Di hari yang cerah gadis cantik itu ikut jalan jalan melihat fastival yang di adakan di taman kota.
Tiara Dwi Pratiwi adalah seorang gadis dari kota kembang Bandung yang datang ke kota Jakarta untuk berkuliah, selain cantik gadis itu juga pintar sehingga bisa mendapatkan beasiswa di kampus ternama di Jakarta.
Pada saat Kakak nya pergi ke toilet Tiara tiba tiba saja tersesat karna lupa jalan mana yang Ia lewati tadi dan hampir saja Ia tertabrak motor, untung ada seorang pemuda yang menyelamatkannya.
"Hey kalo jalan hati hati," ujar nya menarik tangan Tiara lalu melepaskan tangan nya.
"Maaf aku tidak tahu kalo akan ada sepeda motor lewat," jawab Tiara menunduk.
Tiara sangat kaget Ia tidak menyangka akan ada kejadian seperti itu.
"Lain kali hati hati jangan banyak melamun kalo nyebrang," ucap nya dan Tiara pun menganggukan kepalanya.
"Terimakasih banyak Kak," ucap Tiara dan pemuda itu pun mengangguk dan pergi begitu saja.
Melihat pemuda itu pergi Tiara pun akhirnya menunggu sang kakak di tempat semula dan tak berselang lama kakak nya pun datang.
"Dari mana kakak cari cari," ucap Alya sang kakak.
"Gak kemana mana kok cuma sekitaran sini aja," jawabnya.
"Ya sudah ayo," ajak nya dan Tiara pun mengangguk.
"Sebaiknya kita sedikit berlari karna yang lain sudah agak jauh," ucap Kak Alya dan mau tak mau Tiara pun menurutinya meski Ia masih kaget karna hampir tertabrak namun Ia tidak mau cerita pada kakak nya takut nya nanti malah kakak nya khawatir.
"Ara tunggu," teriak seorang gadis kincir kuda itu bersama dua orang teman nya entah lah Ara belum mengenal mereka namun Ia sangat hapal dengan gadis yang memanggilnya itu siapa lagi kalo bukan adik dari kakak ipar nya..
Ara pun menghentikan langkah nya dan menoleh ke arah suara ternyata Yuna yang memanggilnya hanya Yuna yang Ara kenal karna dia sering bertemu dengan gadis itu di rumah kakak nya.
Yuna pun ngos -ngosan lalu menepuk pundak Ara membuat Ara meringis menahan sakit, keterlaluan emang Yuna mentang mentang Ia pintar bela diri nepuk aja sakit banget.
"Yuna ada apa?" tanya Ara bingung.
"Lu dari mana sih, gua nyariin tahu," ucap Yuna sedikit kesal bagaimana tidak kesal karna tadi mereka berangkat bersama namun saat melewati persimpangan mereka malah berpisah.
"Sorry aku lupa," jawab nya sambil cengengesan.
"Astaga dasar lu teman laknut, untung gua ketemu sama temen gua.Kenalin ini Dena temen satu kelas gua di kampus," ucap Yuna mengenalkan gadis tomboi yang ada di samping nya itu.
"Salam kenal gua Tiara, panggil aja Ara," ucap Tiara mengulurkan tangan nya dan gadis itu pun menyambut nya dengan senyum.
Mereka pun berjalan barengan karna kak Alya memilik ikut bersama suami nya di banding barengan dengan mereka.
"Nanti malam acara puncak jangan lupa lu ikut ya nanti gua jemput lu ke rumah kak Alya," ucap Yuna dan Tiara pun mengangguk saja.
"Gua tunggu di sana aja Yun, lu sama Ara nanti nyusul," timpal Dena dan Yuna pun mengangguk.
Sebelum mereka sampai di tempat tujuan, Dena sudah di jemput oleh seseorang yang kira kira seumuran dengan papa nya.
Tiara yang penasaran pun lantas bertanya tentang pria yang menjemput Dena.
"Dena di jemput ayahnya?" tebak Tiara.
"Ayah?"
"Iya itu yang tadi bawa mobil hitam," jawab nya lantas Yuna pun tertawa sambil menggelengkan kepalanya.
"Dia cowok nya gila aja lu masa masih muda gitu di bilang bokap nya," ucap Yuna memberi tahu gadis itu agar tidak salah paham.
Tiara nampak bengong mendengar nya karna pria yang bersama Dena tadi memang sudah sangat dewasa.
