Malam hari...
Di suatu ruang bawah yang tersembunyi di kedalaman hutan pegunungan. Didalamnya terdapat seorang pria berambut hitam yang berusia 25 tahun tengah berdiri seorang diri dihadapan 100 orang-orang dewasa. Pria tersebut bernama Karna.
Plok plok plok
Salah satu pria yang adalah pemimpin kelompok tersebut bertepuk tangan sembari menampilkan seringai diwajahnya.
"Selamat datang di tempat ku saudaraku" sang pemimpin menyabut kedatangan dengan penuh sukacita
"Haruskah kita minum terlebih dahulu sebelum memulai acara utam~"
Bam!
"Guakh!"
Whosh! BAM!
Sebelum pemimpin sempat menyelesaikan ucapan provokasinya, sebuah pukulan tak kasat mata telah mengenai wajahnya. Membuat pemimpin itu terpental kebelakang hingga menabrak dinding.
Para Anak buahnya menjadi diam membisu melihat pemimpin mereka mendapatkan pukulan telak meski dengan adanya mereka di sekitarnya.
"Itu tidak perlu, kita langsung saja ke acara utamanya" ucap Karna sembari menggenggam telapak tangannya yang telah mengirimkan pukulan tak kasat mata.
"Argh! Kurang ajar!~ Kurang ajar! Kurang ajar! KURANG AJAR!!!" si pemimpin mengaum bagaikan seekor anjing yang menggonggong, sembari tangannya yang menutupi sebagian Wajahnya yang begitu jelek setelah merima pukulan dari Karna.
"Berani-beraninya kau, Berani-beraninya kau memukul wajahku!" Ucapnya dengan mata melotot serta urat-urat di dahinya. Wajahnya penuh dengan darah membuat pemimpin itu tampak lebih menyeramkan.
"Oh tampilan itu sangat cocok untukmu. Jadi Berterimakasih lah padaku bajingan" Karna mengejeknya tanpa ada rasa terintimidasi sama sekali.
!!!
"Hehehe. Muahahaha. HAHAHAHA!" Mendengar ejekan itu si pemimpin lantas tertawa terbahak-bahak
"Begitu ya, ya mungkin kau ada benarnya. Aku harusnya berterima kasih karena kau telah repot-repot datang ke tempat ku dengan sendirinya. Dengan begitu, AKU BISA MENGHABISIMU UNTUK SELAMANYA. HAHAHA!"
"Kau bicara seakan dirimu sudah pasti dapat mengalahkan ku. Sama seperti saudara-saudara bajinganmu yang lain"
"Humph aku tidak akan sama dengan mereka. Aku sudah mempersiapkan segalanya dengan matang untuk menyambutmu"
setelah mengatakan itu, wajah pemimpin yang terluka tiba-tiba pulih dengan sendirinya. Membuat Karna akhirnya menyadari dari mana asal kepercayaan dirinya berasal.
"Rawa Rontek yaa"
"Hahaha bagaimana? Bukan cuma aku saja yang memilikinya, tapi semua yang ada didepanmu Sekarang punya ilmu itu. Hahaha Apakah kau sudah takut?"
"Hahh tentu saja tidak, aku justru bersyukur dapat menghajar mu berkali-kali tanpa takut kau mati dengan cepat"
"Cih! Sombong sekali. Semuanya! Hancurkan pemuda itu tanpa belas kasihan!" Ucap si pemimpin yang sudah muak dengan kepercayaan diri Karna. Ia lantas memerintahkan anak buahnya untuk menyerang.
Serang! Oraaaa!
semua anak buahnya berlari menuju Karna setelah mendengar perintah tersebut. Mereka semua bukanlah orang yang bisa di anggap remeh. Mereka sudah terlatih dalam ilmu beladiri dan memiliki pengalaman dalam misi membunuh seseorang. Mereka juga dilengkapi dengan berbagai senjata seperti golok, celurit, tombak hingga pedang panjang. Membuat mereka sangat berbahaya.
Namun Karna disisi lain masih terlihat tenang dengan banyaknya orang yang menyerbu dirinya. Dan ketika para penyerbu mendekat, Karna akhirnya mulai bergerak.
"Brajamusti!"
Bom!
Argh!
Para penyerbu banyak yang terpental mundur akibat terkena ledakan energi dari tubuh Karna. Karna sendiri setelah mengaktifkan ilmunya, tubuhnya kini di selimuti dengan aura transparan serta ia dapat melayang di udara.
