NovelToon NovelToon

My Lovely Mad Husband

Chapter 1 - MLMH

"Alea"

Suara bu Martha dari arah pintu membuat Alea sedikit terkejut. Wanita muda itu langsung meletakkan begitu saja sebuah buku yang sedang di bacanya.

"Bu Martha, saya?" tanya Alea dengan imutnya sambil berlari kecil melewati beberapa orang temannya di ruangan itu.

"Iya kamu sayang," sahut bu Martha lembut.

"Ada apa bu Martha?" tanya Ale begitu tiba di hadapan bu Martha.

"Ada yang ingin bertemu dengan mu," ucap bu Martha sambil perlahan mengusap punggung Alea.

Alea malah mundur beberapa langkah menampakkan mimik wajah tegang.

"Apakah ibu ku yang datang? Tidak aku tidak ingin bertemu ibu," tolak gadis berusia 11 tahun itu dengan mimik khawatir.

"Tidak, tidak Alea, bukan ibumu yang datang," ucap bu Martha sembari menyambut tangannya namun Alea masih terlihat enggan untuk maju.

"Kalau begitu siapa yang ingin menemui ku malam malam begini?" tanya Alea masih menampakkan sikap antisipasi.

Bu Martha maju beberapa langkah mendekati gadis beranjak remaja itu. "Percayalah, ibu tidak mungkin berbohong pada mu," ucap bu Martha.

Alea menatap wajah lembut bu Martha, ia akhirnya percaya dan setuju berjalan mengukuti kemana bu Martha membawanya.

Setelah melewati beberapa pintu dan sebuah ruangan luas, bu Martha dan Alea tiba di sebuah pintu bertuliskan Ruang Kantor.

Bu Martha dan Alea sudah berada di dalam ruangan luas milik kepala panti bu Rahma.

"Bu Rahma, ini Alea bu," ucap bu Martha sembari menginterupsi percakapan antara bu Rahma bersama seorang wanita di ruangan itu.

"Ohh Alea, sini masuk," panggil bu Rahma.

Saat itu juga, Wanita yang duduk membelakangi pintu berbalik badan. Ia terus menatap Alea yang sedang berjalan mendekati bu Rahma.

"Bu Rahma, apa kabar?" ucap si kecil Alea.

"Baik sayang, oh ya perkenalkan Alea, ini nyonya Miranda. Ayo beri salam kepada nyonya Miranda," ucap bu Rahma.

Alea kecil mendekati Miranda kemudian mencium punggung tangannya. "Nyonya, saya Alea," ucap polos gadis itu.

Miranda tersenyum lebar, ia terlihat begitu senang di balik riasan tebalnya dan lipstik merah cerah yang menempel sempurna di bibirnya.

"Jadi kamu Alea," ucap Miranda kagum, bagi Miranda Alea kecil terlihat begitu cantik.

Alea mengangguk sembari mengulas senyum di kedua pipinya, membuat Miranda semakin kecantol akan kecantikan polos gadis berusia 11 tahun itu.

"Apa yang kamu inginkan Alea?" tanya Miranda yang saat itu tak ingin basa basi lagi. Ia sudah berniat untuk mejadikan Alea istri dari putra bungsunya.

Alea menatap bu Martha yang masih berdiri di depan pintu kemudian ia melempar tatapan ke arah bu Rahma. Bu Rahma tersenyum kemudian mengangguk.

"Bicaralah, kamu bisa katakan apa pun yang kamu mau," ucap bu Rahma.

"Ayo katakan, apa yang kamu inginkan Alea?" ulang nyonya Miranda.

Setelah berpikir sejenak, Alea akhirnya buka suara. "Aku tidak ingin pergi dari sini, aku betah di sini. Aku ingin sekolah yang tinggi, aku ingin menjadi orang sukses, aku ingin menjadi orang kaya," ucap gadis itu dengan polosnya.

Mendengar hal itu Miranda tertawa puas, sepertinya semua yang dia butuhkan ada pada gadis itu.

