NovelToon NovelToon

If You Met Me First...

Apsarini Neville dan Thea Ramadhan

Hotel St Regis New York Acara Pernikahan Bayu dan Ajeng

Shane O'Grady mencari-cari gadis cantik yang juga masih bersaudara dengan sepupunya Bayu O'Grady sambil menenteng sepatu Jimmy Choo bewarna silver. Mata biru Shane mencari gadis yang juga bermata biru namun rupanya acara lempar buket sedang berlangsung hingga dirinya harus berjinjit meskipun dirinya termasuk tinggi sekitar 180 cm.

"Dimana sih gadis itu ?"

"Shane !"

Shane pun menoleh dan melihat Valentino yang datang bersama istrinya, Katya D'Angelo.

"Hai V. Halo Katya." Shane bersalaman dengan Valentino Reeves dan mencium pipi Katya.

"Sepatu siapa itu?" tanya Katya sambil menunjuk tangan Shane yang menenteng sepatu berhak tinggi itu.

"Oh ini sepatu Sari" jawab Shane apa adanya.

"Lho Sari kemana?" Valentino dan Katya celingukan hingga mereka melihat Apsarini bersama Kalila dan Raine ikutan dengan Nadya untuk menerima buket bunga dari Ajeng.

"Owalaahhh ikutan rebutan bunga tho" kekeh Valentino.

"Kira - kira siapa yang dapat ya Vale?" tanya Katya.

"Paling Raine."

"Semua siap ya?" teriak Ajeng.

"SIAAAPPP !" teriak para jomblowati disana.

"Satu... Dua... Tigaaaa !" Ajeng melemparkan buket bunga nya dan semua orang heboh saat tahu siapa yang dapat.

"NADYAAAAAA?"

Sorak Sorai ramai terdengar di keluarga Sultan itu dan Nadya tampak memerah wajahnya antara senang dan malu. Shane yang melihat itu pun ada rasa sesak tersendiri.

"Nadya dan Omar !" teriak Bayu dan sepupu lainnya.

Omar yang sedang berdiri bersama Hasina, sang ibu hanya bisa melongo.

"What?" Omar tampak bingung.

Wajah Nadya berseri - seri saat menunjukkan buket bunga dari Ajeng dan Omar pun berjalan menghampiri gadis itu. Sampai di hadapan Nadya, agen FBI itu lalu berlutut satu kaki membuat pengacara itu menatap bingung.

Shane dan Phoenix Hamilton yang melihat adegan itu pun tampak patah hati karena mata Nadya tampak berbinar-binar menatap Omar dan keduanya saling memandangi satu sama lain penuh cinta.

"Kamu ngapain Omar?" tanya Nadya bingung.

"Nadya Aurora Blair... " Omar mengeluarkan kotak beludru dan membukanya. Tampak cincin berlian yang lebih besar dan lebih cantik dari yang disematkan Omar sebelumnya di apartemen, berada di dalam kotak itu. "Will you marry me... Again?"

Semua anggota keluarga Pratomo langsung terdiam dan tak lama berteriak heboh termasuk Valentino.

"AGAIIINNN???"

Nadya mengacuhkan teriakan heboh keluarga nya termasuk tatapan tajam Travis dan Rahajeng Blair sedangkan Nelson hanya memegang pelipisnya.

"Yes Omar Zidane, I will marry you... Again !" senyum Nadya yang dijawab Omar dengan menyematkan cincin cantik itu di cincin sebelumnya. Omar pun berdiri dan menatap Nadya kemudian pria Mesir itu mencium bibir Nadya penuh perasaan membuat semua orang di sana terhanyut dengan pasangan yang dikenal sangat bucin satu sama lain..

Usai Omar mencium Nadya, terdengar suara Travis Blair.

"Zidane ! A Word !" Nada suara pengacara handal itu terdengar tidak bisa dibantah.

Omar pun tersenyum kecut dan menggenggam tangan Nadya sebelum mengikuti Travis Blair.

