"Jadi apa saya bisa sembuh dok?"
"Untuk kasus ini belum ada, namun melanin kulit wajah ibu Asna sangat langka, dimana hanya bagian setengah saja yang dikatakan penuaan dini, ini baru pertama kali dalam sejarah loh. Apakah bu Asna pernah alami hal lain selain mengerut di pipi sebelah kanan? gatal, perih?" tanya dokter.
"Enggak ada dok, saya juga enggak pernah pakai prodak krim atau segala hal kosmetik, saya juga pakai bedak bayi saja. Ini aneh, rasanya saya juga enggak alami hal hal aneh lain, pas bangun tidur saya kaget. Dan makin hari setengah wajah saya makin terlihat menurun tua, padahal usia saya 22 tahun dok. Saya baru menikah satu tahun, tolong saya dok!" ujar Asna.
"Menderita Setengah Progeria, wajahnya akan terlihat seperti orangtua. Ini adalah penyakit kelainan genetik yang membuat penuaan dini ibu alami, saya akan memberikan resep. Namun kasus ini tidak bisa sembuh, saya hanya bisa memberikan rekomendasi rumah sakit untuk bu Asna datang! dokter Pattinson, dia ahli dalam bedah."
"Dok, tapi saya tidak berniat operasi plastik." lirih Asna, yang takut.
Sehingga dokter menghela nafas, dan ia senyum memberikan beberapa resep obat, sama seperti pasien lainnya.
Menjalani rutinitas ke dokter, hal itu membuat Arga yang baru pulang, segera menarik Asna yang tengah duduk di samping meja tamu undangan, dengan resep obat yang di anjurkan.
Sebab detik ini adalah pesta jamuan klien tersohor di kediamannya.
"Mas, kamu baru pulang. Sini tangan mas!"
"Enggak usah basa basi, Asna. Kamu lihat cermin ini, aku malu jika rekan kerja dan klien datang sebentar lagi! lihat wajah kamu, mau di tempel foundation atau make up tebal, kulit wajah kamu mengerut kaya usia 68 tahun, kamu tahu. Aku mau kita bercerai!"
"Mas, mas jangan begitu mas. Kita bisa atasi, aku yakin ini ujian. Lagi pula, aku bisa pakai topeng kacamata setengah kan. Atau aku tempelkan kapas, anggap saja sedang luka."
"Kamu pikir di sembunyikan terus, semua enggak akan curiga. Dasar istri pembawa petaka kamu. Mulai saat ini kamu aku talak, aku juga akan kenali kamu seorang wanita. Dia calon istriku, namanya Anita, cantik, putih enggak kaya kamu jelek, nambah penyakit langka lagi. Nyesel aku nikahi kamu tahun lalu, nyesel menyesalnya aku dapati istri macam kamu Asna Wijaya." tegas Arga, membuat tamparan bagai belati.
Deg.
Hati mana yang tak percaya lagi, dimana semua tamu rekan klien suaminya datang di rumahnya, bahkan seluruh jamuan dan penataan Asna yang siapkan, namun di depan semua tamu yang baru datang melihat pertengkaran mereka. Asna tidak sangka, suaminya benar benar menalak dan mempermalukannya, bahkan tambahan lagi, sang mertua yang ia impikan akan membelanya, ketika putranya salah. Ia malah menambahi dengan perkataan dan hinaan yang membuat Asna tidak bisa berdiri.
"Alah, ujian apanya sih Asna. Kamu itu buat temen temen ibu malu tahu gak, bahkan seumuran teman teman arisan ibu, mereka anggap kamu ibu tua, dan pembantu di rumah ini." sambar mertua Asna, bernama Febi.
