Camella Veronica putri kedua dari pasangan Aska dan Clara . Camella dipanggil sebutan dengan Mella mempunya seorang kakak perempuan bernama Misya Zeline Queen mereka terpaut satu tahun.
" Kali ini kamu peringkat terakhir lagi? " tanya Clara menatap anak bungsu nya tajam.
Camella tidak berani berkata apa-apa. Camella hanya bisa menganggukkan kepalanya pelan.
" Mella.... mau sampai kapan kamu akan seperti ini? " bentak Clara melempar Raport kearah Camella berada.
BUGG....
" Maaf ma. " ucap Camella menundukkan kepalanya mencoba menyembunyikan air matanya saat Clara membentaknya.
" Kamu bisa tidak buat mama bahagia, sekali saja ? apa sulit bagimu hah? " ucap Clara.
" Maaf ma. " sesal Camella.
" Makanya kamu itu belajar, contoh kakak kamu itu sudah pintar ,cantik, prestasinya banyak , sedangkan kamu gak pernah mama dengar sekalipun nama mu disebutkan di atas panggung. " jelas Clara.
" Tapi mama, aku selalu belajar agar yang terbaik ma. " ucap Camella membela diri
" Melawan terus kerjaan nya anak ini, pergi belajar sekarang juga siang ini kamu tidak boleh makan sama sekali sebelum kamu sudah mengerjakan semua pr mu sendirian. " ucap Clara berlalu pergi meninggalkan Camella tertunduk dihadapan nya.
Camella menatap kepergian sang mama dari kejauhan.
" Tapi... tadi pagi aku juga belum makan. " lirih Camella air mata nya mulai membasahi pipi.
Camella langsung berlari menaiki anak tangga dia bergegas menuju kearah kamarnya dan melempar asal ransel yang dibawanya.
Ditatapnya langit-langit kamar yang tampak gelap.
" tuhan , kenapa aku selalu dituntut menjadi sempurna ? kenapa aku tidak dilahirkan menjadi anak pintar seperti yang lain ? kenapa aku terlahir bodoh dan kekurangan seperti ini? apa salah ku tuhan. " Camella menangis memukuli dadanya yang tampak sesak.
Camella berharap peringkatnya akan naik di tahun kedepannya ia akan membuktikan itu sebelum tuhan merenggutnya dari dunia ia ingin sekali saja melihat senyuman mama dan papa nya khusus untuk Camella bukan untuk Misya.
Camella merebahkan tubuhnya yang kurus tidak terawat di atas ranjang Camella memejamkan matanya berharap ada keajaiban yang datang padanya.
" MELLA......" teriak Clara dari lantai 1
Baru saja Camella memejamkan mata Clara sudah berteriak memanggilnya dari bawah sudah Camella tebak pasti mama nya akan menyombongkan diri atas prestasi anak tersayang nya Misya.
" Ada apa ma? " tanya Camella bergegas menuruni anak tangga dia tidak mau masalahnya semakin rumit.
" Kenapa ma? " tanya lagi Camella tepat dihadapan Clara dan Misya.
" Lihat , anak bunda yang satu ini dapat peringkat satu dong. " bangga Clara menunjukkan isi rapot anak sulung.
" Hebat dong, kakak dapat peringkat satu selamat ya. " ucap Clara tersenyum kecut dan terpaksa.
" Kamu pasti iri sama aku kan? " tanya Misya dengan angkuh
Camella menggelengkan kepalanya tidak setuju walaupun dalam lubuk hatinya yang terdalam mengiyakan.
" Tidak aku harusnya bangga dong kakak dapat juara buat apa aku iri " jelas Camella.
" Bagus deh kalau kamu tidak iri tapi nilai mu pasti jelek lagi kan ? mama udah cerita sih sama aku " ucap Misya.
Camella menundukkan kepalanya sendu.
" Kenapa kamu? nangis? " tanya Misya mengangkat dagu Camella dengan kasar.
" Gitu doang baper banget makanya belajar yang rajin kayak aku biar dapat kasih sayang orang tua gak kayak kamu teman aja gak punya apalagi prestasi mustahil. " ucap Misya dihempaskan nya dagu Camella dengan kasar.