***

Shane tampak sedih melihat bagaimana mesranya Omar dan Nadya, sekarang pintu untuk mendapatkan Nadya benar-benar tertutup. Pria Irlandia itu kemudian melihat Apsarini yang berjalan tanpa alas kaki dan menghampiri gadis itu.

"Mencari sepatumu, Cinderella?" goda Shane sambil menunjukkan sepatu Jimmy Choo Apsarini.

Gadis itu tertawa. "Oh thank you my prince charming. Maukah anda memasangkan untukku? Siapa tahu terlalu besar atau terlalu kecil?"

Shane tertawa. "Please sit down" pinta Shane sambil menunjuk ke sebuah kursi dan Apsarini duduk di sana. "So Cinderella, mari kita lihat. Apakah ini sepatumu?"

Pria itu berlutut satu kaki dan memasangkan sepatu Apsarini. Shane bisa melihat kaki mulus gadis itu yang dikaruniai kulit putih seperti susu. Ada perasaan berdesir di pria bermata biru itu karena melihat kulit mulus.

"Apakah pas, Prince Charming?" tanya Apsarini.

"Sangat pas, Cinderella" senyum Shane sambil menatap wajah cantik gadis itu. Untuk beberapa saat keduanya saling terpaku dan Shane lah yang berdehem untuk menetralisir suasana. Pria itu berdiri dan mengulurkan tangannya ke Apsarini. "Mau aku bantu berdiri? Sepatumu hak nya sepuluh Senti, Sari."

"Kok kamu tahu ukurannya?" tanya Apsarini sambil menyambut tangan Shane.

"Well, almarhum mommyku adalah shoes junkies jadi aku tahu." Shane menggenggam tangan Apsarini. "Sudah stabil berdiri nya?"

"Sudah. Thanks Shane." Apsarini melepaskan genggaman tangan Shane.

"Hei, bagaimana kita saling bertukar nomor ponsel. Bagaimana pun ternyata kita masih ada hubungan keluarga meskipun jauh sekali." Shane menatap mata biru Apsarini.

"Sure. Why not?" senyum gadis itu sambil mengambil ponselnya dari tas clucth Gucci nya. Shane dan Apsarini pun saling bertukar nomor ponsel.

***

Kantor Blair and Blair Advocate Manhattan New York Setahun Kemudian

"Thea !" panggil Nelson ke adiknya yang baru saja menjadi junior partner Blair and Blair Advocate.

"Ya mas Nelson?" jawab putri Adrian Ramadhan dan Lovisa Wallin.

"Kamu bisa mengurus klien VIP?"

"Siapa mas?"

"Hugo Melker." Nelson menatap adiknya yang tampak terkejut.

"Novelis itu? Yang dianggap The Next Dan Brown dan Agatha Christie? Kasus apa mas? DUI ( menyetir dalam keadaan mabuk )?" tanya Thea yang takjub karena dirinya mendapatkan kepercayaan membela klien VIP.

"Bukan. Membunuh istrinya."

Thea melongo.

***

Flashback Di Kediaman Hugo Melker dan Salsabila Melker...

Hugo Melker, novelis kriminal yang sedang naik daun itu memarkirkan mobil Mercedes nya di depan garasi rumahnya di daerah Upstate Manhattan. Pria bertubuh kekar itu baru saja menghadiri acara pembacaan novel terbarunya di perpustakaan nasional New York.

Hugo pun mengambil kunci rumahnya dan tampak terkejut karena pintu rumahnya terbuka sedikit. Perlahan Hugo pun masuk ke dalam dan berjalan melewati ruang tamu dan melihat ruang tengah tampak berantakan. Pria itu memucat saat melihat tubuh istrinya, Salsabila, dalam keadaan tanpa busana dan di tubuhnya terdapat banyak luka tusukan.