"Bu .. "
"Jangan panggil ibu, aku bukan ibu mertua kamu lagi. Putraku Arga, seorang petinggi di perusahaan, dia udah nalak kamu. Mending kamu kemas barang barang kamu, sebelum makin banyak tamu yang datang. Lihat, Arga putraku gandeng wanita cantik, dia pasti menantu terbaru ku yang manis dan kaya. Anita .. kamu ingat dia kan, bukannya dia dulu temen sebangku kamu, gak sangka ya. Dunia begitu sempit, tahu gitu Arga harusnya kenal sama Anita duluan, bukan sama kamu." lirih Febi, dengan tertawa renyah
Bahkan Asna berdiri saja terjatuh lagi, ia tak kuasa dengan pemandangan orang yang menertawai dan melihat dirinya bak monster.
Sehingga kali ini, Asna cepat cepat pergi dan membawa pakaian lewat celah pintu belakang dengan perasaan yang menyedihkan. Bahkan sakitnya ini membuat hati yang penuh amarah, tidak pernah terbayangkan orang yang ia cintai berlaku semena mena hanya satu kesalahan.
***
Esok Harinya.
Sementara di tempat lain, seorang wanita tengah melamun dan tak fokus dalam mencari kerja, sebab setelah semalam terusir dan di permalukan Asna tidak sanggup pulang ke rumah, apalagi menceritakan semuanya pada sang ibu.
Asna kini hanya bisa duduk di bangku luar, dimana cermin kaca hitam restoran elegant, yang tak tahu jika cermin hitam dari arah luar itu ada seorang pria tersenyum melihat wanita yang sedang diam duduk dan menangis, sehingga membuyarkan meeting di restoran tersebut.
Sudah setengah jam yang lalu sejak presentasi, pria itu hanya termangu dengan pikirannya yang melalang buana melihat gadis yang kini ia temukan lagi.
Para anggota rapat pun tampak bingung, tak biasanya Irham seperti itu. Biasanya pembawaannya selalu ceria dan kali ini terlihat murung seperti ada beban dalam pikirannya.
“Maaf, Pak Irham apa rapatnya bisa dilanjut?” Intruksi dari salah satu karyawan yang tak lain sekretarisnya sendiri.
Tidak ada respon dan salah satu temannya pun menyenggol lengannya dan membuat Irham terjatuh kaget.
Untungnya rapat ini hanya dilakukan dengan para direksi kantor bukan dengan para investor atau kolega bisnis lainnya yang mungkin akan memalukan. Sungguh, keterlaluan pemimpin satu ini.
Temannya memberi kode jika bukan waktu yang tepat untuk melamun. Saat itu pula, Irham menyadari kesalahannya. Ia menghela napas dan memandang karyawannya satu persatu.
“Maaf, agaknya saya lagi kurang sehat. Kita bisa lanjutkan rapat nanti, saya ada urusan mendadak. Kalian bisa kembali ke kantor lebih dulu!" kata Irham singkat, lalu bangkit dan seluruh rekan lain meninggalkan meja tersebut, menyisakan Irham seorang saja yang masih memandangi wanita yang duduk tengah bersedih.
Bagaimana tidak, sejak pertemuan klien ia melihat Arga mempermalukan Asna, bahkan ia mengenalkan pada klien bisnis akan menikah, dan melihat sosok Asna di sudut menangis dan pergi lewat pintu lain.
“Argh.” Irham teriak frustasi menjambak rambutnya sendiri. Hidupnya begitu rumit dan pelik, kenapa harus kembali dipertemukan Asna, sementara ia sakit melihat orang yang ia cintai di perlakukan seperti itu.
Setelah semua aman, Irham segera hampiri keluar. Dimana wanita itu masih saja menangis, dan memberikan sapu tangannya yang membuat Asna terkejut dan menunduk.
"Hapus air mata kamu As, pria seperti Arga sudah sepantasnya kamu lupakan!" lirihnya.
"Ir- Irham .. Kamu benar Irham Bahrain. Ka- kamu sedang apa disini?" Asna seolah menghapus air matanya dan mencoba senyum.
