NovelToon NovelToon

BAIHU (Pendekar Harimau Putih) : Menantang Naga

BAB 1 | Anak harimau Sunu dan Lelaki Tua

Dataran Tengah yang sangat luas, kaya dengan keindahan alamnya dan juga memiliki beragam jenis kekayaan alam di beberapa wilayahnya. Dataran Tengah bagian utara memiliki empat musim sedangkan di bagian selatan memiliki dua musim. Perbedaan musim membuat sumber alam, jenis hewan dan tanaman yang berbeda di berbagai wilayah.

Hampir seratus kerajaan kecil terdapat di Dataran Tengah, yang masing-masing memiliki beragam adat dan budayanya sendiri serta cara hidup masing-masing sesuai kondisi wilayah kerajaannya.

Pada masa Empat Kerajaan, terdapat 4 kerajaan besar yang berlomba-lomba melakukan penaklukan pada kerajaan-kerajaan kecil tersebut. Saat itulah terjadi berbagai perang besar yang menimbulkan kekacauan di dataran tengah.

Wilayah utara dikuasai oleh Kerajaan Salju Utara, wilayah timur dikuasai oleh Kerajaan Matahari Terbit, wilayah selatan dikuasai oleh Kerajaan Pesisir Laut Selatan dan wilayah barat dikuasai oleh Kerajaan Gurun Barat.

Sebuah kota kecil wilayah terpencil di tengah-tengah yang dikelilingi oleh hutan yang sangat lebat dan pegunungan dengan tiga puncaknya yang tinggi, menjadi wilayah yang netral dan tidak boleh disentuh oleh masing-masing dari mereka. Kota kecil itu bernama kota Wuxia.

Di kota kecil Wuxia, banyak para pendekar yang memilih hidup tanpa memihak salah satu kerajaan dan di tiga puncak tertinggi dari pegunungan itu terdapat 3 sekte perguruan yang kuat melindungi wilayah tersebut. Sekte Pedang Langit, Sekte Teratai Suci serta Sekte Matahari Bulan

Seorang lelaki tua berjalan mendekati sebuah rumah di lereng pegunungan sekte Matahari Bulan. Di halaman rumah itu tampak seorang bocah berusia sekitar 11 tahun sedang berlatih dengan seekor anak harimau.

“Siapa bocah ini? Apakah murid tetua Wu Shan?” gumam lelaki tua tersebut. Kemudian dia menghentikan langkahnya dan melakukan perhitungan sambil menatap ke arah langit. Wajahnya tiba-tiba terkejut, dia menyipitkan matanya pada bocah tersebut, “Benar-benar keberuntungan sekte” gumamnya tersenyum sambil meneruskan perjalanan ke rumah tersebut.

******

Di sebelah barat kota Wuxia dulunya terdapat kerajaan kecil Xifang sebelum ditaklukkan dan dikuasai oleh Kerajaan Gurun Barat.

Tiga tahun yang lalu Raja Kerajaan Xifang adalah Fang Guancheng, memiliki istri yang berambut putih bernama Bai An. Mereka di karunia seorang anak laki-laki bermata tajam seperti mata ayahnya, namun berambut putih seperti ibunya. Anak itu diberi nama Fang Bai.

Teman-temannya sering memanggilnya Baihu atau harimau putih karena anak kecil yang memiliki rambut berwarna putih itu memiliki temperamen yang berani, beringas dan sangat nakal.

Saat perang penaklukan terjadi, kerajaan Xifang diserang oleh pasukan kerajaan Gurun Barat dan berhasil membunuh Raja Fang beserta istrinya, namun anaknya Baihu yang berusia 8 tahun berhasil diselamatkan oleh seorang pelayan setianya dan bersembunyi ke hutan lebat di timur kerajaan. Mereka pun hidup menyendiri di tengah hutan tersebut.

