NovelToon NovelToon

Mengapa Suamiku?

Bab 1

KISAH INI HANYALAH KHAYALAN BELAKA, AKAN ADA ADEGAN - ADEGAN YANG MEMBUAT EMOSI DAN MENAMBAH TENSI, JADI MOHON TINGKAT KESABARANNYA DI TAMBAH YA GENGS 🌊❤️🌹

💐 HAPPY READING 💐

"MAMA," Panggilan nyaring itu mengalihkan perhatian raline yang sedang asik dengan segala bumbu dapurnya. Wanita itu berbalik dan menatap putri semata wayangnya yang kini berlari dengan wajah cemberut.

"Kenapa sayang?" Tanya raline lembut sambil mengusap rambut Grizelle atau yang biasa di panggil izel itu.

"Mora jahat. Dia hancurkan lego ijel," jawab izel mengadu pada sang ibu.

"Mora mau ikut main sama ijel, nak," Ucap raline mencoba memberi pengertian.

"Tapi mora ganggu, mama," Ucap anak itu lagi dengan menghentakkan kakinya ke lantai menyalurkan kekesalannya. Dia kesal karena sang mama lebih membela mora.

"Mora itu kucing. Dia adalah hewan. Cara mora ngajakin izel main ya dengan begitu, nak. Gimana nanti kalau mora murung dan dia sedih kalau gak diajakin main. Mau nanti mora nya mama balikin ke tempat kucing aja?" Tanya raline.

Izel menggeleng kuat. Tentu dia tidak mau jika mora kembali ke tempat dia membeli kucing itu. Hanya mora temannya di rumah ini. "Jangan, ma," Jawabnya lembut dengan tatapan sendu.

Raline tersenyum. Dia bersimpuh untuk mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan izel. Tangan kanan raline terangkat mengusap lembut rambut gadis kecilnya. "Sekarang izel lanjutin mainnya, ya. Kalau mora ganggu, coba izel ajak ngobrol. Walaupun mora gak bisa jawab, tapi dia paham apa yang izel bilang," Ucap raline dengan senyum terpatri di wajahnya.

Izel mengangguk. Mamanya memang selalu bisa memberinya ketenangan. Bagi izel, raline adalah penyejuknya. Saat dia tidak tenang, maka pelukan raline adalah obatnya.

"Ba-"

"Assalamu'alaikum," Ucapan salam itu menghentikan bibir raline yang sudah terbuka untuk menjawab perkataan raline.

Keduanya serentak menoleh ke arah pintu. izel menatap dengan senyum semangat sedangkan raline yang tersenyum kecil. Entahlah, jika suaminya pulang harapannya seolah hilang begitu saja. Izel berbalik dan berlari menuju ruang tamu.

"PAPA," panggil anak itu dengan berlari dan langsung memeluk kaki tegap lelaki itu.

Athar tersenyum. Dia meletakkan tas kerjanya di sofa ruang tamu dan membungkukkan badan untuk mengambil tubuh izel dan menggendongnya.

"Jawab salam papa dulu, nak," Ucap athar menatap ijel.

"Waalaikumsalam, papa," Ucap izel patuh.

Raline yang melihat itu tersenyum. Dia bersyukur karena athar bisa menyayangi anak mereka dengan sepenuh hati. Salah satu ketakutannya tidak terjadi. Saat hamil izel, raline takut jika anaknya tidak akan mendapat kasih sayang dari Athar karena raline sadar bahwa pernikahan mereka hanya atas keinginan raline.

Ya, raline dan athar menikah atas keinginan raline. Raline yang sangat menyukai athar memaksa kedua orang tuanya untuk membuat perjodohan antara dirinya dan athra. Kedua orang tua athar yang juga menyukai raline menyetujui semuanya tanpa bertanya terlebih dahulu keinginan athar  athar yang dibungkam dengan kekuasaan keluarga raline hanya menurut. Pernikahan ini dia setujui agar kerjasama perusahaannya dengan perusahaan keluarga raline tetap berjalan.