"Buat apa tangisi bedebah itu, aku tahu dan perhatikan dirimu sejak malam. Aku salah satu klien yang aku enggak tahu itu kediaman kamu dan Arga. Aku bisa bantu, jika kamu mau membalas dendam pada mereka." bisik Irham.
"Dengan cara apa, kamu bantu aku. Kamu enggak tahu soal aku, karena aku yang .."
"Penyakit langka kamu bisa sembuh! progeria kamu itu terbilang ringan, namun belum ada obatnya. Aku sudah cari tahu tentang kamu dan bedebah yang harus kamu singkirkan, hanya ada satu syaratnya."
"Apa syaratnya Irham, aku tidak yakin akan membuat mas Arga menyesal."
"Menikahlah denganku! jangan memperlambat bedebah yang ingin bercerai darimu! kamu tidak pantas lebih sakit lagi." lirih Irham, membuat tatapan Asna membola dan berlinang.
TBC.
Tiga bulan lebih sudah berlalu, kini Asna benar benar mendapat surat cerai dari pengadilan. Dirinya yang tinggal di kost an kecil, ia tidak berani pulang ke kampung agar sang ibu tidak kepikiran dirinya yang sedang banyak masalah.
Bahkan saat ibunya menelpon, Asna selalu terlihat baik bahagia dan senyum melupakan duka sedihnya. Hal itu guna ibunya di kampung tidak terkena serangan jantung kembali, sebab histori ibu dari Asna mempunyai riwayat sakit gagal jantung sejak lama, bahkan beliau tidak boleh mendengar hal yang tidak baik, sebab itu Asna sebagai anak satu satunya, selalu menyembunyikan masalahnya pada sang ibu, agar sang ibunya tidak anfal.
Tabungan pun sudah menipis, mencari pekerjaan benar benar sulit ia dapati. Setiap bulan pun, Asna harus terus mengirim sedikit uang untuk sang ibu di kampung.
Tling.
( Reuni Univ Pancasila, ayo As! kamu ikut kan, kita datang! ) pesan Sena, teman baik Asna yang kini bekerja di WO.
Asna dengan pelan ingin menolak, tapi mungkin dengan pertemuan itu membuat Asna tidak sedih, apalagi ia sudah bercerai dari Arga, bahkan kali ini saja bertemu Sena, ia bisa bertukar informasi pekerjaan nantinya.
( Baiklah, jam berapa dan dimana? ) balas Sena.
( GI lantai 3, kita ketemu di Shabu Shabu ya, meja khusus nomor 19. Kita dalam ruangan, bukan di luar area loh, Asna. Sampai jumpa kita ketemu nanti sore jam 5 ya! aku tunggu, nanti aku share di group kalau kamu juga datang. Ingat jangan sampai enggak, masa idola kampus enggak datang. ) balas Sena dalam sebuah pesan.
Asna sendiri merasa kebingungan, haruskah ia batal. Sebab melihat salah satu wajahnya, benar benar sulit untuk ia tutupi. Tapi, jika ia pakai foundation sedikit tebal, dan tidak panas, mungkin itu akan membuat dirinya aman jika datang sebentar saja, lagi pula ia ingin bertemu Sena, sudah enam bulan lamanya mereka tak bertemu.
Apalagi idola kampus itu gelar dulu saat ia menjadi mahasiswi, tapi saat ini semua itu sudah berubah.
Kali ini, Asna mencoba mengirim pesan pada sang ibu untuk tidak terlalu khawatir, dan akan segera pulang dalam waktu dekat. Sebenarnya Asna sendiri mengulur waktu, karena tidak sanggup bercerita yang sesungguhnya.
Berkutat dalam warnet, Asna segera menutup lamaran pekerjaannya. Lalu ia bersiap ke salon kecil, untuk pertemuan reuni yang akan segera tiba empat jam lagi. Sebab dengan sibuk mungkin ia akan melupakan kesedihan yang mendalam, ketika sosok Arga dan ibu mertuanya itu selalu menyiksa batin.
