Anggap saja pertemuan kita hanya sebuah mimpi.
—Shwan Nakamura.
Sring Sring Duar
Gesekan pedang dan ledakan tak terelakan lagi, kedua pihak tidak ada yang mau mengalah, mereka masih setia menggenggam senjata walau luka dan mayat bergelimpangan dimana-mana.
Kerajaan Celosia dan Kerajaan Neoma mengalami perselisihan yang mengakibatkan peperangan besar-besaran ini.
Seorang gadis meluncurkan anak panahnya kearah prajurit lawan dengan dibantu teman pemburunya, gadis itu mampu menghabisi separuh pasukan Kerajaan Neoma.
Ijima Ryoika namanya.
"Anya!" teriak Ijima begitu melihat temannya terkena tusukan tombak.
Ijima menyuruh salah satu prajuritnya untuk membawa Anya pergi, luka teman—nya tak boleh ia sepelekan karna tombak yang ditusukkan ketubuh Anya mengandung racun.
Gadis dengan selendang merah dipinggangnya itu merapal sebuah mantra untuk mencari keberadaan kekasihnya, Shwan Nakamura.
Jujur saja, ia tidak tau kenapa kedua kerajaan itu bertengkar yang jelas Ijima ingin melindungi kekasihnya walaupun berulang kali Shwan melarangnya ikut.
Begitu sudah mengetahui keberadaan Shwan, Ijima bergegas kesana dengan busur yang masih ia genggam erat ditangan kanan.
Disisi lain, Shwan tengah berhadapan dengan seseorang yang memakai topeng kitsune hitam setengah wajah, hanya matanya yang tertutup.
Mereka tidak bertarung dengan senjata melainkan dengan sihir. Ikatan pita yang mengikat rambut panjang Shwan sudah terlepas dari tadi. Rambut dengan warna hitam mengkilat itu tertiup angin sepoi-sepoi, dengan tatapan ganas ia melihat netra sang lawan.
"Monster itu sudah menguasaimu, saudaraku," ucap Shwan yang belum meluncurkan sihirnya.
Lelaki bertopeng itu tampak tertawa keras, "Apa kau takut, Shwan?"
Shwan menggeleng tegas, ia sudah berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia harus bisa membebaskan lawannya itu dari monster yang bersemayam di tubuhnya.
Dengan gerakan kilat mereka beradu, keringat bercucuran membuat wajah keduanya tampak mengkilat.
Hosh Hosh
Shwan mengatur nafas, kekuatan lawannya meningkat pesat setelah monster itu muncul.
"Aku tidak boleh kalah," batin Shwan, mereka kembali menyerang satu sama lain, sihir keduanya tak bisa dibilang kecil. Dua lelaki itu adalah murid Petapa Putih. Petapa Putih adalah seseorang yang memiliki sihir setara dengan dewa.
Grudak
Tubuh Shwan terpelanting setelah terkena sihir orang itu, ia tertawa penuh kemenangan karna bisa mengalahkan calon pewaris tahta kerajaan Celosia.
"Shwan!"
Suara panggilan itu membuat Shwan menoleh dengan susah payah, pupil matanya membesar ketika melihat Ijima menghampirinya.
"Apa yang kau lakukan disini?" tanya—nya penuh penekanan.
"Aku ingin membantumu," balas Ijima membantu Shwan duduk.
Lelaki itu menggeleng, "Pergi dari sini Ijima, disini sangat berbahaya."
"Aku bisa membantumu melawan dia," tuding Ijima pada lelaki bertopeng yang mulai jera melihat sepasang kekasih itu.
"Sihirmu belum cukup untuk mengalahkan dia meskipun dirimu adalah keturunan dewi,"
Lelaki bertopeng itu merapal sihir yang membuat sebuah belati dengan kobaran api diujungnya.
"Ck, kalian membuatku kesal," decaknya, ia mulai memutar belati tersebut hal itu membuat Shwan semakin panik.
Kepanikannya meningkat kala benda itu mengarah pada kekasihnya. Tenaga Shwan sudah habis sehingga satu-satunya cara melindungi Ijima dengan menggunakan tubuhnya.