" Sudah Sya biarkan aja dia renungkan kesalahannya nanti kalau papa pulang kita harus rayakan. " ucap Clara.
" PAPA PULANG. " terdengar suara Aska dari luar sana.
" Papa. " teriak Misya berlari kecil kearah Aska.
" Papa , coba tebak kakak dapat peringkat berapa. " tanya Misya menggandeng tangan Aksa.
" Peringkat 1. " tebak Aska.
" Ya, papa benar banget. " ucap Misya senang.
" Siapa dulu dong...." ucap misya menggantungkan ucapannya.
" Anak kesayangan dan kebanggaan papa tentunya. " ucap Aska.
" Bukan, anaknya mama. " ucap Clara tidak mau kalah.
" Aku anak papa dan mama biar adil. " ucap Misya menengahi.
Mereka bertiga sibuk bercanda dan tertawa ria mereka melupakan keberadaan Camella pemandangan yang sudah biasa Camella saksikan sejak dulu tanpa kehadiran dirinya yang selalu tidak pernah dianggap Camella hanya bisa tersenyum kecut melihat kebahagiaan mereka senyuman yang sulit diartikan .
Camella kembali memasuki kamarnya ia tidak ingin menyakiti kedua matanya.
" Papa punya hadiah buat kamu. " ucap Aska.
" Hadiah apa pa?. " tanya Misya dengan semangat.
" Ini dia....." ucap Aksa menunjukkan kunci mobil.
" Yey makasih papa emang yang terbaik. " ucap Misya memeluk Aksa.
" Ingat, nanti jangan bawa ugal-ugalan. " nasihat Clara.
" Oke, mama cantik. " ucap Misya memeluk Clara.
" Dimana Mella? , dia dapat peringkat berapa. " tanya Aska melihat kearah sekeliling.
" Sepertinya sudah dikamar papa, memang sangat tidak sopan sekali dia pa. " ucap Misya.
" Seperti biasa dia dapat peringkat terakhir lagi udah tidak usah bahas anak itu lagi mood mama bisa hilang. " ucap Clara.
" Papa, kita jalan-jalan yuk, pakai mobil baru dari papa , mama juga harus ikut. " usul Misya mengalihkan pembicaraan seputar tentang Camella.
" Ayo. " ucap Aska.
" Sebentar aku siap-siap dulu. " ucap Misya berlalu pergi sembari bersenandung meninggalkan ruang tengah.
" Apa kita ajak Camella juga sayang. " tanya Aska.
" Buat apa ajak dia biarkan saja dia didalam kamar mas merenungkan kesalahan nya cukup kita saja yang pergi menyenangkan anak mu mas. " ucap Clara berlalu pergi.
Aska menarik nafas gusar melihat kepergian sang istri.
Di sisi lain Camella menatap sendu kearah jendela kamarnya menampilkan kepergian papa dan mama nya bersama anak sulung pergi jalan-jalan tanpa dirinya apakah kehadiran Camella tidak diinginkan lagi?.
" Aku tidak boleh sedih lagi , mereka pasti akan sayang sama aku suatu hari ini. mereka tidak bolehkan aku ikut karena takut aku kecapean. " batin Camella berusaha berpikir positif setiap harinya tapi air matanya setetes demi tetes mengalir di pelupuk matanya.
" Jangan nangis Camella kamu kuat. " gumam Camella memukul kepalanya frustasi.
Camella berdiri didepan cermin cantik. rambut yang acak-acakan mata sembab badan kurus dan tidak terawat namun terlihat cantik. Camella mengikat rambutnya asal dia mengambil tas selempang yang tergeletak di atas ranjang.
Dilirik nya jam menunjukan pukul 15.00 karena rumah keadaan sepi tanpa harus bersembunyi Camella pergi keluar rumah tanpa meninggalkan jejak.
sebelum itu Camella sudah memesan gojek untuk pergi.
KRET....
" Eh kirain kamu tidak masuk kerja hari ini. " ucap Toni melihat kedatangan Camella.
" Tidak lah aku harus bekerja kalau tidak bagaimana aku beli kebutuhan dan makanan. " jelas Camella.
" Kamu sudah makan?. " tanya Risa dari arah dapur.
