NovelToon NovelToon

Suamiku Vampir Penghisap Darah

Bab 1

Sebuah kastil tua yang terletak jauh dari perkotaan karena posisinya tepat berada di tengah-tengah hutan belantara.

Seorang pria sedang duduk ruang makan tetapi tidak ada makanan mau pun minuman yang tersediakan hanya ada sebuah gelas yang berisi minuman yang berwarna merah pekat.

Pria itu mengambil gelas itu dan meminumnya hingga tandas.

Slurp!!

"Huhh, ini darah segar babi ya?" tanya Ferdian pada sang asisten yang dipanggil Roben.

"Iya Tuan, tadi pagi beberapa anak buah yang berburu telah kembali dan mereka mendapat babi hutan dan mengeluarkan darahnya," ucap Roben.

Galang Ferdian Alverio merupakan seorang pria yang berketurunan pure vampire. Dia merupakan seorang vampir bangsawan karena keluarganya memiliki beberapa tanah yang luas di dalam negera kerajaan vampir dan merupakan keluarga militer terkuat dalam bangsa vampir.

Kecuali Ferdian dia tidak suka berbaur di dalam negara kerajaan vampir, Ferdian ingin memperluaskan pengetahuannya hingga dia berhasil membuka perusahaan berlian ternama di dunia manusia.

Ferdian sering ditemani oleh Roben Anamon ke mana pun dia pergi, Roben juga merupakan seorang vampir kelas menengah dan bekerja sebagai asisten vampir bangsawan.

"Baguslah, tapi sejak akhir-akhir ini sering lapar Rob, darah binatang sepertinya tidak cukup, apa aku harus memburu manusia lagi?" tanya Ferdian meminta pendapat Roben.

"Seharusnya begitu Tuan, apalagi sudah dekat dengan gerhana bulan berdarah." jawab Roben sekalian mengingatkan Ferdian tentang gerhana bulan.

"Huhh tapi aku akan kembali ketagihan jika meminum darah manusia Rob. Kau sendiri tahu aku sudah bersusah payah mengontrol diri untuk tidak meminum darah manusia dan akhirnya aku berhasil," ujar Ferdian yang terlihat ragu.

Selama 1000 tahun Ferdian coba mengawal dirinya untuk tidak meminum darah manusia karena dia telah berbaur di dunia manusia. Tapi karena gerhana bulan yang sungguh menyiksa para vampir ini dia harus kembali meminum darah manusia.

"Apakah Tuan ingin aku mencarikan mangsanya?" tanya Roben yang melihat wajah ragu sang majikan.

"Tidak perlu aku akan coba mengatasi hal ini, siapkan saja stok darah yang banyak dan jangan lupa di ruangan kantorku juga," sahut Ferdian.

Memang sejak berapa hari ini Ferdian terlihat cepat sekali lapar dan haus akan darah, sudah banyak darah binatang yang dia habiskan dalam seminggu terakhir ini tapi tetap saja tubuhnya meminta lebih.

'Aku harus bagaimana, aku takut aku akhirnya aku tidak bisa menahannya,' ucap Ferdian dalam hati.

Setelah perbicaraab itu, Ferdian menuju ke apartemennya yang berada di tengah kota lewat teleportasi, dia sampai di sebuah unit apartemen bersama Roben.

Seperti biasa mereka akan berperilaku layaknya seorang manusia normal. Menaiki mobil dan menuju ke perusahaan.

"Rob, hari ini undurkan dulu rapat kantor sepertinya aku kurang enak badan, aku hanya akan bekerja di ruangan saja, kamu urusi yang lainnya," ucap Ferdian.

"Apa Tuan yakin tidak ingin seorang manusia?" tanya Roben yang terlihat jelas dia mengkhawatirkan kondisi Ferdian saat ini.

"Tidak, aku masih bisa tahan lagian aku tidak ingin membunuh Rob," jawab Ferdian lalu mengalihkan pandangannya keluar.