Jleb
Belati itu menembus zirah Shwan dibagian dadanya, "Akhhh!!!!" pekik lelaki itu kesakitan, api mulai membakar tubuhnya.
"Shwan!" Ijima mendekap tubuh Shwan, tangan kirinya merapal sihir air namun api itu tak kunjung padam.
Shwan masih berteriak kesakitan yang membuat lawanya tersenyum puas, lalu ia melangkah pergi dari medan perang karna merasa bahwa dirinya berhasil mengalahkan Shwan Nakamura.
Ijima menangis histeris, seorang pemburu yang juga memakai topeng membantu Ijima, sihir mereka tak membuahkan hasil. Api itu padam ketika Shwan menghembuskan nafas terakhirnya.
“Tidak! Shwan! Bangun, kumohon," pinta Ijima memeluk tubuh Shwan erat, akan tetapi lelaki itu tak bergerak sedikit pun. Sang pemburu menatap iba gadis itu, kepalanya tertunduk penuh penyesalan.
Berulang kali Ijima meminta maaf karna tak menuruti perkataan Shwan dan berakhir kehilangan orang yang ia cintai.
“Aku—aku akan membalas kematianmu, aku akan menjadi lebih kuat setelah ini, aku janji padamu, Shwan,” ucap Ijima menyatukan dahinya dengan dahi Shwan.
...Ijima Ryoika, seorang gadis yang diramalkan akan menjadi penerus dewi seperti ibunya, Ryoika. Ia lahir di kerajaan Asteria bertepatan dengan mekarnya bunga sakura. Rambut panjang seputih es dan mata biru langit menambah kesan cantik gadis itu....
Sifat Ijima begitu ramah dan periang, namun akibat perang yang membuat kekasihnya meninggal ia kehilangan senyum ramahnya, senyum itu berganti dengan senyum palsu.
Raja Oda dan Ratu Ryoika begitu mencemaskan putrinya, menurut ramalan nasib tragis akan menimpa Ijima, ntah nasib seperti apa mereka tidak tau.
Saat ini Ijima menatap lurus kedepan dari balik jendela kacanya, dayang Annie masih setia menemani Ijima, ia tak mempedulikan kakinya yang terasa kram akibat berdiri terlalu lama.
"Putri, sudah saatnya anda sarapan," ucap dayang Annie lembut, wanita itu sudah merawat Ijima sejak kecil oleh sebab itu ia menyayangi Ijima seperti putrinya sendiri.
Ijima membalikkan badan menghadap kearah dayang Annie sambil menyunting senyum simpul, "Aku akan menemui ayah ibu sekarang."
Gadis itu berjalan dengan anggun keluar dari kamarnya menuju ruang makan kerajaan, ia selalu didampingi oleh dayang Annie kemana pun dirinya pergi.
Setiap Ijima berpapasan dengan para prajurit dan dayang lainnya, mereka membungkukkan sedikit badannya sambil mengucap salam hangat, sudah jelas Ijima akan membalasnya dengan hangat juga.
Begitu sampai ruang makan, Ijima duduk diantara Raja Oda dan Ratu Ryoika.
Setelah selesai makan dan peralatan makan sudah dibereskan, Raja Oda membuka pembicaraan.
"Ijima, maafkan ayah, ayah tau ini terlalu cepat untukmu," ucap Raja Oda ragu.
Ijima menatap Raja Oda dengan tatapan tidak mengerti, " Apa maksud ayah?"
Raja Oda menarik nafas lalu menghelanya perlahan," Ayah sudah menjodohkanmu dengan pangeran kerajaan Neoma."
Bagai tersambar petir, jantung Ijima berdegup kencang, pupil matanya membesar tak percaya.
"Maafkan aku ayah, bukannya aku menolak tapi pembunuh pangeran Shwan ada dikerajaan itu," balas Ijima gugup.
Raja Oda maupun Ratu Ryoika sudah menduga jawaban Ijima. Ratu Ryoika mengusap pelan punggung tangan Ijima.
“Raja Kodama mengatakan akan bertanggung jawab bila terjadi sesuatu padamu," ucap Ratu Ryoika mencoba menghilangkan rasa cemas pada putrinya.
