat kegugupan pada siswa tersebut, membuat Ita bertanya padanya untuk mencairkan suasana.
"Ada apa?" tanya Ita
Kini mereka ada di taman, tempat di mana nenek kakek dan kedua orangtuanya beristirahat di sekolah.
"A Anu Ta, twin prince dan twin princess di minta menghadap kepala sekolah." jawab siswa tersebut
"Ada apa?" tanya Maya dingin
"I itu, aku tidak tau. Aku hanya di minta untuk menyampaikannya pada kalian. Kalau begitu, aku permisi." jawab siswa tersebut, seraya pergi meninggalkan mereka berlima dengan seribu langkah.
"Gila gila... hanya dengan tatapan mereka saja, aku serasa akan menjadi es batu. Menakutkan." gumam siswa tersebut saat sudah jauh dari taman tersebut.
"So?" tanya Ita
Maya dan Kira menghembuskan nafasnya dengan kasar.
"Datangilah, aku yakin bila ini ada hubungannya dengan siswi yang bernama DENA." jawab Kira dan di angguki Maya, Syahid dan Sahin
"Ya sudah, sana" titah Ita
"Ck, kakak juga harus ikut." ucap Maya, seraya menarik tangan Ita dan menyeretnya dengan pelan
"Selaluuuu saja" ucap Ita, Syahid dan Sahin yang ada di belakang tersenyum.
tok tok
"Masuk" ucap kepala sekolah
"Assalamu'alaikum, selamat siang pak" salam Ita
"Wa'alaikum salam, kalian sudah di sini. Masuk masuk..." jawab pak kepala sekolah
Ita, Maya, Kira, Syahid dan Sahin masuk ke dalam, tak lupa mereka memncium punggung tangan kepala sekolah.
"Duduklah" pinta kepala sekolah, ia merasa bangga dengan kelima muridnya ini. Mereka selalu menjunjung tinggi adab kesopanan pada yang lebih tua, cara keluarga Zandra mendidik penerusnya sungguh sangat baik dan berhasil.
"Ada apa bapak memanggil kami?" tanya Kira
Kepala sekolah menghembuskan nafasnya pelan, cicit dari seorang Aarav benar-benar menuruni sifat dingin dan to the point dari dirinya.
"Bapak ingin meminta tolong pada kalian, ini mengenai Dena. Salah satu anggota komunitas pendaki gunung, pagi tadi ia di temukan sudah dalam keadaan tidak sadarkan diri. Dan sampai saat ini ia belum juga siuman dan tubuhnya juga terus demam, padahal dokter sudah memeriksa dan hasilnya nihil. Tak ada masalah sama sekali dengan kondisi tubuhnya, bahkan ia juga sudah di berikan obat penurun panas. Tetapi, semuanya tak ada pengaruh sama sekali" jawab pak Sugeng sang kepala sekolah
"Lalu? Apa yang harus kami lakukan pak?" tanya Ita
"Bapak minta tolong pada kalian, tolong lihat siswi tersebut dan kenapa hal ini bisa terjadi padanya? Jujur, bapak tidak tega melihat ibunya terus-terusan menangis. Melihat kondisi putrinya yang belum sadarkan diri hingga saat ini." pinta pak Sugeng
Ita hanya diam tak berbicara lagi, sedangkan 4 orang bersamanya menghembuskan nafasnya pelan.
Mereka berempat menatap Ita, Ita tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Baiklah pak, kami akan membantu." ucap Sahin
"Kapan kami harus ke sana?" tanya Syahid
"Sekarang, kalian akan bapak beri ijin untuk pulang terlebih dahulu. Kalian langsung saja ke Rumah Sakit xxx, ia ada di ruangan Anggrek. Ahhh... tidak tidak, biar bapak ikut dengan kalian saja. Agar bapak bisa menjelaskan, bila kalian bisa membantu." jawab pak Sugeng lega
"Dengan kak Ita kan pak?" tanya Kira
"Tentu saja, kalian berlima." jawab kepala sekolah cepat, ia tau bila mereka berlima tidak bisa di pisahkan.
Apalagi Kira dan Maya, sama sekali tidak mau jauh dengan Ita. Sifat Ita yang lembut dan juga penyayang, membuat mereka semua merasa nyaman berada di dekatnya. Bukan hanya keluarga Zandra yang merasa nyaman dengan kehadiran Ita, namun semua orang yang mengenal Ita.
Entah magnet apa yang di miliki Ita, sehingga bisa menarik orang-orang untuk cepat menyukai dan menyayanginya.
Kini, kepala sekolah dan ke lima murid nya tengah di perjalanan untuk ke rumah sakit. Semoga apa yang di harapkan oleh kepala sekolah dan kedua orangtua Dena, terkabulkan.
...****************...
Jangan lupa senggolannya guys😘😘
......Happy Reading
all💞💞💞......
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!