Saat Baihu berusia 10 tahun, Baihu melihat pelayan yang menyelamatkannya mati terbunuh oleh seekor harimau betina yang melindungi anaknya di dalam hutan. Harimau yang sedang marah itu melihat ke arah Baihu yang menatapnya dengan tajam tanpa mengenal takut.

Seekor anak harimau tiba-tiba berjalan mendekati Baihu lalu menggesekkan badan dan kepalanya ke kaki Baihu. Membuat Baihu tersenyum dan membelai anak harimau tersebut.

Induk harimau yang melihat hal itu membiarkan anaknya bermain dengan gembira bersama Baihu. Baihu pun senang mendapatkan teman baru anak harimau tersebut dalam pangkuannya dan anak harimau itu menjilati serta menggesekkan kepalanya di wajah Baihu.

“Aku menamakanmu Sunu” bisik Baihu pada anak harimau di pangkuannya.

GROOAARR!

Tiba-tiba induk harimau itu mengaum dan berubah marah merasakan ada sekelompok pemburu yang menemukan jejak harimau tersebut. Induk harimau itu menoleh ke arah Baihu yang sedang menggendong anaknya, lalu berlari menghadang para pemburu tersebut.

“Aku harus bersembunyi untuk menyelamatkan anak harimau ini” gumam Baihu.

Baihu kecil berlari sambil menggendong anak harimau menjauh dari para pemburu tersebut lalu tiba di sebuah gua yang tersembunyi dan bersembunyi di dalam sana.

“Aku menemukan jejak disekitar sini” teriak orang-orang di luar gua.

Mendengar teriakan itu, Baihu lalu masuk makin ke dalam gua yang semakin sempit, namun dia memaksakan tubuh kecilnya sambil mendorong anak harimau itu lebih masuk lagi ke dalam gua.

Kemudian, gua tersebut serasa ambruk saat dia masuk lebih kedalam. Tubuh Baihu dan anak harimau itu terperosot jauh dan jatuh dari dalam gua pada hamparan rumput di dekat sungai.

“Dimana ini?” gumam Baihu sambil melihat sekelilingnya.

Tempat itu semacam gua yang lebih luas namun dialiri oleh sungai kecil yang jernih dengan hamparan rumput dan tanaman lain di pinggir sungai kecil tersebut. Di bagian dinding atas terdapat lubang tempat udara dan cahaya yang masuk ke dalam gua tersebut namun tersembunyi karena ditutupi oleh akar-akar tanaman rambat di mulut lubang itu.

“Sunu, kita bersembunyi dulu di tempat ini. Setelah aman, barulah kita keluar dari sini” kata Baihu pada anak harimau tersebut. Karena kelelahan, Baihu pun tertidur di hamparan rumput tersebut dengan memeluk anak harimau yang lembut itu.

GROOAARR

Tiba-tiba Baihu terbangun karena auman anak harimau itu. Dia melihat seorang lelaki tua yang berdiri melihatnya tertidur bersama anak harimau di tempat itu.

Baihu segera berdiri lalu menatap tajam dan galak kepada lelaki tua tersebut, sementara anak harimau juga mengaum marah di depan Baihu memandang lelaki itu.

“Siapa anak kecil ini? Kenapa anak harimau ini berusaha untuk melindunginya?” gumam lelaki tua itu dalam hatinya

Lelaki tua itu pun tersenyum pada Baihu lalu bertanya “Nak, siapa namamu? Mengapa kamu bisa berada di tempat ini?”

Baihu terdiam tidak menjawab pertanyaan lelaki tua itu. Dia tidak tahu apakah lelaki tua ini kawan atau lawan, demikian juga anak harimau di depannya masih menggeram dan memperlihatkan taringnya yang kecil pada lelaki tua itu.

Lelaki tua itu masih tersenyum meskipun pertanyaannya tidak dijawab. Kemudian dia mengeluarkan dua buah roti kukus isi daging dari dalam cincin pernyimpanannya dan memberikannya pada Baihu dan anak harimau tersebut.