"Tapi ibu——"
"Ijima, ibu mohon, tidak semua manusia itu jahat, jangan karna pembunuh Shwan berasal dari kerajaan itu kau jadi membencinya," nasehat Ratu Ryoika, Ijima sudah terpuruk selama ini, jadi saatnya dia harus bangkit.
Ijima menatap Raja Oda dan Ratu Ryoika bergantian, "Baiklah, Ijima akan menerima permintaan ayah dan ibu."
...👑...
Malam harinya Raja Kodama mengundang Raja Oda dan Ijima untuk makan malam bersama, pemimpin kerajaan Neoma itu tampak senang ketika melihat Ijima.
Saat itu Ijima sangat cantik dengan gaun biru pastel gradiasi putih memanjang hingga sebatas mata kaki serta hiasan berbentuk daun yang melingkar di pinggang nya. Tak lupa juga rambut panjang Ijima yang digelung dan ada beberapa anak rambut yang mencuat.
"Ternyata kau lebih cantik dari yang aku bayangkan," puji Raja Kodama.
"Terima kasih, yang mulia," balas Ijima menundukkan kepalanya.
"Dimana putramu? Aku dengar kau punya dua putra, jadi mana yang akan akan kau jadikan pendamping putriku?" tanya Raja Oda dengan rasa penasaran.
Raja Kodama tertawa pelan, "Kita bahas didalam saja," ucapnya seraya mempersilahkan mereka masuk.
Diruang makan kerajaan sudah ada seorang lelaki berambut hitam yang duduk dengan angkuh, ia menatap Ijima dengan tatapan tidak suka. Netra merahnya bergulir mengikuti arah Ijima bergerak. Dan ya, Ijima duduk tepat didepan lelaki itu.
“Dia adalah putra keduaku, Chriss Kodama, dialah yang akan aku jodohkan dengan putrimu, Oda," ucap Raja Kodama, ia melirik Chriss seperti mengkode sesuatu.
Chriss berdiri dari duduknya, ia meletakkan tangan kanan di dada kirinya lalu membungkukkan badan sedikit, "Senang bertemu dengan anda yang mulia, suatu kehormatan anda mau menerima undangan makan malam kami." Setelah mengucap sapaan itu, Chriss kembali duduk.
Raja Oda berterima kasih pada Chriss karna memberi sapaan dengan kalimat indah.
Acara makan malam dimulai, tak ada suara selain dentingan alat makan, bulu roma Ijima berdiri, ia merasa Chriss sedari tadi menatapnya. Sebisa mungkin Ijima bersikap tenang, ia berharap acara ini cepat selesai.
Setelah acara makan malam selesai, Raja Kodama meminta Chriss untuk mengajak Ijima berkeliling kerajaan. Mau tak mau Chriss menurutinya.
Awalnya Chriss menggenggam tangan Ijima lembut, setelah keluar dari ruangan itu, Chriss mencengkram pergelangan tangan Ijima kuat.
Ijima meringis,"Pa-pangeran, genggaman tangan anda terlalu kuat."
Chriss seperti menulikan pendengarannya, ia terus menarik Ijima kasar sampai disuatu ruangan yang dimana tak ada penjagaan disana, lelaki itu menghimpit tubuh Ijima diruangan itu, jarak wajah mereka sangat dekat.
"Kenapa kau menerima perjodohan ini, sialan?! Padahal aku sudah berharap kau menolaknya!" bentak Chriss yang membuat Ijima takut.
"Ma-maafkan aku, permintaan ayah tidak bisa aku tolak, pangeran," balas Ijima seperti seekor kelinci yang ketakutan.
"Huh? Meskipun kau seorang dewi aku tidak menghendaki kau duduk disinggasana permaisuri! Kau tau, Ijima? Aku sudah memiliki kekasih dan aku berharap dia yang akan mendampingiku bukan dirimu!"
"Kenapa tidak pangeran saja yang menolak perjodohan ini?"
"Jika aku bisa sudah kulakukan sejak tadi, tapi sayangnya ayah mengancam tidak memberiku tahta bila aku tidak menikahimu," geram Chriss.
Ijima benar-benar ingin pulang, cairan bening setetes demi tetes muncul dari sudut matanya.