"Tidak mungkin! Tidak itu tidak mungkin. Sejak kapan kau menguasai ilmu itu" ucap pemimpin yang melihat Karna melayang dari kejauhan.
"Orang yang mati tidak perlu tahu" jawab Karna dengan raut wajah dingin
"Cih sombong sekali. Jangan berpikir kalau kau dapat mengalahkanku meski sudah memiliki itu"
Si pemimpin mengeluarkan pistol lalu ia menembak Karna secara beruntun.
Dor! dor! dor! dor!
Karna tidak mengelak dari tembakan itu. Ia justru menangkap semua peluru yang mengarah padanya.
Set set set set
urat di wajah si pemimpin menjadi lebih tebal setelah Melihat tembakannya dengan mudah di atasi. Ia kemudian menoleh ke arah anak buahnya yang masih diam terpaku dengan momentum kekuatan yang Karna tunjukkan.
"KENAPA KALIAN DIAM SAJAA! CEPAT SERANG!!!"
Serang! URAAAA!!
Akhirnya bentrokan kedua belah pihak pun terjadi. Karna dengan kekuatannya dapat dengan mudah mengalahkan Semuanya. Namun orang-orang itu kembali hidup lagi layaknya zombie. Membuat Karna harus menggunakan ide lain untuk melenyapkan kroco-kroco tersebut.
Ia menangkap salah satu kroco lalu memegang kepalanya dengan salah satu tangannya. Kemudian ia mengucapkan "Waringin sungsang".
Setelah mengatakan itu, energi kesaktian kroco tersebut terserap sampai tak tersisa. Setelah itu Karna menghancurkan kepala kroco itu tanpa belas kasihan sama sekali.
Melihat kekejaman Karna, membuat kroco-kroco yang lainnya menggigil ketakutan. Namun mereka tetap menyerangnya. jika tidak, mereka semua lah yang akan mati.
Dengan begitu pertarungan terus berlanjut. Karna satu persatu menghabisi lawan-lawannya dengan mudah layaknya seekor nyamuk. Namun Karna menyadari bahwa kesaktian dalam dirinya juga mulai menipis. Hingga pada akhirnya dia berhasil melenyapkan semua lawan-lawannya dan menyisakan satu orang yang adalah pemimpinnya.
Saat Karna mengalihkan pandangannya ke arah si pemimpin. Si pemimpin sudah membawa senjata berupa bazoka yang siap ia luncurkan kapan saja.
"TERIMA INI!" Ucap si pemimpin bersamaan dengan menarik pelatuk bazoka.
Dom! Wosh~
Karna kali ini tidak menangkapnya. Namun ia dengan terampil membuat lintasan untuk misil roket dengan mengitari tubuhnya lalu mengembalikannya ketempat pemimpin itu berada.
Wosh
"Kau bercanda kan?" Kata si pemimpin sebelum misil bazoka mengenainya
BOOM!
Ledakan besar terjadi hingga membuat ruang bawah tanah ikut terguncang. Sudah banyak retakan di dinding sekitarnya akibat pertarungan sebelumnya. Dan ledakan ini membuatnya lebih parah lagi.
Si pemimpin bangkit lagi setelah terkena serangannya sendiri secara langsung. Ilmu yang ia gunakan membuatnya terasa hidup abadi. Namun itu juga yang akan membuatnya mengalami penderitaan tiada habisnya hingga ia harus memohon untuk kematiannya.
"Sial! Sial! Sial! Aku pasti akan membun~ Guakh!"
BOM
Si pemimpin sudah kembali terlempar ke dinding sebelum ia menyelesaikan perkataannya. Tanpa memberinya waktu, Karna mendekati si pemimpin lalu memukulinya habis-habisan hingga tubuh pemimpin itu menancap begitu dalam di dinding.
Bam bam bam bam bam
Karna akan berhenti ketika tubuh pemimpin itu tak berbentuk. Lalu ketika tubuhnya pulih kembali. Karna akan melemparkannya ketempat lain dan akan mengulangi serangannya sekali lagi. Dan begitulah seterusnya hingga pemimpin itu merasa kalau mati lebih baik daripada harus mengalami penyiksaan berulang-ulang kali.
"Toollongg~ buun nuhh~ aa~ kuu~" ucap si pemimpin. Sikapnya yang arogan kini telah menghilang digantikan dengan orang lemah yang meminta belas kasihan.
