NovelToon NovelToon

Nafsu Sang Dewa

Bab 1

"Uuukkhhh... Aakkhhh... Iiikkhhh..." des*han wanita yang berada dibawah tubuh Dewa membuat ia semakin bergairah melakukan hubungan seksualnya sampai ia berkeringat tak karuan.

"Lagi.. Lagi Beby.. Sebut nama ku.. Sebentar lagi ini akan keluar" Dewa semakin mempercepat hingga akhirnya cairan tersebut keluar membuat Dewa tersenyum senang mencium kening si wanita dengan puasnya. "Terima kasih beby, kamu memang yang terbaik".

Si wanita tersebut dengan manja menyentuh dada bidang Dewa menggunakan jemari lentik tangannya.

"Terima kasih Dewa, kamu juga berhasil membuat aku sampai seperti ini. Kamu menikmati tubuh ku kan?".

"Sangat honey, aku sangat menyukai semua anggota tubuh mu".

Lalu kedua orang itu berpelukan mesra diatas ranjang dengan tubuh tanpa dibaluti sehelai benangpun. Tidak lama setelah itu, mereka terlelap tanpa sadar kalau sekarang jam sudah menunjukkan pukul 10 malam.

DDDDRRRTTT... DDDDRRRTTT...

Kemudian Dewa menyambar ponselnya, ia melihat panggilan itu berasal dari Thomas sahabat masa kecilnya.

"Mmmm, ada apa Thomas?".

"Kamu dimana sekarang Dewa?".

Dewa melihat wanita yang berada disebelahnya itu, "Aku lagi di hotel" jawabnya membuat Thomas menebak kalau Dewa saat ini pasti sedang bercinta dengan wanita lagi.

"Bisakah kamu pergi sekarang juga dari sana? Aku sudah menemukan sekretaris yang kemarin kamu bicarakan dengan ku. Aku akan menunggu mu di tempat biasa".

"Jam segini?".

"Iya, buruan".

"Baiklah kalau begitu" Dewa menurunkan kedua kakinya dari atas ranjang, lalu segera memakaikan pakaiannya dan langsung pergi begitu saja tanpa berniat membangunkan si wanita tersebut.

Dan setelah Dewa pergi meninggalkan kamar hotel, si wanita itu membuka mata menatap kearah pintu yang sudah ditinggal pergi oleh Dewa begitu saja tanpa sepatah dua kata.

"Hhhmmss... Lagi-lagi dia pergi meninggalkan aku begitu saja".

Hingga kini Dewa tiba disana, ia langsung melihat Thomas duduk disalah satu meja kursi yang berada di ujung bersama dengan seorang wanita cantik nan anggun membuat Dewa tersenyum dalam diamnya.

"Cantik juga" batin Dewa.

Kemudian Thomas menyuruhnya duduk dihadapan mereka sembari memberitahu nama wanita yang akan menjadi sekretarisnya itu adalah Nana.

"Bagaimana menurut mu? Kamu menyukainya? Dia lulusan dari universitas luar negeri yang ada di Amerika Serikat dan dia juga mendapatkan nilai yang begitu sangat sempurna sehingga kamu tidak bakalan menyesal telah memilih dia".

Dewa tersenyum, "Baiklah, aku menyukainya. Mulai besok kamu sudah bisa bekerja di perusahaan ku dan juga..." Dewa menatap dari atas sampai bawah setiap lekukan tubuh Nana yang begitu sangat menggoda membuat Dewa junior yang berada di bawah terbawa suasana.

"Ada apa Dewa?" Thomas menebak kalau sahabatnya itu pasti sedang berpikir kalau Dewa sedang tertarik kepada Nana. "Baiklah, kalau begitu aku kesana sebentar. Kalian berdua boleh bicara".

"Mmmm" angguk Dewa membiarkan Thomas pergi meninggalkan mereka berdua. Hingga hanya mereka yang berada disana, dengan senangnya Dewa mengulurkan tangan kanannya agar mereka berjabat tangan seperti pada umumnya.

Sedangkan Nana yang belum mengetahui sifat asli Dewa yang seperti apa. Dengan senang hati ia pun membalas uluran tangan Dewa dengan sopan.

"Terima kasih tuan sudah bersedia menerima saya sebagai sekretaris tuan di perusahaan yang tuan pimpin".