Ferdian melihat sibukanya manusia yang berada di tengah perkotaan itu membuat hatinya sedikit tenang dan tidak tega untuk melukai mereka.

"Hanya mengambil darahnya sedikit Tuan, tidak sampai membunuh bagaimana?" tawar Roben lagi.

"Rob, sudahlah kalau aku tidak bisa menahan aku sendiri yang akan memburu. Dan berhenti mengkhawatirkanku," sahut Ferdian.

Ferdian mengingat bagaimana tersiksanya dia sewaktu masih meminum darah manusia, namun saat ini dia harus kembali meminumnya karena gerhana bulan berdarah kini akan terjadi setelah 1000 tahun yang lalu.

.....

Di sebuah toko perhiasan, seorang wanita muda yang energik yang dipanggil Trishna membantu menerangkan tentang perhiasan batu berlian kepada beberapa orang pengunjung wanita yang terlihat kaya. Trishna itu dikenali sebagai chief marketing di dalam toko itu.

"Mbak Trish, kalau yang ini berlian apa?" tanya salah satu pengunjung wanita itu.

Wanita itu menunjuk berlian yang berwarna merah muda ataupun pink. Trishna tersenyum manis dan menjawab pertanyaan wanita itu.

"Ini namanya The pink star berlian seberat 28,5 karat dan sangat langka karena warnanya yang unik dan juga sangat susah di dapati, hanya perusahaan ini saja berhasil mendapatkannya," Jawab Trishna.

"Wow berarti ini barang eksklusif ya?" tanya pengunjung wanita itu lagi.

"Ya benar, hanya ada 4 buah cincin saja yang jual memiliki berlian jenis ini karena memang edisi terbatas Nyonya," jawb Trishna kemudian.

"Kalau begitu aku mau satu!" sahut pengunjung wanita lain.

"Eh aku juga!"

"Aku juga mbak!"

"Sama mbak aku juga!"

Misi marketing target penjualan Trishna tercapai. Hari ini dia merasa puas karena barang edisi terbatas di dalam toko ini semuanya berhasil di borong oleh wanita-wanita kaya tadi.

Sehingga jam sudah menunjukkan waktunya untuk pulang, Trishna pamit pulang dulu karena masih ada urusan yang harus dia uruskan.

Siapa tahu Trishna yang sering terlihat ramah dan murah senyum itu dibaliknya memiliki masalah di dalam keluarganya. Dia merupakan tulang punggung keluarga dan banyak pil pahit yang harus ditelannya untuk menghadapi kehidupan ini.

Namun begitu, Trishna tidak pernah mengeluh. Dia akan coba sebaik mungkin untuk menafkahi keluarganya

Ayahnya mengalami kelumpuhan saraf kaki dan mengakibat tidak bisa berjalan dengan normal. Ayahnya sangat bergantung dengan kursi roda.

Ibunya seorang ibu rumah tangga sepenuhnya dan mengharapakan semua uang dari Trishna.

Hari ini Trishna harus cepat menuju ke sekolah adiknya karena adiknya dipanggil oleh guru BK karena masalah kecurian.

"Maaf pak, saya terlambat saya masih ada urusan pekerjaan tadi," ucap Trishna setelah sampai ke ruang bk di sekolah adiknya.

"Tidak apa-apa, silakan duduk," jawab guru bk yang bernama Anthonius itu.

Di ruang itu sudah terdapat adik Trishna dan dua orang wanita yang terlihat menatap sinis ke arah adik Trishna.

"Boleh jelaskan bagaimana kejadiannya Pak?" tanya Trishna.

Pak Anthonius pun menjelaskan kejadian yang berlaku, adik Trishna bernama Tiana hanya menunduk dan meremas hujung baju seragamnya.

"Tiana telah mengambil uang jajan dan juga ponsel dari kedua siswi ini," ucap Pak Anthonius.

"Pak ada bukti?" Trishna seperti tidak percaya mendengar ucapan guru Bk itu karena dia tahu sifat Tiana.