"Sejujurnya aku juga tidak mau menerima perjodohan ini, asal kamu tau pangeran, kekasihku terbunuh oleh seseorang yang berasal dari kerajaan ini," ucap Ijima pilu, jantung Chriss berhenti berdetak sesaat, ia memundurkan badannya, tangannya terkepal kuat.
"Sialan! Ternyata itu kau? Kekasih Shwan Nakamura yang digosipkan menjadi beban pertempuran itu? Ck," umpat Chriss frustasi.
Tak
Chriss menoleh cepat kearah sumber suara, seorang dayang dengan wajah ketakutan berdiri disana.
"Siapa yang membolehkanmu masuk kemari?" tanya Chriss dingin.
"Ma—maafkan hamba pangeran, Raja Kodama meminta saya mengikuti anda," balas dayang itu dengan wajah pucat pasi.
"Kau tau aturannya bukan?"
Dayang itu mengangguk, "Saya akan tutup mulut."
Chriss kembali menatap Ijima yang sama takutnya dengan dayang itu, Chriss menarik tangan ijima yang membiru akibat ulahnya.
Lelaki itu mulai mengobati luka tersebut dengan sihirnya, "Jika kau mengadu, akan aku pastikan hidupmu tidak akan tenang, Ijima Ryoika."
...👑...
"Sayang sekali kita tidak bisa bertemu dengan Sam karna dia ada misi keluar kota Horizon," ucap Raja Oda.
Kini Ijima dan Raja Oda dalam perjalanan pulang mengendarai kereta yang ditarik dengan empat ekor kuda putih, Ijima tak mendengarkan ucapan ayahnya karna dia tengah melamun.
"Ijima," panggil Raja Oda, ia menyentuh pundak putrinya, refleks Ijima terkejut.
"Aa—ternyata kau sedang melamun, bagaimana dengan Chriss? Kerajaan Neoma tampak indah bukan?"
Ijima tersenyum kaku, "Maafkan aku ayah, pangeran Chriss sangat baik aku menyukainya, Kerajaan Neoma memiliki taman yang indah," balas Ijima untung saja ia sempat melihat taman sebelum pulang tadi.
"Syukurlah, aku dan Raja Kodama berencana akan menikahkan kalian bulan depan," ucap Raja Oda yang membuat Ijima terkejut.
"Ayah, apa itu tidak terlalu cepat? Aku——"
"Lupakan Shwan, Ijima. Dia tidak akan kembali walau kau mengharapkannya," potong Raja Oda yang membuat Ijima diam seribu bahasa.
Setelah sampai di kerajaan, Ijima langsung masuk kedalam kamarnya, setelah menutup pintu gadis itu menyambar sebuah kotak kayu yang dibalut dengan kain berwarna ungu.
"Psst..." Terdengar suara bisikan dari luar jendelanya, buru-buru Ijima membuka kunci jendelanya, seorang gadis dengan baju serba hitam langsung melompat masuk kedalam kamar Ijima.
"Kemana saja dirimu, putri? Dari tadi aku mencarimu tapi kata para dayang kau sedang menghadiri jamuan makan malam," ucap gadis itu dengan kesal.
"Aku dan ayah dari kerajaan Neoma, kau tau Anya? Aku akan dinikahkan dengan pangeran Chriss bulan depan." Ijima duduk ditepi ranjang dengan kotak kayu ditangannya.
Anya adalah seorang pemburu yang menjadi teman pertamanya waktu kecil, jadi tidak heran jika mereka akrab.
Anya tampak terkejut,"Apa?! Kau akan menikah dengan pangeran itu? Kau tau pangeran itu punya kutukan."
"Kutukan?"
Anya mengangguk, "Dia bisa jadi monster menakutkan jika emosinya meluap."
"Apakah nasib tragis yang diramalkan aku menikahi seorang monster?" tanya Ijima dengan raut cemas.
"Kau bisa menolaknya, Ijima," ucap Anya.
Ijima terdiam ucapan Anya bisa ia lakukan, namun ia tak tega menolak permintaan ayah ibunya, " Aku tidak bisa menolak, aku juga tidak mau jika musuh ayah bertambah nanti."
"Kau memikirkan semuanya, umm-apa itu kotak pangeran Shwan?" tanya Anya.