"Kenapa bengong? lu kaget ya?" Tiara pun mengangguk.
"Jangan kan lu, gua juga awal nya seperti itu pria itu nama nya Heri dia atasan cowok gua di kantor," jelas Yuna.
Kini Tiara pun mengerti kenapa Dena mau dengan pria dewasa dengan tampang yang pas pasan seperti itu.
"Udah jangan hiraukan dia, gak aneh kali kali di kota kaya gini pacaran sama om om," ujar Yuna karna Ia tahu kalo Tiara nampak syok mendengar berita itu.
Tiara hanya menganggukan kepalanya Ia tidak menyangka saja gadis secantik Dena mau dengan pria tua seperti itu, dari tampang juga tidak ada tampan tampan nya.
Di tempat lain Aldian bersama orang tuanya pun mengikuti acara itu, bunda Icha sangat antusias mengikutinya maklum beliau orang sibuk sehingga jarang jarang berkumpul seperti itu.
"Kamu dari mana Al?" tanya bunda nya.
"Cari minum bun, bunda mau?" tanya Al namun bunda nya menggelengkan kepalanya.
"Enggak deh bunda mau nya es kelapa muda," canda nya dan suami nya hanya tersenyum saja.
"Al temenin Ameera tuh dari tadi gak ada teman nya," ujar Icha menunjuk gadis cantik seumuran Al.
Gadis itu adalah anak dari sahabat nya Icha yaitu Amel teman satu kampus nya dulu saat di Jogjakarta.
"Kok aku sih bun," ucap nya sedikit malas karna Ia tahu bagaimana sifat gadis manja itu.
"Ya kalo bukan kamu siapa lagi, ayo sana samperin," ucap bunda Icha.
Mau tak mau Al pun menghampiri gadis itu, Ameera pun tersenyum lalu menggandeng tangan Aldian namun pemuda itu melepaskan nya dengan cepat.
"Gak usah pegang pegang," ucap Al.
"Lho kenapa sih Al kita kan emang udah dekat dari dulu," ucap Ameera tidak terima dengan perlakuan Al pada nya.
"Gua gak suka Meera," jawab nya dan Almeera pun menangis.
"Dasar cengeng lu gak malu apa di liatin orang banyak," ucap Al kesal.
Al pun meninggalkan gadis itu dan tanpa sepengetahuan Al, Tiara menghampiri gadis itu Ia memberikan sapu tangan nya pada gadis itu.
Tiara memang tidak sengaja melihat perdebatan mereka Ia yakin kalo mereka pasangan kekasih yang sedang bertengkar.
"Kamu gak papa kan?" tanya Tiara.
Gadis itu pun menggelengkan kepala nya sambil mengusap air mata nya.
"Gak papa kok kak, makasih banyak," ucap Ameera.
"Kamu sama siapa kesini?" tanya Tiara mencari keberadaan teman gadis itu.
"Sama Om dan tante ku, mereka sedang mencari minum," jawab nya.
"Ya sudah kamu hati hati ya aku pamit dulu. jangan nangis lagi ya," ucap nya dan gadis itu pun mengangguk sambil tersenyum.
Kini giliran Tiara yang bingung dimana Ia berada, karna terlalu memperhatikan pertengkaran Aldian dan gadis itu Ia lupa dimana kakak dan teman nya.
Hingga tidak sengaja Ia menabrak seorang pemuda untung saja Ia tidak jatuh.
"Hey kamu lagi, kamu gak papa kan?" tanya Al.
"Maaf aku gak sengaja," ucap Tiara menunduk malu karna terburu buru Ia tidak fokus dengan jalanan.
"Gak papa kok, ayo duduk dulu sepertinya kamu bingung?" tanya Al.
"Iya aku mencari kakak ku," jawab Tiara.
"Tunggulah di sini mungkin nanti kakak kamu lewat, Oh iya kenalakan nama ku Aldian kamu?" mengulurkan tangannya.
"Aku Tiara panggil saja Ara," jawab nya.
"Sekolah di mana?" tanya Aldian. Pemuda itu mengira kalo Tiara masih sekolah.
"Di kampus Xx," jawab nya.
Aldian pun nampak tidak percaya mendengar nya ternyata gadis yang Ia anggap anak kecil itu sudah kuliah.
"Jangan becanda masa lu udah kuliah," ujar nya.
"Aku baru masuk tahun ini, kalo kamu kuliah dimana?"
"Gua masih SMA," jawab nya.