Anak harimau itu mengendus roti kukus isi daging itu lalu menyambar dan memakannya. Wajah Baihu menjadi kesal melihat sikap anak harimau tersebut, “Dasar perut karet, begitu melihat makanan langsung disambar” gerutu Baihu kesal melihat Sunu yang langsung memakan roti kukus isi daging itu dengan lahap.

Melihat Baihu masih tidak mengambil roti kukus isi dagingnya, lelaki tua itu lalu membuka mulutnya “Nak, makanlah. Kamu pasti kelaparan” katanya sambil mengulurkan roti kukus isi daging itu pada Baihu.

Baihu masih ragu untuk mengambilnya, namun bau harum daging di dalam roti kukus itu tercium olehnya dan tiba-tiba membuat perutnya berbunyi. Wajah Baihu menjadi merah karena malu.

Lelaki tua itu pun tersenyum mendengar suara dari perut Baihu, dia masih tetap menjulurkan roti kukus isi daging itu padanya. “Jangan takut nak, aku tidak berniat buruk pada kalian”

Akhirnya pertahanan Baihu pun runtuh oleh bunyi perutnya yang kedua kali, dia segera menyambar roti kukus isi daging dari lelaki tua itu dan memakannya dengan tergesa-gesa.

“Pelan-pelan nak. Aku masih ada beberapa lagi. Jangan sampai kamu tersedak karena makan terburu-buru” kata lelaki tua itu dengan senyumannya.

Setelah mendapatkan makanan dari lelaki tua itu, anak harimau itu pun dengan tenang mendekatinya lalu menggesekkan kepalanya di kaki lelaki tua tersebut seperti bersahabat dengannya.

“Cih, kamu begitu mudahnya disuap dengan makanan” gerutu Baihu melihat tingkah Sunu yang memalukan baginya.

Lelaki tua itu lalu membelai kepala Sunu, anak harimau itu dengan lembut dan bertanya, “Siapa nama anak harimau ini nak?”

Baihu merenggut mendengar pertanyaan dari lelaki tua itu,”Sunu” sahutnya singkat

“Apakah dia peliharaanmu?” tanya lelaki tua itu kembali.

“Aku adalah temannya” kata Baihu yang telah menghabiskan roti kukus isi dagingnya.

Melihat Baihu sudah menghabiskan makanannya, lelaki tua itu lalu mengeluarkan botol minumannya dan memberikan pada Baihu, “Minumlah dulu nak. Jika kamu masih lapar. Aku akan memberikanmu lagi”

Baihu masih sedikit ragu pada lelaki tua itu, namun melihat sikapnya yang lembut pada Sunu, dia pun mulai mempercayai lelaki tua itu tidak ada niat buruk pada mereka.

“Terima kasih.” sahutnya setelah meminum air dari botol minuman yang diberikan oleh lelaki tua itu dan menyerahkannya kembali.

“Kamu darimana nak?” tanya lelaki tua itu sambil meminum air dari botolnya kemudian memberikannya juga pada anak harimau di kakinya.

Selama hidup di dalam pelarian, Baihu tidak pernah memberitahukan tempat asalnya, jadi dia hanya menjawab “Aku berasal dari hutan di sebelah gua ini”

BAB 2 | Keracunan buah Iblis

“Dimana keluargamu?” tanya lelaki tua itu kembali

“Keluargaku telah meninggal 2 tahun lalu, aku hanya hidup berdua bersama Sunu ini” sahutnya

Mendengar jawaban dari Baihu, lelaki tua itu menyipitkan matanya memikirkan hidup anak kecil itu ditengah hutan bersama anak harimau ini. Meskipun dalam hatinya meragukan jawaban dari Baihu namun dia tetap tidak menunjukkannya.

“Siapa namamu nak?” tanya lelaki tua itu sambil tersenyum

“Namaku Baihu” sahut Baihu tanpa memberitahukan nama aslinya.