Ijima mengangguk, ia membuka kotak itu, terdapat dua buah gelang perak dan sebuah patung yang dibuat dari batu dingin, patung kecil itu berbentuk tubuh manusia.
"Lihat? Betapa romantisnya pangeran itu," goda Anya sambil menyilangkan kedua tangannya.
Ijima tersenyum, "Andai saja waktu itu aku tidak merengek untuk ikut, mungkin pangeran Shwan masih setia menemaniku mengendalikan element api."
Ijima memang hampir menguasai semua element, hanya element api yang membuatnya kesusahan karna api hampir menghanguskan lengan kanannya, itu sebabnya Ijima selalu menggunakan jubah kerajaan.
Anya menjentik jidat Ijima gemas,"Sudah kubilang itu takdir, kau tidak usah menyalahkan dirimu sendiri."
"Tapi itu memang salahku, Anya," balas Ijima yang membuat Anya semakin gemas.
"Itu takdir, ikut tidaknya kau dalam perang itu jika takdir pangeran Shwan hanya sampai garis itu, ya semuanya selesai," terang Anya.
Ijima tersenyum simpul, Anya selalu menasehatinya jika perasaan bersalahnya muncul.
"Sudahlah sepertinya aku harus kembali, jangan lupa besok kita masuk akademi sihir untuk pertama kali," peringat Anya sebelum memakai penutup wajah transparan lalu melompat keluar jendela dengan lihai.
"Akademi sihir ya..." Ijima mengambil gelang perak lalu memakainya, ia masih belum bisa melupakan Shwan, kekasihnya.
...👑...
Akademi sihir tampak ramai, anak-anak yang bisa sekolah disini hanyalah dari golongan kasta atas.
Ijima dan Anya duduk dibangku paling depan, seorang lelaki dengan penampilan mirip seperti Anya melewati Ijima sambil melirik gadis itu sekilas, ia seperti bergumam tapi entah apa.
"Dia juga seorang pemburu," bisik Anya.
"Kamu mengenalnya?" tanya Ijima dengan suara pelan juga.
Anya mengangguk, "Dia anak angkat Raja Nakamura."
Ijima mematung, Nakamura. Itu berarti dia saudara angkat Shwan, Ijima menoleh kebelakang dan benar saja lelaki itu menatapnya intens, gadis itu ingin bertanya mengenai kematian Shwan, namun niat tersebut ia urungkan ketika Anya menepuk bahu Ijima.
Ijima menoleh. Ternyata disebelah mereka duduk sepasang kekasih yang tak lain adalah Chriss Kodama dan Maki Nura.
Dia kekasih Chriss yang diagung-agungkan oleh lelaki itu, gadis-nya memang cantik namun Ijima merasakan sesuatu yang tidak pas dari gadis itu.
"Kenapa Raja Oda mau menikahkanmu dengan lelaki yang hatinya saja bukan untukmu?" bisik Anya sedikit kesal.
Ijima tak tau apa tujuan ayah dan ibunya menjodohkan dirinya dengan Chriss, gadis itu menghela nafas perlahan.
Chriss melirik Ijima dari sudut matanya, pendengaran lelaki itu tajam jadi helaan nafas Ijima membuatnya penasaran apa yang gadis itu pikirkan.
"Chriss, apa yang kau lihat? Kau mengabaikanku," rajuk Maki mengerucutkan bibirnya.
Lelaki itu tersenyum lalu mencubit hidung kekasihnya, "Bukan apa-apa, maafkan aku."
"Apa dirimu tertarik dengan putri Ijima?" tanya Maki dengan wajah juteknya.
"Untuk apa menyukai orang yang tak bisa bertempur?"
"Apa maksudmu, Chriss?"
Belum sampai Chriss menjawab, seorang pria paruh baya memasuki kelas dengan beberapa lembar kertas ditangan kanannya.
"Selamat pagi, ini adalah hari pertama kalian masuk akademi sihir, perkenalkan nama saya Riku, saya adalah wali kelas kalian," ucap Riku memperkenalkan diri.
Semua murid berdiri dan memberi salam, "Salam hormat, guru." Setelah selesai mereka duduk seperti semula.