Si pemimpin itu akhirnya tersadar bahwa perbuatannya telah menciptakan seorang malaikat mautnya sendiri. Jika saja ia dan keluarganya diawal-awal tidak menyepelekan Karna yang sejatinya masih saudaranya sendiri. Ia mungkin tidak mengalami hal yang menyedihkan seperti ini. Namun kini nasi sudah menjadi bubur. tidak ada kata jika lagi, karena semua sudah terlambat. Sekarang ia berharap kalau Karna mau berbelas kasihan untuk segera membunuhnya.
Karna dapat mendengar suara permohonan dari orang yang ia siksa habis-habisan. Ia sempat berfikir untuk tidak menghiraukannya dan melanjutkannya. Namun saat itu, matanya menangkap kedua sosok orang yang sangat di cintai ya. Sosok yang selalu dirindukannya. Dan sosok yang membuat tekad balas dendam di hatinya membara. Kedua sosok itu adalah ayah ibunya.
"Ayah~ ibu~" gumamnya
Ia tidak tahu apakah bayangan didepannya itu asli atau hanya halusinasi semata. Namun melihat kedua orang tuanya tersenyum, membuat karna mengurungkan niatnya untuk terus menyiksa orang yang sudah bermandikan darah.
"Hahh" Karna menghela nafas untuk menenangkan hatinya.
Ia kemudian memegang kepala pemimpin itu yang kini pemulihan tubuhnya begitu lambat.
"Waringin sungsang"
ARGHH!!!
Karna bukan lagi menyerap energi kesaktiannya melainkan juga energi kehidupannya pun ikut terserap. Membuat pemimpin berteriak sekencang kencangnya karena merasakan sakitnya energi kehidupannya di ambil.
Setelah itu Karna melepaskan tangannya dari kepala lalu pergi meninggalkan tubuh pemimpin yang telah mengering. Ia tidak lupa untuk menghancurkan markas ruang bawah tanah itu sebelum pergi.
BOOM! BOOM! BOOM!
Ledakan itu mengakibatkan bangunan itu hancur lalu tertimbun tanah di atasnya.
...
Di puncak pegunungan, Karna berjalan tertatih-tatih. Ia begitu lelah hingga butuh usaha baginya untuk berjalan. Lalu ia berhenti dan duduk tepat di bawah naungan pohon yang berada di puncak gunung itu.
Saat ia menatap Cakrawala di kejauhan, tak terasa air matanya setetes demi setetes telah jatuh.
"Ayah~ ibu~... Karna akhirnya berhasil membalaskan kematian kalian~" ucapnya dengan tatapan kerinduan dimatanya.
Saat itu, Karna merasakan jejak kehangatan di sisinya. Lalu ia melirik kanan kiri dan melihat kalau ayah dan ibu yang ia rindukan selama ini tersenyum lembut sembari memeluk tubuhnya.
"Ayah~ Ibuu~" ia kini tak kuasa menahan air matanya dan menangis sejadi-jadinya. Begitu besar kerinduannya terhadap ayah dan ibunya hingga membuatnya merengek, persis di waktu ia kecil dulu.
Akhirnya, Karna mulai menutup matanya perlahan bersamaan dengan waktu fajar menyingsing. Sinar cahaya yang begitu hangat dan lembut menyelimuti tubuhnya. Alam sekitar terasa begitu hening seperti sengaja membiarkan pemuda itu mendapatkan tidurnya dengan lelap. Karna akhirnya menutup mata dengan senyum kelegaan di bibirnya.
Saat senja...
Di dalam sebuah gubuk kecil yang di kelilingi pepohonan rimbun, terdapat Seorang wanita yang tengah berbaring diatas tempat tidur. Nafasnya yang tersengal-sengal dan dahinya yang penuh akan keringat hingga membasahi Rambut biru panjangnya. Wajahnya cantiknya terlihat sangat lelah seakan ia habis berjuang melawan sesuatu.
Beberapa saat kemudian, seorang wanita berambut merah, mengenakan atasan putih tanpa lengan dengan rok hijau panjang Datang mendekati wanita yang berbaring di tempat tidur. Wanita berambut merah itu bernama Kirana, seorang Penjaga dari gadis tersebut. Dia kini sedang membawa seorang bayi yang baru saja lahir dari rahim wanita yang berbaring tersebut.
"Bagaimana?" Ucap si wanita
"Dia dalam kondisi yang baik nona. Dan yang lebih mengejutkan, dia sudah memiliki inti mana ditubuhnya."
"Apa?"
"Di sudah memiliki inti mana dalam tubuhnya"
"Bagaimana itu mungkin?" Wanita itu tidak percaya dengan apa yang ia dengar.
"Aku juga tidak tahu. Hanya saja..."