Kini giliran Tiara yang kaget, ternyata pemuda yang Ia anggap sudah dewasa itu kenyataannya masih remaja.
Aldiansyah putra Debara adalah anak kedua dari pasangan suami istri Icha Natasya dan Bang Zaenal pengusaha fashion yang sukses di Bandung namun sudah hampir 5 tahun ini mereka pindah ke Jakarta.
Sedangkan Tiara hanya anak dari pasangan keluarga yang sederhana, namun gadis itu selalu bersyukur karna masih mempunyai orang tua yang lengkap dan menyayangi nya.
.
.
.
Cerita Icha dan bang Zay ada di cerita novel ku yang berjudul Cinta dalam dilema ya jangan lupa mampir dan like ya.
Malam itu Yuna memenuhi janji nya mengajak Tiara pergi ke acara itu, Ia membawa mobil sesampai nya di tempat itu Tiara sangat senang karna ada banyak artis yang datang di acara itu.
"Gila seru banget," ucap Tiara kagum melihatnya.
"Tentu saja tiap tahun juga pasti kaya gini Ra, gimana di tempat lu?"
"Seru juga tapi ini luar biasa," jawab nya.
Mereka bertemu dengan Dena juga pacar nya, Tiara pun berkenalan dengan pacar dari teman baru nya itu.
Tiara merasa takut karna seperti yang Ia duga pria itu seperti nya mata keranjang.
Ia pun memilih sedikit menjauh dari mereka karna Ia merasa tidak nyaman bersama mereka.
Tanpa di sangka Ia pun bertemu lagi dengan Aldian di sana, pemuda itu datang bersama teman teman nya.
"Hay Ra ketemu lagi," ucap nya sambil tersenyum.
"Ah iya kamu di sini juga," ucap Tiara canggung.
"Kenalin temen gua Ra nama nya Dito dan Geri," ucap nya dan Tiara pun mengangguk dan menerima uluran tangan mereka satu persatu.
Ternyata rumah Dito satu komplek dengan Kak Alya pantas saja Dito merasa pernah melihat Tiara ternyata rumah mereka bertetangga.
Sejak saat itu Tiara berteman baik dengan mereka, dan Tiara juga merasa nyaman saat mereka main ke rumah Kak Alya.
🍀🍀🍀
"Kak aku berangkat ya," ucap Ara karna pagi ini Ara ada kelas pagi, sudah hampir satu bulan Ara kuliah di sana dan Ara pun lumayan betah berada di kampus itu.
"Iya kamu hati hati melintas jalan kereta api nya jangan melamun," ucap Kak Alya mengingatkan.
Memang kampus nya Ara dekat dengan rel kereta api kalo Ia naik kendaraan umum pasti Ia harus nyebrang dulu kesana.
"Ya Kak, Asalamualaiakum," ucapnya.
"Walaikumsalam," jawab Kak Alya.
Seperti biasa Ara akan berjalan beberapan meter ke jalan raya untuk menunggu kendaraan umum lewat, biasanya Ara akan berangkat dengan Kakak Ipar nya namun kali ini sang Kakak ipar sudah berangkat ke sekolah.
Ara terus saja menunggu bis namun belum juga datang Ia pum terus melirik jam tangan nya yang terus berputar.
"Lama benget sih bis nya, bisa telat nih," batinnya.
Saat sedang melamun Ara di kagetkan dengan suara kelakson motor untung saja Ia tidak jantungan.
"Astagfiruloh siapa sih," gumannya sambil mengusap dada,lalu dia memencingkan mata nya melihat motor yang tidak di kenal nya.
"Hay Ra tumben belum berangkat?" tanya pemuda itu membuka helm nya sambil tersenyum.
Ara tidak menjawab karna dia sedikit kesal dengan pemuda itu, entah mengapa suka sekali mengganggu nya.
"Kenapa sariawan?" tanya Al melihat Tiara diam saja.
Tiara pun terpaksa menjawab nya dengan sedikit ketus. "Lagi nunggu bis," jawab Ara.
Hati nya terus saja gelisah karna takut telat sedangkan bis tak kunjung datang, apalagi waktu sudah mepet banget
"Gua anterin deh dari pada nunggu bis lama, nanti lu malah telat lagi," ucap Aldian namun Ara nampak ragu, Ia menggelengkan kepalanya.
"Gak usah, nanti kamu sendiri lagi yang telat kalo nganterin aku, kampus aku kan jauh," ucap Ara karna memang sekolah Aldian kelewatan kalo mau ke kampus nya Ara.