"Baiklah, saya akan membagi beberapa kelompok guna menjadi rekan saat misi nanti." Riku mulai membuka kertas yang ia bawa tadi lalu mulai membacakan nama demi nama, sampai tiba nama Ijima dipanggil.
"Kelompok empat yaitu, Awldo Nakamura, Tsukasa, Ijima Ryoika, dan Chriss Kodama,"
Ijima berdecak sebal karna tidak sekelompok dengan Anya, sahabatnya itu menenangkan Ijima dengan cara mengelus punggung gadis itu. Nama terus disebutkan dan ternyata Anya berada di kelompok enam.
"Guru, apa aku boleh sekelompok dengan Chriss," pinta Maki yang tiba-tiba mengangkat tangan kanan, gadis itu kesal karna tidak sekelompok dengan kekasihnya.
Riku tersenyum penuh arti lalu menggeleng, "Tidak putri, kelompok ini sudah diatur oleh guru Sam," jelas Riku yang membuat Maki mendesah kecewa.
Sam memang seorang guru di akademi ini, ia menolak menjadi pewaris tahta karna dirinya ingin hidup bebas maka dari itu gelar putra mahkota jatuh pada Chriss. Namun karna sifat Chriss yang keterlaluan membuat Raja Kodama enggan menyerahkan tahta putra bungsunya itu.
"Baiklah, kalian silahkan berkumpul dengan kelompok masing-masing, saya akan menguji kekompakan tim melalu latihan misi ini," ujar Riku.
Mendapat perintah mereka semua beranjak lalu menempelkan meja satu sama lain membentuk deretan panjang yang masing-masing berjumlah empat orang.
Chriss mendengus kala duduk disebelah Ijima, rasa tak sukanya begitu menguak membuat lelaki dengan penutup setengah wajah menyuruh Ijima bertukar duduk dengannya, hingga lelaki itu duduk diantara Ijima dan Chriss.
"Salam nona, namaku Awldo Nakamura," bisik Awldo memperkenalkan diri.
"Na-"
"Saya sudah mengetahui nama anda, nona Ijima," potong Awldo sebelum menatap lurus kedepan mendengarkan Riku berbicara.
"Uji coba misi kalian adalah mengambil permata abadi yang berada di goa lebah." Riku memberi jeda ucapan-nya,"Berhati-hatilah pada lebah penjaga di goa tersebut," peringat Riku.
Riku menatap satu persatu muridnya, "Hanya akan ada satu kelompok yang berhasil karna permata itu hanya satu, bersainglah dengan sehat tanpa adanya pertikaian, kalian bisa mulai sekarang."
Para murid berhambur keluar kelas, didepan kelas kelompok empat tengah berpikir bagaimana caranya sampai ke goa itu dengan cepat.
"Aku tidak percaya satu tim dengan putri Ijima," ucap Tsukasa gembira dan Ijima membalas dengan senyuman.
"Kembali ke pembahasan kita, aku tidak tau dimana tempat itu," keluh Awldo.
Tsukasa menepuk jidat seperti mengetahui sesuatu, "Goa itu berada tepat disebelah gerbang Horizon, kalau tidak salah goa itu dikelilingi jurang, hm-menyeramkan," gidik Tsukasa.
"Baru uji coba sudah semengerikan ini," gumam Ijima khawatir.
Awldo mengangguk, ia mengeluarkan sihir awannya, lelaki itu menyuruh teman satu timnya untuk naik. Awan biru itu terbang dengan sangat cepat, selendang yang dipakai Ijima sampai terbang kesana kemari tak karuan.
Chriss yang jengkel langsung mencekal selendang gadis itu lalu menariknya paksa hingga lepas, "Selendangmu sangat mengganggu."
Keturunan Kodama itu langsung membakar selendang Ijima dan membuangnya asal, Ijima terkejut bukan main ia menatap tak percaya pada Chriss.
"Kau! Itu selendang dari Dayang Annie!" marah Ijima, padahal Dayang Annie membuatnya sampai bergadang semalaman.
Chriss tak peduli sedikit pun, yang ada dipikirannya adalah apapun yang menghalanginya harus ia musnahkan.
...Aku tidak pernah menganggapmu bagian dari skenario kehidupanku....
...-Chriss Kodama-...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!