"No no no" Dewa menggeleng kepala. "Harusnya aku yang berterima kasih banyak sudah mendapatkan sekretaris cantik seperti kamu".

Nana tertawa kecil, "Jangan memuji saya seperti itu tuan, saya merasa...

"Merasa apa?" suara Dewa terdengar begitu sangat seksi membuat Nana seketika tersipu malu dengan pipi merona segera memalingkan wajahnya agar Dewa tidak melihat. Namun sayangnya, Dewa yang menyadari akan hal itu langsung berpikir kalau Nana salah satu mangsanya. "Ada apa? Kenapa kamu tidak melihat ku?".

"Tidak" Nana mencoba menghentikan jantungnya yang berdetak tak karuan. Setelah itu ia baru melihat Dewa kembali, tetapi saat itu juga kedua bibir mereka malah bertemu tanpa ia sadari kalau Dewa tepat sekali berada dibelakangnya.

"Hahahaha.. Berhasil" tawa Dewa dalam hati.

Sedangkan Nana, ia membulatkan kedua matanya tidak percaya kalau bibirnya baru saja bertabrakan dengan bibir Dewa sampai ia rasanya ingin menghilang saat ini juga dari hadapan Dewa.

"Ya Tuhan, apa yang baru saja aku lakukan?".

Lalu Dewa tersenyum melihat kedua pipi Nana yang memucat, ia tau kalau wanita yang berada dihadapannya itu pasti sangat ketakutan. Padahal itu semua adalah ulahnya, dan itu sangat ia sukai.

Kemudian Nana menutup wajahnya, ia merasa sangat buruk dan langsung meminta maaf kepada Dewa dengan penuh penyesalan berharap kalau Dewa tidak berpikir kalau ia sedang memanfaatkan kesempatan ini.

"Tidak apa-apa, harusnya aku yang minta maaf sudah lancang".

"Tidak tuan, saya yang salah. Saya yang salah tidak menyadari kalau tuan berada di belakang ku. Sekali lagi saya minta maaf, benar-benar minta maaf".

"Ya sudah, kalau begitu kita berdua sama-sama salah. Terus, kamu pulang sama siapa? ini sudah hampir jam 12 malam. Kalau kamu tidak keberatan aku akan mengantar mu sampai kerumah".

Nana melihat samping kiri kanannya seperti sedang mencari seseorang.

"Kamu mencari Thomas?".

"Iya, dimana dia?".

"Dia tidak akan kemari lagi. Ayo, aku akan mengantar mu".

"Tapi... Bagaimana bisa tuan tau kalau dia tidak akan kemari lagi? Saya takut saya malah merepotkan tuan".

"Aku tau karna dia sahabat ku sejak dari kecil".

Dan lagi-lagi Nana mencoba mencari keberadaan Thomas di dalam sana, dan benar saja seperti yang Dewa katakan kalau ia tidak melihat Thomas berada disana lagi.

"Tapi saya, apa benar-benar tidak akan merepotkan tuan?".

"Tidak" jawab Dewa tersenyum.

"Kalau begitu aku ucapkan terima kasih banyak tuan".

Keduanya lalu pergi meninggalkan restoran dan Thomas yang menyadari keduanya pergi hanya bisa tersenyum geleng kepala karna ia tau betul seperti apa sahabatnya itu sebenernya.

"Ada apa Thomas? Kenapa kamu berdiri disini?" Eva adalah tunangan Thomas yang sebentar lagi akan melangsungkan pernikahan mereka.

"Tidak apa-apa Eva, aku hanya melihat Dewa saja sudah pergi mengantar wanita yang akan menjadi sekertaris ya itu".

"Siapa?" Eva penasaran melihat kearah pandangan mata Thomas. "Wanita itu siapa Thomas? Kamu mengenalnya?".

"Tidak, aku tidak mengenalnya siapa. Tapi aku yang mempekerjakan dia untuk menjadi sekretaris Dewa".

"Benarkah? Terus kamu bertemu dimana dengan wanita itu?".

"Di pesawat, dia datang dari Amerika mencari pekerjaan. Ketepatan kemarin Dewa menyuruh ku mencari sekretaris untuknya, jadi aku mengusulkan dia saja".

"Oh, tapi sepertinya wanita itu sangat cantik. Aku jadi berharap agar Dewa jatuh cinta lagi seperti dulunya. Tapi.. Tapi aku takut Dewa akan kecewa untuk yang kedua kalinya".