Aldian memang masih sekolah Ia baru saja masuk kelas 12, namun badan nya jangan di tanya pemuda itu mempunyai tinggi 178 cm.
"Udah ayo naik," ucap nya membuat Ara terpaksa mengikuti pemuda itu karna Aldian menarik tangan nya agar segera naik ke motor nya.
"Ehh bentar mana helm nya?" tanya Ara saat sudah berada di atas motor nya,mana bisa pergi kalo gak pake helm.
"Gua lupa bawa," jawab Aldian membuat Ara melebarkan matanya, ah dasar gimana sih kok malah gak bawa pikir nya.
"Ya udah aku gak jadi ikut deh takut nya kena tilang polisi," ucap Ara ingin turun lagi namun Aldin melarang nya Ia menahan tangan Ara agar tidak turun.
"Udah lu tenang aja gua tahu jalan pintas kok yakin gak bakalan kena tilang," ucap Aldin perlahan menacap gas melajukan motor nya.
Ara pun hanya bisa diam karna tangan nya di pegang oleh Aldian agar memeluk perut pemuda itu.
Aldian melajukan motor nya dengan kencang setelah Ara berpegangan erat pada perut pemuda itu.
Sehingga tak sampai 10 menit mereka sudah sampai di depan kampus, Ara pun perlahan turun dari motor itu sambil merapihkan rambut nya yang berantakan.
"Makasih banyak ya," ucap Ara merasa bersyukur bertemu dengan pemuda itu, walau dalam hati nya waswas karna takut nanti pacar nya Al marah dan salah paham padanya.
"Iya santai aja, gua langsung cabut ya," ucap Aldin mengacak ngacak rambut Ara yang memang sudah kusut terkena angin.
Ara mengerucutkan bibirnya kesal dengan perlakuan pemuda itu, namun Aldian sendiri hanya terkekeh.
"Kaya bocah aja lu," ucap Aldian membuat Ara melebarkan matanya tidak terima,harus nya yang bocah kan Al bukan dia pikirnya.
"Hey siapa yang bocah di sini aku lebih tua dari kamu ya," ucap Ara kesal sedangkan Aldian hanya terbahak.
"Umur kita sama jadi gak usah protes ya, ulang tahun gua lebih awal dari lu jadi gua lebih tua di sini, " ucap Aldin menyebutkan tanggal lahir nya yang memang hanya berbeda beberapa bulan saja dengan Ara namun di tahun yang sama.
Mungkin karna Ara pintar sehingga Ia bisa masuk sekolah lebih awal jadi di umur nya yang masih kecil sudah kuliah sedangkan Aldian umur segitu memang normal masih sekolah.
Umur Ara memang baru mau menginjak 18 tahun, umur Alvin ternyata lebih tua beberapa bulan darinya dan sudah berulang tahun beberapa bulan yang lalu.
Setelah Aldian pergi Ara pun berjalan menuju kelas nya yang lumayan jauh dari sana, Ia memilih Ekonomi bisnis karna memang Ia ingin menjadi orang yang sukses kelak.
"Hey kok malah bengong? kenapa?" tanya Luna teman satu kelas nya.
Mereka bertemu saat pertama masuk kampus dan Ara merasa cocok berteman dengan gadis itu.
"Aku gak papa kok," jawabnya.
"Lu diantar siapa? adik lu?" tanya Luna membuat Ara mengerutkan kening nya adik siapa pikir nya.
"Itu yang tadi bukannya adik lu, gua liat dia masih SMA," ucap Luna.
"Oh bukan itu temen, kebetulan aja tadi ketemu di jalan," jawab nya dan Luna pun menganggukan kepalanya.
Mereka pun mengikuti kelas seperti biasa setelah Dosen masuk.
Di sisi lain Aldian baru saja sampai di sekolah nya Ia terpaksa manjat pagar belakang karna gerbang sekolah sudah di tutup.
"Telat lagi lu? bukannya tadi lu berangkat duluan ya, kok bisa telat?" tanya Dito karna biasa nya mereka akan berangkat bersama.
"Gua habis antarin Ara dulu," ucap Aldin meletakan tas nya di atas meja.
"Wih pacar baru nih?" tanya Reno yang tahu sahabat tidak pernah dekat dengan gadis mana pun selama di sekolah.