"Jika kamu ingin sekolah yang tinggi berarti kamu harus pergi dari sini. Aku akan menyekolahkan mu di tempat terbaik dan aku akan membuatmu menjadi kaya raya," ucap Miranda.

Alea menatap wajah Miranda seakan tak percaya. Apakah keinginan nya menjadi kaya bisa terwujud. Wanita di hadapannya adalah seorang peri. Apakah doanya sekarang terkabul?

"Nyonya bisa membuatku menjadi kaya?" tanya Alea penuh selidik.

"Ya tentu saja, aku berjanji pada mu," ucap Miranda mantap.

"Kalau begitu apa yang harus aku lakukan?" tanya Alea kemudian membuat Miranda kagum, ternyata benar ucapan bu Rahma, selain cantik Alea adalah anak yang cerdas.

"Ehm itu, bu Rahma. Karena Alea masih kecil, aku akan membuat perjanjian ini dengan ibunya. Dimana aku bisa bertemu ibunya?" tanya Miranda pada ibu kepala panti.

"Ibunya, sebelumnya bekerja di sini sebagai tukang bersih taman, sudah sebulan ibunya tidak pernah muncul. Ia meninggalkan Alea disini untuk belajar sambil bekerja, " jelas bu Rahma.

"Oh begitu," sahut Miranda.

"Ibu baru menikah lagi dengan suami ke 5 nya, ia tak akan muncul hingga ia di ceraikan. Ia masih menikmati masa bahagianya tidak mungkin ia ke sini menjengukku. Ia akan ke sini lagi setelah butuh uang," ucap Alea tanpa mimik sedih sedikitpun, seakan hal itu sudah sering terjadi terhadapnya.

"Ah," desah Miranda setelah mendengar pengakuan anak kecil itu. Ia masih kecil namun terdengar seperti orang dewasa. Atau mungkin keadaanlah yang membuatnya menjadi dewasa.

"Ya sudah, mengenai ibumu, orang ku akan mencarinya," Miranda kemudian memegang pundak Alea. "Dengar Alea, aku akan membuat ibumu tidak menyakitimu lagi, aku akan membayar berapapun agar ibu mu mau menyerahkan dirimu kepada ku. Kamu bisa sekolah tinggi, menjadi cantik, sukses dan kaya. Kamu akan menjadi bagian dari keluarga ku. Kamu akan bahagia bersama keluarga Madison," ucap Miranda meyakinkan Alea.

"Jadi Nyonya akan mengadopsi ku?" tanya Alea bersemangat kemudian di jawab geleng kepala oleh Miranda.

"Kamu akan menjadi menantuku, kamu akan menjadi istri dari putra bungsuku. Putra laki laki pertama keluarga Madison, penerus Madison Grup. Kamu akan menjadi ibu dari penerus grup Madison. Persiapkan dirimu," ucap Miranda penuh keyakinan.

Alea termangu sejenak.

"Menikah adalah urusan orang dewasa, menikah dengan orang kaya. Aku bisa sekolah tinggi. Aku bisa jalan jalan keliling dunia. Aku bisa belajar apa pun yang aku inginkan dan yang paling penting ibu tidak akan memanfaatkan ku lagi," gumam Alea.

"Gimana Alea, kamu mau menjadi menantuku, kamu mau menjadi istri dari pengusaha terkaya di negri ini?" tanya Miranda.

Tanpa pikir panjang Alea pun mengangguk. Saat itu juga Miranda langsung memeluk gadis kecil itu erat. Kini ia tak perlu khawatir lagi akan masa depan putra nya. Alea akan ia persiapkan untuk menjadi istri yang sempurna untuk putranya kelak.

.

.

.

Next...

Chapter 2 - MLMH

Sembilan tahun kemudian...

Dihalaman luas berumput hijau, sebuah acara pernikahan di adakan dengan mewah. Sebagian besar tamu undangan yang hadir adalah pengusaha sukses, selebriti dan pejabat dari kalangan kelas atas.

Pernikahan itu menjadi pernikahan bisnis, dimana calon pewaris grup madison akan di perkenalkan setelah akad pernikahan itu.

Para undangan menunggu sosok pengantin yang akan tampil di depan panggung. Penghulu, saksi dan wali sudah menunggu di sana.

Setengah jam telah berlalu dari waktu yang di tetapkan, pengantin belum juga muncul. Pergunjingan pun tersebar bahawa pernikahan batal karena sang pengantin wanita telah kabur.

Sementara itu, dihalaman belakang cotage resort milik keluarga Madison. Alea terlihat sedang berjalan dengan susah payah karena berat baju dan mahkota yang ia kenakan saat itu. Tangan kanannya berusaha menarik gaun ekor panjang kebayanya, sedangkan tangan kiri Alea sedang mengangkat sebuah bangku kayu berkaki panjang. Ia meletakkan bangku tersebut didekat tembok tinggi di bagian belakang resort.

Ia kemudian mulai naik di atas bangku tersebut, ia mencoba memanjat tembok itu dengan segala cara. Kedua tangannya berusaha menarik dahan pohon tak jauh dari tempat ia berjinjit.

"Ada yang bisa saya bantu?" Suara seorang pria dari arah belakang.

"Kamu nggak lihat aku sedang kesulitan menarik dahan itu? Cepat bantu carikan kayu," perintah Alea dengan kesal, karena tumpukan permata pada bajunya tersangkut membuat ia tak bisa naik lebih tinggi lagi ia bahkan mulai kesulitan menopang tubuhnya sendiri.

"Kamu akan melarikan diri. Untuk apa aku membantu mu," jawab pria itu.

Karena kesal Alea pun turun dari bangku itu.

"Kata siapa aku akan melarikan diri?" tanyanya menantang pria asing itu.

"Jadi kalau bukan untuk kabur, ngapain kamu panjat tembok setinggi itu?"

"Aku nggak boleh melihat acara pernikahan ku sendiri? Dasar sok tau!" gerutu Alea kemudian kembali naik ke atas bangku setelah membetulkan posisi bangku.

"Acara nya bukan di sebelah situ."

Dari atas bangku Alea berbalik menatap pria itu.

"Jadi?"

Pria asing itu menujuk tembok tinggi di sebelah kanan.

"Bener kamu nggak bohong?" tanya Alea waspada.

"Sumpah," jawab singkat pria itu.

Alea turun dari bangku kemudian memindahkan bangku itu ke sisi tembok sebelah kanan.

"Aku ingin tau seperti apa tampangnya. Dia botak? Gendut? Atau lumpuh?" gumam Alea kemudian kembali menaiki bangku yang telah di atur posisinya dengan sempurna.

"Siapa yang botak?" tanya pria itu.

"Tentu saja calon suamiku. Siapa lagi?" sahut Alea jutek karena pria asing itu banyak tanya.

"Bantu aku, ambilkan batu atau apa saja biar aku bisa melihat kesana," perintah Alea.

Pria itu bergegas mencari batu atau apa saja di sekitar situ untuk membantu Alea.

Sesaat kemudian ia kembali dengan empat batu bata di tangannya. Ia menyusun bata itu di atas bangku untuk mempermudah Alea melihat ke luar.

"Kamu kenal Nick? Ia memakai pakaian apa?" tanya Alea sambil mencari cari di keramaian.

"Jas berwarna abu abu," jawab pria asing itu.

"Yang gendut itu?" Alea menujuk ke arah luar tembok. "Atau yang berwok itu?" tunjuknya lagi.

Saat itu Alea melihat pria pria berbadan tegap sedang di briefing.

"Ada malasalah apa? Kenapa banyak pengawal?" tanyanya.

"Tentu saja banyak pengawal, pengantinnya berencana kabur," jawab pria itu slengean.

"Nick? Dia kabur?" pekik Alea kaget.

"Cih Nick kabur? Untuk apa?" tanya pria itu kemudian menjulurkan tangannya untuk membantu Alea turun. "Jangan buang buang waktu disini, kamu sudah terlambat setengah jam!"

"Nick nya saja sudah kabur, ngapain aku ke sana. Dia pasti sama sepertiku, menikahi orang yang tidak pernah dilihat sebelumnya pasti kesal," ujar Alea cemberut sembari membenarkan bajunya.

Sejenak perasaan Nick tersentil, ia kasihan dengan Alea. Bela belain memanjat tembok hanya untuk melihat dirinya.

"Non Alea."

"Non Alea," teriak seorang wanita dari arah cotage.

"Andin, aku disini," sahut Alea melambai kepada Andin.

"Non, semua orang sedang mencari nona. Semua orang mengira nona kabur, nyonya Miranda mengutus pasukan khusus untuk menangkap nona," ucap andin sambil membersihkan baju Alea dari dedaunan dan ranting.

"Hah pasukan khusus?" Alea sedikit kaget.

"Aku bilang juga apa," gumam pria asing itu.

"Kamu siapa, jangan bilang kamu yang menyebarkan gosip nona Alea kabur," seloroh Andin pada pria berjas abu abu itu.

"Aku Nick," jawab pria itu.

"Nick? Cih," desis Andin. "Kalau kamu Nick berarti aku nyonya Miranda." Andin tentu tak percaya ucapan pria itu.

"Ayo non, kita harus ke tempat acaranya sekarang. Penghulu sudah menunggu nona." Andin membantu Alea memegang bajunya kemudian berjalan cepat pergi dari situ.

"Kalau dia Nick, berarti aku ketiban durian runtuh dong?!" ucap Alea pelan.

"Ketiban durian maksudnya beruntung atau sial non?" tanya Andin.

"Beruntung. Pria itu ganteng," bisik Alea sambil terus berlalu.

"Ketiban durian bukannya sial? durinya tajam non," balas Andin.

"Iya juga, ketiban durian runtuh maksudnya beruntung apa sial ya," Alea kembali bertanya.

"Hihihi," kedua wanita itu tertawa bersama.

"Sudah sudah cepat non, sebelum nona di jemput paksa oleh pasukan khusus."

"Hmm masa iya menjemput pengantin dengan pasukan khusus, emang aku penjahat?"

Nick tersenyum mendengar percakapan dua wanita itu. Percakapan ringan mereka membuat ia merasa rileks sejenak. Setelah seharian tegang akhirnya Nick bisa tersenyum hari itu. Nick pun memutuskan untuk berbelok arah, ia harus terlebih dahulu menghadap sang penghulu dan menunggu Alea di sana.

Selang beberapa saat Alea ditemani Andin berjalan memasuki tenda. Suasana yang tadinya sempat tegang karena mengira Alea kabur akhirnya kembali tenang.

Alea di giring pengarah acara untuk duduk di atas sebuah permadani tepatnya di samping Nick.

Matanya mendelik menatap sosok Nick, pria berjas abu abu di belakang cotage tadi benar benar adalah Nick

Alea duduk dengan anggun dan penuh wibawa, laksana gadis dari kalangan kelas atas ia terlihat begitu cantik dan berkelas.

Ijabkabul berlangsung khidmad, Alea dinyatakan sah sebagai istri Nick.

Alea mencium punggung tangan Nick, Nick pun membalas mencium pipinya seraya berbisik.

"Selamat kamu ketiban durian runtuh."

Alea menuduk malu. Percakapannya bersama Andin ternyata didengar oleh Nick.

Nick kemudian memegang tangan Alea keluar dari tenda. Miranda membawa mereka menuju outdor tempat digelarnya resepsi pernikahan untuk diperkenalkan kepada setiap tamu undangan.

Ditengah riuh dan ramainya suasana pesta, perhatian Alea berkali kali tertuju pada Nick. Ia terlihat begitu tampan, sangat jauh dari bayangan Alea sebelumnya membuat mata Alea tak bisa berhenti berpaling darinya.

"Nick," bisik Alea.

Nick mendekatkan wajahnya didekat Alea.

"Ya."

"Masih lama gak? Aku nggak nyaman, mahkotanya dan bajunya berat banget," ujar Alea.

"Baru separuh tamu, setelah ini kita masih harus berfoto dengan media," jawab Nick

Mungkin bagi sebagian orang, menikah itu adalah hal yang paling membahagiakan. Namun nyatanya tidak dengan Nick dan Alea. Mereka harus tersenyum palsu di hadapan semua orang dan beracting selayak pasangan paling bahagia di muka bumi. Karena sejak hari itu, seluruh dunia akan tau siapa the next CEO madison grup. Sebuah perusahan bonafit nomor satu di asia. Perusahan konstruksi nomor satu dan pemilik dari beberapa pusat perbelanjaan dan perhotelan di negri ini. Alea dan Nick harus mejaga image mereka di hadapan publik.

.

.

.

Next

*(Tinggalkan jejak like dan komentarnya ya **😊)*

Chapter 3 - MLMH

Usai acara besar itu, Miranda mengaba abakan agar setiap anggota keluarga berkumpul di gedung utama resort. Artinya Alea harus berjalan kaki menuju ke sana.

Ia berdiri menatap sepatu 12 cm dikakinya, sepatu pilihan Miranda agak terlalu pas di kakinya, semakin lama di pakai berjalan, jemari kaki Alea makin terasa sakit.

Mata Alea kesana kemari mencari Andin, ia butuh bantuannya sekarang. Namun untuk bertanya, tak ada seorang pun yang ia kenal dan tak ada yang mengenal Andin.

"Nick?" Dari arah tenda Nick sedang berbincang dengan seorang pria kurus.

Alea berteriak sekaligus melambai memanggil Nick.

"Nick."

Selain Miranda dan kini Nick, tak ada lagi seorang pun yang ia kenal di situ.

"Nick," panggil Alea sekali lagi.

Nick melirik ke arah Alea kemudian datang menghampirinya.

"Kamu masih disini?" tanya Nick.

"Kamu melihat Andin asistenku?" tanya Alea sambil matanya terus mencari ke sekeliling.

"Wanita sahabat mu tadi?" tanya Nick sembari ikut mencari ke sekitar.

"Aku tidak melihatnya. Kamu butuh bantuanku?" lanjut Nick menawarkan bantuan.

Alea mengangkat kakinya yang mulai terlihat memerah.

"Kakiku sakit, aku tidak bisa kembali ke resort berjalan kaki dengan sepatu itu," jawab Alea.

"Ya sudah aku akan mengantarmu," Nick mengambil sepatu dari atas lantai. "Masih bisa berjalan?"

Alea mengangguk. "Sepatuku?" tanyanya karena Nick sudah menenteng sepatunya.

"Jika membuat sakit kenapa harus dipakai?" ujar Nick kemudian membantu Alea berdiri. Ia bersedia menemani Alea berjalan menuju resort.

Dalam hati Alea tersenyum senang. Tak hanya berwajah tampan, Nick juga baik hati. sepertinya ia benar benar ketiban durian runtuh.

Mendekati resort, cahaya lampu di sekitar mulai tampak terang benderang. Alea baru sadar akan satu hal. Wajah Nick terlihat tegang, keringat segede jagung menetes dipipinya.

"Nick, kamu baik saja?" tanya Alea namun tak di jawab oleh Nick.

"Kita sudah sampai, masuk lah Andin mungkin berada di dalam. Aku masih ada urusan lain di tenda," Nick menyerahkan sepatu Alea kemudian berbalik badan pergi dari situ.

"Terimakasih Nick." Teriak Alea pada sosok yang makin menjauh. Ia terlihat buru buru dengan urusannya.

Alea melanjutkan langkahnya masuk ke dalam resort. Di loby resort yang tak seberapa luas, banyak orang berkumpul disitu termasuk mertuanya Miranda.

Miranda langsung berdiri sesaat setelah Alea tiba.

Ia mengetuk gelas ditangannya dengan sendok untuk meminta perhatian semua orang disitu.

"Seluruh anggota keluarga Madison, kita telah ketambahan anggota keluarga baru." Miranda menunjuk ke arah Alea. "Hazalea Ningrum. Aku mengadakan acara pernikahan dengan tiba tiba, bahkan Alea sendiri tidak tau rencana ini. Dia baru saja tiba beberapa hari lalu dari London. Oh ya, menantuku ini lulusan seni modern dari Royal Halloway, University of London. Lulusan terbaik," seraya menepuk tangan pelan Miranda tersenyum bangga.

Seorang wanita kemudian mendekati Alea sambil menatap kaki Alea yang tak mengenakan sepatu.

"Selamat bergabung dengan keluarga Madison Hazalea," ucap wanita itu sembari menyunggingkan senyum simpul dari bibirnya.

"Alea, dia kakak ipar kamu, Venita Madison," ujar Miranda memeprkenalka anak sulungnya.

Alea tertawa kaku, ia memindahkan sepatu dari tangan kanan ke tangan kiri kemudian menjulur kan tangan memberi salam kepada Venita.

"Kak Venita, apa kabar. Panggil saja saya Alea."

Venita mengangkat kedua Alisnya dan tak menerima jabatan tangan Alea.

Sesaat menyusul di belakang Venita beberapa orang sepupu dan sepupu jauh Nick menyapa Alea.

Dan kemudian beberapa tetua laki laki dan perempuan seumuran ibu mertuanya yang harus ia sambangi. Kini giliran Alea yang memberi mereka salam kemudian mencium tangan mereka.

"Oh ya dimana Nick?" tanya Miranda.

Seorang wanita bersetelan hitam berbisik ditelinga Miranda. Ia kemudian kembali mengetuk gelas dengan sendok.

"Acara keluarga selanjutnya 2 minggu dari sekarang di rumah saya. Sekarang sampai disini dulu, saya masih ada urusan mendadak."

Miranda mendekati Alea kemudian berbisik, "Walaupun tidak ada acara bulan madu, malam pengantin tetap harus di laksanakan, jangan lupa tugas mu. Nick butuh penerus laki laki secepatnya," ujar Miranda.

Alea tertegun, Miranda begitu blak blakan. Tapi memang seperti itulah wanita itu. Sejak awal perjanjian, Alea sudah tau tugas nya dengan baik. Alea bisa apalagi selain menunduk patuh pada Miranda.

"Pulanglah, kamu pasti lelah." Miranda menyerahkan kunci mobil berpita keemasan kepada Alea kemudian meninggalkan ruangan itu.

Saat itu Andin sudah berada di samping Alea.

"Nona, maaf tadi aku-"

"Ayo pulang, kakiku sakit, aku lelah dan ingin istirahat," Alea menyerahkan kunci mobil baru itu ke tangan Andin.

Seperti itulah Miranda, setiap ia menyuruh Alea melakukan sesuatu ia akan memberikan hadiah yang besar kepada Alea. Termasuk memilih sekolah, memilih tempat kuliah, memilih jurusan. Setiap Akea patuh ia akan memberikan imbalan besar kepada Alea.

Setiba di parkiran, Andin memencet tombol kunci mobil ditangannya. Sebuah mobil yang sedang terparkir di parkiran khusus berdecit.

Mata Andin melotot melihat mobil tersebut.

"Lamborghini Egoista," seru Andin.

Alea berjalan mendekati mobil berwarna merah itu kemudian menarik pita dari atas mobil.

"Ada hasil ada harga," gumamnya pelan kemudian masuk ke dalam mobil

Andin mengemudikan mobil menuju sebuah bilangan di pinggiran kota.

"Kamu sudah tau kemana harus membawaku?" tanya Alea. "Seperti nya ini bukan arah menuju rumah ku," lanjutnya.

Andin melirik sejenak ke arah Alea.

"Kita akan pulang ke rumah tuan Nick." Setelah berucap Andin diam sejenak. "Tadi aku bertemu ibu, seperti biasa ada tugas baru dari nyonya Miranda untukku."

"Memata mataiku dan Nick soal perkembangan hubungan aku dengannya." Alea memastikan dan ternyata tebakannya benar Andin mengangguk membenarkan.

"Lebih tepatnya, memastikan kalian secepatnya memiliki komongan," lanjut Andin.

Alea tersenyum, seakan tak percaya namun seperti itulah kenyataannya, Miranda seperti diktator yang akan memantau perkembangan seluruh bawahannya.

"Urusan ranjang pun ingin dipantaunya," gumam Alea kemudian bersandar lemah pada sandaran kursi.

Selang beberapa saat mereka berkendara, mereka mulai memasuki sebuah kawasan perkebunan. Tak ada satupun rumah di wilayah itu. Namun di ujung jalan sebuah rumah megah berwarna putih berdiri kokoh dengan kemilau lampu yang menyorot rumah itu dari berbagai penjuru.

Mobil sport terbaru itu terus melaju melawati jalan lurus itu hingga tiba di halaman rumah tersebut.

Alea dan Andin di sambut oleh seorang pelayan pria dan wanita. Pria itu mengambil kunci mobil dari tangan Andin sedangkan si pelayan wanita mempersilahkan mereka masuk ke dalam rumah.

"Nick sudah pulang?" tanya Alea.

"Sudah," jawab pelayan itu.

Setiba di pintu besar, belasan orang pelayan berbaris rapih menyambut kehadiran Alea dan Andin.

"Selamat datang nona Alea. Dan selamat menempuh hidup baru," sapa mereka bersamaan sambil membungkuk setengah badan.

"Dimana Nick," tanya Alea lagi.

"Tuan di auditorium belakang, sedang ada urusan pekerjaan," jawab pelayan itu.

"Aku ingin menemuinya," ucap Alea namun pelayan paruh baya itu hanya semakin menundukkan kepalanya.

"Jarak auditorium dari rumah ini lumayan jauh dan sudah malam Nona. Saat tuan selesai dengan urusan nya ia pasti akan ke sini," jelas pelayan itu.

Alea menatap lama pelayan itu sembari berpikir. Kakinya masih sakit, dan ia pun agak lelah, ya sebaiknya ia bicara dengan Nick besok.

"Oh ya saya Raudah, saya kepala pelayan di sini. Jika butuh sesuatu saya akan siap membantu nona," ucap pelayan itu kemudian membungkuk semakin dalam.

"Baiklah, dimana kamar ku?"

Raudah mengantar Alea menuju kamar utama di rumah itu.

"Andin, istirahatlah, kamu juga pasti lelah," ucap Alea sebelum masuk ke dalam kamar nya.

Kamar luas bercahaya temaram lilin itu di tata sedemikian indah. Lilin aromatik dan taburan kelopak mawar merah dimana mana.

Tak ingin berpikir lebih lagi, Alea merebahkan tubuhnya di atas ranjang kemudian terlelap.

.

.

.

Dini hari Alea terbangun dari tidurnya. Tenggorokannya yang kering membuat ia harus bangun untuk mencari air sekedar untuk membasahi tenggorokan.

"Nick tidak pulang, apa pekerjaannya sangat penting hingga harus melewati malam pengantinnya. Atau?" Alea bertanya tanya dalam batinnya.

Setelah beberapa tegukan air dari dalam gelas di atas nakas, Alea melepas kebaya lengkap yang masih menempel di badannya dengan pakaian dari dalam lemari. Ia kembali ke atas ranjang mencoba terlelap namun terasa sulit.

Akhirnya bangkit dari pembaringan menuju teras kamar itu. Pemandangan rumput dari kegelapan malam terlihat begitu tenang.

Tanpa sadar mata Alea menangkap sosok pria yang sedang berlari larian dari arah belakang. Pria itu terus berlari telanjang dada menuju rumah besar itu.

"Nick? Itu Nick? Apa yang dilakukannya subuh subuh begini?"

.

.

.

Next

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!