"Hmm"
"Dia terlahir dengan dengan rambut dan mata perak"
"Maksudmu?"
"Ya, dia bisa saja terlahir dengan warna yang sama menilai dari ciri-cirinya"
Kirana mengungkapkannya dengan nada berat sembari memandangi wajah mungil di pelukannya.
Sedangkan sang wanita tersebut hanya terdiam kosong tanpa mengatakan sepatah katapun. Namun dalam benaknya ia teringat kembali pesan Seorang Saintess yang pernah ia temui.
"..suatu hari nanti kau akan mendapatkan sebuah bintang. Tak seperti bintang pada umumnya, yang kau dapatkan memiliki warna yang berbeda. Dan nantinya bintang itu akan terkait dengan takdirmu. Apakah itu anugerah atau malapetaka? Itu masih menjadi misteri.."
Disaat itu ia masih bertanya-tanya apa yang dimaksudkan oleh Saintess itu. Mengapa itu bisa berupa anugerah atau malapetaka baginya?.
Awalnya ia mengira kalau itu hanya lah ucapan kosong dari wanita suci itu untuk menakut nakutinya.
Hingga dikemudian hari kejadian buruk menimpa dirinya, hingga membuatnya harus mengasingkan diri bersama pembantunya. Dan di pengasingan inilah dia melahirkan seorang bayi laki-laki dari mimpi buruk yang pernah ia alami.
"Nona?"
"Oh ya maaf, aku hanya sedang memikirkan sesuatu"
Panggilan Kirana membangunkan nya dari lamunan.
Setelah menghela nafas menenangkan dirinya, dia bangun dari tidur nya sendiri, memposisikan duduknya sedikit lebih dekat dengan sandaran tempat tidur.
"Berikan dia padaku" ucapnya
"Ya nona"
Kirana memberikan bayi yang berada di gendongannya kepada wanita itu dengan sangat hati-hati. Ada sedikit ketegangan di wajah Kirana karena ia tidak tahu keputusan apa yang akan dibuat wanita itu. Dia sudah membuat persiapan yang cukup matang dengan keputusan apa saja yang akan di perintahkan wanita yang berbaring di depannya.
Sedangkan sang ibu yang tidak memperhatikan ketegangan penjaganya, memandang wajah mungil di pelukannya dengan emosi campur aduk. Kasih sayang, kebahagiaan, kemarahan, dan kesedihan berkecamuk di dalam hatinya.
Wajah putranya terdapat kemiripan dengannya. namun disisi lain saat ia menatap putranya lebih dalam, itu justru mengingatkannya dengan seseorang yang tak lain adalah ayah dari putranya tersebut.
Disisi lain Kirana hanya memandangi interaksi antara ibu dan putranya dengan tenang hingga pada akhirnya ketenangannya hancur saat ia mendengar keputusan dari sang ibu
"Lakukan rencananya" ucap sang ibu
"Apa kau yakin nona?"
"Ya"
Perintahnya membuat Kirana tidak bisa tidak mempertanyakan kembali keputusannya. Dia sempat mengira dengan kepribadian wanita itu, rencana yang telah dibuat oleh wanita itu sendiri tidak akan di laksanakan setelah ia melahirkan bayi tersebut. Namun dari nada dan tatapan tegasnya membuat Kirana percaya bahwa rencana itu harus segera dia lakukan.
Meski begitu saat ia melihat bayi polos di pelukan majikannya, membuat hati nuraninya tidak bisa menerima keputusan itu.
"Tapi kenapa? Dia itu darah dagingmu"
"Aku tahu"
"Lalu mengapa kau harus membuangnya?"
"Karena keadaan"
Ruangan menjadi hening seketika. Keduanya terdiam dan hanya saling bertukar tatapan mata.
"Kau pastinya tahu apa posisi ku di kerajaan kita. Disamping itu aku juga memiliki tunangan yang tak lama lagi kita akan segera melaksanakan pernikahan. Dan mimpi buruk yang menimpaku membuat ku harus mengandung anak dari orang asing yang aku tidak tahu siapa dia. Dan lagi... Aku tidak ingin anak ini diketahui oleh orang lain termasuk orang orang yang ku cintai"
"Jadi kau tidak memiliki cinta untuk putramu sendiri?"