"CCTV sekolah tidak aktif Bu, tapi ada beberapa siswa yang melihat kejadian itu," jawab guru Bk itu lagi.

"Ck, terus di mana siswa yang melihat kejadian itu?" tanya Trishna dengan sinis.

Trishna yakin semua ini adalah akal-akalan guru bk dan kedua siswi cewek yang duduk tidak jauh dari Tiana.

"Bu ini sudah jam pulang sekolah, mereka sudah pulang. Hmm begini saja Tiana saya skors karena tingkah lakunya yang buruk dan untuk ujiannya saya tidak akan ganggu, bagaimana?" jawab guru Bk yang tidak ingin berlama-lama dan langsung saja ke intinya.

"Skors tanpa ada bukti?" tanya Trishna lagi.

"Harap mengerti Bu, ini saja saya sudah ringankan karena siswi korban merupakan anak dari investor sekolah bisa saja orangtua mereka mengusir Tiana dan memenjarakannya jadi mohon kerjasamanya Bu," ucap guru Bk kemudian.

"Oh hanya karena mereka anak investor sekolah? Ck, dasar berat sebelah! Ayo Tiana kita pulang besok kakak urus surat pindah kamu!" ketus Trishna sambil menarik Tiana adiknya keluar dari ruang itu.

Trishna tahu Tiana mempunyai masalah di sekolah cuma Tiana tidak pernah terbuka menceritakan pada Trishna.

Trishna memesan taksi online untuk mereka, sepanjang perjalanan Tiana hanya tertunduk dan tidak berani menatap Trishna walaupun Trishna coba bicara padanya.

"Tia, kamu dibuli?" tanya Trishna.

Tiana tidak menjawab tapi dia menggangguk sebagai tanda jawabannya.

Trishna menghela nafas panjang, sudah hampir 4 kali Tiana berpindah sekolah karena masalah yang hampir sama. Trishna sampai bingung kenapa adiknya sering menjadi korban buli.

"Besok kakak urus pindahan sekolah kamu," ucap Trishna lembut.

Kali ini Tiana coba menjawab walaupun suaranya terdengar perlahan.

"Kak, lebih baik Tiana tidak usah sekolah. Semua sekolah sama," ucap Tiana dengan suara bergetar.

"Tidak Tia, kamu harus sekolah akademik kamu bagus, jangan karena hal itu kamu mau berhenti!" sahut Trishna.

"Sampai kapan kak? Tia sudah tidak mampu jika terus-terusan begini hisk hisk," tangisan Tiana pecah membuat Trishna merasa iba.

Trishna memeluk Tiana dan mengusap punggungnya. Setelah sampai di kawasan rumah mereka Trishna menyuruh Tiana membersihkan wajahnya karena pasti Ibunya akan mengomeli mereka seperti biasa.

Saat memasuki rumah.

"Selamat sore Yah, Ibu..." ucap Trishna dan Tiana kompak.

Ibu menatap sinis ke arah Tiana dan mendekati Trishna.

"Minta uang, ibu mau beli barang dapur," ucapnya pada Trishna.

Trishna mengeluarkan dompetnya, baru saja dia hendak mengeluarkan isinya, Ibunya langsung merampas dompet Trishna dan membongkar isinya.

"Cuma segini?" tanya Ibu setelah mengeluarkan 3 lembar uang merah.

"Maaf Bu, Trish belum gaji," jawab Trishna tertunduk.

"Ck, anak tidak berguna!" ketus Ibu lalu menjatuhkan dompet Trishna ke lantai dan berlalu pergi.

Sejak Ayahnya lumpuh tidak bisa bekerja, Ibunya berubah total menjadi sedikit kasar dan pemarah. Tiana sering menjadi korban amarah Ibunya karena Ibunya menganggap Tiana hanya bersekolah menghabisi uang saja.

Trishna mengambil dompetnya lalu memasukkan kembali ke dalam tasnya. Dia mendekati Ayahnya dan mencium punggung tangan Ayahnya.

"Maafkan Ayah Trish," ucap sang Ayah.