Sebagai seorang novelis kriminal, Hugo tahu dirinya tidak boleh menyentuh apapun tapi ini adalah istrinya dan instingnya adalah berusaha menyelamatkan nyawa Salsabila. Pria itu berlutut memegang nadi istrinya yang sudah tidak ada denyutnya. Hugo memegang tubuh istrinya yang masih terasa hangat yang berarti belum lama tewas.

Pria itu mengambil ponselnya dan menelpon 911. Disaat dirinya hendak berdiri, Hugo terpeleset darah istrinya dan terjatuh hingga menyentuh pisau yang diduga sebagai alat pembunuh nya.

"911 what's your emergency?"

"My wife is dead ! Oh my God ! Send everyone!" teriak Hugo panik yang melepaskan tangannya dari pisau dapur itu.

"Police dan Ambulans segera kesana, Sir."

Hugo menutup panggilannya dan berpindah duduk di tembok ruang tengah. "Astaghfirullah... Salsabila... What happened..." Pria itu pun menangis dan tak lama polisi pun datang begitu juga dengan ambulans serta wartawan.

Malam itu Hugo digelandang ke kantor polisi Precinct Manhattan dan beredar kabar jika dirinya dituduh membunuh istrinya Salsabila.

"Mr Melker... Saya ingin menanyakan sesuatu tentang anda" ujar salah seorang detektif.

"Saya tidak mau berbicara tanpa ada pengacara di samping saya. I want a lawyer. Berikan Blair !" ucap Hugo dengan nada lelah.

***

Yuhuuuu Up Malam Yaaaa

Thank you for reading and support author

Don't forget to like vote and gift

Tararengkyu ❤️🙂❤️

Hugo Melker

Kantor Polisi Precinct Manhattan New York

Thea Ramadhan mendatangi kantor Oomnya, Chief Chris Bradford, sebagai seorang pengacara dan beberapa anggota polisi disana tahu jika Thea adalah keponakan Chris.

"Thea !" panggil Detective Muncy yang bertugas di SVU ( Special Victims Unit ).

Detective Catherine 'Cat' Muncy

"Hai, Cat." Thea tersenyum ke arah Detective wanita itu

"Kamu yang mewakili Hugo Melker?" tanya Catherine Muncy yang biasa dipanggil Cat.

"Iya. Mas Nelson dan Oom Travis sudah kebanyakan kasus dan mbak Nadya sedang ada urus kasus di Texas" jawab Thea apa adanya.

"Phoenix kemana?" tanya Cat yang terang-terangan naksir sepupu jauh Thea itu.

"Bang Phoenix ke Boston ada pekerjaan disana. Nanti aku sampaikan salam mu ke bang Phoenix" senyum Thea.

"Thanks Thea. Yuk aku antar ke ruang interogasi." Cat berjalan mendahului Thea dan menuju ruang interogasi. Tampak Hugo Melker terlihat lelah tapi tidak mengurangi wajah tampannya, membuat Thea terpesona. Jujur, Thea adalah salah satu fans berat novel-novel karya pria yang merupakan keturunan imigran Serbia yang sudah resmi menjadi warga negara Amerika Serikat. Dan Thea tahu, Hugo adalah seorang muslim Serbia karena kakak iparnya, Omar Zidane pernah bertemu dengannya di mesjid New York saat sholat Jum'at.

Hugo mendongakkan kepalanya dan melihat seorang gadis dengan pakaian formal berdiri disana.

"Gentlemen, interview is over. Saya adalah Thea Ramadhan dari Blair and Blair Advocate yang akan menjadi pengacara Mr Hugo Melker." Thea menatap ke kedua Detective yang berada di ruang interogasi itu dengan tatapan tegas. "Tolong berikan ruang untuk saya bisa berbicara dengan klien saya. Please?"

Kedua Detective itu pun keluar dan Cat Muncy memberikan kode ke Thea untuk menggunakan ruang itu pribadi tanpa ada gangguan.

Thea menoleh ke arah Hugo yang bingung kenapa bukan salah satu Blair yang datang.