Satu bulan pernikahan, raline menjebak athar dengan memasukkan obat perangsang ke dalam minumannya. Dan karena itulah izel hadir di dunia ini.. Dan lebih beruntungnya lagi, athar menyayangi izel meski tetap bersikap acuh pada raline. Sudah tujuh tahun pernikahan mereka, hanya satu kali raline dan athar berhubungan badan, dan itu karena sebuah obat perangsang.

Raline menghapus air bening yang tak terasa membasahi ujung matanya. Sungguh, syukur terbesar dalam hidupnya adalah saat athar bisa menerima izel dengan tulus. Untuk saat ini, raline tidak berharap lagi dengan cinta dan kasih sayang athar. Cukup dia melihat anak dan suaminya dekat setiap hari itu sudah lebih dari cukup.

Athar menoleh menatap raline. "Kau tidak menjabat tanganku?" Tanya athar yang membuat raline sedikit terkejut. Pasalnya selama ini athar selalu menolak untuk menerima jabatan tangan raline.

Dengan langkah ragu raline mendekat. Setelah sampai di depan athar, dia mengulurkan tangan dan menyalami tangan sang suami. "Mas akan makan malam di rumah?" Tanya raline sedikit ragu.

Athar mengangguk. "Apa sudah makan malam sudah siap?" Tanya athar yang membuat raline lagi-lagi terkejut. Dalam satu waktu, athar memberi dua kejutan untuk raline. Tapi tentu itu sangat menyenangkan bagi raline.

"Tunggu aku siapkan, ya? Mas sama ijel tunggu di meja makan aja," Ucap raline tersenyum yang dibalas anggukan singkat oleh athar.

Raline berbalik. Dengan senyum mengembang dia melangkahkan kakinya semangat menuju dapur untuk segera menyelesaikan masakannya yang tertunda karena ijel tadi.

"Sekarang kita ke meja makan ya, nak?" Ucap athar beralih menatap izel.

"Papa gak ganti baju dulu? Bau!" Ucap anak itu sambil menutup hidungnya sembari menjelaskan pada athar bahwa tubuh papanya itu memang bau.

"Papa wangi, ya," Ucap athar tak Terima dan menggelitik tubuh ijel yang masih berada dalam gendongannya.

"Hahaha papa sudah, geli," Ucap izel menggeliat mencoba menghentikan gelitikkan athar pada tubuhnya. Anak itu meronta minta diturunkan namun athar terus saja menahannya. Hingga sampai di meja makan barulah izel turun dari gendongan athar.

Raline yang mendengar suara tawa anak dan suaminya ikut tersenyum. "Semoga seperti ini setiap hari, ya Allah," Gumam raline senang.

. ....

Raline memasuki kamarnya setelah tadi menidurkan ijel terlebih dahulu.

"Mas belum tidur?" Tanya raline melihat sang suami yang masih berkutat dengan laptopnya di atas kasur.

Athar menggeleng. "Ada pekerjaan yang harus aku selesaikan malam ini. Jika kau ingin tidur dan kerjaanku mungkin akan menganggu, aku akan ke ruang kerja," Ucap athar berdiri.

"Gak usah, mas. Disini saja. Mas gak ganggu kok," Ucap raline menghentikan athar yang akan pergi ke ruang kerja.

Athar kembali duduk di posisinya. Sedangkan raline duduk sisi yang berlainan dengan athar. Raline manarik selimut untuk menutup tubuhnya. Dia ingin tidur, tapi jika berdua begini dengan athar jantungnya masih saja berdetak kencang meski sudah tujuh tahun menikah. Biasanya setiap dia masuk kamar athar sudah tidur. Tapi kali ini dirinya yang akan tidur duluan.

"Untuk apa selimut?" Suara athar bertanya yang membuat raline kembali membuka mata.

Sedikit tersentak atas pertanyaan athar, tapi raline mencoba untuk tetap bersikap biasa. Raut bingung jelas terpancar di wajahnya mendengar pertanyaan athar. "Ya untuk selimut, mas. Kan mau tidur biar gak kedinginan," Ucap raline menjawab.