"Mmmm, aku juga sangat ingin sekali Dewa kembali seperti dulu".

Bab 2

Dan sekarang keduanya sudah tiba di depan gerbang tempat Nana mengontrak sebuah rumah untuk satu tahun ke depannya. Kemudian Dewa ikutan turun dari dalam mobil, ia melihat rumah yang Nana tempati terbilang cukup nyaman dan ia sedikit menyukainya.

Nana lalu mengajak Dewa masuk ke dalam kerumahnya sebelum ia pulang. Dengan senang hati, Dewa pun langsung mengikutinya dari belakang.

"Ayo duduk tuan, saya akan membuatkan kopi atau tuan mau saya buatkan apa? Kebetulan juga tadi saya baru habis belanja" Nana tersenyum manis dan senyuman itu membuat Dewa sangat menyukainya.

"Kamu sangat cantik".

"Ya?".

Dewa mengeleng kepala, "Tidak apa-apa. Kamu buatkan aku kopi saja".

"Baiklah kalau begitu, saya buatkan sebentar ya tuan".

"Mmmmm".

Sambil menunggu Nana, Dewa melihat-lihat seisi dalam rumah Nana yang begitu sangat sederhana tapi sangat ia sukai. Lalu melihat sebuah album foto, ia menebak kalau orang yang berada di dalamnya itu pasti kedua orang tua Nana.

"Tapi siapa pria ini?".

"Tuan sedang melihat apa?" Nana bertanya menaruh kopi Dewa diatas meja. Lalu berjalan kearahnya melihat Dewa menujuk foto tersebut. "Oh, mereka adalah keluarga ku tuan. Tapi mereka sudah meninggal dunia 3 tahun yang lalu akibat kecelakaan".

"Benarkah? Dan dia juga?" Dewa menunjuk pria yang berada disebelah Nana.

"Mmmm, dia kakak laki-lakiku".

Dewa mengangguk mengerti, "Pasti ini semua sangat berat untuk mu" ucapnya sambil berjalan kearah sofa melihat kopi yang Nana buatkan berada diatas meja.

Nana tertawa sedih, "Sangat tuan, ini semua sangat berat sekali untuk ku. Karna itu aku pergi meninggalkan Amerika dan akan memulai hidup yang baru selama disini. Dan senangnya, tidak lama setelah itu aku sudah mendapatkan pekerjaan sampai-sampai rasanya aku tidak ingin berhenti mengucapakan terima kasih banyak".

Nana duduk dihadapan Dewa, ia melihat pria itu begitu sangat tampan dan juga berwibawa.

"Kenapa dia sangat manis sekali?" batin Nana.

Tidak lama setelah itu ia melihat keluar, ia merasa kalau hujan akan segera turun, dan jika hujan turun Dewa akan kesulitan pulang kerumahnya sedangkan kopi yang ia buatkan untuk dewa baru saja satu kali seruput.

"Ada apa?" tanya Dewa.

"Itu tuan, seperti hujan mau turun".

"Oh.. Tidak apa-apa kalau hujan turun, itu justru lebih bagus".

Nana melihatnya, "Bagaimana dengan tuan?".

"Kenapa dengan ku?".

"Bagaimana kalau hujan sampai turun, tuan akan kewalahan kembali pulang".

Dewa tersenyum, "Kamu tidak usah khawatir, itu hanya turun hujan saja bukan es batu".

"Tidak" Nana terlihat khawatir. "Kalau hujan turun, tuan tidak boleh pulang dengan kondisi seperti ini. Saya takut kalau sesuatu terjadi dengan tuan, saya tidak mau kejadian yang dulu keluarga ku alami harus terjadi dengan tuan" jawab Nana mendengar suara rintikan hujan akhirnya turun juga.

Dewa yang mendengarnya hanya bisa diam, tetapi ia sangat senang akhirnya ia bisa tinggal untuk beberapa jam berlama-lama disana sampai hujan redah. Dan kalau bisa, hujan tidak usah berhenti agar ia bisa menginap.

Kemudian Nana tersenyum, "Tuan tidak keberatan kan? Aku jadi merasa tidak enak".

"Tidak apa-apa, kamu melarang ku itu juga demi kebaikan ku karena yang kedua orang tua mu alami juga sama persis terjadi dengan kedua orang tua ku".