"Maafkan saya, tapi saya memang dari Blair and Blair Advocate. Ini kartu nama saya dan ini notes dari Mr Nelson Blair." Thea menyerahkan kertas yang berisikan tulisan memo dari Nelson.

Sorry, Mr Melker. Thea Ramadhan adalah salah satu pengacara terbaik Blair. Dia yang akan membela anda. Nelson Blair.

"Kemana Nelson?" tanya Hugo ke Thea.

"Mr Blair ada persidangan jadi saya yang akan membela anda." Thea pun duduk di sebelah Hugo. "Mr Melker, bisa anda ceritakan kronologis kejadian semalam?"

Thea Ramadhan

Hugo menatap pengacara cantik yang duduk di hadapannya. "Apa hubungan kamu dengan Nelson?"

"Mas Nelson adalah kakak sepupu saya."

"Jadi kamu adiknya Nelson?"

"Yes. Dan saya juga junior partner Blair and Blair" jawab Thea tenang.

Hugo mengangguk.

"Mr Melker, bisakah ceritakan dari saat pagi anda bangun tidur. Agar saya tidak kehilangan bukti dan pernyataan anda Sir." Thea sudah menyiapkan notes dan bolpoin.

Hugo tampak termenung dan bayangan kondisi istrinya pun muncul kembali.

"Mr Melker?" Thea menatap Hugo.

"Eh, maaf Miss Ramadhan. Baik... saya mencoba mengingat nya. Pagi saya bangun seperti biasa..." Hugo menghela nafas panjang seperti menguatkan dirinya.

Thea pun mendengarkan sambil menulis.

"Saya sholat subuh lalu Salsabila... menyusul untuk sholat sedangkan saya ke dapur... Pagi itu giliran saya membuat sarapan... Kami makan scrambel egg, sosis sapi, kentang rebus dan saus tartar. Jam delapan saya sudah berangkat ke Manhattan... Perpustakaan nasional untuk mengurus acara jumpa fans, tanda tangan dan pembacaan novel terbaru saya..."

"Murder in the Valley" gumam Thea.

"Yes, murder in the Valley... Kamu membacanya juga?" Hugo menatap pengacaranya.

"Baru separuhnya. Lalu setelah itu?" Thea meminta Hugo melanjutkan ceritanya.

"Saya berada di Perpustakaan Nasional seharian hingga pukul sembilan malam dan saya makan siang di bristo dekat central park. Kamu bisa mengeceknya dari kamera CCTV dan keberadaan ponsel saya. Dan pukul sepuluh malam, saya sampai di rumah...dan... saya menemukan Salsabila..."

"Bagaimana dengan jadwal Mrs Melker saat anda berada di Manhattan?" tanya Thea lagi.

"Bila harusnya berada di kantornya di Uptown. Dia seorang desainer interior."

"Apakah... Maaf harus saya menanyakan hal ini. Apakah kalian ada masalah dengan pernikahan anda?"

Hugo terkejut. "Maksudnya... affair?"

"Tidak harus itu. Masalah keuangan atau keluarga..."

"No, miss Ramadhan. Aku dan Bila saling mencintai. Kami sama-sama ada keturunan Serbia dan merasa kami adalah soulmate ! Bila lah yang menjadi pendukung utama ku saat aku terjun di dunia menulis kriminal." Hugo tampak kesal mendapatkan pertanyaan itu dari Thea.

"Dengar Mr Melker, anda harus menceritakan semuanya dengan jujur sebab saya tidak bisa membantu anda jika anda tidak jujur. Apakah ada masalah?"

"Tidak ada Miss Ramadhan. Aku dan Bila saling setia."

"Baik. Selanjutnya... Bagaimana sidik jari anda berada di senjata pembunuh nya?"

"Saat itu aku terpeleset darah... Bila dan terjatuh. Tanpa sengaja aku memegangnya..." Hugo tampak sedih.

"Selanjutnya?"

"Aku menelpon 911 dan mereka langsung membawaku kemari."

