"Al.... gue juga cinta sama lo! Aldi gue juga sayang sama Lo!!" ucap gadis dengan baju yang penuh bercak darah
Hening.......
Gadis pendek itu mendongak menatap netra coklat yang sedang menatapnya dengan tatapan kebencian.
"Gue beneran cinta sama Lo Al!! Gue sayang banget sama lo, Sumpah Al!!" gadis itu frustasi karna cowok ini hanya diam dengan tatapan yang sama.
Mata gadis itu berkaca-kaca, tidak lama berubah jadi isakan kecil.
Merasa muak Aldi mendengus lelah, berbalik meninggalkan gadis yang sekarang menatapnya penuh luka.
"Gue juga sakit Al.... tolong liat gue, gue juga hancur." ucapnya penuh luka.
Menghentikan langkahnya, Aldi mengepalkan kedua tangannya sampai memutih. "Lo! Hancur? Bukannya lo seneng ya?!" berbalik menatap gadis itu sinis, sedikit memiringkan kepalanya. "Lo kan Iblis!!"
Gadis itu menggigit bibirnya berusaha menahan isakannya. "Gue duluan yang suka sama lo bukan dia Al, tolong kasih gue kesempatan. Tolong jangan kayak gini Al ini terlalu sakit buat gue."
"Hebat ya lo," Aldi menitikkan air mata kekecewaan. "Gue pikir lo cewek baik-baik De, gue pikir lo sahabat Nesya ternyata gue salah lo pembunuh!! LO PEMBUNUH DEA!!"
"ENGGAK!! GUE GAK BUNUH SIAPAPUN!!"
*****************
Kenalin nama gue Deaninda Agantara, gue anak ketiga dari tiga saudara. Gue punya Abang namanya Fano Agantara. Abang gue ganteng, anak band lagi followers-nya banyak. Nggak kayak gue, orang kenal gue aja nggak.
Dan kakak gue namanya Stella Agantara.
Kakak orang yang paling cantik setelah bunda. Iya! Kakak gue cantik nggak kayak gue, kadang gue mikir gue mirip siapa diantara anggota keluarga.
Gue orangnya nggak suka dandan, nggak suka ribet, dan gue paling benci yg namanya perbandingan.
Bukan perbandingan Matematika ya! Yang gue maksud itu, bandingin orang perfect sama orang yang serba kekurangan, kayak kakak sama gue. Bunda selalu bandingin ini itu ke gue.
Kadang gue suka sedih, kalau Bunda udah kayak gitu berasa nggak berguna gue'nya. Walaupun begitu Bunda adalah orang yang paling baik menurut gue.
Ohh iya, Ayah adalah orang yg paling sibuk di dunia. Dia ngurusin perusahaan peninggalan kakek. Ayah sering keluar kota bahkan keluar negeri, pulangnya uhh jangan ditanya, kagak pernah pulang, becanda. Cukup segitu tentang My Family.
Gue punya sahabat namanya Nesya Putri Indira. Gue sahabatan sama dia dari kita masuk SD sampe SMA sekarang.
Nesya orangnya cantik, Feminim, Ramah, lembut dan juga sangat pintar. Nesya adalah kebanggaan sekolah kebanggaan semua orang, gue ngerasa hidup Nesya terlalu sempurna fisik yang bagus, otak yang cerdas dan juga hatinya yang sangat baik. Tidak menutup kemungkinan selama bersama Nesya gue iri sama dia, karna semua mata hanya tertuju padanya. Semua orang memujanya termasuk orangtua gue, mantan gue dan juga orang yang saat ini gue perjuangin, terdengar gila memang cewek yang kodratnya dikejar malah mengejar, miris....