Camella menggelengkan kepalanya sembari memasang apron merah marun dan pakaian karyawan nya.
" Kebetulan aku bawa 2 bekal ambil satu untuk mu. " ucap Risa menyodorkan kotak makan.
" Terima kasih kalian sangat baik padaku. " ucap Camella tersenyum ramah.
Setelah pembicaraan selesai mereka kembali melakukan aktivitas masing-masing
Camella bekerja sejak usia 14 tahun di cafe Merium dari sanalah ia dapat membeli makanan kalau mama nya tidak memberinya makan serta kebutuhan peralatan sekolah dan kebutuhan lainnya semua Camella beli sendiri kecuali pembayaran sekolah orang tua Camella yang bayar.
Pukul 23.00.
" Kau mau ku antar pulang. " tanya Toni.
" Tidak perlu ton aku bisa sendiri sebentar lagi gojek nya datang. " ucap Camella menolak.
" Kalau begitu aku duluan. " ucap Toni melajukan motor nya.
Di saat tengah malam seperti ini biasanya Camella akan lewat pintu rahasia dibelakang rumahnya setiap hari Camella selalu pulang pergi kerja lewat jalan rahasia itu yang berada di area gudang yang terhubung ke kamarnya langsung. sebab itulah tidak ada yang mengetahui sejauh ini kalau Camella pekerja part time .
Pukul 05.00
Camella sudah siap dengan pakaian seragam sekolah nya pagi ini Camella berniat membeli sarapan diluar sejak kemarin dirinya tidak beri makan oleh keluarga nya sangat lah jahat tapi Camella tidak sebodoh yang mereka pikirkan.
KLEK....
" Sepi. "
Camella berjalan dengan perlahan tanpa menimbulkan suara apapun saat diujung tangga seseorang memanggilnya.
" Loh non Mella mau berangkat sepagi ini. " tanya bibi Ijah.
" Eh iya bibi Jah soalnya di sekolah lagi adakan lomba jadi harus pergi sekarang buat bantu-bantu. " jelas Camella.
" Ya sudah non hati-hati dijalan nya ini bibi bawakan roti kesukaan buat non , bibi tahu non belum makan sejak semalaman. " ucap bibi Ijah memberikan kotak makan berisikan dua roti.
" Terima kasih bibi aku pergi dulu kalau ada yang tanya bilang aja aku pergi jam 06.00. " ucap Camella.
" Iya non aman aja kalau itu. " ucap bibi Ijah.
...✿ ✿ ✿ ✿...
Camella berjalan di samping koridor menyusuri sekolah yang masih tampak sepi.
" Hei sampah kamu ngapain disini. " suara seseorang yang Camella kenal, Camella sudah tidak kaget lagi dengan kata-kata itu.
" Ini kan jalan umum siapa saja boleh lewat dari sini. " ucap Camella sewot.
" Nih bawakan tas ku ke kelas. " ucap Lina menyodorkan tas dan beberapa paper bag ditangan nya.
" Aku tidak mau bawa saja sendiri. " ucap Camella berusaha menghindar.
" Mau kemana kamu hah. " dengan sigap Lina menarik tangan Camella yang hendak pergi.
" Bukan urusan kamu. " ucap Camella.
" Ingat tugas kamu itu sebagai babu di sekolah" ucap Lina dengan penuh penekanan.
" Tapi ini belum jam sekolah dimulai. " ucap Camella meringis.
" Aku gak mau tahu pokoknya bawakan tas ku dan belanjaan nya atau tidak aku bakal kasih tahu sama anak - anak lain kalau kamu udah berani melawan sama aku. " ancam Lina.
" Jangan. " ucap Camella terpaksa dari pada dirinya jadi tempat bullying bulan-bulanan.
" Ya sudah bawakan. " ucap Lina berlalu pergi.
Camella menerima tas dan beberapa paper bag di tangan nya dengan pasrah Camella berjalan di belakang Lina kenapa nasib nya begitu sial niatnya pergi pagi agar terhindar dari masalah tapi takdir berkata lain.
Setelah sampai dikelas Camella meletakan tas nya dan milik Lina di atas meja nya.