"AKU PUNYA!.. aku punya~ dan aku sangat-sangat mencintainya. tapi di waktu bersamaan aku juga membencinya"
"Mengapa?! Bayi itu tidak ada salah apapun padamu"
"Ya dia tidak salah. Tapi saat aku melihat wajahnya aku selalu teringat kenangan yang menyakitkan itu yang membuat ku tidak ingin terus melihatnya. Aku takut kebencian ini akan berdampak buruk bagi pertumbuhannya"
Suasana ruangan menjadi hening kembali. Kirana pun tidak bisa menyalahkan wanita didepannya atas apa yang telah dia alami. Dan dia juga memiliki seseorang yang dia cintai sepenuh hati. Kirana bertanya tanya apakah dia akan melakukan hal yang sama jika posisi mereka tertukar?.
Namun disisi lain hati nuraninya juga ingin memperjuangkan hak dari bayi tersebut. Bayi itu tidak salah, dia juga korban disini.
"Bagaimana.. bagaimana jika aku yang merawat bayi ini?" Ucap Kirana. Ia memberanikan diri untuk mengajukan permintaan itu.
"Tidak"
Namun seakan kata katanya sudah tertebak, sang ibu membantahnya secara langsung. Dan penolakan tersebut malah memancing emosi Kirana keluar.
"Kenapa? Kenapa aku tidak boleh merawatnya"
"..."
"Jawab aku!" Ucapan Kirana lebih tegas dari biasanya. Lalu Aura merah gelap kini mulai menyelubungi seluruh tubuhnya.
"..."
Tidak mendapatkan respon kembali membuat Kirana lebih geram. Emosinya membuat aura disekelilingnya semakin menebal.
"Kenapa kau hanya diam saja? Jika kau takut dengan statusmu, Aku akan berhenti dari pekerjaanku dan membawa bayi ini pergi ke tempat yang jauh. Aku tidak akan menghubungimu dan tidak akan menggangu dirimu. Aku akan berusaha merawat bayi itu seperti anakku sendiri.."
"Cukup! Aku sudah bilang tidak!"
"KENAPA!!!"
Bom!
Aura merah gelap di sekeliling Kirana meledak dan menyebar ke segala arah. Memporak porandakan benda benda di sekitarnya dan membuat dinding kayu retak akibat tidak bisa menahan kekuatannya.
Sedangkan ibu dan bayi terlihat baik baik saja meski terkena ledakan tersebut. Terdapat selubung biru transparan yang menutupi keduanya yang melindungi mereka dari ledakan aura.
Namun selubung biru tidak dapat menghentikan suara keras yang terjadi yang membuat bayi tersebut terkejut dan menangis seketika.
Aaa' Aaa' Aaa'
"Ah maaf maafkan aku..."
Sontak saja tangisan bayi membuat Kirana tersadar dari tindakan sebelumnya. Terdapat jejak rasa bersalah diwajahnya melihat bayi mungil di pelukan si wanita menangis akibat ulahnya yang kehilangan kontrol diri.
"Apakah kau sudah cukup tenang?" Ucap sang ibu
"Iya, maafkan aku" Kirana menundukkan kepalanya
"Mhmm tidak apa-apa. Untuk sekarang Bisakah kau tinggalkan aku sendiri. Aku ingin menenangkannya terlebih dulu" ucap wanita itu sembari menatap bayi yang menangis
"Ya nona. Kalau begitu aku permisi"
Kirana berjalan pergi meninggalkan ibu dan bayinya di tengah-tengah kekacauan yang ada. Sesekali ia melihat kebelakang seakan hendak mengatakan sesuatu, namun kali ini ia menahan diri untuk tidak mengungkapkannya.
"Dia masih sama, selalu saja mudah terbawa emosi. Jika terus begitu, bagaimana dia akan menemukan jodohnya?" ucap wanita itu setelah melihat kepergian kirana yang juga merupakan sosok kakak bagi dirinya.
Aaa' Aaa' Aaa'
"maaf maaf, apakah kau lapar? Mau minum susu?"
Aaa'Aaa'
"Baik baik tunggu sebentar yah"
Sang ibu menarik gaunnya ke bawah dan langsung memperlihatkan asetnya yang melimpah. Lalu ia menyodorkan put*** merah jambunya ke bibir mungil putranya. Sang bayi langsung melahap put*** yang di suguhkan ibunya.
"bagus, anak pintar. Minumlah yang banyak" ucapnya sembari mengelus wajah putranya dengan lembut.