Aldi Putra wijaya cowok berandalan sekaligus pintar, sering menang lomba berenang dan juga basket. Aldi cowok yang pertama kali ngasih gue plester buat ditempelin ke dada katanya biar gak sakit hati lagi, aneh'kan? Gue suka sama dia! Karna disaat gue terluka dia ada, dia mampu menghapus luka gue, dia menjadi pelangi di hari-hari gue yang gelap. Gue kira dia ngerasain apa yang gue rasa, ternyata dibalik sikapnya yang perhatian dia sama aja seperti semua cowok yang deketin gue hanya untuk bisa dekat dengan sahabat Nesya, gue dimanfaatkan juga. Tapi kali ini gue akan berjuang!!
●●●●●
Nggak ada yang namanya cinta tanpa pengorbanan, dan nggak ada juga yg tau kemana hati kita akan berlabuh. Kita tidak bisa memilihnya sama seperti Dea.
Dea ingin merelakan Aldi untuk Nesya, tapi dia tidak bisa.
Semakin besar Dea mencoba untuk melupakannya, semakin besar pula cinta Dea untuk Aldi.
Dea akan tetap bertahan untuk Aldi. Sekalipun Aldi tidak menganggapnya ada.
Dea akan sabar menunggu Aldi. Tapi sabar juga ada batasnya'kan?
^^^Aku sedang melihatmu sambil menahan nafas, seperti dunia yg berhenti. Meski kamu tidak dapat melihat diriku.^^^
^^^-Dea-^^^
Drrttt... drtttt.....
Seorang perempuan meraba raba nakasnya, mencari Handphone-nya yang sedari tadi terus-terusan berdering.
Dia mengernyitkan dahinya saat melihat 8 panggilan tak terjawab dan 4 SMS yg masuk dari sahabatnya Nesya.
"MAMPUS! GUE TELAT, BUNDA!!" teriaknya.
Gadis itu langsung bangkit dan pergi ke kamar mandi.
"Dea mandi nggak ya? Kalau mandi ntar telat lagi, Dea cuci muka aja deh." Kebiasaan Dea yg selalu menjadi jalan pintas.
Hampir lima menit Dea dikamar mandi. Setelah selesai Dea langsung menggunakan seragamnya, Dea hanya menyanggul tinggi rambutnya yang belum disisir. Lalu turun kebawah.
Dea celongo mencari Bunda nya.
"BUNDA...Semua orang kemana sih? Bunda juga kemana? kok Dea ditinggal sendiri." Dea hanya menghembuskan nafasnya, sudah menjadi kebiasaannya ditinggal sendiri.
Dea pergi ke sekolah menggunakan angkot, yg isinya kebanyakan emak-emak yang mau pergi ke pasar.
...● ● ●...
Nafas Dea nampak ngos ngosan, karna dia harus berlari saat gerbang sekolah mau ditutup.
Untung pak satpam mau berbaik hati pada Dea, Pak satpam mempersilahkan Dea untuk masuk.
Setelah mengucapkan terimakasih Dea pun masuk ke perkarangan sekolah.
"Loh, semua orang pada kemana? Masa iya sih ninggalin Dea, udah cukup keluarga Dea aja yg kayak gitu," ucap Dea dramatis.
Dea mengeluarkan ponselnya dan melihat SMS dari sahabatnya, Nesya.
"OMG, hari ini hari pertama MOS aduh mati deh gue." Dea berlari menuju lapangan.
Sesampainya dilapangan Dea langsung menjadi pusat perhatian.
Bukan karna terpesona sama Dea, hanya saja mereka takjub sama Dea karna telat 1 jam dihari pertama masa orientasi siswa.
"Hey, kamu... kesini cepat!" Perintah seorang anggota osis cewek, namanya Nina salah satu anggota osis yang terkenal sombong dan ditakutin semua siswa dandanannya mengalahkan artis holywood, menor euy.
Dea langsung berlari mendekati kakak osis itu.
"Maaf kak, Dea nggak sengaja telat kok Dea puny-" Belum sempat Dea menyelesaikan ucapannya, sudah dipotong oleh Nina.
"Disini nggak terima alasan ya! Kalau telat ya telat aja, nggak usah ngeles. Udah jelek sok-soan telat lagi. Mau jadi apa kamu ha?!" semprot Nina.