Trishna tersenyum dengan tatapan mata yang redup.

'Aku tidak akan menyalahkan Ayah,' batin Trishna.

Bersambung..

Bab 2

Trishna memasuki kamarnya seteah berbicara sedikit dengan Ayahnya. Hatinya terlalu merasa sedih melihat keadaan keluarganya seperti ini.

Apalagi perubahan yang sangat besar pada Ibu yang senantiasa dia kagumi dulu. Trishna menghela napas panjang, mungkin inilah takdir hidupnya.

Trishna harus berkerja keras untuk menghidup keluarganya, mujur saja takdir masih menyebelahinya. Menjadi seorang chief marketing dalam waktu 5 bulan setelah diterima kerja sungguh rezeki yang besar untuknya.

Tapi akan dayanya yang hanya bekerja seorang diri dan menjadi tulang punggung keluarganya. Trishna tidak ingin banyak mengeluh dan mulai membersihkan dirinya setelah itu akan membantu Tiana menyiapkan makan malam untuk mereka.

....

Ferdian berada dalam kamarnya sedang menahan rasa panas di dadanya. Entah kenapa dia bisa merasakan panas yang teramat di dadanya. Dia kembali mengingat kejadian kantor tadi.

Flashback on...

Ferdian baru saja selesai rapat bersama bagian pemasaran yang terpaksa dia ikuti karena mereka membutuhkan pendapat dari dirinya.

Dia berencana untuk mengelilingi kantor untuk menghilangkan rasa laparnya lagi padahal baru 30 menit yang lalu dia menghabisi 3 botol yang berisi darah segar dari binatang.

"Rob, aku akan mengelilingi setiap ruangan. Kau labjutkan saja pekerjaanmu," ucap Ferdian.

"Apakah Tuan baik-baik saja?" tanya Roben yang terlihat khawatir karena wajah Ferdian sangat terlihat pucat dan tidak seperti biasanya.

"Aku baik-baik saja, kamu lanjut saja pekerjaanmu," jawab Ferdian dan langsung saja berlalu dari hadapan Roben menuju ke lift.

Ferdian akan memulainya dari lantai dasar, di mana ruang pemasaran digital berada. Ferdian mengelilingi ruangan tersebut dan memeriksa perkembangan bagian pemasaran digital itu.

Setelah merasa puas Ferdian, dia berencana untuk menaiki lift untuk menuju ke lantai 2 di mana tempat ruang pemasaran perencaan target. Setelah sampai di lantai tersebut kebetulan seorang wanita muda terluka karena terkena duri bunga hiasan asli yang berada di dalam sana.

"Auu, shh sakit juga ya," rintih wanita itu.

Wanita itu merupakan Trishna yang kebetulan pagi ini harus menyampaikan presentasi laporan bulanan untuk cabang mereka.

Ferdian mematung ditempat tapi matanya menatap tajam ke arah darah yang mengallir itu aroma darah yang sangat wangi dan membuatnya tertarik.

Perlahan mata Ferdian mulai berubah memerah dan tajam. Ingin sekali dia mencicipi darah di jari karyawannya itu.

"Trish, kamu ceroboh sekali," ucap salah satu karyawan yang bersama Trishna.

"Hehe." Trishna hanya terkekeh sambil mengosok lukanya menggunakan tisu.

Di samping itu, salah satu karyawan di sana kaget dengan kedatangan Ferdian dan mereka langsung saja menunduk hormat.

"Maaf Tuan Galang, kami tidak sadar kehadiran Tuan," ucap salah satu karyawan di tempat itu.

'Oh ini Tuan Galang, pemilik tempat ini,' batin Trishna.

Ferdian coba mengontrol jiwa vampirnya yang meronta-ronta minta dipuaskan dengan darah manusia yang terlihat sangat nikmat itu.

"Ehem, maaf saya cuma ingin lewat saja. Kamu cepat bersihkan lukamu awas jarimu terinfeksi," ucap Ferdian dengan berpura-pura terlihat santai lalu segera membalikkan tubuhnya agar tidak melihat wanita itu lagi.