Melihat rambut anak itu yang berwarna putih dan tatapan matanya yang tajam, akhirnya dia mengerti kenapa anak itu diberi nama Baihu.

“Aku bernama Wu Shan. Tempat tinggalku tak jauh dari tempat ini. Aku sering datang ke tempat ini untuk berlatih” kata lelaki tua itu memperkenalkan dirinya pada Baihu.

“Kalian pasti bersembunyi dari kejaran para pemburu harimau. Kamu dan anak harimau ini bisa ikut bersamaku ke tempat tinggalku, atau kamu bisa tinggal disini tanpa ada orang yang mengetahui kalian, terutama untuk melindungi anak harimau ini.” lanjut lelaki tua itu.

Baihu terdiam, dia memikirkan apa yang dikatakan oleh lelaki tua itu dengan seksama.

“Kamu putuskanlah sendiri. Aku akan berlatih dulu. Ini dua roti kukus isi daging lagi untukmu dan anak harimau itu nanti” kata lelaki tua bernama Wu Shan itu yang kemudian pergi meninggalkan mereka menuju tempat duduk batu yang berada di ujung tempat itu.

Lelaku tua bernama Wu Shan itu langsung duduk dan bermeditasi melatih kultivasinya di tempat tersebut.

Sejak kecil Baihu telah di latih dasar kultivasi oleh ayahnya, namun dia tidak sempat untuk melanjutkannya. Melihat lelaki tua itu berlatih, tanpa sengaja air mata menetes di pipi Baihu karena mengingat kedua orang tuanya yang sering dilihatnya berlatih seperti lelaki tua tersebut.

Baihu segera menghapus air mata di pipinya, lalu dia menyimpan roti kukus isi daging yang dipegangnya itu ke dalam bajunya. Kemudian dia duduk mengamati lelaki tua Wu Shan itu berlatih.

“Ayah, Ibu. Baihu rindu pada kalian” gumam Baihu dalam hatinya.

Anak harimau itu seperti merasakan perasaan Baihu, dia kemudian berjalan mendekatinya dan menjilati wajah Baihu yang duduk di hamparan rumput tersebut.

Baihu tersenyum getir ketika wajahnya dijilati oleh Sunu. Dia kemudian memeluk anak harimau itu, “Sekarang hanya kamu satu-satunya keluargaku, Sunu” bisik Baihu ditelinga Sunu.

Anak harimau itu seolah-olah mengerti apa yang diucapkan oleh Baihu lalu mengganggukkan kepala dan menggesekkannya pada wajah Baihu. Kemudian anak harimau itu duduk disamping Baihu dan meletakkan kepalanya di pangkuan Baihu.

Sambil mengelus kepala anak harimau itu, Baihu melihat dengan seksama pelatihan yang dilakukan oleh lelaki tua tersebut.

Setelah kurang lebih 2 jam melakukan meditasi dan latihan pernafasan, lelaki tua itu lalu melatih jurusnya dengan gerakan kaki dan tangan.

Baihu yang melihat dari kejauhan menyaksikan setiap gerakan kaki dan tangan lelaki tua tersebut. Tak lama berselang, lelaki itupun menghentikan latihannya dan berjalan ke arah Baihu yang memperhatikannya sejak tadi.

“Kamu sejak tadi memperhatikan pelatihanku. Apakah kamu tertarik untuk mempelajarinya?” tanya lelaki tua Wu Shan.

Wajah Baihu tertegun mendengar pertanyaan lelaki tua tersebut, dia tidak tahu mengapa lelaki tua itu begitu baik padanya. Meskipun lelaki tua itu baik dengan memberikan roti kukus isi daging dan air minum padanya, Baihu masih belum percaya sepenuhnya pada lelaki tua itu.