"Mau jadi Pramugari kak. Doain aja ya kak, supaya cita-cita Dea tecapai," jawab Dea dengan semangat 45.
"Lo nantangin gue ya!?" tantang Nina melotot, buku jarinya sudah memutih menahan amarah.
"Enggak! Dea nggak mungkin nantangin kakak kelas sendiri. Ntar Dea dikutuk lagi jadi batu, kan Dea takut." alih Dea.
"Mata kakak kenapa? kok kayak mau keluar gitu. Ih mata kakak hebat deh bisa gitu, Mata Dea kok nggak bisa ya?" Lanjut Dea. Mencoba membesarkan matanya yang bulat.
Membuat semua orang yang tadi mendengar perdebatan mereka jadi tertawa, ada yang monyoraki dan ada yang diam, cari aman. Bukan apa-apa semua orang sudah tau siapa Nina saat gadis itu memperkenalkan dirinya tadi yang tidak lupa menyebutkan bahwa orang tuanya salah satu donatur terbesar di sekolah jadi tidak ada yang berani padanya.
Tiba tiba tangan Dea ditarik oleh seorang cowok. Dia adalah Ketua osis di SMA Jayapurnama, terlihat dari nametag yang dia pake.
"Ikut gue!"
"Lo harus dihukum karna udah telat dihari pertama MOS! Hukuman lo bersihin Toilet cewek. Semuanya wajib bersih. Jangan ada yg nggak bersih, ngerti!" ucapnya datar.
"Wajib bersih ya kak? Dea nggak bisa kerja nanti tangan Dea lecet gimana? Emang kakak mau tanggung jawab?
Kalau Dea pingsan karna kecape'an gimana?" bohong Dea. Mengeluarkan puppy eyes-nya. Berusaha bebas dari hukumannya.
"Ck, Lo banyak bacot ya jadi cewek. anak siapa sih lo?" tanyanya kesal.
"Anak bunda sama ayah... mungkin," ucap Dea tampak berfikir.
"Sekarang lo bersihin nih Toilet semuanya!" Selesai mengucapakan itu kakak ketos itu pergi. Meninggalkan Dea yang melongo.
"Ih nggak tanggung tuh kakak ketos ngasih hukuman. WC nya banyak banget dah," ucap Dea menghentakkan kakinya kesal.
Tanpa pikir panjang lagi, Dea pun mulai membersihkan Toilet itu.
Sudah hampir 30 menitan Dea membersikannya, Dea merasa tenggorakannya kering dan tangannya terasa pegal karna harus menggosok toilet.
Tinggg
Dea meronggoh ponselnya yg berbunyi, dia pun membuka notif di Instagramnya.
Dia melihat foto keluarganya yg tersenyum lebar, tanpa ada dia digambar itu. "my funfamily vacation💖." Caption yg Dea baca berulang-ulang dalam hati.
"jadi mereka pergi liburan!?" Dea tersenyum kikuk, hatinya sakit keluarganya tidak memberitahunya, bahkan tidak bertanya apakah Dea ingin ikut atau tidak untuk sekedar basa basi.
"Dea kok nggak diajak ya?" Dengan ragu Dea mencoba menelfon Bundanya, panggilan pertama masuk tapi tidak diangkat panggilang kedua tidak juga dan panggilan ketiganya......
"Ya?"
Dea tersenyum, mendengar suara Bundanya adalah hal yang menyenangkan baginya.
"Bundaa! hari ini Dea pertama MOS loh! Tau gak Bun? Dea telat terus dihukum bersihin toilet bau banget Bunda, huhuu." Dea memulai aksi curhatnya dengan manja walaupun Dea tau respon apa yang akan dia dapatkan.
"Oh, lalu?"
Masih mempertahankan senyumannya, "Sekarang Bunda lagi dimana? Dea kangen tau! Kalian lagi liburan ya?Dea liat Postingannya Kak Syella."
tuuttt
seperti biasa Bundanya tidak suka ditelfon.