"Kau tahu, jujur saja pertama kali aku mengetahui bahwa aku mengandung dirimu. Dibenakku langsung terlintas untuk menggugurkanmu. Namun di saat yang sama aku memikirkan itu, perutku tiba-tiba saja merasakan sakit. awalnya aku mengira itu hanya gejala kehamilan, ternyata itu salah. Setiap kali aku memikirkan hal yang sama, hal itu akan terulang kembali. Seakan-akan kau mengetahui hal jahat apa yang ingin ku lakukan padamu"
"Karena aku tidak ingin keluarga dan tunanganku mengetahui akan kehamilan ku. Aku memiliki ide untuk pergi dari kediaman ku ke negara-negara lain. Hingga 4 bulan sebelum kelahiranmu aku menemukan tempat ini"
"Aku tidak tahu harus berkata apa saat aku melahirkanmu. jujur aku senang kau lahir dengan selamat. Namun disisi lain ada rasa dimana aku tidak ingin lebih dan lebih lama bersama dirimu. Aku sangat takut... Dan aku.. aku.."
Tak terasa saat dia berbicara, aliran deras air mata sudah banyak mengalir di pipi pucatnya. Perasaannya yang meluap luap membuat bicaranya menjadi gagap.
Hiks hiks
Ketika dia berusaha menghentikan air matanya yang tak kunjung berhenti. Saat itulah dia merasakan tangan lembut dan mungil menyentuh pipinya.
Dan ketika dia mengalihkan pandangannya kebawah. Sepasang mata perak menatapnya dengan seksama. Beserta senyuman bahagia dibibir kecilnya membuat siapapun yang melihat dapat terpesona olehnya.
Baa' baa' baa'
Mendengar suara cerianya membuat sang ibu tersenyum seketika. Dia memeluk putranya lebih erat dan menempelkan wajahnya ke wajah mungil bayinya.
"Kau tahu, Kirana sudah berusaha menemukan orang tua yang baik untukmu. Yah meskipun aku tahu dia sangat keberatan dengan ideku namun dia tetap melakukannya"
"Semoga mereka nanti mau menerimamu dan merawatmu selayaknya anak mereka sendiri. Tumbuhlah dengan baik, jangan suka pilih pilih makanan dan menyusahkan Orang tuamu nanti"
"Jaga kesehatanmu dan jadilah kuat karena di dunia ini yang kuat dihormati. Semoga kelak kau menjadi orang yang hebat"
Baa' baaa'
"Dan Aku minta maaf karena harus melakukan ini padamu~ hiks hiks Maafkan aku~ Maafkan aku~ Maafkan aku~" Ucapnya
...
Disisi lain, Kirana yang berada dibalik pintu, mendengarkan semua interaksi antara ibu dan bayinya.
"Tenang lah tuan muda. ku pastikan orang tua yang telah ku pilih adalah orang tua yang terbaik bagimu." gumamnya sembari menatap matahari yang perlahan-lahan tenggelam di kegelapan.
...
Hal Yang tidak meraka ketahui, jiwa bayi tersebut adalah seorang pria dewasa yang telah terreinkarnasi.
Suatu malam di desa yang terletak diantara perbukitan dan laut.
Di sebuah gedung berlantai 2 yang terdapat tulisan "Pusat Kesehatan Desa". di dalam tepatnya ruang perawatan, terdapat seorang wanita dengan rambut hijau zamrud dan mengenakan atasan merah setengah terbuka. Sedang melihat 2 remaja yang hampir seluruh tubuhnya babak belur di atas 2 tempat tidur pasien. Terdapat banyak luka Cakaran di sekujur tubuh keduanya yang membuat wanita itu mengerutkan dahinya.
"Apa yang telah mereka alami?" gumamnya
Dia berjalan dan berdiri diantara keduanya. Lalu mengulurkan tangannya di masing-masing tubuh kedua remaja tersebut. Disaat telapak tangannya menyentuh dada Meraka berdua, secara bersamaan Semburat cahaya kehijauan muncul di telapak tangannya. Kemudian cahaya hijau itu menyebar ke seluruh tubuh mereka. Dan tak lama kemudian, luka-luka yang dialami kedua remaja itupun sembuh. Tak ada lagi jejak luka yang baru saja mereka alami.
Setelah wanita itu memastikan keduanya sembuh . Ia kemudian pergi meninggalkan keduanya untuk beristirahat.
Sebagai perkenalan, nama wanita itu ialah Lefani. Seorang wanita cantik dengan proporsi tubuh yang ideal bagaikan jam pasir. terdapat pula sebuah bintik hitam kecil dibawah bibir kanannya membuat Lefani tampak lebih mempesona.
sebelum berada di desa ini, ia adalah seorang pejuang terampil yang berspesialis dalam sihir dan support. Kekuatannya memungkinkan dia untuk menggunakan elemen kayu dan penyembuhan.