Karena melihat Baihu tidak menjawab pertanyaannya, maka lelaki tua itu pun bersiap hendak pergi meninggalkannya. Sebelum pergi, lelaki tua itu membalikkan badannya dan melihat ke arah Baihu, “Jika kamu berubah pikiran. Kamu bisa memanggilku Guru dan aku akan mengajarkan beberapa ilmu padamu” sahutnya sambil berjalan pergi meninggalkan tempat itu

Baihu hanya tertegun melihat kepergian lelaki tua tersebut. Kemudian dia berdiri mengingat gerakan kaki dan tangan yang diperlihatkan oleh lelaki tua itu di depannya. Kemudian dia mencoba gerakan tersebut dari dalam ingatannya sementara anak harimau itu tertidur dihamparan rumput yang hangat itu.

Keesokan harinya, lelaki tua itu datang kembali ke tempat tersebut dan membawakan lebih banyak roti kukus isi daging pada Baihu dan anak harimau itu. Kemudian mereka pun makan bertiga dengan lahapnya.

Setelah makan, lelaki tua itu pun kembali berlatih seperti kemarin. Melakukan meditasi dan latihan pernafasan kemudian berlatih gerakan jurusnya.

Demikian juga pada hari ketiga, lelaki tua itu pun datang kembali dan berlatih setelah makan bersama Baihu dan anak harimau tersebut.

Setelah kepergian lelaki itu, Baihu melatih kembali gerakan jurus dari lelaki tua itu. Dan dia merasa sudah sedikit menguasai gerakan itu.

Keesokan harinya, seperti biasa Baihu dan anak harimau itu sudah bersiap menunggu kedatangan lelaki tua itu. Namun hingga siang hari, lelaki tua itu tidak kunjung datang juga. Baihu menjadi sedikit cemas akan hal itu. Tidak biasanya dia mencemaskan orang lain yang baru saja dikenalnya.

“Kemana kakek tua itu? Kenapa hingga sore ini juga belum datang” gumam Baihu yang merasa kelaparan karena menunggu kedatangan kakek tua itu.

Malam harinya, Baihu merasa kesulitan untuk tidur. Disamping memikirkan kakek tua itu, perutnya juga merasa kelaparan karena belum terisi sejak pagi. Anak harimau itu terlihat sedikit lebih tenang daripadanya, karena sejak pagi dia lebih banyak tertidur daripada Baihu yang berkeliling di tempat itu karena cemas menunggu kakek tua itu.

“Sunu lebih banyak tidur sejak pagi, jadi dia bisa menghemat tenaganya dan tidak terlalu lapar” gumam Baihu

Hari kelima, Baihu belum juga melihat kedatangan kakek tua tersebut. Perutnya yang lapar sudah terasa mau berontak. Dia pun mencari sesuatu di tempat itu sambil menunggu kedatangan kakek tua tersebut.

Kemudian dia melihat ada beberapa buah berwarna merah tua di tebing tempat itu lalu mengambilnya dan memakan beberapa. Rasanya sedikit sepat, namun dia tidak memperdulikannya karena perutnya yang sudah kelaparan. Dia juga memetik beberapa untuk diberikan pada anak harimau.

Ketika buah itu diberikan pada anak harimau tersebut, Sunu hanya menciuminya saja, namun dia tidak tertarik untuk memakannya.

“Aneh, untuk perut karet sepertimu tidak ingin memakan buah ini. Baiklah, biar saja kamu kelaparan sendiri” gerutunya, kemudian dia memakan buah yang dibawanya untuk anak harimau itu.

Sekitar satu jam kemudian dia merasakan perutnya sakit melilit dan perih. Tubuhnya berkeringat dingin dan nafasnya tersengal-sengal. “Oh, apa yang terjadi. Apakah buat itu beracun?” gumamnya menahan sakit yang amat sangat di perutnya.

Tak berapa lama wajah nya mulai berwarna kebiruan dimulai dari bibirnya. Tubuhnya merasa panas, dan kesadarannya mulai menipis.