Hati Dea sakit, dia sudah tidak bisa lagi membendung air matanya. Dia pun berlari keluar toilet, pergi ke taman sekolah mungkin cocok untuk menenangkan perasaannya.
Sesampainya Dea di taman, tanpa sengaja Dea melihat Nesya dan Bima berpelukan. Hatinya semakin sakit melihat pemandangan itu.
Bima yang notabennya cowok yg dikagumi oleh Dea, dan tidak dipungkiri juga memiliki rasa pada Bima. Dia sudah lama memendamnya waktu mereka satu kelas di SMP.
Dea tidak mau mengganggu kebahagiaan mereka, Dea pergi kebelakang sekolah yang dia yakini tidak akan ada orang.
Sesampainya disudut belakang sekolah, Dea langsung luruh dan menangis sejadi jadinya. Dia memang gadis yang lemah, entahlah hari ini dia merasa sedih. Dea tidak tau lagi harus bagaimana, keluarga yg tidak mau mengganggapnya ada dan sahabat kecilnya yang juga menusuknya.
"Nesya kok jahat sih sama Dea? Emang Dea punya salah apa sama Nesya?" Tangis nya kembali pecah, saat dia mengingat bagaimana antusiasnya dia bercerita ke Nesya tentang dia yg menyukai Bima. Bahkan Nesya juga mensupportnya.
"Nih," ucap seorang cowok.
Dea langsung mendongak, melihat siapa yang memberikan plester padanya.
Dea melihat cowok itu dan plester nya bergantian, lalu dia mengernyit bingung. "Plesternya buat apa? Dea nggak luka kok," jawab Dea bingung.
"Ini buat ditempelin ke hati lo, biar nggak sakit lagi." kata cowok itu memberikan plester pink bermotif doraemon ketangan Dea, lalu pergi meninggalka Dea yang masih melongo.
Dea menatap plester itu lama dan tersenyum. "Aneh." kata yg keluar dari mulut Dea.
...● ● ● ●...
Note: ceritanya ganjeng harap dimaklumi :)
Maaf ya kalau typo dan jangan lupa kasih votenya dan ninggalin jejak.
So jangan bosann ya sama ceritanya.😊
#Salam sayang👄
Happy reading><
● ● ● ●
Terasa Sakit untuk Mencintaimu.
Aku Tidak Bisa Mengosongkan Pikiranku Darimu, Dan itu Sangat Menyedihkan.
-Dea-
Di malam hari yg cerah dengan bulan dan bintang yg mendominasi langit. Seorang gadis duduk di balkon kamarnya ia sibuk membaca buku materi.
Ya, masa orientasi siswa sudah selesai sudah satu bulan Dea di sekolah. Sekali-kali dia mencari cowok plester itu, tapi Dia tidak menemukannya.
Pikirannya tiba-tiba melayang entah kemana,
Sehingga tidak fokus pada materi yg di bahasnya. Ingin rasanya dia menangis, tapi dia tidak tau apa alasannya. Hidupnya memang terlalu menyedihkan untuk ditangisi.
"Woy, turun kebawah Bunda nyuruh makan bersama," ujar Fano sambil melihat sekeliling kamar Dea, Lucu bagaimana tidak kamar Dea dipenuhi oleh salah satu kartun jepang yang banyak digemari anak-anak yaitu karakter Doraemon.
"Eh abang ganteng, tumben Bunda ngajak Dea makan bersama!?" ucap Dea tersenyum lebar.
"Turun aja!" ucap Fano pergi meninggalkan kamar Dea.
Pasti Ayah pulang, monolog Dea Tersenyum lebar.
Tanpa pikir panjang lagi Dea bergegas turun kebawah.
Sesampainya di ruang makan Dea tidak menemukan sosok Ayahnya. Dia pun mendesah lemah, "Ayah nggak pulang lagi ya Bun?" tanya Dea.
"Udah tau nggak usah nanya!" ucap Astrid Bunda Dea.
Dea hanya bisa menunduk pasrah. Ia duduk dan mulai mengambil makanannya, dia makan dalam hening.