"Benarkah?" Nana sedikit terkejut. "Aduh, maaf ya tuan jika saya membuat tuan jadi sedih lagi".

"Tidak" balas Dewa geleng kepala. "Kita sama-sama pernah merasakan kehilangan, jadi untuk apa kamu harus minta maaf? Semua sudah berlalu dan mereka juga sudah tenang di alam sana".

"Wah, aku pikir tuan akan marah hehehehe... Kalau begitu saya mandi dulu tuan, tidak apa-apa kan saya tinggal sebentar".

"Silahkan, aku akan menunggu disini".

"Mmmmm" Nana masuk ke dalam kamar dan ia segera membersihkan tubuhnya yang terasa lengket akibat satu harian ia belum mandi saat Thomas menyuruhnya bertemu secara tiba-tiba.

Dan saat Nana tengah asik membersihkan tubuhnya, tiba-tiba ia tersenyum mengingat rupawan Dewa yang begitu sangat tampan sehingga ia tidak bisa berhenti hanya untuk memikirkannya saja.

"Astaga! Apa yang sedang aku pikirkan? Aku benar-benar sudah gila. Bagaimana bisa aku malah berpikir seperti ini?".

Tidak lama setelah itu, saat Nana hendak memakai handuk, tiba-tiba lampu mati membuat ia sangat ketakutan memanggil nama sang Dewa.

"Ada apa?" Dewa masuk begitu saja ke dalam kamar mandi. Kemudian ia merasakan sebuah pelukan hangat melingkar di tubuhnya membuat ia yakin kalau orang itu adalah Nana yang ketakutan.

"Aarrkkhhh hiks.. hiks... Aku takut hiks.. hiks.. Aku takut saat hujan turun lampu mati hiks.. hiks...".

Dewa lalu membawa Nana keluar dari dalam kamar mandi, "Tidak apa-apa, aku disini bersama dengan mu".

Hingga beberapa menit berlalu, lampu kembali menyala dan kedua mata Nana segera ia buka melihat Dewa membalas pelukannya membuat ia merasa sedikit terlindungi.

"Terima kasih tuan dan maafkan aku telah lancang.... Aarrkkhhh" Nana melihat tubuhnya tidak dibaluti sehelai benangpun.

"Ada apa?".

"Tidak! Jangan lihat kemari, aku mohon jangan lihat kemari" Nana berusaha untuk menutupi tubuhnya, namun usahanya malah gagal ketika Dewa menarik tubuh Nana ke dalam pelukannya kembali. "Aa-apa yang sedang tuan lakukan?".

"Jangan bergerak, aku akan melindungi mu" jawab Dewa semakin memeluknya dengan erat.

Tetapi Nana merasa ini semua tidak benar, ia berusaha sangat keras untuk melepaskan pelukan Dewa yang sangat erat.

"Tidak tuan, bagaimana kalau...

"Kalau apa?" Dewa menatap kedua manik mata Nana yang begitu sangat indah. "Kamu sangat cantik sekali" setelah mengucapkan kata-kata itu, tanpa berpikir panjang, Dewa pun memberanikan diri menempelkan bibir seksi miliknya mencium bibir Nana dengan sangat lembut sehingga tanpa ia sadari jantung Nana hampir saja meledak.

"Tidak" geleng Nana lagi menghentikan Dewa. "Jangan lakukan ini tuan, aku mohon jangan lakukan ini kepada ku. A.. Aku..

Tetapi Dewa bukannya berhenti, ia malah membawa tubuh Nana diatas ranjang hingga tubuhnya berada dibawah sembari menatap kedua manik mata itu kembali dengan lembut.

"Mari kita melupakan semua ini dan bersenang-senang lah dengan ku Nana".

"Tidak tuan, jangan lakukan ini. Aku sangat taku... Aaarrrkkkhh" tiba-tiba Dewa menempelkan kejantanannya di bawah sana sampai membuat Nana menjerit kesakitan yang sangat luar biasa. Lalu Dewa menghapus air mata Nana, karna ia tau kalau wanita ini masih perawan sampai-sampai Nana tidak bisa berkata-kata lagi selain menangis tanpa suara.

"Maaf, tapi aku akan melakukannya dengan lembut" tidak sampai disana saja, Dewa secara perlahan-lahan menggoyang pinggulnya agar Nana tidak merasakan sakit lagi.