"Jadi mau model rambut apa mbak?" ujar pemilik salon yang melambai.
"Curly aja. Terus aku minta tolong, make up sebelah sini agak tebal atau bagus tidak terlihat kerut bisa?" pinta Asna.
"Bisa .. Euw .. Aduh, ini kulitnya kenapa begini sih.. Aduh Cin, aku jadi syok deh ah."
"Kalau enggak bisa juga gak apa apa, mbak." lirih Asna.
"Saya poles pake pelembab khusus ya, ini pasti kebanyakan mercury nih."
"Enggak .. ini karena saya punya kelainan genetik."
"Ups .. Maaf! Ya sudah saya punya ide, saya poles pake bahan mehong dikit, tapi cuma bertahan dua jam ya. Ingat gak boleh keringetan panas banget ya mbak say." pemilik salon seolah membuat Asna percaya.
Dan benar saja, dalam beberapa puluh menit tiba. Ia berkaca jika jarak dari beberapa meter meja, ia akan terlihat baik baik saja. Maka dari itu pemilik salon meminta syal Asna, untuk sedikit menutup kepala guna menutupi pipi bagian bawah kanan, yang benar kerut dan menurun.
Asna pun tampil dengan percaya diri, sebab style dirinya bagai orang turkey yang manis, saat itu juga ia pergi menggunakan mobil online, sampailah ia tiba di lantai yang di tuju.
"Mbak reservasi alumni PC ke arah mana ya?" tanya Asna, pada pelayan resto di mall.
"Ke kanan, nomor 17. Ruangannya berbeda bukan pertama, sebab jumlah yang datang lebih dari 30 orang, jadi pindah tempat. Boleh saya tahu atas nama pengunjung siapa, saya data dulu ya kak." ramah pelayan.
"Asna Wijaya."
"Asna Wijaya. Oke .. Saya ketik dulu, nah! Dapet meja nomor 18, itu nomor kakak ya."
"Baiklah, makasih ya mbak." senyum Asna.
Benar saja sudah ada 23 orang yang datang, dimana satu persatu mereka datang saling menyapa dan cipika cipiki, hal itu tampak biasa saja sebab menurut teman reuni, style Asna adalah gadis turki yang selalu jadi pusat perhatian.
"Hello As .. Keren lo datang juga ya!" teriak Sena, di ikuti teman teman lain menyapa.
"Iya, kebetulan karena ada waktu luang, kapan lagi coba." balas Asna.
Acara dalam empat puluh menit mereka berjalan dengan lancar, entah kenapa satu orang pria membuat mata Asna kaget, ketika seseorang di panggil.
"Eh semua .. Temen temen kita ketemu raja keren di kampus, konon dia dateng sama seseorang. Katanya dia istrinya loh, wah kita sambut yuk. Tuh lihat .. Dia datang tuh." ujar Rey, ia menepuk dan berdiri sementara yang lain duduk dan menoleh.
"Siapa sih yang datang, Rey bikin penasaran aja." lirih Sena pada Asna.
"Iya, aku juga enggak tahu." senyum Asna, lalu menoleh dibuat kaget.
"Arga Kusuma .. Loh dia kan Anita Sipuhan. Keren gokil .. Bos sibuk datang juga." teriak Rey, membuat mata Asna kaget, sebab ia tidak kepikiran jika Arga akan datang, entah malu rasanya jika Asna masih disini, ia pergi namun di tahan oleh seseorang.
'As .. Arga bukannya sama lo ya?' bisik Sena, yang mana Asna, menggeleng dan sedikit berlinang menahan air mata yang jatuh.
"Hello semua gue datang. Tu- tunggu .. Itu si buruk rupa, si wajah monster datang juga. Berani datang dia ..? Hahaha ..." tawa Arga, menunjuk Asna.
Seluruh teman pun menoleh, membuat mata Asna untuk berhenti.