Ferdian bergegas masuk ke dalam lift khusus untuk dirinya, tubuhnya merasa panas dingin, gigi taringnya mulai kelihatan dan matanya terlihat ingin menerkam seseorang.

Flashback end...

Setelah kejadian itu, Ferdian langsung saja meminta Roben untuk membawanya kembali ke kastil tuanya.

Dalam perjalanan pulang Ferdian menghabiskan sekitar 15 botol yang berisi darah binatang, akan tetapi rasa panas pada tubuhnya masih saja terasa dn dadanya juga mulai terasa sangat panas.

"Rob, tidak bisakah lebih cepat aku takut aku hilang kawalan," ucap Ferdian dengan suara yang serak menahan rasa panas yang dia rasakan.

"Maaf Tuan ini sudah kecepatan maksimal, tapi saya akan coba menyalip beberapa kenderaan," sahut Roben yang terlihat lincah dalam menyetir mobil mereka.

Setelah sampai di apartemen tempat mereka melakukan teleportasi, ferdian langsung saja mendahului Roben karena dia tida bisa terlalu berlama-lama di tempat itu.

Aroma darah segar seorang manusia masih saja menusuk di hidungnya dan itu yang membuatnya tidak bisa menahan rasa ingin mencicipinya.

Setelah sampai di kastil miliknya, Ferdian langsung saja memasuki kamarnya dan mengunci dirinya sendiri.Dia menutupi semua gorden di dalam kamarnya agar kamarnya terlihat gelap.

Tidak lupa Ferdian mengambil obat yang dia racik sendiri agar dia tidak mudah terpengaruh dengan darah mannusia lagi.

sejak akhir-akhir ini ferdian sering mengonsumsi obat tersebut karena efek sepertinya sudah tidak terlalu lama. Setelah meminum obat tersebut ferdian merebahkan tubuhnya di atas ranjang empuknya.

"Sia*an ini pasti gara-gara gerhana bulan berdarah sudah dekat," gerutu Ferdian dengan kesal.

Ingin sekali dia menguburkan dirinya di dalam tanah agar gerhana tersebut tidak mengenai dirinya tapi semua itu sama saja tidak akan berhasil kkarena dia tidak lagi meminum darah manusia, dia pasti akan terkena lewat udara.

Setelah setengah jam berlwan dengan pikirannya sendiri, akhirnya Ferdian tertidur karena efek obatnya.

Baru kali ini ya dengan dengar vampir minum obat, author saja kaget. yukk lanjut..

Satu jam berlalu, Roben memberanikan diri memasuki kamar Ferdian karena dia yakin Ferdian sedang terlelap karena obat yang diia konsumsi.

Roben membersihkan diro Ferdian seperti biasa, dia akan membantu mengelap tubuh atletis Ferdian dan mengantikan pakaian Ferdian.

Kali ini Roben akan membuang pakai yang dipakai oleh Ferdian karena tadi Ferdian sempat mengatakan bahhwa dia melihat darah..

Roben membuangnya agar virus dari darah manusia tadi tidak mengacaukan indera penciuman Ferdian. Bukan setakat membuang Roben langsung membakarnya.

Roben menghela nafas setelah selesai dengan pekerjaannya. Dia turut kasihan melihat keadaan Ferdian yang sepertinya sangatt tersiksa.

"Aku harus membujuk Tuan, biar Tuan tidak terlalu menyisa dirinya sendiri," ucap Roben lirih.

Sudah hampir jam 10 malam barulah Ferdian keluar dari kamar karena merasa lapar. Ferdian memanggil Roben lewat telepati.

Dengan sekelip mata Roben muncul membawa sebotol darah binatang bersama sebuah gelas.

Dengan telaten Roben melayani Ferdian yang sudah berada di ruang makan, dia menuang isi botol tadi ke dalam gelas.

Ferdian terlihat tidak berselera melihat darah binatang tersebut. Tapi dia harus meminumnya agar tidak merasa haus dan lapar.