Bab 3

Pagi harinya Nana membuka mata, ia merasakan sekujur tubuhnya begitu sangat sakit membuat ia tidak bisa bergerak dari atas tempat tidur.

Kemudian Nana mengalihkan seluruh arah pandangan mata, ia menebak kalau Dewa sudah pergi meninggalkannya.

Tidak lama setelah itu, Nana bangkit berdiri, karna mau bagaimana pun ia harus tetap bekerja untuk bisa bertahan hidup.

Hingga ia selesai membersihkan tubuhnya, lalu menatap pantulan dirinya di depan cermin sudah terlihat begitu sangat rapi.

"Berpenampilan seperti ini aku rasa sudah cukup. Kini saatnya aku harus berangkat, jika tidak aku bisa terlambat dan ini masih hari pertama ku".

Nana langsung berangkat menuju perusahaan, namun saat ia tiba di halte, ia sedikit dibuat kebingungan mencari bus tujuan mana yang harus ia naikin. Lalu seorang paruh baya bertanya, "Cantik sekali kamu nak. Mau kemana?".

Nana tersenyum, "Ketepatan sekali saya kurang tau bus mana yang harus saya naiki menuju jalan xx. Boleh ibu memberitahu saya?".

Si wanita paruh baya langsung menunjuk bus yang akan Nana naiki, "Kamu kerja dimana nak?".

"Saya kerja di perusahaan xx Bu".

Ia terkejut, "Benarkah?".

"Iya Bu" balas Nana dengan senyuman itu lagi.

"Wah, beruntung sekali kamu nak bisa bekerja di perusahaan sebesar itu" si wanita paruh baya terkagum-kagum. "Anak ibu juga kemarin sempat bekerja disana, tapi...

"Tapi kenapa Bu?".

"Ibu juga kurang tau ceritanya seperti apa. Tapi anak ibu tiba-tiba dipecat sampai sekarang ini dia belum mendapat pekerjaan. Lalu bagaimana dengan mu nak? Apa kamu sudah lama bekerja disana?".

"Ini baru hari pertama aku bekerja disana Bu, karna itu jangan sampai saya terlambat".

"Benar, pergilah itu bus kamu sudah datang".

"Iya Bu, terima kasih banyak".

Nana pun segera naik ke dalam bus pergi meninggalkan si wanita paruh baya tersebut. Hingga ia tiba disana dengan senyum mengembang di wajahnya.

"Wah, ternyata dia sangat kaya sekali. Beruntung sekali dia meskipun ia sudah ditinggalkan kedua orang tuanya".

Tidak berlama-lama lagi, Nana masuk ke dalam perusahaan sembari mengingat lantai ruangan Dewa yang berada di lantai 25.

"Permisi!" Nana menghentikan salah satu karyawan. "Maaf, ruangan tuan Dewa ada dimana?".

"Disebelah sana" jawabannya.

"Terima kasih yah" Nana lalu mendekati ruangan tersebut, dan benar sekali seperti yang tadi karyawan itu katakan. Ia langsung melihat Dewa tiba disana bersama dengan seorang wanita yang tidak Nana tau siapa wanita tersebut. Namun wanita itu terlihat begitu sangat dekat dengannya sehingga Nana menebak kalau wanita itu seperti kekasih Dewa saja.

"Selamat pagi tuan" dengan ramah Nana menyapa duluan.

Dewa kemudian melihat kepadanya, "Oh, kamu sudah datang?".

"Iya tuan, saya baru saja tiba disini".

"Benarkah?".

"Iya tuan".

Dewa melihat wanita yang berada disebelahnya itu, lalu membisikkan sesuatu yang tidak boleh Nana dengar, setelah itu si wanita tersebut pergi meninggalkan mereka berdua.

"Tuan, apakah meja yang berada di ujung sana adalah meja kerja saya?".

Dewa melihat kearah pandangan mata Nana dengan kedua tangan berada di dalam kantong celana miliknya.

"Benar, mulai hari ini meja itu menjadi meja kerja mu. Aku rasa kamu menyukainya".

Dengan senang hati Nana mengangguk, "Iya tuan, saya sangat menyukainya" Namun saat Nana hendak mengucapkan terima kasih banyak, Dewa tiba-tiba pergi meninggalkannya dan memilih masuk begitu saja ke dalam ruangannya dan itu membuat Nana merasa heran ada apa dengan bosnya itu setelah apa yang sudah mereka lakukan semalam.