Bersama dengan suaminya, mereka telah terjun ke banyak Medan pertempuran dan melakukan misi-misi berbahaya bersama-sama.
Hingga suatu ketika kejadian buruk menimpa salah satu keluarga kecil Lefani yang membuatnya harus kehilangan seseorang yang sangat dia cintai.
Akibat Kejadian naas itu, membuatnya begitu terpuruk meski waktu telah banyak terlewati. Dia cenderung menutup diri dengan orang-orang di sekitarnya dan menghabiskan waktunya dirumah sendirian.
Melihat kondisi mental istrinya yang tak kunjung membaik. Sang suami mengajaknya untuk tinggal di sebuah desa guna menenangkan diri.
Dan begitulah bagaimana Lefani dan suaminya menetap didesa ini. Meski Sekarang kondisinya tidak seburuk dulu, namun trauma itu masih membekas dibenaknya. Membuatnya kepribadiannya menjadi lebih dingin terhadap orang-orang disekitarnya. meskipun begitu, dia tetap mau melakukan tugasnya membantu orang-orang yang membutuhkan pertolongan darinya.
...
Setelah keluar dari kamar pasien, Lefani disambut dengan 2 orang gadis yang telah menunggunya di luar ruangan. Salah satu gadis yang tampak khawatir segera berdiri dari tempat duduknya. dan dengan perasaan cemas segera mengajukan pertanyaan kepada Lefani.
"Bagaimana dengan keadaan mereka nyonya Lefani?" Ucapnya sembari menggenggam kedua tangannya sendiri
"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, mereka sudah baik-baik saja dan hanya butuh istirahat"
"Syukurlah..."
"Aku kan sudah bilang padamu untuk tidak terlalu khawatir. Guruku pasti bisa menyembuhkan mereka dengan mudah" ucap salah satu gadis berambut biru yang mengenakan gaun putih berdiri dibelakang gadis sebelumnya
Dia adalah vion, seorang gadis yang beruntung menerima bimbingan langsung dari Lefani. Disamping itu Dia juga turut membantu Lefani dari pekerjaannya sebagai dokter di desa ini.
"Aku juga tahu itu. hanya saja, aku tidak bisa tidak khawatir melihat kondisi mereka sebelumnya"
"Hmm Iya iya aku bisa mengerti. Beruntung mereka masih bisa selamat" vion mengangguk setuju
"Bagaimana mereka bisa mendapatkan luka yang serius?" Tanya Lefani
"Itu.. saat menjelang sore hari, awalnya kita ingin berlatih di pinggiran hutan dengan berburu binatang buas disana. Lalu saat senja tiba dan kita ingin bergegas pulang, tidak tahu mengapa jalan yang telah kita lalui sebelumnya menghilang. Membuat kita mengambil jalur lain yang justru membuat kita tersesat. Disaat kita dilanda kebingungan dan cemas, sesuatu akhirnya muncul dari balik bayangan. Makhluk itu Memiliki wujud hitam pekat dengan mata merah menyala serta taring panjang yang mencuat dari mulutnya. Tubuhnya sangat besar dan tinggi serta kuku-kukunya yang panjang membuatnya lebih mengerikan. Saat itu kita terkejut dan sangat ketakutan melihat penampakannya" jelas gadis itu sembari memeluk tubuhnya sendiri yang merinding dengan hanya mengingat kejadian yang baru saja dia alami.
Disisi lain Vion yang berada di belakang gadis tersebut mendekatinya dan memegang kedua bahu gadis itu untuk menenangkannya. Al hasil sentuhan yang vion lakukan mendapat respon positif dan gadis itu bisa kembali tenang.
'Dari ciri-cirinya itu adalah gandarawa. Bagaimana dia bisa muncul di dekat sini. Tidak, mungkin saja dia berhasil keluar dari lubang dimensi lalu dengan sengaja mencari tempat persembunyian.' pikir Lefani.
"Bisakah kau melanjutkannya?"