"Rob, aku sepertinya tidak berminat melihat darah binatang, entah kenapa,"ucap Ferdian yang terlihat sangat tidak bersemangat.

"Tuan, kalau Tuan mau. Malam ini saya carikan seorang manusia untuk Tuan," tawar Roben yang mengerti ke mana arah perbicaraan Ferdian.

"Aku takut aku tidak bisa berhenti Rob, aku takut aku malah membunuh manusia sedangkan aku sedang berada dilingkungan manusia," sahut Ferdian yang masih terlihat ragu.

"Atau kita belinya dari rumah sakit saja?" ujar Roben lagi.

Ferdian menatap Roben dengan malas karena idenya sangat tidak masuk akal.

"Kau akan membunuh orang yang membutuhkan, sama saja Rob," sahut Ferdian.

Roben terlihat menyerngir memperlihatkan deretan gigi putihnya yang tersusun rapi.

"Kalau begitu aku akan mencari manusia yang tinggal di pinggir jalan, sekurang-kurangnya kalau mereka mati tidak ada yang peduli," ucap Roben lagi.

"Ck, mereka saja kekurangan gizi dan sudah tentu darahnya tidak enak atau mungkin mereka menghidapi penyakit," sahut Chester.

"Rasanya otakmu sudah mulai tidak bisa digunakan, aku harus mencari asisten baru biar aku awet mudah dan tidak mudah marah," lanjut Ferdian kesal dengan sang asisten.

"Maaf Tuan, saya hanya mengkhawatirkan kondisi tubuh Tuan," ucap Roben tersenyum.

"Sudahlah aku masih bisa bertahan, kamu pergilah aku ingin sendiri," jawab Ferdian.

Setelah Roben meninggal Ferdian sendiri, barulah Ferdian mengeluarkan ponselnya lalu membuka aplikasi merah yang menayangkan banyak sekali video hiburan manusia.

Ferdian terus mengscroll ke bawah hingga muncullah satu video yang memperlihatkan di mana banyak orang yang sedang asyik bersuka ria dan bermabuk-mabukan.

Ferdian penasaran dengan tempat itu, dia coba cek nama tempat itu, karena dia sedikit tertarik.

"Mungkin di sini aku bisa menemukan beberapa makan lezat," ucap Ferdian tanpa sadar.

Bersambung....

Bab 3

Keesokan harinya, Trishna terpaksa menaiki taksi setelah melewati lorong sepi. Mujur saja di tempat mereka tidak ada pria-pria nakal yang suka menganggu para cewek.

Trishna mengusap keringat yang membasahi dahinya karena berjalan sedikit jauh dari tempat biasa dia sering menunggu taksi.

Karena kalu dia menunggu taksi di depan rumahnya pasti tarifnya mahal tapi kalau keluar dari kawasan perumahan pasti tarifnya sedikit rendah.

Trishna terpaksa berjalan kaki karena uangnya untuk membayar taksi pergi pulang telah di ambil oleh sang Ibu kemarin.

Kini dia terpaksa menggunakan uang makannya yang memang dia tidak menyimpannya di dompet karena dia sudah menduga Ibu akan sering memeriksa paksa dompet miliknya.

Hari ini Tiana mengambil libur sementara Trishna mengurusi kepindahannya. Walaupun berat untuk menyuruh Tiana tinggal di rumah karena akan jadi korban pelampiasan amarah sang Ibu, tapi Trishna tidak ada pilhan lain apalagi dia juga kekurangan uang.

"Mudah-mudahan Ibu tidak memukuli Tia seperti waktu itu," ucap Trishna lirih.

Trishna tiba-tba saja terpikir tentang Tiana yang dia tinggalin di rumah, rasa bersalah mulai menyeruak di dalam dirinya.

Trishna berjanji dalam hati untuk mendapatkan uang hari ini agar urusan pindahan sekolah Tiana lancar.