"Maksud lo apa Arga, monster apa. Asna Wijaya dia kan dia idola kampus. Bukannya lo dulu tergila gila kejar dia kabar terakhir ya.?" tanya Rey, membuat semua teman bingung.
Tap ...
Tap ...
Anita mendekat ke arah Asna, di sanalah tudung Asna yang menutupi wajah kanannya dibuka paksa, meski Asna menahan.
Sreeth ... Ditarik kerudung syal indah yang melekat.
Byuuur ...
Wajah Asna saat menoleh ke arah Anita, di siram oleh sebotol air mineral yang membuat sebelah wajah yang di make up Asna luntur.
Arrrgh ...
Teriak seluruh teman teman reuni, mencibir Asna kaget karena wajah buruk tua keriput Asna hanya sebelah terlihat jelas. Bahkan Sena pun dibuat kaget saat duduk di sebelahnya, kali ini Asna kembali di permalukan di depan seluruh teman teman kampusnya dahulu.
"Asna, lo kena karma apa kena air keras sih? Gue takut duduk dekat lo." cibir teman yang lain.
"Dulu gue emang gila, tapi sejak tahu wajah aslinya gue benar benar jijik ama dia. Dan istri gue yang cantik itu Anita seorang ..." jelas Arga, kembali menunjukan Anita sebagai wanita yang pantas di sisinya.
Asna seolah dipermalukan, bahkan melihat wanita bernama Anita, teman sebangkunya ikut mempermalukan, membuat Asna tidak akan pernah melupakan semua kejadian ini.
Asna pergi, ia meraih tas dan berlalu keluar dari resto tersebut, ia duduk dengan menangis sejadi jadinya di lantai 2. Dan lagi lagi melupakan pria yang kembali datang mendekati Asna entah kesekian kalinya.
"Asna, hapus air mata kamu! Ikut aku!" lirih Irham yang kembali melihat Asna di permalukan.
"Irham .. Ka- kamu datang juga?"
"Hem .. Ayo ikut aku!"
TBC.
"Kemana Ir .. Kamu gak malu sama aku, aku ini monster. Bahkan aku bodoh, harusnya aku enggak datang." ujar Asna masih mode sedih, menangis sesenggukan.
"Enggak ada yang salah, dan aku juga tadinya enggak mau datang, tapi aku lihat dari Rey daftar nama yang datang siapa aja, aku batalin meeting cuma karena ada nama kamu."
"Ir .. Kamu kenapa harus seperti ini, bahkan aku sudah mengecewakan kamu, tapi kamu .. Huhu."
"Itu masa lalu, aku juga yang bodoh dan menyerah tidak mencari Mu dan menjelaskan semuanya, sekarang Kita operasi wajah kamu, kamu perlu bungkam mereka atas penghinaan ini! Aku selalu ada dan terus peduli sama kamu." jelas Irham, membuat Asna semakin malu.
"A-Apa .. Operasi?! Operasi aku enggak mau, nanti kalau gagal bakal lebih seram Ir. Tolong jangan paksa aku!"
"Aku enggak paksa kamu, sejak tiga bulan lalu kamu malah blokir aku, kamu enggan terima bantuan aku, aku benar benar masih sayang kamu. Tapi anggap aku menolong kamu, karena aku peduli. Aku enggak suka melihat orang yang aku sayang di permalukan, meski aku tahu kamu sangat besar mencintai si brengsek itu." lirih Irham.
"Aku menghindar karena aku takut, dan aku enggak mau bawa bawa nama kamu lagi Irham, aku takut akan ada fitnahan lagi. Jadi aku terpaksa .."
"Aku tahu kamu, sekarang ikut aku. Aku punya kenalan dokter terpercaya dengan teknologi canggih! dia pasti bisa bantu kamu."
"Kenapa harus kamu yang nolong aku Irham, aku merasa tidak pantas kamu menolong aku."