Aldian adalah anak yang pendiam dan tidak banyak bicara saat berada di sekolah namun entah mengapa saat bersama Ara pemuda itu menjadi cerewet.
"Bukan cewek gua kok tadi cuma temen," jawab nya membuat mereka bingung.
"Temen apa temen gak mungkin kan cuma temen sampe bela belain telat masuk sekolah," ucap yang Angga.
"Tetangga baru gua puas kalian," jawab Aldian membuat mereka melongo termasuk Dito.
"Gak mungkin kalo cuma tetangga sampe bela belain kaya gitu," timpal Reno lagi..
Guru pun masuk membuat mereka berhenti berbicara hingga waktu istirahat tiba, untung saja Alvian siswa yang pintar sehingga Ia bisa dengan cepat menjawab soal yang guru berikan.
Aldian hanya senyum- senyum sendiri melihat poto Ara yang sengaja Ia ambil saat gadis itu melamun tadi.
'Lucu banget sih wajah nya kalo lagi kesal kek gini,' batinnya.
Sore itu Ara sudah pulang dari kampus Ia berjalan kaki dari halte bis menuju rumah kakak nya yang masuk ke dalam gang sudah biasa bagi gadis itu berjalan beberapa meter setiap harinya.
Banyak taxi namun Ia ingin mengirit ongkos, walau bagaimana pun Ia tidak mau menambah beban orang tua nya karna Ia masih mengandalkan pemberian dari mereka.
"Asalamualaikum," sapa nya.
"Walaikumsalam Ra kamu baru pulang," ucap Kak Alya yang sedang menyisir rambut Salsa seperti nya balita itu baru saja mandi karna tercium wangi kayu putih di sana.
"Iya kak tadi nunggu bis nya lama jadi sedikit telat," jawab nya meletakan tas di atas meja belajar di kamar nya.
"Mandi sana terus makan, kakak mau pergi sebentar sama Mas Andi jadi titip anak anak ya," ucap Kak Alya dan Ara pun mengangguk saja karna memang sudah biasa dia jadi beby sister mereka.
Setelah mandi dan makan Ara pun sholah magrib dulu lalu Kak Alya pun pergi meninggalkan Ara dan anak anak nya.
"Anty gendong," ucap Salsa yang memang sudah pasih berbicara.
"Mau kemana sayang?" tanya Ara melihat Salsa merengek ingin di gendong.
"Main," jawab nya sambil menunjuk ke luar rumah yang sudah mulai gelap.
"Di rumah aja ya main nya sama teteh Nadia besok main luar sekarang udah sore," bujuk Ara sambil menggendong nya.
Sedangkan sang kakak Nadia sangat tenang mewarnai di depan televisi.
Ara pun tersenyum, seandainya nanti Ia punya anak pasti repot nya seperti itu.
"Hayo melamun apaan lu?" tanya Yuna yang tiba-tiba datang mengagetkan nya.
"Astagfiruloh Yun kamu tuh kebiasaan ya suka ngagetin," ucap Ara sedikit kesal.
Sedangkan Yuna hanya terbahak mendengar nya, Ia duduk di sofa sambil meletakan sebuah kotak.
"Apaan nih?" tanya Ara penasaran.
"Tuh Martabak telur special makan lah," ucap Yuna, namun Ara bingung tumben gadis itu mambelikan nya makanan.
"Dari siapa?" tanya Ara penasaran.
"Ya dari gua lah, aneh lu," jawab nya.
"Tapi-
"Asalamualaikum," sapa seseorang di depan rumah.
"Eh ada tamu Yun bukain, aku lagi pw," ucap Ara yang memang masih menggendong Salsa yang sudah mulai terlelap dalam gendongan nya.
Yuna pun tersenyum setelah membuka pintu ternyata pacar nya yang datang, hmm pantas saja Yuna membawakan makanan untuk nya ternyata ada sang pacar.
"Eh Mas Sean kapan datang?" tanya Ara bersalaman dengan pemuda itu.
Ara memang sudah mengenal pacar Yuna karna selama satu bulan tinggal di sana Tiara sering bertemu dengan Sean.
"Baru setengah jam yang lalu, ikut sholat isya dulu sama bapak eh pas ke rumah Yuna nya malah gak ada, tau nya ada di sini," ucap Sean duduk di sebelah Yuna yang hanya cengengesan.
"Ya elah kan Mas tahu aku gak ada teman di rumah jadi kesini," jawab Yuna.
"Yun bikinin minum kali Mas nya," ucap Ara sedangkan Yuna langsung bangkit dari duduk nya mengambil air minum di dapur.