" Oke, tugas kamu jadi babu hari ini belum selesai tunggu sampai kita sudah kumpul semua. " ucap Lina.
Camella sebenarnya malas untuk mendengarkan tapi ya mau bagaimana lagi membela diri tetap di bullying juga.
Camella menghela napas berat dia melanjutkan langkahnya. keluar dari kelas menuju kearah kantin ia harus mengisi energi terlebih dahulu sebelum perang.
Hari ini sangat beruntung bagi Camella saat jam pertama dimulai semua guru-guru rapat dan semua murid diperbolehkan untuk pulang serta mendapatkan hari libur selama beberapa hari ini dirumah jadi Camella tidak perlu repot-repot membawa baju ganti setiap harinya ke sekolah.
KLEK....
Suasana rumah tampak sepi kemana semua orang.
" Eh non Mella sudah pulang ? ini masih jam 10.00 pagi non?. " ucap bibi Ijah melihat kedatangan anak majikan nya.
" Iya bi Ijah guru-guru nya rapat semua terus juga dikasih libur selama beberapa hari dirumah. " jelas Camella.
" Wah, enak dong non Mella bisa istirahat bersantai dirumah. " ucap bibi Ijah.
" Kemana semua orang bi Ijah? " tanya Camella celingak-celinguk.
" Em... begini non, tadi saat sarapan pagi nyonya dan tuan sama Non Misya pergi liburan ke paris. " ucap bibi Ijah tidak enak hati menyampaikan.
Camella hanya menganggukkan kepalanya saja.
" Berapa hari bi Ijah? " tanya Camella.
" Katanya tuan selama 1 minggu ke depan. " ucap bibi Ijah.
" Ya sudah kalau begitu aku pergi ke kamar dulu ya bi Ijah. " ucap Camella berlalu pergi.
Bibi Ijah hanya menatap punggung Camella yang ringkih dari kejauhan ada guratan sedih di pahatan wajah tirus milik Camella walaupun tidak terlalu terlihat.
" Semoga non Mella diberi kebahagiaan suatu hari ini. " batin bibi Ijah.
Sudah 2 hari berlalu sejak liburnya sekolah dan kepergian keluarga harmonis mereka tanpa dirinya kini Camella menghabiskan waktu nya hanya sekedar dirumah dan bekerja dia tidak diperbolehkan ikut bukan? saat liburan terbukti mereka tidak mengajaknya dan langsung pergi begitu saja sama seperti beberapa tahun sebelum nya bukan suatu hal yang baru lagi buat Camella.
Pukul 02.00.
Camella membolak balik bantalnya berusaha mencari posisi yang paling nyaman. tapi rasa kantuk belum juga menyerang nya Camella bangkit dari kasur berjalan menuju balkon kamar. tidak ada bintang sama sekali . kelam , sama seperti kehidupan nya.
" Sekarang ini tidak ada yang perlu ditangisi" gumam Camella mencoba menguatkan diri.
Camella berjalan kearah meja belajarnya.
" Lebih baik aku belajar saja sampai pagi. " ucap Camella mengambil beberapa bukunya.
" Hm, jika nanti aku sudah pintar dan mendapat prestasi mama pasti bakalan bangga sama aku. " ucap Camella semangat belajar.
...✿ ✿ ✿ ✿...
BYUR....
Air dingin membasahi tubuh Camella.
" Mau sampai kapan kamu tidur hah. " emosi Clara memuncak.
" Sejak kapan mama pulang?. " ucap Camella menghiraukan badan nya yang basah kuyup bahkan bukunya juga ikutan basah.
" Berani sekali kamu bertanya padaku seperti itu, apa kau tidak suka melihat ku pulang hah anak sialan. " ucap Clara menarik rambut Camella kebelakang.
" AUW.... maaf ma aku tidak bermaksud begitu. " ucap Camella terkejut.
" Tidak usah banyak alasan kamu emang anak tidak berguna, bodoh!, " ucap Clara.
PLAK...
Satu tamparan mendarat di pipi mulus Camella saat tarikan rambutnya dilepas.
" Sekarang kamu sudah berani melawan padaku? sudah merasa hebat. " bentak Clara.
" T-tapi memang bukan salah ku ma. " lirihnya pelan.