"Enggak penting pantas atau enggak, bagi aku kamu sama. Dan aku tulus sama seperti dahulu, aku menantikan kesempatan kamu sendiri karena aku punya power .. Power yang bisa membuat Arga dan orang membully kamu hancur ke angka paling rendah! Itu bukti aku masih mencintai kamu. Enggak peduli aku enggak dapat balasan, aku ingin kamu happy! Meski kamu selalu anggap aku sama seperti dulu." jelas Irham.
Deg.
Bulir air mata Asna, benar benar kembali menetes. Seperti inikah pria yang tulus, yang ia sia sia kan dan memilih Arga. Sebab dahulu Asna hanya anggap Irham sebagai sahabat masa lalu, teman baik sejak masa kecilnya. Tidak pernah ada perasaan apapun pada sahabat baiknya itu, sehingga ia baru tahu ketika telah menikah dengan Arga, jika Irham itu dari dulu mencintai Asna melebihi pria yang ia sukai. Namun terlambat dirinya tahu ketika sudah sah menjadi istri Arga Kusuma, dan setelah tahu perasaan itu Asna meminta Irham untuk jaga jarak, terkait suaminya yang cemburu buta.
"Kamu benar benar sahabat sejati Ir, kelak aku akan membalas kebaikan kamu." lirih Asna.
"Sahabat sejati .. Cukup bagus! Ayo sekarang ikut aku, enggak perlu malu. Cukup pakai topi aku saja. Kita sahabat sampai kapan pun kan?" senyum Irham, yang mencoba menghibur Asna, padahal ia ingin statusnya lebih dari itu.
"Fine .. Makasih Ir, kamu selalu buat aku tertawa terus."
Dalam perjalanan pun, tiba ketika Asna mengambil beberapa baju ke kost kecilnya, sementara Irham menunggu di mobil, tak tahu harus apa lagi. Sebab kali ini ia benar benar prihatin pada Asna, terlebih ponselnya tertinggal di jok nya, membuat mata Irham kepo siapa yang memanggil.
Nada dering sudah empat kali, namun Asna masih berada di dalam kost an nya. Tak lama Asna terlihat dan turun dari anak tangga dengan sebuah koper.
"As .. Ayo cepat! Ponsel kamu bunyi terus tuh." lirih Irham, membuat mata Asna senyum.
"Iya aku hampir lupa lagi, eh .. Tu- tunggu. Nyokap .. Tumben deh, ini nomor nyokap, bentar gue telepon balik dulu ya."
Namun saat memanggil nomor sang ibu, nomor bu Nira tidak aktif. Sehingga muncul lah satu pesan dari seseorang.
"Oke .. Slow aja lah As." lirih Irham, yang kala itu ia juga meminta asistennya men schedule pertemuan penting, hanya karena ia tak ingin melewati waktu dirinya dengan Asna, sahabat baiknya yang selalu ia sayang sejak dulu.
Beberapa saat pun kembali, Asna kembali masuk ke dalam mobil dan berkata. "Ir .. Gue kayaknya enggak jadi ke dokter yang lo bilang hari ini deh."
"Why ..?"
"Nyokap, gue takut ada apa apa, bibi kirim pesan ke gue. Katanya .. Nyokap ke rumah gue, dan ketemu mertua gue. Maksud gue mantan mertua gue, gue bener bener takut. Soalnya nyokap belum tahu gue udah bercerai. Dan belum tahu gue udah enggak tinggal di sana lagi, gimana dong ini? Lo kan tahu, nyokap enggak boleh kena berita yang bikin syok, sebab jantung nyokap enggak kaya orang sehat pada umumnya." panik sedih ketakutan Asna.
"Astaga, oke .. kita segera kesana sekarang! tunjukkan arahnya ya, kalau gue salah jalan."
"Hm ..."
Paniknya Irham dan Asna, melupakan perbincangan yang manis, terkadang di saat serius dan tidak, mereka selalu bernada kamu aku, atau lo dan gue yang secara spontan layaknya sahabat sejati yang kini kembali dekat.
