NovelToon NovelToon

Kebangkitan Istri Yang Tersakiti (Pembalasan Marisa)

1. Keputusan

Happy reading dears ❤️

"Pah, aku mau menikah dengan Mas Kevin! Tolong restui pernikahan kami!" pinta Marisa.

Mario yang mendengar permintaan dari putrinya kini semakin murka. Setelah putri semata wayangnya menolak perjodohan dengan putra dari sahabatnya, kini gadis itu lebih memilih untuk menikahi pria dari kalangan bawah.

"Sampai kapanpun Papah tidak akan pernah merestui hubungan kalian, Risa! Dan jika kamu ingin menikah dengan pria itu, maka kamu harus bersiap untuk meninggalkan kemewahan ini, dan Papah juga akan memutuskan hubungan denganmu." ucap Mario dengan suara lantang.

Amara yang melihat perdebatan antara suami dan putri kesayangannya, kini hanya bisa menangis sesenggukan dan tidak bisa menentang keputusan dari suaminya.

Marisa yang awalnya ingin membicarakan semuanya secara baik-baik, kini ikut tersulut emosi dan semakin menentang sang Ayah.

"Baik. Aku akan pergi dari rumah ini, Pah. Dan aku juga tidak akan pernah menginjakkan kaki di rumah ini lagi." tegas Marisa dengan linangan airmata.

Saat Amara hendak mencegah putrinya, dengan cepat Mario menarik lengan istrinya dan membawanya ke dalam pelukannya. Sehingga wanita yang baru memasuki kepala empat itu tidak bisa melakukan apapun, kecuali melihat kepergian putrinya.

"Pah, kenapa Papah tega sekali mengatakan hal itu kepada Risa? Apakah dia bisa hidup tanpa kita? Papah kan tau, jika Risa tidak bisa jauh dari kita." tanya Amara dengan suara parau.

Meskipun Mario bersikap seperti itu kepada putri semata wayangnya, tetapi di dalam hati kecilnya dia sedikitpun tidak berniat untuk melakukannya.

"Mamah, tenang saja. Papah yakin, suatu saat nanti Risa akan kembali ke rumah ini dan menyesali keputusannya untuk menikah dengan pria itu." ucap Mario dengan penuh keyakinan.

.

.

"Aku tidak pernah menyangka, jika Papah benar-benar tidak memberikan restunya kepadaku dan Mas Kevin. Baiklah. Aku juga tidak akan pernah mengemis kepada pria tua itu lagi. Kamu pasti bisa, Risa! Kamu bisa!" gumam Marisa yang mencoba untuk meyakinkan dirinya sendiri

Di sepanjang perjalanan, Marisa mengingat masa-masa perkenalannya dengan Kevin. Seorang pria sederhana yang hanya bekerja di sebuah perusahaan swasta, sebagai staf biasa.

Awalnya Marisa bertemu dengan Kevin di sebuah rumah makan sederhana. Dan di saat hendak membayar makanannya, ternyata dompet Marisa tertinggal di dalam mobil.

Dan tepat di saat itu, Kevin yang juga hendak membayar makanannya tiba-tiba langsung melihat ke arah Marisa, yang sedang berdebat dengan salah satu pegawai rumah makan tersebut.

"Aku bersungguh-sungguh, Mbak. Aku akan mengambil dompet ku yang tertinggal dulu, dan aku berjanji pasti akan kembali lagi ke sini." ucap Marisa yang sedang berusaha untuk meyakinkan pegawai tersebut.

"Maaf, Mbak! Bukannya Saya tidak mempercayai Anda, tetapi di sini Saya tidak ingin tertipu lagi. Karena Saya sudah seringkali bertemu dengan orang seperti Anda, pada akhirnya orang itu pergi dan tak kunjung kembali lagi." jelas pegawai tersebut.

Kevin yang merasa tertarik dengan Marisa, di saat itu juga dia ingin menjadi pahlawan kesiangan untuk gadis cantik itu. Dengan langkah panjang Kevin menghampiri kedua wanita itu, dan segera mengambil beberapa lembar kertas berwarna merah.

"Ini, Mbak. Saya yang akan membayar semua makanan Mbak ini. Dan Saya minta jangan perpanjang lagi masalah ini, karena semuanya sudah selesai." ucap Kevin sambil menyodorkan lembaran kertas itu.