" Jadi kamu mau salahkan mama? harusnya mama tidak pernah melahirkan kamu ke dunia. " tunjuk Clara tepat dihadapan Camella.
Sakit, tentu saja hati anak mana yang tidak sakit saat dikatakan seperti itu anak mana yang ingin dilahirkan seperti ini kalau kehidupan nya akan berakhir kelam.
PLAK...
Tamparan kedua telah berhasil lolos membuat sudut bibir Camella mengeluarkan percikan darah.
" Tampar, tampar saja lagi aku ma tampar sampai mama puas. " ucap Camella sakit hati.
PLAK...
PLAK...
PLAK...
Clara meluapkan semua emosinya dengan cara menampar kedua pipi Camella bergantian sampai mengeluarkan darah di sudut bibir Camella dan kedua pipi Camella terasa kebas.
" Puas ? mama puas sudah bikin aku terluka selama ini. " ucap Camella saat tidak mendapat tamparan lagi untuk kesekian kalinya.
Camella berdiri dari duduknya diatas lantai sembari memegangi pipi nya yang merah telah mati rasa dan sudut bibir mengeluarkan darah Clara hanya diam melihat kepergian Camella didalam lubuk hati yang paling dalam Clara merasa bersalah telah menekan Camella selama ini tapi rasa bersalahnya ditutupi oleh rasa ego dan benci yang teramat dalam.
" Mama kenapa. " tanya Misya melihat Clara mengambil segelas air dan duduk di samping nya di ruang makan.
" Masalah Mella lagi ya?. " tebak Misya.
" Tidak usah dipikirkan anak itu lagi ayo kita sarapan bersama. " ucap Clara.
" Iya ma. " ucap Misya.
di tempat lain
Camella menendang beberapa batu kerikil kecil di taman komplek perumahan sembari menghapus air matanya yang menetes tanpa henti Camella terus berjalan berkeliling taman dan ia sudah mengobati luka nya sebelum pergi dari rumah.
Dari kejauhan Camella melihat seorang anak kecil kisaran usia 9 sampai 10 tahun tengah bermain bersama ibunya tetapi ada yang berbeda saat diperhatikan lagi dari raut wajah sang ibu terlihat begitu sendu dan tatapan tidak bisa diartikan saat melihat kearah putrinya yang sedang asik bermain lari-larian.
" Hey sayang hati-hati kau akan menabrak seseorang didepan mu nanti " teriak sang ibu memperingati anaknya yang asik berlari menghiraukan ucapan sang ibu dan benar saja dan benar saja anak perempuan itu menabrak tepat di kedua lutut Camella yang duduk di kursi taman.
DUG...
" Aww" meringis anak kecil itu memegangi kepalanya
Sang ibu berlari kearah anak nya Camella hanya terkekeh pelan walaupun sesekali meringis karena benturan yang lumayan sakit.
" Sudah ibu peringatkan kalau kau ingin bermain lihat kearah sekitar mu Arsya " ucap sang ibu.
" Apa kau baik-baik saja nona? " tanya wanita itu memperhatikan tampilan Camella dari atas sampai bawah.
" Ah... aku tidak apa-apa " ucap Camella.
" Maafkan anak ku nona dia memang seperti itu walaupun sudah aku kasih tau berulang kali" sesal wanita itu.
" Aku tidak masalah nyonya dan putri mu sangat cantik berapa usianya " tanya Camella mengalihkan pembicaraan.
" Saat ini usia nya menginjak 10 tahun " jelas nya.
" Sayang minta maaf sama kakak nya " ucap Tari.
" Maaf kakak aku tidak sengaja " ucap Arsya menundukkan wajahnya.
" Tidak apa-apa sayang aku memaafkan mu siapa namamu manis ? " tanya Camella.
" Nama aku Arsya Miranda " ucap Arsya gemas.
" Nama yang cantik secantik dirimu " ucap Camella gemas.
" Kenalin nama kakak kak Mella " ucap Camella.
" Bolehkah kita berteman ? " tanya Arsya saat mereka berjabat tangan.
" Tentu saja boleh dong " ucap Camella tersenyum senang.