Bukan main, ternyata sesampai di rumah sang bibi. Sejak dua puluh menit lalu, sang ibu bernama Nira sudah tidak ada di rumah. Kemungkinan berpapasan jalan, yang membuat ibunya Asna pergi ke rumah petaka itu, dimana Asna meminta Irham sedikit lebih cepat, ke rumah Arga untuk segera menyusul.
"Jangan panik, kita pasti sampai. Semoga nyokap enggak sampai lebih dulu ke rumah bedebah itu."
"Arga .. Namanya Ir. Aku enggak tahu kenapa nyokap bisa ke rumah, aku yang salah. Semua salah aku kalau nanti terjadi apa apa."
"Fine .. Semua pasti baik baik aja, jangan selalu nyalahin diri kamu terus As." manis Irham.
Sejak perjalanan, mata Asna tak henti nya menelpon sang ibu, ia kaget saat mendapat berita jika perceraian Asna dan suaminya sudah terdengar oleh ibu Nira, maka untuk memastikan ibu Nira menuju kediaman besannya itu. Dan dari itulah bibi dari Asna mengabarkan semuanya pada Asna, sebab kesehatan jantung ibu Nira takut tidak baik.
Sriith!!
Rem mendadak, membuat mata Asna dan Irham membola.
"Katakan jeng, apa benar putra kamu menceraikan putri saya Asna, sebab saya melihat Arga dengan perempuan lain, saya tanya dia bilang sudah bercerai dan pergi. Lalu dimana putriku berada, dan tinggal dimana sekarang?" ujar Nira pada Febi.
"Wih .. Enggak tahu ya, yang jelas bukan urusan saya. Bagus juga putra saya ceraikan anak kamu itu, wajah monster dan enggak ada bagus bagusnya juga. Setahun belakangan enggak ada tanda punya keturunan, pasti anak kamu itu mandul selain punya kelainan genetik. Pergi sana, jangan injak lagi rumah ini Nira. Kita bukan lagi besan, mau anak kamu hidup jadi pengemis bukan urusan Ku." usir Febi, yang saat itu terlihat sombong.
"Kau benar benar jahat Febi." lirih Nira.
Argh! Sesak jantung Nira, membuat dirinya lemas dan berkeringat, hal itu membuat ia terjatuh begitu saja, apalagi Febi menoleh dan langsung menutup pintu, meminta satpam untuk memindahkan tamu tak di undang di depan gerbang atau jalanan saja.
"Pak, bawa dia keluar sekarang!"
"Tetapi nyonya, dia pingsan gimana kalau ..?" ujar satpam.
"Bawa cepat mau aku pecat kamu." teriak arogan Febi.
"I-iya nyonya." sambil ketakutan dan tak percaya akan bos nya itu.
"Jangan sentuh ibu saya!" teriak Asna, yang baru tiba membuat mata Febi kaget.
"Heh baguslah kamu monster datang tepat waktu, bawa nih ibu kamu yang samanya penyakitan kaya kamu, ibu kamu yang cari masalah kemari, saya enggak ada urusan soal ini." teriak sarkas Febi.
"Baik saya pastikan anda dan putra anda mendapat balasan nya! Pak Supri, tolong bawa ibu saya ke mobil sekarang, maaf saya minta tolong!" ucap Asna, yang sudah kenal pada security yang penurut.
"Iya non. Segera .. Saya bantu, maaf ya non." permintaan maaf security, ia membantu ibu Nira masuk ke dalam mobil Irham, dimana segera menuju rumah sakit terdekat.
"Bu, ibu .. bertahan ya bu. Ibu harus sembuh dan sadar, jangan tinggalin Asna bu!" sedihnya membuat Irham tak tega.
Sementara Febi terlihat, ia masuk ke dalam rumah dan terlihat menelpon seseorang, ketika mantan menantunya itu sudah pergi tak terlihat dari kediamannya.
TBC.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!