Thea mengangguk. "Saya berharap anda mengatakan sejujurnya, Mr Melker."

"Aku mengatakan yang sebenarnya Miss Ramadhan."

Thea akhirnya meminta agar Hugo dilepaskan karena alibinya terbukti dan pihak kepolisian pun juga melihat dari rekaman CCTV perpustakaan Nasional Manhattan kalau Hugo berada disana seharian.

Hugo dilepaskan dari kantor polisi tapi oleh Thea diminta untuk tinggal di hotel dan pihak kepolisian pun tidak mau kehilangan salah satu tersangka utama karena mereka masih mencurigai Hugo Melker sebagai pelaku atau pun otak dari pembunuhan Salsabila Melker meskipun pria itu memiliki solid alibi.

Bukan sekali ini juga seorang pasangan suami atau istri menjadi pelaku atau otak pembunuhan pasangannya.

***

Thea mendapatkan informasi dari detektif yang mengurus kasus ini dan terlihat Salsabila mendapatkan tusukan sekitar 12 di tubuhnya dan yang paling fatal adalah tusukan di dadanya karena tepat ke jantung.

Thea juga mendapatkan laporan forensik kalau Salsabila mengalami kekerasa s3ksual dan DNA sedang dicek. Gadis itu pun segera menuju forensik untuk menemui dokter yang mengautopsi Salsabila.

***

Ruang Forensik.

"Benar Miss Ramadhan. Ada sper*ma di dalam tubuh Mrs Melker" ucap dokter forensik itu.

"Apakah sudah diketahui siapa?" tanya Thea.

"Milik Mr Melker tapi melihat dari perhitungan waktu spermatozoa, sudah terjadi semalam. Tapi dilihat dari hasil autopsi, sempat terjadi kegiatan s3ksual dua jam sebelum kematiannya."

Thea melongo. "Tapi Mr Melker berada di Perpustakaan Nasional Manhattan seharian... Perkiraan waktu kematiannya?"

"Sekitar pukul 18.00 - 20.00 malam."

Thea mengangguk. Pada saat itu Hugo Melker sedang membacakan novelnya di museum. Tidak mungkin dia berada di Uptown State.

"Bagaimana dengan DNA selain milik Mr Melker? Apakah bisa diketahui? Yang melakukan hubungan dengan Mrs Melker?"

"Sayangnya dia menggunakan ****** dan polisi tidak menemukan di rumah..."

"Yang kemungkinan dia membawa nya" gumam Thea.

"Benar Miss Ramadhan."

Thea semakin yakin Hugo lebih mudah untuk dibela karena tidak adanya bukti pria itu di TKP.

***

Yuhuuuu Up Malam Yaaaa gaaaeeessss

Thank you for reading and support author

Don't forget to like vote and gift

Tararengkyu ❤️🙂❤️

Shane O'Grady

Boston Massachusetts

Shane sedang mempelajari penjualan bir O'Grady saat mendengar berita tentang novelis kriminal Hugo Melker dituduh membunuh istrinya. Shane ingat saat ada acara di Boston enam bulan lalu dan dirinya berkenalan dengan pasangan suami istri itu.

Pasangan yang sangat mesra. Shane bisa melihat kalau Hugo sangat memuja istrinya. Siapa yang tega membunuh Salsabila. Istri Hugo itu memang sangat cantik, khas Eropa Timur. Shane bisa melihat bagaimana wanita itu sangat menarik tapi dirinya juga tahu kalau posisinya Salsabila adalah istri Hugo.

"Bagaimana bisa Hugo dituduh membunuh Salsabila?" gumam Shane bingung.

Suara ketukan di pintu, membuat Shane menoleh. "Ya Flynn?"

"Miss Neville sudah datang, Shane."

Shane tersenyum. "Suruh dia masuk, Flynn."