" Yey, aku punya teman sekarang ibu " ucap Arsya senang berlari sambil loncat-loncatan.
" Sayang hati-hati awas jatuh " teriak Tari.
"Nama ku Tari kau bisa memanggilku kak Tari " ucap Tari.
" salam kenal kak Tari putri mu sangat cantik aku menyukai nya " ucap Camella jujur.
" Terima kasih " ucap Tari.
1 jam mereka mengobrol satu sama lain jam sudah menunjukkan pukul 10.00.
" Seperti aku harus pergi dulu " Tari.
" Kau mau ikut ? aku akan mengantar mu pulang " ucap Tari.
" Apakah boleh ? " tanya balik Camella.
" Tentu saja aku tidak mungkin membiarkan teman baru ku sendirian disini " ucap Tari.
...✿ ✿ ✿ ✿...
DI MOBIL
" Apa kau bisa menunggu beberapa menit di mobil Mella ? " tanya Tari.
" Tentu saja kalau kau ada urusan mendesak silahkan saja aku tidak akan mengganggu " ucap Camella memangku Arsya.
" Apa kau yakin? aku tidak tahu ini akan lama atau tidak sebenarnya aku akan membawa Arsya kerumah sakit " jelas Tari.
" Sakit apa Arsya kak? aku lihat dia sehat-sehat saja " jawab Camella.
" Sakit Pneumonia " ucap Tari.
bertepatan mobil mereka telah sampai dihalaman rumah sakit.
Camella terdiam sesaat diperhatikan wajah terlelap Arsya dalam pelukan nya anak sekecil ini harus merasakan sakit.
" Apa kau ingin ikut masuk " tanya Tari saat mereka sudah berada diluar mobil dengan Arsya di gendongan Tari yang sudah membuka kedua matanya.
" Aku mau kak Mella ikut ibu " ucap Arsya menatap kearah sang ibu.
" Baiklah aku ikut kalian masuk " ucap Camella tidak enak hati menolak permintaan Arsya.
" Nanti saat masuk kedalam Arsya harus pintar ya tidak boleh cerewet dan nangis " jelas Tari.
" Iya bu tenang saja aku tidak akan menangis lagi " ucap Arsya.
Mereka masuk kedalam rumah sakit.
Camella duduk di kursi rumah sakit sambil menunggu Arsya diperiksa oleh dokter. Tari ikut masuk kedalam untuk menemani Arsya sejak tadi Camella hanya menatap sedih kearah Arsya anak usia yang masih kecil harus menanggung penyakit yang sangat berbahaya yang seharusnya mereka sedang bahagia nya bermain bersama teman seusianya.
Pintu ruangan terbuka secara Camella beranjak dari duduknya.
" Bagaimana , apa kata dokter? " tanya Camella.
" Kata dokter kondisi tubuh Arsya baik-baik saja dengan cara di vaksin penyakit nya akan sembuh " jelas Tari.
" Lalu kenapa kau tidak membawa nya vaksin diusianya yang sudah cukup untuk vaksin kan? " tanya Camella.
" Sebenarnya selain penyakit Pneumonia Arsya memiliki penyakit lain Arsya tidak bisa menanggung efek obat jenis apapun itu yang masuk kedalam tubuhnya sering sekali kondisi nya drop dan lemah tanpa sebab " jelas Tari.
" Apa kau sudah memberitahu dokter akan hal itu " tanya Camella.
" Aku sudah memberitahu nya sebab itulah dokter sedang membuat obat untuk Arsya konsumsi jadi disaat ada obat-obatan yang masuk kedalam tubuhnya itu tidak akan membuat tubuhnya Drop dan lemah " ucap Tari.
" Aku turut sedih kak mendengarnya tapi aku yakin Arsya pasti bisa sembuh " ucap Camella memberi semangat.
" Terimakasih Mella " ucap Tari tersenyum.
" Ayo kita pulang bu " sahut Arsya.
Mereka langsung menuju kearah parkiran mobil.
" Rumah kamu dimana Mella? " tanya Tari yang masih sibuk menyetir mobil sesekali menatap kearah samping.
" Antar sampai depan taman saja kak rumah ku tidak terlalu jauh dari sana " ucap Camella.