Sebelum dia tidak sadarkan diri, dia melihat samar-samar ada sosok yang mendekati dirinya. “Ayah, apakah itu kamu?” gumamnya lirih

Lelaki tua itu terkejut melihat kondisi Baihu, dia merasa bersalah selama dua hari ini tidak bisa datang ke tempat ini. Lalu dia memeriksa nadi dari Baihu dan terkejut.

“Dia keracunan? Apa yang sudah di makannya?” gumam lelaki tua itu sambil melihat sekelilingnya.

Dia lalu melihat buah berwarna merah tua di sekitar tempat Baihu, lalu mengambil dan mencium baunya, “Buah Iblis?” gumamnya dengan wajah pucat.

“Dimana anak ini bisa menemukan buah iblis? Aku harus cepat menolongnya” gumam lelaki tua tersebut.

Lelaki tua Wu Shan itu lalu duduk bersila dan berusaha untuk mengeluarkan racun dari dalam tubuh Baihu sebelum mengalir menyerang jantungnya. Dengan menggunakan kekuatan dalamnya, Wu Shan akhirnya bisa mengeluarkan seluruh racun buah iblis dari tubuh Baihu.

“Aku harus memulihkan kondisinya, jika tidak dia akan mengalami masa kritis kembali” gumam lelaki tua itu sambil menggendong tubuh Baihu lalu pergi dari tempat itu diikuti oleh anak harimau, Sunu.

BAB 3 | Menjadi murid tetua Wu Shan

Lelaki tua Wu Shan lalu membawa tubuh Baihu ke tempat tinggalnya, sebuah pondok di lereng puncak tertinggi yang didiami oleh Sekte Matahari Bulan. Kemudian dia mengambil beberapa pil obat dan memberikannya pada Baihu.

“Aku harus mengalirkan tenaga dalam 9 Matahari Bulan untuk menyelamatkannya” gumam Lelaki tua Wu Shan. Kemudian dia mengalirkan ilmu 9 Matahari Bulan ke dalam tubuh Baihu yang terbaring lemah untuk memulihkan kondisinya.

Setelah merasakan perubahan pada nafas dan suhu tubuh Baihu, lelaki tua Wu Shan pun menghela nafasnya. Dia merasa lega kondisi Baihu telah terselamatkan, lalu dia memasakkan sup untuk Baihu agar bisa dimakan saat dia sadar nanti. Tidak lupa dia juga memberikan daging pada anak harimau Sunu yang mengikuti mereka.

Sekitar 1 jam kemudian, Baihu pun mulai sadarkan diri, “Ibu...” lirihnya sambil mengingat-ingat sesuatu. Matanya mulai melihat sekeliling tempat itu yang terasa asing baginya.

“Dimana aku?” pikirnya ketika ingatannya mulai pulih. Dia melihat sekeliling kamar itu yang tampak cukup rapi meskipun sederhana. Kepalanya terasa sedikit pusing karena akibat dirinya terlalu banyak beristirahat sejak tidak sadarkan diri.

Tak berapa lama dia melihat seseorang datang mendekatinya. Baihu mencoba untuk duduk dan waspada karena belum melihat jelas wajah orang yang mendekatinya.

Ketika matanya mulai melihat jelas, dia pun berseru.”Kakek! Dimana aku? tanyanya.

Wu Shan tersenyum padanya,”Kamu berada di rumahku” sahutnya singkat. ”Makanlah sup ini nak untuk memulihkan kondisi tubuhmu” lanjutnya sambil menyerahkan sup pada Baihu.

Baihu meraih sup tersebut, lalu memakannya perlahan. Matanya tak lepas sambil melihat sekelilingnya dan dia tersenyum ketika melihat anak harimau, Sunu juga sedang menikmati daging di dalam kamar itu.

“Habiskan supmu! Aku akan segera kembali” kata lelaki tua Wu Shan padanya, lalu dia pergi meninggalkannya di dalam kamar tersebut.