Tak lama Apsarini pun berjalan masuk ke dalam ruang kerja Shane O'Grady. Gadis itu tampak cantik dengan balutan blazer abu-abu dan blouse pink dan rambut coklat panjangnya dibiarkan tergerai.

Apsarini Neville

**Shane O'Grady**

Shane melongo melihat sepupu Jayde itu datang dengan pakaian formal sedangkan dirinya hanya memakai kemeja denim. Ya Ampun ini tuh hari Jumat !

"Ehem. Hai Sari." Shane berdiri dan menyambut gadis itu.

"Hai Shane. Sorry, aku baru bisa resign setelah boss aku di Rovio ngajak gelut !" senyum Apsarini sambil mengulurkan tangannya dan bersalaman dengan Shane.

"It's okay. Duduk Sari." Shane mempersilahkan gadis itu duduk di kursi depan mejanya.

"Thanks."

"Kapan kamu tiba dari Helsinki?"

"Dua hari lalu. Maaf aku masih jetlag jadi baru hari ini datang, padahal harusnya kemarin ya Shane" senyum Apsarini.

"Tak apa. Kan kamu sudah mengirimkan pesan ke aku" jawab Shane. "So, aku sudah mencari tahu kinerja kamu di Rovio dan memang kamu salah satu akuntan yang berprestasi disana. Dan kamu ingin pindah kembali ke Inggris tapi sayangnya, mantan mu ada di Manchester..."

"Mantan..."

"Khrisna Rao, saudara kembar Raj Rao suami Gemintang Lexington yang kebetulan juga istri Khrisna. It's so complicated... Dan kamu sempat berpacaran dengannya usai Khrisna bercerai dengan Gemintang..."

"Shane, jika kamu meminta aku datang kemari untuk membuka masa lalu aku... Lebih baik, aku kembali ke Helsinki !" Apsarini pun berdiri hendak pergi.

"Please don't. Aku hanya ingin menawarkan pekerjaan disini agar kamu tidak bertemu dengan orang yang membuatmu patah hati."

Apsarini menatap Shane. "Apa yang terjadi padaku, itu adalah urusan pribadi aku, Shane."

"I know. Dan kamu pasti merasakan tidak enaknya patah hati bukan?" Mata biru Shane menatap wajah Apsarini dengan pandangan sedih.

"Kamu... kamu juga patah hati? Who? Apakah aku kenal?" Apsarini memandangi wajah tampan Shane.

"Sangat kenal."

Apsarini mulai berpikir. "Jangan bilang mbak Nadya Blair."

Shane hanya tersenyum smirk.

"Ya ampun Shane ! Sudah setahun sejak mas Bayu menikah dan mbak Nadya juga sudah menikah dengan Bang Omar Zidane !"

"Sama kan ? Khrisna Rao sudah menikah dengan wanita yang dijodohkan orang tuanya dan mereka tinggal di Manchester. Jika kamu kembali ke PRC Group, bukan tidak mungkin kamu juga akan bertemu dengan Khrisna bukan?"

Apsarini tertawa sumbang. "Jadi ini ceritanya kamu menawarkan pekerjaan di Boston untuk ikut klub patah hati?"

Shane mengedikkan bahunya. "Short of."

Apsarini pun duduk kembali. "So, Irish guy, apa yang kamu tawarkan hingga aku jauh-jauh ke Boston tanpa ada persiapan khusus."

"Oke Mancunian ( Orang yang berasal dari Manchester dikenal dengan sebutan Mancunian). Mari kita berbicara tentang pengalaman kamu di bidang keuangan dan akuntansi karena aku membutuhkanmu menjadi bagian dari tim akuntan O'Grady Company yang tidak hanya memegang bir di Boston tapi juga pabrik baja kami." Shane menatap wajah cantik Apsarini.

"Apa yang ingin kamu ketahui, Shane?" tantang Apsarini.

Shane tersenyum.