"Lalu tujuanmu memakai baju tipis itu apa?" Tanya athar lagi.

Raline menatap dirinya. Tumben sekali athar memperhatikannya malam ini. Biasanya, apapun yang raline pakai athar tidak akan peduli.

"Untuk suamimu, bukan?" Tanya athar lagi yang membuat raline semakin khawatir. Dia takut athar akan mengeluarkan kata-kata kasar yang akan menunjukan kekurangan dirinya. Seperti badannya yang tak manarik atau bau badannya yang tak enak.

"Tenang saja. Kali ini jangan tutupi tubuhmu. Tapi maaf, aku masih belum bisa menyentuhmu untuk saat ini," Ucap athar yang melihat raline hanya dia menatapnya.

Athar menurunkan laptop dari pangkuannya dan meletakkan di kasur. Dia menoleh dan membalas tatapan raline dengan lekat. "Mataku sudah bisa menerimamu. Tapi aku belum bisa memastikan hatiku untukmu."

*To Be Continue. **

**Note : teman-teman, kalau bisa babnya jangan di tabung ya, karena itu akan berpengaruh dengan Level yang akan Mimin dapatkan nanti ***🙏🏻🙏🏻* dan Akan mimin pastikan bahwa karya ini bukanlah promosi, dan akan selalu ada di sini sampai tamat.

*Dan Jangan lupa yah, dukunganya🥰 jangan Sinder.*

*Woy sedekah woy!!!! Jempolnya itu di goyangk'an jempolnya**😎*

Jangan pelit! Mimin, jangan jadi pembaca gelap woy, legal **😭Like,Komen,Hadiah,Dukungan dan Votenya ya semua para pembaca yang terhormat, jangan lupa biar Mimin lebih rajin lagi Updatenya****😘😘

**Kalo malas-malasan entar Mimin juga malas-malasan loh ***😭😭😭*

*Terima kasih**🙏🏻🙏🏻*

Bab 2

KISAH INI HANYALAH KHAYALAN BELAKA, AKAN ADA ADEGAN - ADEGAN YANG MEMBUAT EMOSI DAN MENAMBAH TENSI, JADI MOHON TINGKAT KESABARANNYA DI TAMBAH YA GENGS 🌊❤️🌹

💐 HAPPY READING 💐

Raline hanya bisa tersenyum mendengar apa yang athar katakan. Setidaknya, sekarang dia tidak menjadi orang bisu di kamar ini. Athar sudah lebih sering mengajaknya berbicara sekarang. Itu saja rasanya sudah sangat cukup bagi raline.

"Apa kamu akan berusaha untuk membuka hatimu untukku?" Tanya raline pelan.

"Apa kau masih berharap untuk itu?" Tanya athar menatap lekat istrinya.

Raline mengangguk yakin. "Hanya itu harapanku satu-satunya. Jika itu sudah aku dapatkan, maka aku akan ikhlas jika maut memisahkan kita," Jawab raline tegas.

"Bagaimana jika bukan maut yang memisahkan kita, raline?" Tanya athar lagi.

Raline terdiam. Namun wajahnya menunjukkan pertanyaan yang tentunya sangat athar mengerti. Sangat jarang sekali athar berbicara banyak begini kepadanya. Namun sekalinya mereka bicara, kenapa harus pembicaraan yang membuat hati raline tak karuan begini?

"Kau tentu tahu bahwa setiap manusia pasti ingin menghabiskan waktu dan sisa hidupnya dengan orang yang dia cintai," ucap athar menatap raline.

Sungguh, jantung raline berdetak tak karuan mendengar apa yang disampaikan oleh athar. Bibirnya sangat ingin berteriak bahwa tidak ada yang bisa memisahkan dirinya dan athar kecuali maut. Tapi dia hanya bisa menampilkan senyum. Semua isi hati dan pikirannya terpenjara oleh tatapan athar yang begitu dalam.

"Kamu mengharapkan jawaban yang bagaimana dariku, mas?" