Namanya Lussy Annamartika seorang gadis belia yang sedang sibuk dengan ujian akhir sekolahnya, menyelesaikan segala bentuk ujian untuk menghadap sebuah ke lulusan masa sekolah menengah atas, serta bersiap diri untuk melanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi.
Ussy nama panggilannya yang sering disebut oleh teman dan keluarganya. Ussy seorang gadis yang di kenal akan tangguh dalam menarungi kehidupan dan sangat gigih dalam segala perjuangan. Tidak mengenal lelah dan pantang menyerah dalam segala hal, teguh dalam pendiriannya. Dan memiliki cita-cita sebagai Dosen.
Ussy adalah seorang wanita yang cerdas sehingga dia mampu mendapat beasiswa di sekolah dan seluruh biaya pendidikan ditanggung oleh pihak sekolah. Ekonomi keluarga yang kurang memadai membuat Ussy harus lebih rajin belajar dan bekerja paruh waktu sebagai pelayan disalah satu rumah makan dengan upah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan makan keluarga dan membeli beberapa buku saja.
Setiap pagi buta hingga matahari berada diatas pelupuk, Ayah Ussy selalu bergegas menjalani tugasnya sebagai buruh tani yang hanya diberi upah lima belas ribu rupiah dalam sekali tani, kadang hanya di beri upah sekilo beras saja dan juga penghasilannya tidak tetap. Oleh karena itu Ayah Ussy mengayuh Becak setelah bertani untuk mendapatkan penghasilan tambahan demi menghidupi keluarganya.
Dan Ussy mempunyai seorang Ibu bernama Surni dengan paras yang cantik dan anggun. Serta dikenal seorang yang baik dalam hubungan tetangga. Ibu Ussy tidak hanya diam, Ibu juga ikut serta membantu ekonomi keluarga dengan buruh cuci pakaian. Meski hanya di beri upah dalam sepuluh ribu rupiah per kilo baju. Namun tetap dijalani untuk menambah penghasilan.
Akan tetapi, itu semua tidak menutupi kebutuhan sekolah Ussy dan kedua adiknya, maka dari itu Ussy sebagai anak pertama harus membantu kedua orang tua, meski berat untuk dilakukan tapi Ussy ikhlas menjalaninya demi terus menyambung kehidupan dan pendidikan lebih sejahtera.
Ussy juga mempunyai dua adik kandung, yang pertama bernama Luna saudara kedua Ussy, sering dipanggil dengan sebutan Una. Luna baru saja menginjak kelas akhir sekolah dasar dan akan segera menepuh sekolah menengah pertama (SMP), dan terakhir si bungsu Lily yang dua tahun lebih muda dari Luna, dengan paras Lily yang cantik dan periang.
...***...
Bel pulang sekolah berbunyi, Ussy langsung bergegas bersiap diri untuk bekerja dan dengan cepat mengayuh sepeda menuju tempat kerjanya. Dengan jarak yang cukup jauh, namun Ussy tidak mengenal lelah dia terus mengayuh tanpa henti. Keringatnya peluh dan sedikit gemetar badan, karena belum ada asupan makanan dari pagi, bekal makanan yang disiapkan Ibu belum Ussy buka masih tersimpan rapih dalam tas.
Akhirnya telah sampai sudah ditempat kerja Ussy, lalu Ussy menyimpan sepedanya di parkiran khusus sepeda. Ussy membuka pintu restoran, langsung menuju ke ruang karyawan, dan dengan segera mengganti pakaian. Ussy keluar dengan pakaian yang sudah diganti.
"Akhirnya kamu datang Ussy, tolong cepat bantu yang lain, hari ini cafe sangat ramai," Ujar Boni teman kerja Ussy.
Ussy hanya menganggukan kepalanya sambil berlalu mengerjakan tugas sebagai pelayan rumah makan, langkahnya terus berjalan menghidangkan pesanan makanan, sesekali menulis pesanan. Hari itu restoran sangat ramai membuat Ussy pusing dan kelelahan, badannya gemetar, dengan perut keroncongan. Hampir saja Ussy menjatuhkan piring ketika hendak mencucinya, lantas Boni menyuruh Ussy untuk istirahat.
"Kamu kenapa Ussy? Pucat banget wajah kamu? Udah sini sama Boni saja cuci piringnya, kamu istirahat dulu sana," Perintah Boni yang melihat Ussy hampir menjatuhkan piring.
"Terima kasih, Kak Boni," Jawab Ussy sambil berlalu menuju ruang karyawan.
Ussy membuka lemari Locker dan merogoh tasnya mengambil bekal yang sempat dia lupakan, Ussy duduk diatas sehelai tikar dan perlahan membuka bekal makanan yang disiapkan ibu. Seperti biasa Ubi rebus dengan keadaan dingin Ussy lahap untuk mengganjal rasa laparnya, dua biji Ubi rebus telah masuk dalam perut.
Tidak sengaja Ella teman satu pekerjaannya yang bertugas sebagai kasir melihat Ussy yang makan dengan Ubi rebus lagi, Ella merasa kasihan dengan keadaan Ussy yang semakin hari semakin terlihat kurus. Lalu Ella menghampiri Ussy dan memberinya dua potong ayam goreng, Ussy tersenyum gembira ketika Ella memberi makanan yang hampir tidak pernah Ussy makan bahkan mungkin Ussy lupa cita rasa ayam goreng seperti apa.
"Ussy ... ini mbak Ella bawakan ayam goreng untuk kamu, terima ya," sahut Ella.
"Terima kasih banyak kak Ella," balas Ussy dengan senang menerima makanan tersebut sambil tersenyum.
"Iya Dek, Dek Ussy harus banyak makan ya. Kalau kurus jelek haha...," jawab Ella bergurau sambil tertawa kecil pada Ussy.
Ella kembali kerja, Ussy tersenyum dan berucap syukur kepada Tuhan telah mendapat makanan yang sangat berharga. Namun Ussy tidak memakannya melainkan disimpan dalam tas, untuk diberikan kepada kedua adiknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Tanpa sadar Ussy menitikan air matanya, menahan rasa sakit dan perihnya kehidupan.
Kedua Adikku tidak boleh merasakan ini, mereka harus bahagia. Cukup aku yang merasakannya.
Ungkapnya dalam hati sambil mengusap air mata dan kembali bekerja.
...***...
Malam telah tiba, jam menunjukan pukul tujuh malam. Ussy segera membereskan kursi dan meja serta bersiap diri untuk pulang. Ibu Mira adalah pemilik restoran, memberi pengumuman kepada seluruh karyawannya.
"Terima kasih saya ucapkan kepada kalian semua, karena telah bekerja semaksimal mungkin. Dan hari ini adalah hari dimana restoran sedang ramai maka dari itu saya akan memberi kalian semua bonus." ucap Ibu Mira dengan senyum gembira.
Seluruh karyawan bersorak gembira, dan tersenyum puas karena hasil kerja yang tidak sia-sia. Sebelum pulang seluruh karyawan berbaris dan mendapatkan uang bonus dari Ibu Mira. Setelah mendapatkan upah bonus, Ussy langsung bergegas pulang dan mengayuh sepeda dengan semangat.
Ditengah perjalanan Ussy membeli beberapa makanan untuk makan malam keluarganya. Roda sepeda berhenti didepan pagar kayu lapuk, rumah yang berdinding kayu tanpa jendela dan berlampu redup serta pintu yang sedikit reyot membuat sekali getaran gempa datang akan rubuh semua.
Ussy mengetuk pintu rumah, tidak lama pintu rumah terbuka dan disambut oleh ibu tercinta dengan memberi kecupan hangat pada kening Ussy. Dengan rasa khawatir yang sedikit mereda melihat Ussy telah pulang dengan selamat.
"Wah ... Kakak bawa ayam goreng!" Ujar Luna adik kedua Ussy dengan matanya yang berbinar melihat dua potong ayam goreng.
"Mana? Aku mau dong...," Timpa Lily si bungsu yang imut, namun Lily langsung terdiam ketika membuka plastik yang berisi ayam goreng. Lantas Ussy bertanya kepada Lily mengapa sang adik terdiam seperti tidak senang apa yang di
bawanya.
"Ada apa Lily? Kenapa tiba-tiba diam?" Tanya Ussy kepada Lily.
Dengan lugunya Lily menjawab. "Kenapa hanya ada dua potong? Kita kan berlima kak?"
Ibu tersenyum seraya mencubit manja pipi Lily. "Tidak apa Lily sayang ... ayam goreng itu buat Lily sama kakak Una saja. Ibu cukup memakan yang ada saja,"
Ussy pun tersenyum kepada Lily membenarkan apa yang di ucapkan Ibu, Lily membalasnya dengan gembira sembari melahap ayam goreng penuh semangat, kemudian Luna mencubit secuil ayam lalu menyuapi kepada Bapak, Ibu, dan Ussy.
"Walaupun Bapak, Ibu, dan Kak Ussy tidak mendapatkan ayam goreng, setidaknya kalian harus merasakan rasa ayam ini sungguh enak. Karena Ibu selalu bilang pada Una kalau hidup harus saling berbagi," Ujar Luna dengan tersenyum.
Ibu langsung memeluk Luna yang polos dan lugu dengan hangat sambil mencium kening Luna seraya berucap. "Una memang anak pintar!"
Ussy menitikan air mata haru melihat kejadian yang begitu indah di dalam keluarga kecilnya. Seraya berucap syukur.
Terima kasih Tuhan.
Matahari telah terbit, pagi terasa dingin saat itu. Ussy terbangun dari tidurnya dan bergegas bersiap diri untuk berangkat sekolah.
"Bapak kemana Bu?" Tanya Ussy melihat sekeliling rumah sambil mengucek matanya serta sedikit menguap.
"Bapak sudah pergi ke ladang, katanya disuruh cepat menyelesaikan kerjaan di ladang sama juragan Komar, memangnya ada apa?" Timbal ibu kembali bertanya dengan tangan yang sibuk menyisir rambut Lily.
Ussy hanya menggelengkan kepalanya memberi isyarat tidak ada jawaban seraya berlalu mandi, Luna dan Lily telah siap untuk bersekolah dengan baju yang rapih meski sedikit terlihat lusuh warnanya karena berulang kali dicuci dan sedikit ada jahitan di lengan baju yang sobek, belum sempat mengganti yang baru.
Ussy mengeluarkan sepedanya dan bersiap untuk berangkat sekolah, Luna yang duduk di jok belakang sepeda dan Lily duduk di depannya, seperti biasa Ussy mengantar sekolah kedua adiknya terlebih dahulu dengan sepedanya.
Ussy selalu mengantarkan dua Adiknya ke sekolah dengan sepeda kesayangan yang diberi Bapak ketika hadiah ulang tahun, selalu Ussy rawat dengan baik, dan menjadi saksi bisu perjuang dan jerih payah Ussy menjalani hidup. Setelah usai mengantar kedua Adik, kini giliran Ussy untuk berangkat ke sekolahnya. Itulah rutinitas Ussy setiap harinya ketika hendak pergi sekolah.
...***...
"Ussy...," Teriak seseorang memanggil dari kejauhan, Ussy berhenti mengayuh sepeda dan menoleh.
Terlihat dari kejauhan seseorang lelaki dengan semangat mengayuh sepeda dengan wajah yang berseri dengan membawa tas selendang.
"Umar?" Ucap Ussy saat melihatnya lebih jelas dengan sedikit mengerinyitkan dahi.
"Tunggu atuh! Bareng ke sekolahnya," pinta Umar, ussy menganggukan kepalanya dan kembali memboseh sepeda bersama dengan Umar.
Umar adalah teman dekat Ussy sejak dini, mereka berdua pasti selalu satu sekolah. Dari mulai sekolah dasar sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) pasti selalu satu sekolah yang sama. Ussy dan Umar juga mempunyai rencana untuk memasuki perguruan tinggi yang sama juga. Orang lain melihat Ussy dan Umar seperti Saudara kandung, karena wajah Ussy dan Umar yang hampir mirip hanya sikap yang membedakan mereka berdua.
Ussy yang bersikap dingin dan hanya tersenyum kepada seorang yang dikenal saja, berbeda dengan Umar yang mempunyai sifat energik dan murah senyum sehingga banyak wanita yang tersentuh hati melihat perilaku Umar yang lembut dan ramah, meski sifat jahil Umar kadang selalu kambuh. Terkadang Umar kekanakan juga.
Akhirnya mereka sampai di sekolah dan berpisah ketika hendak memasuki kelas, kelas Umar lebih jauh dari pada kelas Ussy. Kadang Umar selalu mengerjakan tugasnya yang belum selesai di kelas Ussy dan meminta bantuan kepada Ussy, hal tersebut membuat teman wanita kelas Ussy terpesona dengan ketampanan dan ramahnya Umar, sehingga banyak teman wanita Ussy yang meminta di dekatkan dengan Umar, mungkin bahasa gaulnya 'Comblang'.
---
*Bel sekolah berbunyi
Ujian akhir di sekolah Ussy akhirnya selesai, tinggal menunggu hasil kelulusan.
"Akhirnya ujian akhir sekolah selesai juga, semoga hasilnya memuaskan!" ujar Ussy dengan menghembus lega,
Para siswa keluar ruangan dan Ujian akhirnya terselesaikan, salah satu teman Ussy sebut saja Jamal si ketua kelas itu menghampiri Ussy dengan menepuk pundaknya, Ussy sedikit terkejut dan menoleh serta menanyakan mengapa menepuknya, lalu Jamal memberitahu kepada Ussy bahwa Ussy di panggil oleh Ibu Riska wali kelasnya, untuk menghadap ibu Riska di ruangannya. Ussy menganggukan kepalanya dan langsung berlalu menghampiri ruangan Ibu Riska.
#Ruang guru
"Permisi," Ucap Ussy mengetuk sambil membuka pintu perlahan.
"Oh Lussy, silahkan masuk," Jawab Ibu Riska mempersilahkan.
Ussy duduk berhadap Ibu Riska dengan wajah yang polosnya Ussy bertanya ada apa memanggilnya, Ibu Riska langsung menjabat tangannya Ussy dan memberi selamat atas nilai terbaik dan mendapat beasiswa di perguruan tinggi, mata Ussy berbinar ketika mendengar kabar gembira tersebut.
"Selamat ya Lussy kamu mendapatkan beasiswa ke perguruan tinggi, tapi hanya universitas diluar kota saja yang hanya menerima beasiswa ini. Universitas kota ini tidak menampung murid beasiswa. Jadi ibu harap kamu melanjutkan pendidikan kamu meski jaraknya cukup jauh, jangan patah semangat hanya karna jarak ya, Nak!" Ujar Ibu Riska memberi semangat.
Ussy mengangguk seraya mengucapkan terima kasih serta rasa syukur kepada Tuhan, Ussy harus memikirkan terlebih dahulu dengan matang untuk melanjutkan kuliah di luar kota. Mungkin bagi Ussy berat untuk meninggalkan kedua orang tua nya terutama kedua adiknya yang masih kecil. Tak lama Ussy keluar ruangan, dengan perasaan yang bingung. Apakah harus bahagia atau sedih?
---
Umar yang melihat Ussy berjalan dengan wajah kebingungan langsung menyapanya dan bertanya apa yang membuat Ussy bingung, lantas Ussy menceritakan semua yang terjadi saat itu. Dan ussy meminta pendapat Umar tentang keberlangsungan pendidikannya.
"Umar, kalau kamu kuliah diluar kota bakal dikasih ijin engga sama kedua Orang tua mu?" Tanya Ussy.
"Hmm ... kalau kuliah diluar kota, Orang tua Umar enggak bakal kasih ijin. Apa kamu mau mengambil beasiswa itu dan kuliah begitu jauh?" Timbal Umar bertanya sambil berjalan menuju arah sepeda.
"Ussy juga bingung," Ussy hanya menggelengkan kepalanya memberi isyarat bahwa belum ada keputusan.
Lalu Umar memberi solusi kepada Ussy dengan kuliah di kota tempat tinggalnya dan biaya kuliah bisa Umar kasih pinjam dahulu kepada Ussy, tapi Ussy tidak setuju dengan solusi Umar. Karena Ussy takut tidak mampu membayar hutangnya kepada Umar, belum lagi Ussy harus bantu pendidikan kedua Adiknya yang masih kecil.
Sepedanya langsung mengayuh arah tempat kerja, Umar dan Ussy berpisah dipertigaan jalan. Umar pergi pulang kerumahnya, sedangkan Ussy pergi berjuang kembali bekerja dengan seragam yang masih lekat di tubuhnya.
Disepanjang jalan Ussy hanya melamun memikirkan pendidikannya, apakah harus melanjutkan atau tidak? Bingung bukan kepayang dalam pikiran Ussy hingga membuatnya tidak fokus dalam memboseh sepeda yang hampir bertabrakan dengan mobil, kejadian tersebut membuat Ussy terkejut lagi tersadar agar harus tetap konsen dalam perjalanan.
"Astaga! Hampir saja!" Ujar Ussy tersontak kaget yang hampir tertabrak mobil.
---
#Tempat kerja
Bruk,
Ussy tidak sengaja menjatuhkan pesanan satu gelas minuman dingin ketika Ussy mengantar pesanan pelanggan nomor 12, seorang Pria dengan kemeja berwarna biru yang basah terkena tumpahan minuman pesanannya. Pria tersebut langsung berdiri dan memaki Ussy yang bekerja tidak benar.
"WOY... BISA KERJA ENGGA SIH! BAJU SAYA JADI BASAH KAYA GINI! KAMU TAU INI BAJU MAHAL, GAJI KAMU SAJA TIDAK BAKAL CUKUP BUAT GANTI INI BAJU!" Ucap Pria dengan penuh kesal dan arogan.
Ussy bergetar dan meminta maaf berulang kali, namun Pria tersebut hanya membalas dengan memaki Ussy dengan nada tinggi. Membuat suasana restoran menjadi tegang, akhirnya Ibu Mira datang dan melerainya. Dengan secara berat hati Ibu Mira meminta maaf atas keteledoran karyawan, namun Pria tersebut membuka kemejanya.
"Gini ya Bu, saya tidak butuh maaf Ibu! Dan sudah tidak selera buat makan juga! Tolong Ibu perhatikan kembali kinerja karyawan ibu! Karena baju saya sudah basah dan sudah tidak layak pakai!" Maki Pria tersebut dengan angkuh sambil melempar kemeja tepat kepada wajah Ussy dan berlalu begitu saja meninggalkan restoran.
"Lussy cepat ke ruangan saya!" perintah Ibu Mira dengan wajah yang penuh akan amarah yang dibendung seraya berlalu meninggalkan Ussy.
Pikiran Ussy kacau, perasaannya pasang surut. Matanya berlinang menahan air mata yang tidak bisa ditahan lagi. Langkah semakin bergetar ketika semakin mendekat ruang Ibu Mira.
Akhirnya pikiran Ussy menjadi nyata, Ibu Mira sangat marah besar kepadanya dan mengancam untuk memecat Ussy, lalu Ibu Mira juga hanya akan memberikan setengah gaji kepada Ussy selama dua bulan kedepan.
Ussy pulang lebih cepat dengan hati yang begitu remuk dan hancur, air matanya terus menetes disepanjang jalan. Lantas sepedanya berhenti ditengah jalan disalah satu tempat yang begitu luas dengan hamparan danau yang jernih dan hembusan angin. Ussy menjerit sekerasnya melepas segala rasa kesal dan amarahnya dengan terus menangis tersedu.
"KARENA KEMEJA PRIA INI! AKU JADI SIAL! ARRGHH...," teriak Ussy sambil menghempas kemeja Pria arogan tersebut, langsung terhembus angin.
Ussy berjalan pulang menuju rumah lebih cepat dari biasanya karena masalah yang menimpa Ussy tadi membuat Ussy dipulangkan oleh Ibu Mira, saat telah sampai depan rumah dan berjalan mendekati pintu, Ussy membukanya dengan sedikit lemas. Ussy melihat sekeliling dalam rumah dengan keadaan yang sepi. Ussy memanggil Ibu disetiap ruang, tidak lama Ussy mendapati Ibu yang sibuk dengan setumpuk cucian kotor para pelanggan.
"Eh Ussy sudah pulang nak?" Tanya Ibu saat menoleh dan tersadar keberadaan Ussy.
Kemudian Ussy langsung menghampiri sang Ibu dan mengambil beberapa helai pakaian kotor, upaya untuk membantu sang Ibu. Namun Ibu menolak bantuan Ussy.
"Biar Ussy bantu Bu," Ucapnya menawarkan bantuan.
"Sudah tidak apa-apa, Nak. Biar Ibu saja yang cuci. Kamu beristirahat saja, kamu pasti lelah'kan?" jawab Ibu penuh lembut.
Ibu tidak tega melihat wajah Ussy yang tergambar sangat lelah dengan kantung mata cukup lebar.
Awalnya Ussy bersikukuh untuk membantu Ibu, namun Ibu tetap menolak, Menyuruh Ussy untuk segera istirahat. Akhirnya Ussy mengalah walau berat hatinya, tetapi raga telah setuju untuk menerima kekalahan tersebut agar segera beristirahat.
Tubuh menghempas ranjang, menghela nafas panjang. Pikirnya masih berkecamuk, raga ikut remuk. Mata perlahan memejam, upaya untuk menghilang penat. Ussy tertidur dengan seragam yang masih memeluk erat tubuh, tidak sempat ganti karena tidak kuat menahan kelopak mata untuk terpejam.
Luna dan Lily yang asik bermain dengan mainan kayu yang dibuat Bapak, seketika ingin menuturi Ussy yang melintas masuk ke dalam bilik kamar. Luna yang pertama membuntuti Ussy dengan mainan kayu yang masih digenggam erat.
Terakhir si bungsu Lily yang melihat Luna bangkit dari duduknya dan meninggalkannya, membuat Lily ingin mengikutinya juga. Luna membuka tirai kamar Ussy. Terlihat jelas Ussy yang langsung tertidur pulas dengan seragam yang belum sempat diganti, membuat sang adik tidak tega untuk membangunkan.
"Yah ... Kak Ussy sudah tidur," ucap Luna dengan nada yang kecewa.
Tak lama Bapak pulang, membuka pintu dan duduk di kursi kayu yang reyot. Membuka Caping dan mengelap keringat. Bapak melihat Luna dan Lily yang terus berdiam dan menatap kamar Ussy lalu Bapak dengan lembut menegur.
"Una ... Lily ... kenapa kalian melihat terus kamar Kak Ussy?" Tanya Bapak.
Lalu, Luna dan Lily mendekati Bapak dan mencium tangan sang Bapak yang baru pulang dari ladang, sebuah rutinitas salam tangan yang biasa dilakukan ketika hendak keluar atau datang atau sering disebut dengan istilah Salim.
"Una dan Lily mau bermain dengan kak Ussy. Tapi ... Kak Ussy sudah tertidur pulas," Luna menjawab pertanyaan Bapak.
Kemudian Bapak mengelus puncak kepala Luna dengan lembut, Bapak membalas dan memberi penjelasan bahwa Ussy sudah terlalu lelah mungkin dilain waktu pasti bisa bermain bersama Luna dan Lily. Dua Adik tersenyum ketika mendengar penjelasan Bapak, dan kembali bermain bersama didepan teras rumah.
Ibu yang baru keluar dari kamar mandi, membawa dua ember penuh cucian yang hendak di jemur. Bapak yang melihat Ibu begitu keberatan membawa dua ember cucian membuat Bapak tak tega melihatnya dan langsung membantu membawa ember penuh pakaian basah. Juga membantu menjemur pakaian juga.
"Bu ... kenapa Ussy sudah pulang lagi?" Tanya Bapak sambil menjemurkan pakaian.
"Ussy pulang lebih awal karena kerjanya libur dan ujian sekolah telah selesai jadi Ussy pulang lebih awal dan Ibu suruh Ussy untuk segera istirahat," Jelas Ibu.
"Syukur kalau begitu, jadi Ussy lebih banyak waktu untuk beristirahat," lega Bapak.
Bapak mengucap syukur karena Ussy bisa istirahat lebih lama, sebetulnya Bapak tidak tega melihat Ussy harus bekerja paruh waktu, tapi Ussy sulit untuk menerima penolakan. Maka dari itu Ussy dapat ijin untuk bekerja dengan perjanjian Ussy tidak boleh terlalu cape.
Bapak selesai membantu Ibu menjemur pakaian, Bapak langsung berangkat kembali untuk mengayuh Becak untuk menambah penghasilan. Pulang hanya untuk minum segelas air, dan istirahat sejenak meski perut keroncongan. Tapi sudah terbiasa bagi Bapak menahan rasa lapar.
...***...
Hari mulai petang, Ussy terbangun dan membuka tirai kamar, pergi beranjak keluar kamar. Melihat kedua Adiknya yang masih bermain didepan halaman rumah. Betapa gembira dua Adik Ussy ketika melihat Ussy menghampirinya. Senyum Luna langsung tersirat dan mengajak Ussy agar bermain bersama. Dengan senang Ussy menerima ajakan dua Adik. Canda dan tawa terdengar hangat.
Ibu hendak memasak. Namun ketika melihat Bakul beras ternyata kosong, Ibu lupa membelinya. Dan berniat pergi ke kedai terdekat untuk membeli beras.
"Ibu mau kemana?" Tanya Ussy saat melihat Ibu hendak keluar.
"Ibu mau beli beras dulu di kedai depan sana,"
"Sudah sama Ussy saja belinya, sekalian mau ajak jalan-jalan sore Una dan Lily," Jawab Ussy memberi bantuan.
Awalnya ibu menolak, namun dua Adik terlanjur senang mendengar ajakan Ussy, Luna dan Lily akhirnya merayu Ibu untuk menyetujui pendapat Ussy. Akhirnya Ibu mengijinkan mereka untuk membeli beras sembari menikmati senja.
"Asik ... jalan-jalan sama Kak Ussy," Ujar Lily si Bungsu penuh riang, ketika hendak dinaikkan di jok depan sepeda.
Ussy tersenyum melihat dua Adik bahagia. Dengan semangat Ussy memboseh sepeda. Sepanjang jalan dua Adik tidak henti bercerita kepada Ussy, membuat Ussy kelelahan untuk menjawabnya.
---
Malam pun tiba, suara pagar terbuka terdengar. Bapak pulang dengan Becaknya dan memasuki depan rumah. Bapak peluh penuh keringat, matanya lelah, kulitnya kusam akan debu. Setelah seharian berjuang untuk menghidupi keluarga kecil. Ibu memberi teh hangat kepada Bapak.
"Terima kasih," ucap Bapak sambil menerima secangkir teh tersebut dan menyeruputnya.
"Oh iya Bu, apa Ibu sudah masak?" Tanya Bapak sambil mengusap perutnya, lantas ibu menjawab sudah menyajikan beberapa masakan dan menunggu Bapak pulang untuk menyantap makan malam bersama.
Kemudian Bapak beranjak dari duduknya dan menghampiri meja makan. Santapan makan malam pun dimulai, namun ada yang aneh terhadap Ussy yang tidak biasanya. Ussy selalu termenung dengan tatapan kosong. Bapak bertanya kepada Ussy perihal ke rasa gundahnya. Ussy langsung memberi penjelasan yang selama ini menghantui pikirannya.
Hal yang tidak terpikirkan oleh Ussy terjadi, Bapak memberi respon yang membuat hati sedikit terkejut lagi haru. Bapak mengusap kepala Ussy dengan lembut dia menjawab semua keresahan hati Ussy yang ingin melanjutkan pendidikannya.
"Bapak bangga punya anak cerdas, baik, dan tangguh seperti Ussy, Bapak beri ijin Ussy untuk melanjutkan kuliah dan menggunakan beasiswa tersebut, meskipun Ussy harus ke luar kota. Ingatlah peribahasa 'Tuntut lah Ilmu meski ke Negeri Cina' dan pinta Bapak cuma satu, Ussy harus bisa jaga diri ya. Jangan tinggi hati, selalu bantu yang lemah," Petuah Bapak kepada Ussy si Anak sulungnya.
Air mata yang berlinang tak mampu menahan untuk jatuh, ketika mendengar yang begitu menakjubkan di telinga Ussy. Ussy langsung memeluk Bapak dengan hangat, hingga derai air mata tanpa henti mengalir.
"Terima kasih Bapak ... Ussy sangat sayang Bapak!" ucap Ussy tersedu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!