"Ya nyonya... Makhluk itu setelah menampakkan diri, tiba-tiba saja menyerang kami. Dia sangat kuat dan juga cepat. Saat kita ingin melawan balik, serangan kita tidak dapat mengenainya. Ia lalu muncul dibelakang kita dan memberikan serangan balik. Kejadian itu berulang-ulang hingga membuat kita semakin putus asa"
"Lalu bagaimana kau bisa menyelamatkan diri?" vion bertanya
"disaat kita sudah pasrah dengan keadaan. seorang wanita datang menyelamatkan kita. Dia juga dengan mudahnya mengalahkan makhluk itu dalam sekejap. setelah itu aku tidak sadarkan diri dan ketika aku membuka mataku, aku sudah berada di tempat ini" jelas gadis itu
"Ya, aku lah yang menemukan kalian tergeletak tepat didepan pintu masuk. Waktu itu aku mendengar suara bel pintu namun ketika aku cek, aku tidak menemukan siapa-siapa kecuali kalian yang terkapar di tanah" pungkas vion sembari mengingat kejadian itu
"Apakah kau tahu siapa yang menyelamatkanmu"
"Tidak nyonya. Aku hanya tahu ciri-cirinya saja. dia memiliki rambut panjang berwarna merah. Lalu aku sempat melihatnya sedang membawa sesuatu ditangannya. Tapi aku tidak tahu apa itu"
"Begitu" Lefani menganggukkan kepalanya.
"Aku akan memberi tahu kalian bahwa Makhluk hitam yang menyerang kalian adalah makhluk asing gandarawa"
"Gandarawa? Mungkinkah itu Gandarawa yang berhasil lolos dari lubang dimensi dari kota sebelah" ucap vion menerka-nerka
"Ya, itu mungkin saja"
"Beruntung sekali kalian bisa selamat dari makhluk itu" kata vion kepada gadis yang masih ia pegang.
"Mhmm" gadis itu hanya bisa mengangguk menanggapi ucapan vion. Ia juga sangat bersyukur bisa diselamatkan oleh wanita misterius itu.
"Anuuu.. bolehkah aku melihat keduanya?" Ucap gadis itu sembari menatap Lefani
"Ya, tapi jangan ganggu mereka. Mereka masih membutuhkan istirahat"
"Ya terimakasih nyonya Lefani" ucap gadis itu lagi sembari menundukkan wajahnya. Kemudian ia masuk kedalam ruang perawatan di mana kedua rekannya berada.
"Apakah kau mengenal wanita yang menyelamatkan mereka guru?" Tanya vion ketika hanya mereka berdua saja yang berada di sana.
"Tidak, ada banyak wanita yang memiliki warna rambut yang sama. Itu bisa jadi faktor keturunan atau kekuatannya. Jadi sangat sulit untuk mengindentifikasi siapa dia. Yang jelas wanita seperti itu tidak ada didesa ini" jelas Lefani.
"Begitukah"
"mhmm.. Baiklah vion, aku akan kembali ke ruangan ku. Jika ada sesuatu kau bisa menghubungiku"
"Baik guru"
...
Lefani berjalan menaiki tangga menuju ruang kerjanya yang berada di lantai 2. Ia berjalan sembari memikirkan cerita yang baru saja dialami Gadis sebelumnya.
'siapa kiranya wanita misterius itu' pikirnya
Beberapa bulan yang lalu ia merasakan seseorang sedang mengawasinya. Dia tahu karena dia dapat mendeteksi kehidupan yang berada di sekelilingnya.
Awalnya ia tidak terlalu memperdulikan kehadiran orang asing yang memata-matainya, karena orang tersebut tidak memunculkan rasa permusuhan padanya.
Hari demi hari ia lewati tanpa adanya rasa terganggu. Namun lambat laun rasa penasaran pun muncul di hatinya.
Disaat rasa keingintahuannya memuncak, orang misterius itu tidak pernah kembali lagi. Yang Membuatnya ingin mengetahui apa motif sebenarnya.
Ditengah-tengah dia berfikir, disaat itu juga di mendeteksi kehadiran yang tidak asing lagi muncul di lantai 2. Tanpa pikir panjang, dalam sekejap dia menghilang dari tempatnya berdiri dan muncul tepat di pintu masuk ruang kerjanya.
Ketika dia membuka pintu, sosok misterius tersebut telah menghilang. Dan hanya meninggalkan sebuah kotak kayu yang berada diatas meja.
Dia sekali lagi mendeteksi sekitarnya dan tidak menemukan jejak orang tersebut.Kemudian, dia berjalan menuju kotak dan memeriksa isinya.
Lefani sudah mengantisipasi apa isi didalamnya dari deteksi kehidupan. namun dia masih terkejut ketika melihatnya secara langsung.
Didalam kotak kayu, Seorang bayi laki-laki dengan rambut dan mata perak. Tersenyum ceria saat bertatapan muka dengannya.
Baaaa...
"IMUTNYA..." Ucap Lefani tanpa sadar
Senyumannya yang telah lama menghilang, kini akhirnya kembali lagi setelah melihat bayi di depannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!