Sampai di tempatnya bekerja, Trishna langsung memasang wajah ceria, dia tidak mau ada yang mengetahui masalah keluarganya.

Trishna di sapa seperti biasa oleh karyawan lain. Dia berjanji akan menembuskan penjualan hari ini melebihi target dan kebetulan hari ini ada pencairan bonus mereka, Trishna merasa bersyukur mendengar berita itu.

Kini jam sudah menunjukkan jam 3 siang, Trishna pamit duluan karena harus mengurusi sekolah adiknya. Kebetulan ada sekolah yang dekat dengan tokonya hanya jarak 10km dari tokonya.

Mungkin Trishna akan mencoba memasukkan adiknya di sekolah itu walaupun sekolah itu terbilang sedikit sederhana tapi apalagi yang bisa Trishna lakukan. Dia tidak ingin Tiana putus sekolah.

Selesai urusan perpindahan sekolah Tiana, Trishna langsung saja ingin pulang ke rumah tapi dia mendapat panggilan telepon dari manager tokonya.

"Hello Bu Diana," ucap Trishna setelah menjawab telepon dari managernya yang dipanggil Diana.

"Hello Trish, maaf menganggumu jam-jam begini, tapi apakah kamu masih di luar?" sahut Diana dan bertanya

"Tidak apa-apa Bu, saya masih ada di luar Bu, kalau boleh tahu ada apa ya Bu?" tanya Trishna kembali.

"Syukurlah kalau begitu, maaf Trish kamu bisa kembali ke toko tolong ambilkan berkas yang ada di meja saya, ada file berwarna biru. Kamu bantu saya hantar ke apartemen saya saya karena besok saya tidak masuk ada rapat bersama CEO toko," ucap Diana lagi.

"Oh, baik Bu. Ini saya menuju ke toko, tunggu ya Bu," sahut Trishna dengan wajah melasnya.

"Terima kasih Trish," ucap Diana lagi.

Setelah manager mematikan panggilan barulah Trishan berani menggerutu.

"Ck, diakan punya mobil kenapa tidak datang ambil sendiri, sangat menyebalkan cih mujur manager," Trishna terlihat begitu kesal.

Apalagi perjalanan menuju ke apartemen Diana memakan waktu sejam karena jalanan sore agak macet. Bukan satu kali Trishna di suruh datang ke apartemen Diana malah sudah keseringan.

Awalnya Trishna kira mungkin karena Diana capek menyetir mobil tapi setiap kali dia datang ke apartemen Diana pasti Diana sedang minum-minum bersama teman-temannya dan hal itu yang membuat Trishna kesal setengah mati.

"Aku sumpah kau turun jabatan," gerutu Trishna.

Sepanjang perjalanan Trishna terus menggerutu kesal dengan sang manager tidak bisa dibendung lagi.

....

Setelah selesai jam kantor, Ferdian mengajak Roben untuk pergi ke klub yang berada di tengah kota.

Jujur saja Roben agak kaget mendengar ucapan Ferdian karena selama ini Ferdian tidak pernah tertarik dengan hal-hal aneh menurutnya.

Ya memang klub itu agak aneh, karena para manusia memilih untuk bermabuk-mabukan dan menarik dengan pakaian yang kekurangan kain.

Roben terpaksa mengikuti kemauan Ferdian karena terlihat di wajah Ferdian yang sangat antusias.

"Tuan apa Tuan tahu klub itu tempat apa?" tanya Roben mencairkan suasana yang agak aneh menurutnya.

"Tempat hiburan dan banyak wanita cantik," sahut Ferdian polos karena memang itu yang dia lihat di video kemarin.

"Hmm Tuan ingin cari kekasih?" tanya Roben lagi yanh terlihat bingung.

"Bukan tapi ingin mencicipi saja," jawab Ferdian.

Uhukk...uhukkk...

Roben langsung terbatuk-batuk mendengar jawaban Ferdian dan pikirannya sudah mulai traveling ke mana-mana.

Ferdian mengabaikan Roben yang terlihat senyum-senyum sendiri itu, karena di pikirannya saat ini dia akan coba mencicipi sedikit darah dari para wanita klub itu.