"Dea berapa unur kamu?"
Dea menoleh herah, "17 tahun Bunda."
Astrid menatap Putranya Fano sekilas, lalu kembali menatap Dea intens.
"kamu sekarang sudah besar, ada sesuatu yg ingin Bunda bicarakan," ucap Astrid, dengan nada yg lembut.
"Bunda mau ngomong apa?" tanya Dea dengan hati-hati.
"Jangan sekarang Bun," ucap Fano tiba tiba, yg membuat Dea semakin penasaran.
Astrid mendesah lemah. "Iya, tapi kan Dea sudah besar dia harus tau kebenarannya," ucap Astrid sendu.
"Kebenaran apa?" tanya Dea bingung.
"Nggak ada apa apa kok De, tenang dong jangan bingung gitu tambah jelek tau," ucap Stella diiringi canda tawa.
"Dea selalu jelek, mau bentuk ekspresi manapun kak!" ucap Dea cemberut, yg membuat Fano dan Astrid tersenyum.
Mereka makan dengan dihiasi canda tawa Stella dan Dea, seperti inilah yang di inginkan Dea. Sangat jarang mereka seperti ini, andai saja mereka bisa selamanya seperti ini.
● ● ●
Selesai makan Dea bergegas pergi ke kamarnya, dia harus menyelesaikan tugas yg tertunda tadi.
"Bapak botak baik bener dah ngasih tugas segini banyaknya. Kek nya dia emang berniat bikin Dea mati muda." kesal Dea yg melihat tugas yg menumpuk, yg sayangnya satupun dia tidak mengerti.
"Ahha!!" berkat otak Dea yg sedikit berfungsi, dia mendapatkan solusi dari masalahnya. Dia segera mengambil Handphonenya dan mulai mengetik.
#My_friend😘
Hai sya Dea comel lagi galauuu beratt nihh:(
Galau kenapa De?
Dea pengen banget ngerjain tugas yg dikasihh Bapak botak, tapi apalah daya otak Dea yg pas-pasan ini :(
Dea pengen nyontek PR aku nggak?
Dea gakpapa Sya Dea masih bisa kok ngerjainnya, tapi kalau Nesya maksa ya gakpapa juga sih.
Dea pasrah aja deh><
#My_friend 16 sent fhoto
Makasihh ya sya tambah sayang dehh;)
Iya De:)
Dea pun mulai membuat tugasnya. Kadang dia terfikir perkataan Bundanya tadi, kebenaran apa yang tidak dia ketahui? Apa itu hal buruk?
● ● ●
07:01WIB
Dea sudah berada di sekolah. Saat Ia menuju kelas, Ia melihat Nesya yg sedang menenteng buku paket tebal menuju kelas. Tanpa pikir panjang lagi Dea berlari menuju Nesya.
Tiba tiba
"Ahww." Dea tersandung kakinya sendiri dan itu membuat lututnya sedikit berdarah.
"Lo nggakpapa, mau dibantuin?" tawar seorang pria.
Dea pun mendongak, untuk melihat siapa pangeran berkuda putih yg menawarkan bantuan padanya, sang pangeran yang berbaik hati mau mengendongnya ala bridel style. Dea sudah mulai halusinasi dia tersenyum jail. Dea melototi matanya saat tau siapa yang menolongnya itu, sudah satu bulan dia mencarinya dan sekarang dia tidak sedang mencarinya orang itu malah mendatangi Dea.
"Lo!! Iya itu lo! Cowok plester gue!!" Pekik Dea antusias, membuat cowok itu mengernyit bingung.
"Cowok plester lo?" ucapnya bingung.
"Iya! Lo cowok yg waktu itu ngasih plester ke gue di belakang sekolah." jawab Dea dengan semangat 45.
Dea pun berdiri dan mengulurkan tangannya. "Kenalinn gue Deaninda Agantara, panggil aja Dea," ucapnya disertai senyum yg lebar.
"Gue Aldi Wijaya panggil aja Aldi." ucap Aldi dengan senyum kikuk.