Sambil memakan supnya, Baihu mencoba mengingat kembali kejadian yang menimpanya hari itu. Dia mengingat telah memakan buah yang bahkan Sunu sendiri tidak mau memakannya sehingga dia mengalami keracunan.

Setelah Baihu menghabiskan supnya, dia merasa badannya menjadi segar kembali. Kemudian dia mencoba untuk berdiri dan berjalan perlahan keluar dari dalam kamar tersebut.

Di luar kamar dia melihat ruang tamu sederhana milik lelaki tua Wu Shan itu, dan matanya mencari keberadaan lelaki tua tersebut. Dia melihat lelaki tua itu sedang sibuk membelah kayu bakar di halaman belakang rumahnya.

“Oh, kamu sudah baikan?” kata lelaki tua Wu Shan setelah melihat kedatangan Baihu mendekatinya.

“Guru, terima kasih telah menyelamatkanku. Terimalah aku menjadi muridmu” sahutnya sambil berlutut di hadapan lelaki tua Wu Shan

Lelaki tua Wu Shan itu menyipitkan matanya dan melihat kesungguhan di wajah Baihu, kemudian dia menghela nafasnya, “Baiklah. Aku akan menerimamu menjadi muridku” sahutnya

Mendengar jawaban Gurunya, Baihu menjadi gembira dan segera bersujud tiga kali sebagai bagian dari persembahan pada Gurunya. “Berdirilah!” sahut Gurunya kemudian.

“Aku akan beristirahat sebentar. Kamu lanjutkan membelah kayu bakar ini dulu” kata Gurunya.

“Baik Guru!” sahut Baihu bersemangat

Wu Shan kemudian pergi ke dalam rumahnya untuk menyeduh teh sambil melihat Baihu yang tekun membelah kayu bakar di halaman belakang rumahnya.

“Struktur tubuh dan tulangmu bagus. Kamu pasti bisa melebihi kekuatanku suatu saat nanti” gumam Wu Shan sambil menyesap tehnya.

Setelah menyelesaikan tugas membelah kayu bakar, kemudian Guru Wu Shan memerintahkan Baihu untuk mengambil air yang jaraknya cukup jauh di sungai yang letaknya di kaki gunung.

Baihu yang berusia 10 tahun mengerjakan segala yang diperintahkan oleh Gurunya dengan tekun dan tanpa mengeluh. Hal itu membuat Guru Wu Shan menjadi senang melihat muridnya yang rajin melaksanakan tugas-tugasnya.

Malam harinya, Guru Wu Shan memberikan penjelasan pada Baihu tentang dirinya.

“Nak, Aku adalah seorang tetua dari sekte Matahari Bulan. Namun aku tidak senang tinggal di dalam kediaman sekte. Aku lebih menyukai hidup di alam liar seperti ini” katanya.

Baihu mendengarkan penjelasan dari Gurunya dengan seksama. Guru Wang kemudian memberikannya sebuah buku “Ilmu 9 Matahari dan Bulan” yang telah disusun sendiri olehnya berdasarkan kitab asli dari sekte Matahari Bulan.

“Pelajarilah dasar dari kultivasi 9 Matahari dan Bulan ini. Tapi pekerjaan sehari-hari jangan dilupakan untuk melatih tubuhmu agar lebih kuat.” pesan Gurunya

“Baik Guru!” sahut Baihu yang dengan senang hati menerima buku dari Gurunya.

Karena terlalu bersemangat, Baihu lalu membaca buku 9 Matahari dan Bulan yang diberikan oleh Gurunya hingga dia tertidur sambil memeluk buku tersebut di dadanya. Guru Wu Shan menggelengkan kepalanya sambil tersenyum melihat semangat Baihu dalam berlatih hingga dia tertidur karena kelelahan.

Keesokan harinya, sejak pagi Baihu mengerjakan tugas rutin membelah kayu bakar dan mengambil air dari sungai. Setelah beristirahat siang dia diperintahkan untuk berlari keliling rumah itu beberapa putaran yang terus ditingkatkan setiap harinya. Lalu tak lupa dia juga melatih mengangkat beban hingga sore harinya.