"Ada apa dengannya? Kenapa dia tiba-tiba terlihat seperti tidak menyukai ku lagi?".

Beberapa menit berlalu, Nana tidak ingin ambil pusing, Nana pun akhirnya berjalan kearah meja kerjanya menaruh tas yang ia bawa diatas kursi.

"Bagus sekali" lagi-lagi Nana tersenyum senang. "Baru kali ini aku bisa mendapatkan pekerjaan mewah seperti ini. Semoga saja kedepannya jauh lebih baik" Nana mendudukkan diri, ia melihat meja kerjanya telah di lengkapi oleh perusahaan sesuai dengan kebutuhan yang dia inginkan. "Sekarang tinggal menunggu pekerjaan apa yang akan dia berikan kepada ku".

Sambil menunggu, Nana melihat samping kiri kanannya semua karyawan telah sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing, sedangkan ia belum sama sekali mengerjakan apa-apa setelah ia tiba disana. Hingga beberapa menit lamanya, Nana melihat wanita yang tadi datang bersama dengan Dewa berjalan mendekati meja kerjanya membawa beberapa berkas diatas tangannya.

"Ada yang bisa saya bantu mbak?" tanya Nana sopan.

"Panggil Dela saja" ucap si wanita itu menaruh semua berkas-berkas tersebut diatas meja kerja Nana. "Sebelumnya kamu bekerja dimana? Saya harap kamu tidak terkejut melihat berkas sebanyak ini. Kamu bisa menyelesaikan sampai jam pulang nanti?" Dela melihat jam tangannya. "Ini masih jam 8 lewat 40 menit".

Nana mengangguk, "Semoga saja mbak".

"Baiklah kalau begitu, silahkan kerjakan dari sekarang" Dela masuk ke dalam ruangan Dewa. Lalu ia melihat Dewa tengah sibuk dengan pekerjaannya membuat ia berpikir kalau ia akan sedikit menggoda sang Dewa dengan cara memeluknya dari belakang dan memberikan beberapa ciuman di lehernya.

Merasakan hal tersebut, Dewa langsung tersenyum menyeringai menghentikan pekerjaannya membawa Dela ke atas pangkuannya.

"Kamu sedang menggoda ku?".

Dela menyentuh pipi kanan sang Dewa, "Apa menurut mu aku sedang menggoda mu Dewa?".

Dewa menaikkan sebelah alis matanya, "Aku rasa begitu".

"Kalau begitu, bisakah kita memulainya... Aaarrrkkkhh" des*Han Dela membuat Dewa semakin leluasa meraba seluruh anggota tubuh Dela dengan penuh nikmat. "Aaakkhh.. Aku menyukainya Dewa, ayo teruskan Dewa, aku benar-benar sangat menyukainya".

Dewa lalu membawa Dela diatas meja, ia melihat anggota tubuh Dela kini sudah terlihat polos dan itu sangat Dewa sukai.

"Ayo lakukan Dewa, aku sudah tidak tahan lagi aaakkhh.. aaakkhh... Ayo Dewa lakukan".

Tidak menunggu lama, Dewa pun langsung menuruti permintaan Dela seperti yang baru saja ia katakan kalau Dela saat ini sedang berada di bawah hawa nafsu.

"Aaarrrkkkhh... Aaarrrkkkhh... Dewa, ini sangat nikmat sekali Dewa aaakkhh.. aakkhhh.. Lagi Dewa, lalukan lebih kencang lagi Dewa aaarrrkkkhh... aarrkkhhh... Dewa".

Hingga akhirnya mereka berdua selesai, Dela lalu tersenyum senang mencium bibir ranum Dewa sambil berkata. "Terima kasih selalu membuat ku puas Dewa".

"Benarkah?" Dewa memakai pakaiannya. Lalu mendudukkan diri kembali diatas kursi kebesarannya.

"Benar, karna itu aku mulai menyukai mu Dewa" Dela lagi-lagi tersenyum manis menggoda sang Dewa. "Bagaimana kalau kita berkencan saja Dewa? Kamu tau sendiri kalau kita berdua sama-sama menikmati permainan ini".

Dewa tidak menjawab, ia malah melanjutkan pekerjaan yang sempat ia tunda.

"Kenapa Dewa? Kamu terlihat...

Tok... Tok...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!