"Nama lo bagus kayak orangnya." ucap Dea dengan senyum centilnya.
"Udah tau!" ucap Aldi dengan sombong. Lucu adalah kesan pertama yang didapatkan Aldi dari Dea.
"Btw, gue lupa kejadian itu. kapan ya?" ujar Aldi menempelkan jarinya disudut bibirnya, kebiasaan kalau dia sedang berfikir keras.
"Nggak papa kok kalau lo lupa kejadian itu. Asal jangan lupa sama Dea aja, hehe," ucap Dea dengan cengirannya.
"Oke Dea, gue duluan ya udah dipanggil temen tuh, see you Dea," ucap aldi Melepaskan tangannya, yg sedari tadi dipegang Dea lalu pergi menyusul temannya.
"Iya, jangan lupain Dea ya!" ucap Dea menatap telapak tangannya dan tersenyum manis.
Dea melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda menuju kelas X IPA2. Ia melihat Nesya yg sedang membaca.
Dea menghampiri Nesya dan duduk disebelahnya. "Sya lo tau nggak?" ucap Dea dengan semangat.
"Nggak tau De," ucap Nesya bingung.
"Kok Nesya nggak tau sih?" ucapnya cemberut.
Nesya meletakkan Novel Mariposa diatas meja, dan menatap mata Dea lembut. "kamu belum cerita De."
"oh iyaya! Hehe," ucap Dea cengiran.
Dea pun bercerita dari pertama dia ketemu Aldi di belakang sekolah, sampai Ia jatuh ditangga tadi pagi. Dea bercerita dengan semangatnya, seakan akan Ia sudah mengklaim Aldi sebagai miliknya.
Seharian ini Dea selalu memikirkan Aldi, dan sekali kali memerhatikan tangannya dan tersenyum. Dia lupa akan luka dikakinya yg sudah mengering. Dari jam pembelajaran pertama sampai selesai Tak henti hentinya Ia memikirkan Aldi.
● ● ●
Krinngg
Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Tapi Dea masih sibuk berimajinasi tentang masa depannya dengan Aldi, imajinasi Dea sudah sampai mereka menikah dan mempunyai anak dan hidup bahagia selamanya.
"De, kamu nggakpapa?" ucap Nesya khawatir. Pasalnya selama jam pelajaran sampai bell sekolah berbunyi, Dea selalu termenung dan tiba tiba tersenyum, yg membuat Nesya bergidik ngeri.
"Ahh, apa?" ucap Dea parno sambil memperhatikan sekelilingnya. Kosong.
"Bell udah bunyi tuh, ayuk pulang De," ucap Nesya geram.
"Haa? yg bener Sya? kok cepet sih?" tanya Dea bingung dan melihat jam dipergelangan tangannya.
Nesya mendesah lemah. "Iya De, kamu kenapa sihh seharian ini ngelamun aja? Pak morgan merhatiin kamu tadi."
"Ngapain tuh Bapak botak merhatiin Dea? Dia naksir sama Dea? Maaf ya Dea udah punya gebetan, nggak mungkin Dea hianatin dia. Lagian Dea masih doyan cogan muda,"ucapnya berlagak pinggang dan segera mengemasi buku-bukunya.
Nesya hanya bisa geleng geleng kepala "Iya De, apa kamu kata aja deh," ucap Nesya pasrah.
"Hehe, yaudah yuk pulang?" ucap Dea dan dianggukkan oleh Nesya.
Merekapun pulang bersama.
Sepanjang perjalanan Dea masih kepikiran Aldi Wijaya.
Aldi kelas berapa ya? Aldi udah makan apa belom? Aldi sekarang sama siapa? Aldi pulang naik apa ya? Aldi sekarang udah sampe nggak ya? Aldi pake baju warna apa ya?
Dan masih banyak lagi yg dipikirkannya.
Aldi sudah membuat seorang Deaninda Agantara, merasa penasaran akan sosok Aldi Wijaya.
● ● ● ●
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!