"Baiklah, Mas. Terimakasih karena sudah mau membayar semua makanan Mbak ini." ucap sang pegawai.

Akhirnya kedua pria muda dan gadis cantik itu pun berkenalan. Semakin sering mereka bertemu, akhirnya mereka pun menjalin hubungan asmara dan memutuskan untuk menikah.

Tak terasa akhirnya Marisa tiba di sebuah bangunan sederhana, yang menjadi tempat tinggal Kevin dan keluarganya.

Tok...

Tok...

Tok...

"Assalamu'alaikum, Mas Kevin?" salam Marisa saat pintu masih tertutup rapat.

CEKLEK!

"Wa'alaikumsalam. Lho Marisa, kok kamu bawa tas ke sini? Ada apa?" tanya Mario yang merasa kebingungan.

Marisa yang sengaja menyembunyikan identitas aslinya dari Kevin, kini mulai memutar otaknya untuk mencari alasan yang tepat untuk calon suaminya.

"Maaf, Mas Kevin! Bolehkah aku masuk dulu? Nanti akan aku jelaskan semuanya kepada Mas dan juga Ibu." pinta Marisa.

Akhirnya Kevin pun menuntun Marisa masuk ke dalam rumah itu, dan membawanya duduk di sampingnya. Meskipun Kevin sudah merasa sangat penasaran, tetapi dia mencoba untuk bersikap tenang dan tidak gegabah.

"Jadi begini, Mas. Aku diusir dari kontrakan karena belum membayar uang sewa di bulan ini. Jadi aku terpaksa harus keluar dari rumah itu, dan sekarang aku bingung harus kemana. Mas Kevin kan tau jika aku tidak punya siapapun di dunia ini, dan hanya Mas Kevin yang aku percaya saat ini." bohong Marisa.

Kevin yang merasa iba kepada Marisa, pada akhirnya pria muda itu memberikan tawaran, sekaligus keputusan dadakan yang baru saja dia buat.

"Baiklah. Aku bisa saja menerimamu tinggal di rumah ini, Risa. Tetapi aku ingin jika kita menikah terlebih dahulu. Bagaimana?" tawar Kevin.

Marisa yang sudah tidak memiliki pilihan lain, akhirnya gadis itu pun langsung menganggukkan kepala dan menyetujui tawaran dari Kevin.

2. Ijab Qobul

Setelah membuat kesepakatan, akhirnya Kevin pun menikahi Marisa. Selepas Sholat Isya', dengan suara lantang Kevin mengucapkan Ijab Qobul nya.

"Saya terima nikah dan kawinnya Marisa Aurelie binti Almarhum Mario dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang sebesar lima ratus ribu dibayar tunai!"

Dalam satu tarikan napas, akhirnya Ijab Qobul pun berjalan dengan lancar dan mereka pun resmi menjadi suami istri, baik secara agama maupun negara.

SAH!

SAH!

Para saksi dengan lantang dan secara bersamaan mengucapkan kata SAH dan selamat kepada pengantin baru itu.

"Alhamdulillah. Akhirnya kalian sudah resmi menjadi sepasang suami-istri. Semoga kalian menjadi keluarga yang Sakinah, Mawadah, dan Warohmah. Aamiin." ucap penghulu disertai dengan do'a untuk kedua mempelai.

Ucapan selamat dan do'a tidak luput dari beberapa tamu yang hadir, untuk sepasang pengantin baru itu.

"Selamat ya Vin. Semoga kalian bahagia, dan segera diberikan momongan yang lucu sebagai pelengkap keluarga kecil kalian." ucap seorang pria muda yang sebaya dengan Kevin.

"Terimakasih atas do'anya, Nik. Semoga kamu bisa segera menyusul ya? Biar kagak jomblo terus." balas Kevin sambil terkekeh.

Tanpa aba-aba, pria yang bernama Niko langsung memukul bahu Kevin dengan sedikit kencang. Kevin yang tidak sempat mengelak, kini hanya bisa mengaduh sambil meringis.

"Astaga! Kebiasaan banget sih, bikin kaget aja." gerutu Kevin sambil mencebikkan bibirnya.

Marisa yang melihat candaan kedua pria muda itu hanya bisa mengulum senyum sambil menggelengkan kepalanya.