"Sama siapa Mas kesini nya?" tanya Ara, karna memang Mas Sean kalo ngapel suka bawa teman nya.
"Sama Mas Heri dan Yoga, tuh ada di rumah Dena," jawab nya.
"Oh begitu ya," jawab Ara.
"Yoga nanyain kamu lho Ra, dia titip salam buat kamu," ucap Sean.
"Iya bilangin walaikumsalam," jawab Tiara.
Setelah berbincang lama mereka pun pulang meninggalkan Ara dan anak anak, Ara pun tertidur bersama mereka.
***
Satu minggu berlalu seperti biasa Ara selalu di antarkan ke kampus oleh Aldian, meski Ia menolak namun pemuda itu selalu saja memaksa seperti hari ini Ara terpaksa pulang bareng karna Aldian sudah menjemput nya di depan kampus.
"Kenapa repot repot jemput sih aku bisa pulang sendiri," ucap Ara.
"Kenapa gak suka di jemput sama cowok ganteng kaya aku?" Aldian malah balik bertanya.
Karna Tiara selalu bicara aku kamu pada nya Aldian pun terbiasa dengan aku kamu juga.
"Bukan gitu aku cuma gak enak aja, bukannya kamu harus segera pulang ya?" tanya Ara namun Aldian tidak menjawab nya.
Ara pun naik di jok motor yang lumayan tinggi itu, badan Ara memang kecil sehingga sedikit susah naik nya tinggi nya pun hanya 160 cm.
"Al..!!"
"Hmm," jawab Aldian.
"Kita mau kemana sih, ini kan bukan jalan pulang?" tanya Ara bingung karna Aldian berbelok ke jalan lain bukan yang biasa.
"Udah diem nanti juga sampe rumah," jawab nya.
Ara pun hanya diam Ia tidak tahu ada jalan lain yang bisa di tempuh menuju rumah kakak nya itu, karna selama tinggal di sana Ara tidak pernah main kemana mana.
Aldian pun memberhentikan motor nya di dekat sebuah danau buatan dan sontak saja Ara bingung hati nya bertanya tanya.
"Kok malah berhenti, ada apa?" tanya Ara mengerutkan kening nya.
"Udah ayo turun aja," ajak nya.
Ara pun turun dan mengekori pemuda yang masih berseragam SMA itu, jujur saja Ara takut karna sudah sore takut nya hari makin gelap bisa di marahi dia oleh sang Kakak kalo pulang telat.
"Kita ngapain kesini?" tanya Ara.
"Beli baju," jawab Aldian asal.
Ara pun menepuk pundak Aldian kesal, badan Aldian yang tinggi membuat Ara harus sedikit mengangkat kepala nya agar bisa menatap wajah itu.
"Kamu tuh ya aku tanya baik baik juga," ucap nya namun Aldian hanya diam saja lalu memeluk erat tubuh sang gadis.
Sontak saja Ara kaget dan langsung mendorong tubuh pemuda itu.
"Kamu tuh apaan sih Al," ucap Tiara menatap sekeliling takut ada orang yang liat.
"Kenapa kamu gak mau di peluk sama aku?"
Tiara pun tidak menjawab namun beberapa saat kemudian Tiara mengajak nya pulang karna Ia bingung mau apa di sana.
"Ayo pulang," ucap Ara membuat Aldian menatap gadis itu.
Ara pun hanya menunduk Ia merasa gugup sekali berada di sana berdua, Ia juga sangat takut pikiran nya bercabang kemana mana.
"Lu kenapa sih Ra cuma peluk doang kok marah, gua lagi kesal nih jangan nambah masalah," ucap nya membuat Ara mengerutkan kening nya.
"Aku buat masalah aps?" tanya Ara sambil menunjuk dirinya.
"Bukan gitu maksud gua Ra, lu tuh ah entah lah gua malah tambah kesal," ucap nya segera naik ke atas motor dan meninggalkan Ara sendiri.
Sedangkan Ara terus berteriak memanggil pemuda itu, Ara berjalan sambil menangis Ia tidak tahu daerah itu kemana Ia harus pergi.
"Aldian brengsek banget sih kamu, aku takut," ucap nya lirih sambil terisak.
Ingin menghubungi kakak nya namun Ia takut sang kakak nanti pasti akan bertanya sedang apa Ia di sana, sehingga Ara pun memilih berjalan kaki.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!