Dia sudah tidak bisa menahan rasa menginginkan darah manusia, jadi dia berpikir mungkin di sana bakal ada yang menarik menurutnya.

Setelah sampai di klub, Roben segera memesan ruang vip untuk mereka karena Roben tidak mau ada virus yang bakal mengenai Ferdian.

Salah satu pelayan klub menunjukkan ruang yang telah dipesan. Ferdian kagum dengan suasana kamar itu yang bisa melihat lantai bawah lewat kaca di depannya saat ini.

"Kau pintar mencari posisi terbaik Rob," puji Ferdian.

Mereka dihidangkan dengan beberapa jenis minuman keras yang termasuk dalam paket vip kelas 1. Tapi setelah menghabiskan beberapa botol Ferdian hanya merasa kepalanya sedikit berat dan Roben telah tepar di tempatnya.

Sewaktu Ferdian menatap ke luar lewat kaca di depannya saat ini, dia melihat ada wanita yang berpakaian sangat minim melihat ke atas tepat ke arah Ferdian.

Wanita itu tersenyum genit, membuat Ferdian penasaran dengan rasa darahnya, dia keluar dari tempat itu dan turun menuju ke arah wanita itu.

Ferdian mendekati wanita itu dan mengajaknya untuk bermain di luar.

"Hai, kita kenalan di luar yuk," ajak Ferdian tanpa basa basi lagi.

Ferdian menelan salivanya ketika menatap ke arah leher jenjang wanita itu.

"Ke hotel?" tanya wanita itu sambil memainkan tangannya pada kerak kemeja Ferdian.

"Jangan, ke lorong sepi saja biar cepat," sahut Ferdian dengan jujurnya.

Tapi sayangnya wanita itu berpikir ke arah lain, dia mengira Ferdian tergoda dengan tubuhnya yang sangat menarik dan seksi malam ini.

"Ok, baiklah aku tahu di mana ada tempat sepi tanpa ganggu jam-jam begini," ucap wanita itu seraya menarik tangan Ferdian keluar dari klub itu.

Wanita itu menahan taksi lalu memberitahu alamat yang ingin mereka pergi. Dalam mobil taksi itu Ferdian tidak berhenti menatap leher wanita itu.

Dengan sengaja wanita itu menghapus ruang antara dirinya dan Ferdian.

"Oh ya, namamu siapa?" tanya wanita itu sambil meliuk-liukkan tubuhnya seperti cacing kepanasan.

"Galang," jawab Ferdian.

Di dunia manusia Ferdiab sering menggunakan nama Galang karena terlihat lebih normal untuk seorang yang bukan manusia.

"Nama yang bagus," ucap wanita itu lagi tidak henti-hentinya memainkan jemari panjangnya di bagian kerak baju kemeja Ferdian.

Tanpa sadar mereka telah sampai, sopir taksi berbicara dengan nada sedikit besar karena sudah lebih dari 5 menit mereka belum kunjung turun dari mobil taksinya.

"MBAK, OM KITA SUDAH SAMPAI," ucap sopir taksi itu.

"Oh maaf, ini bayarannya," Ferdian mengulurkan uang merah 5 lembar.

"Maaf Om, ini kebanyakan totalnya cuma 100 untuk 2 orang," ucap sopir taksi itu.

"Tidak apa ambil saja," Ferdian menyerahkan pada sopir itu dengan paksa lalu menarik wanita itu keluar bersamanya.

Mata wanita tadi sempat berbinar melihat uang yang dikeluarkan oleh Ferdian.

"Eh tempatnya di lorong sana Lang," ucap wanita itu kembali menarik tangan Ferdian.

Sewaktu sampai di lorong sepi itu, Ferdian langsung membuat wanita itu pingsan dengan meniup wajahnya.

"Sedikit saja aku mau rasa darahmu," bisiknya di telinga wanita tadi yang telah dibuat pingsan.

Bersambung....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!