***

Setelah hampir satu jam membicarakan pekerjaan dan Shane terkesan dengan kemampuan Apsarini, akhirnya pria itu menerima gadis bermata biru tersebut. Shane tidak meragukan kemampuan putri Tristan Neville itu karena dirinya mendapatkan surat rekomendasi dari perusahaan game Rovio yang memang mengakui kinerja Apsarini selama bekerja di perusahaan mereka.

"Kita makan siang?" tawar Shane.

"Apakah kamu selalu mengajak pegawai yang baru kamu rekrut untuk makan siang, Shane?" sindir Apsarini.

Shane terbahak. "No tapi disini konteksnya adalah aku mengajak makan siang sebagai saudara. Bukankah kita memang bersaudara dari pernikahan? Jika Opa Rhett tidak menikah dengan Oma Kaia, kita tidak akan menjadi ipar."

"Hhhmmm menggoda. Apakah kamu tahu restauran halal di Boston? Jujur aku baru pertama kalinya berada disini. Meskipun aku bolak balik ke New York, paling banter ke New Jersey. Boston, baru ini" ucap Apsarini.

"Of course aku tahu." Shane mengambil jaketnya. "Yuk kita makan siang dulu. Aku sudah lapar."

***

Black Seed Halal Grill Boston

Shane mengajak Apsarini makan siang di sebuah restauran yang memang halal dan menjual berbagai western food.

Pria itu memesankan kebab dan burger dengan side dish salad dan puding karamel. Apsarini tampak senang dengan vibe nya restauran itu yang sangat Boston dan Irlandia. Mengingat dulu orang Irlandia banyak yang hijrah ke Boston membuat banyak keturunannya di kota yang terkenal dengan sejara Boston Tea Party.

Boston Tea Party (Pesta Teh Boston) adalah salah satu peristiwa yang terjadi tanggal 16 Desember 1773, di mana kolonialis Amerika yang melakukan protes karena mereka harus membeli teh dari Britania Raya dan harus membayar pajak. Mereka lalu membuang teh-teh itu ke Boston Harbor.

Tak heran antara bangsa Inggris dan Irlandia sering tidak akurnya bahkan sampai ada tentara ekstrimis yang terkenal bernama IRA ( Ireland Republican Army ). Irlandia sendiri terbagi menjadi dua, Irlandia dengan ibukota Dublin dan Irlandia Utara dengan ibukota Belfast.

Inggris Membagi Pulau Jadi Dua Negara karena Perang Saudara. Kemudian pada tahun 1920 Inggris membagi pulau Irlandia menjadi parlemen yang terpisah dalam rangka menghadapi perang saudara, yaitu timur laut yang mana mayoritas warganya Protestan serta selatan dan barat laut yang mayoritas warganya Katolik.

Keluarga O'Grady adalah keluarga dari Irlandia bukan Irlandia Utara. Mereka memang sudah berbisnis bir hitam dan baja di Boston.

"So, apakah kamu tahu Hugo Melker?" tanya Shane.

"Novelis kriminal itu? Yang karya terbarunya Murder in the Valley? Kenapa Shane?" tanya Apsarini sambil menyesap ice tea nya.

"Dia dituduh melakukan pembunuhan ke istrinya."

Apsarini melongo. "Bukankah mereka dikenal pasangan suami istri yang akur? Aku tidak mendengar adanya skandal diantara mereka." Apsarini menatap Shane bingung.

"Nyatanya semalam kejadian, Sari."

Apsarini semakin bingung. "Siapa yang membela Hugo?"

"Bisa jadi Nelson" jawab Shane. "Mengingat dia seorang selebriti dan Nelson biasa membela klien VIP."

Apsarini mengangguk. "Aku tidak menyangka Shane."

"Aku juga. Tapi sampai semua jelas, aku rasa ada asas tidak bersalah disana juga." Shane tersenyum miris. "Padahal aku tahu mereka pasangan yang harmonis."

***

Yuhuuuu Up Malam Yaaaa

Thank you for reading and support author

Don't forget to like vote and gift

Tararengkyu ❤️🙂❤️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!