" Kakak Mella tidak mau mampir kerumah kami ? " tanya Arsya.
" Lain kali saja ya sayang kakak nya pasti capek " bukan Camella yang menjawab melainkan Tari.
" Aahh.... ayolah...." Arsya merengek.
" Emang tidak merepotkan kak Tari " tanya Camella.
" Tidak dong, kakak senang malahan " ucap Tari.
" Kak Mella jadi mampir kan " tanya Arsya.
" Iya boleh " ucap Camella.
" Asik......." ucap Arsya bersorak gembira.
Tari memarkirkan mobilnya didepan restoran makanan khas indonesia.
" Sekarang kita makan siang dulu sebelum pulang " ajak Tari.
Mereka masuk ke dalam mencari tempat yang masih kosong untuk di isi.
" Kamu mau pesan apa Mella " tanya Tari membolak-balik buku halaman menu.
" Em... tapi aku tidak bawa uang ku , kakak dan Arsya saja yang makan" ucap Camella tampak malu.
" Hahahaha... kamu ini tidak usah malu hari ini aku yang traktir " ucap Tari gemas dengan gadis yang berada dihadapannya.
" Beneran kak " tanya Camella memastikan.
" Tentu saja pesan sepuas mu " ucap Tari.
Camella memesan beberapa menu yang lumayan murah ia tidak ingin mengambil kesempatan dalam kesempitan kebaikan orang lain.
Setelah selesai makan mereka melanjutkan perjalanan menuju kerumah Tari dan Arsya.
" Mama kamu tidak akan mencari mu nanti ? " tanya Tari.
" Tidak kak aku sudah berpamitan dengan mereka " ucap Camella berbohong karena tidak akan ada yang perduli jika dirinya pulang atau tidak.
" Oh bagus lah kalau begitu " ucap Tari.
Mereka turun dai mobil dilihat nya sekeliling rumah Tari di penuhi dengan tanaman hijau yang begitu asri dan indah.
" Kakak suka berkebun dirumah" tanya Camella saat melihat beberapa tanaman sayuran dan bunga-bunga.
" Ya seperti itulah kalau tidak ada aktivitas saat dirumah " ucap Tari seadanya.
" Ayo masuk " ajak Tari mempersilahkan Camella untuk masuk kedalam rumah sederhana nya.
Camella duduk di sofa ruang tengah disini Camella merasa nyaman tetapi sedikit suram. dan yang paling penting Camella tidak mendengar suara keributan tidak seperti dirumahnya.
" Kakak Mella ayo aku ajak ke kamar dan kebun belakang rumah " ajak Arsya sembari menarik tangan Camella.
" Sayang kamu harus banyak istirahat kata dokter jangan terlalu capek " cegah Tari.
" Ya, tidak asik dong bu " ucap Arsya sedih.
" Iya Arsya sayang lebih baik kamu istirahat saja nanti kalau sudah sembuh kita main sampai kamu puas " ucap Camella.
" Janji ya? " ucap Arsya.
Camella tersenyum menanggapi ucapan Arsya ia tidak berani mengiyakan takut janji itu tidak akan pernah terpenuhi suatu hari nanti.
Tari segera membawa Arsya kedalam kamar di temani sang baby sister yang akan membantu Arsya tidur siang.
" Makasih ya sudah mau mengobrol dan berteman dengan anak ku , sejak ia masih TK tidak ada satu pun anak yang ingin berteman dengan nya kamu tahu sendirikan bagaimana para orang tua itu memberitahu tentang keadaan anakku kepada anak mereka " ucap Tari.
" Buat apa kakak berterima kasih sama aku ? aku senang banget bisa berteman dengan Arsya aku sudah menganggapnya sebagai adik aku sendiri " ucap Camella.
" Kamu emang gadis yang baik hati aku bersyukur bisa bertemu dengan gadis seperti mu " ucap TAri memeluk hangat Camella.
" Hei kenapa nangis kak " ucap Camella melepaskan pelukan mereka.
" Aku senang saja bisa melihat senyuman anak ku yang setulus itu " jelas Tari.
" Aku berdoa semoga kamu mendapat kebahagiaan yang setimpal Mella " batin Tari tulus.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!