"Oh, iya. Aku sampai lupa belum menyalami pengantin wanitanya." ucap Niko sambil mengerlingkan mata.

Sebelum kedua tangan itu saling bersentuhan , dengan cepat Kevin segera menepis tangan Niko.

"Jangan sentuh-sentuh istri gue ya, Nik! Dasar pria genit!" gerutu Kevin lagi.

Marisa yang melihat bagaimana posesifnya sang suami, kini hanya menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. Dia tidak menyangka, jika Kevin bisa seposesif itu kepadanya.

"Oke, oke. Ya sudah, selamat buat kalian. Kalau sudah berhasil menjebol gawang, kasih tau gue ya gimana rasanya?" ucap Niko sambil terkekeh.

Kevin pun langsung mendelik saat mendengar ucapan konyol teman baiknya itu. Bahkan satu tangannya hendak memukul lengan temannya, tetapi pria muda itu dengan gesit mengelaknya.

"Hahaha.. udah. Jangan buang-buang tenaga Lo buat mukul gue! Kasian tuh nanti istri Lo, kalau Lo lemes duluan." ejek Niko.

Namun, sebelum Kevin membalas ucapan temannya. Pria muda itu pun langsung berlari kecil meninggalkan sepasang pengantin baru tersebut.

"Sudah, Mas. Mungkin dia hanya bercanda saja." ucap Marisa sambil mengusap-usap lembut lengan suaminya.

Kevin yang hendak mengejar teman baiknya itu pun langsung mengurungkan niatnya, karena dia tidak ingin meninggalkan istrinya seorang diri.

"Vin, setelah ini kamu tolong antarkan dulu Bi Rina ke rumahnya ya? Kasian dia kalau harus naik taksi malam-malam." pinta Ema sambil tersenyum.

Kevin yang selalu menuruti semua perintah dan ucapan Ibunya, kini hanya mengangguk dan menyetujuinya tanpa meminta izin kepada Marisa.

Namun Marisa sama sekali juga tidak merasa keberatan, karena Kevin hanya pergi sebentar saja dan jaraknya pun juga tidak terlalu jauh.

"Baik, Bu. Nanti aku akan antar Bi Rina pulang." jawab Kevin.

"Oh, iya, Risa. Nanti sebelum kamu tidur, Ibu bisa kan minta tolong terlebih dahulu kepada kamu untuk membantu Ibu membereskan semuanya?" tanya Ema dengan suara lembut.

Marisa yang tidak bisa menolak permintaan dari Ibu mertuanya, mau tidak mau dia pun harus menyetujuinya. Meskipun sebenarnya saat ini dia juga merasa sangat lelah, karena sejak tadi siang dia membantu Kevin, untuk menyiapkan segala keperluan untuk acara mereka.

"Baik, Bu. Risa akan membantu Ibu nanti. Tetapi Risa izin untuk ganti baju terlebih dahulu ya?" ujar Marisa dengan seulas senyum.

Ema pun langsung tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Wanita paruh baya itu kini langsung memeluk menantunya, sambil mengusap lembut rambut panjangnya.

"Terimakasih, Ris. Semoga suatu saat nanti kita bisa hidup lebih baik dari ini, dan Kevin juga bisa selalu membahagiakanmu." ucap Ema dengan penuh kasih sayang.

3. Harus terbiasa

Keesokkan harinya...

Tok...

Tok...

Tok...

Suara ketukan pintu terdengar bersahut-sahutan, dan dibarengi dengan suara wanita paruh baya yang terus memanggil nama Marisa.

"Ris, Risa?" panggil Ema sambil mengetuk pintu.

Kevin yang merasa terusik dengan suara Ibunya, kini langsung membangunkan istrinya agar segera beranjak dari ranjangnya.

"Ris, itu dipanggil Ibu. Cepat bangun." ucap Kevin dengan suara seraknya.

Mau tidak mau, Marisa pun langsung beranjak dari ranjangnya dan berjalan ke arah pintu. Tetapi sebelum pintu terbuka, Ibu mertuanya terus mengetuk pintu itu dan memanggilnya.

"Ris, bangun ini sudah pagi. Tolong bantu Ibu untuk membuat sarapan!" pinta Ema dari balik pintu.

CEKLEK!

"Iya, Bu. Ini Risa juga bangun, tunggu sebentar Risa mau cuci muka terlebih dahulu." ucap Risa dengan seulas senyum yang dipaksakan.