Setelah makan malam, dia membaca buku 9 Matahari dan Bulan lalu melatihnya bertahap setiap harinya.

Tak terasa setahun dia telah bersama Guru Wu Shan di rumah itu menjadi murid dan berlatih darinya. Usia Baihu saat itu baru 11 tahun dan anak harimau Sunu sekitar 2 tahunan. Baihu sudah banyak menerima pelajaran dari Gurunya Wu Shan. Mulai dari tehnik kultivasi tenaga dalam, tehnik pengobatan hingga tehnik pemurnian obat.

“Guru, mengapa kitab 9 Matahari dan Bulan ini hanya ada 8 tingkat?” tanya Baihu suatu waktu

“Karena tingkat ke 9 hanya berada di dalam kediaman sekte Matahari dan Bulan. Aku sendiri belum dapat mempelajarinya” sahut Guru Wu Shan.

Buku Ilmu 9 Matahari dan Bulan yang dipelajarinya memiliki 7 tahapan dalam kultivasinya, yaitu tahapan Dasar, Master, Spirit, Suci, Dewa, Langit, Abadi. Dalam setahun Baihu hanya bisa menguasai hingga tahapan Master. Itupun baru ditembus olehnya beberapa hari lalu.

Disamping tehnik kultivasi, di dalam buku 9 Matahari dan Bulan juga mengandung 9 tingkat jurus yang menggunakan telapak tangan. Empat jurus Matahari, Empat jurus Bulan dan satu jurus Matahari dan Bulan Bersatu. Namun jurus Matahari dan Bulan Bersatu tidak ada dalam buku yang disusun oleh Guru Wu Shan itu.

******

Suatu sore, seperti biasa Baihu sedang melatih tubuhnya berlari keliling rumah itu. Dia berlari diikuti oleh anak harimau yang selalu menemani berlatih jurus. Sementara Gurunya Wu Shan sedang pergi ke lereng gunung untuk mencari bahan tanaman obat.

Di kejauhan tampak seorang lelaki tua yang berjalan ringan mendatangi rumah tersebut dengan wajah tersenyum.

Baihu menghentikan latihannya lalu berlari menyapa lelaki tua tersebut. “Maaf tetua, jika tetua mencari Guru. Dia sedang pergi ke lereng untuk menemukan bahan tanaman obat” kata Baihu sambil tersenyum

“Guru?” Perkiraan lelaki tua itu benar anak itu adalah murid dari Wu Shan yang tinggal di rumahnya. Lelaki itu menyipitkan matanya, ”Nak, boleh kah aku duduk menunggunya di dalam? Aku telah lama tidak berjumpa dengannya. Aku akan menunggunya kembali” sahut lelaki tua itu tersenyum pada Baihu.

“Baik tetua, mari saya antarkan” kata Baihu sambil memperilahkan tetua itu memasuki rumah Gurunya lalu dia menyeduhkan teh panas untuk diberikan pada tetua tersebut.

“Nak, apakah kamu sudah lama tinggal disini?” tanya tetua itu saat Baihu sedang menyeduh teh.

“Aku tinggal bersama Guru kurang lebih setahun” sahut Baihu sambil menyerahkan teh pada tetua itu.

“Maaf tetua, aku harus meneruskan latihan, agar tidak membuat Guru marah padaku” lanjut Baihu sambil pergi untuk meneruskan latihannya.

Melihat kepergian Baihu yang meneruskan latihannya, lelaki tua itu tersenyum dan mengambil teh yang telah diseduh oleh Baihu, “Anak ini sangat disiplin. Aku lihat dia punya bakat dan potensi untuk terus berkembang” gumamnya.

“Benar-benar keberuntungan sekte” Lelaki tua itu menatap ke arah langit.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!