Ema pun hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum lebar ke arah menantunya. Setelah itu wanita itu pun langsung melenggang pergi ke arah dapur.

Hanya membutuhkan waktu lima menit saja, Marisa sudah berada di dapur untuk membatu Ibu mertuanya.

"Kita mau masak apa, Bu?" tanya Marisa sambil memperhatikan sekelilingnya.

Kemudian wanita paruh baya itu langsung membuka lemari pendingin satu pintu, untuk mengambil sayuran dan beberapa lauk pauk.

"Tolong kamu bantu Ibu untuk mencuci ikan ini, Ris! Setelah selesai siangi juga sayuran ini, dan Ibu akan membuatkan bumbunya." pinta Ema.

Marisa pun menuruti perintah dari Ibu mertuanya, karena dia tidak ingin dianggap sebagai istri pemalas. Meskipun dia belum terbiasa dengan kehidupan barunya, tetapi dia harus bisa membiasakan dirinya untuk setiap harinya.

Setelah selesai membersihkan ikan, Marisa langsung mengambil sayuran itu untuk disiangi. Satu persatu sayuran pun selesai dan siap untuk dimasak.

"Sudah, Bu. Apa masih ada yang bisa Risa bantu?" tanya Marisa sambil tersenyum.

Ema yang masih ingin menguji menantunya, kini terus menerus memberikan perintah kepada Marisa agar melakukan ini dan itu.

Setelah selesai memasak, Ema meminta Marisa untuk membereskan semua peralatan yang kotor. Sedangkan Ema kini langsung meninggalkan Marisa seorang diri di dapur.

"Kamu harus terbiasa dengan hidup barumu, Risa! Kamu pasti bisa!" gumam Marisa yang sedang mencoba untuk meyakinkan dirinya sendiri.

.

.

"Mas, bangun sudah jam enam lho. Bukankah seharusnya kamu hari ini pergi ke kantor?" ujar Marisa yang sedang membangunkan suaminya yang masih terlihat sangat nyenyak sekali.

Engghh...

"Iya, Sayang. Sebentar lagi ya? Maaf jika semalam aku tidak membangunkan mu, karena kamu terlihat sangat kelelahan setelah acara selesai." ucap Kevin dengan suara serak khas bangun tidur.

Marisa pun langsung mengangguk tanpa ingin membahas hal yang sudah terlewati. Baginya semalam adalah rutinitas pengantin baru yang tertunda, dan Marisa juga memakluminya karena mereka sama-sama merasa kelelahan.

"Iya, Mas. Mas Kevin tenang saja. Lebih baik sekarang Mas mandi terlebih dahulu sebelum kita sarapan bersama, karena makanan juga sudah siap." ucap Marisa dengan seulas senyum manisnya.

Kevin yang sejak tadi menatap bibir ranum istrinya, kini langsung mencium lembut bibir itu. Marisa yang mendapatkan serangan dadakan dari suaminya, kini merasa sedikit terkejut.

Sejujurnya Marisa belum siap untuk melakukan hal itu saat ini, kini hanya terdiam tanpa membalas ciuman suaminya. Dan diamnya Marisa membuat Kevin langsung melepaskan ciumannya.

"Ada apa, Sayang? Mengapa kamu tidak membalas ciumanku? Apakah kamu menolak untuk memberikan hakku?" cecar Kevin sambil menatap lekat wajah istrinya.

Dengan cepat Marisa langsung menggelengkan kepalanya, dan dia pun segera memutar otaknya untuk memberikan alasan yang tepat kepada suaminya.

"Bu-bukan begitu, Mas. Hanya saja aku takut jika Ibu akan memanggil kita untuk sarapan bersama. Kan aku juga merasa tidak enak, jika Ibu harus menunggu lama." alibi Marisa.

Kevin yang masih bisa bersabar, kini hanya bisa pasrah sambil menghela napas panjang. Dia pun menyadari jika saat ini dia juga harus bekerja lebih keras lagi, karena harus memberikan nafkah untuk istrinya.

"Iya, Sayang. Maafkan, Mas! Mas tidak bermaksud untuk memaksamu. Mas hanya ingin memastikan saja, jika kamu tidak akan menolak saat Mas meminta hak itu." ujar Kevin sambil mengusap lembut puncak kepala Marisa.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!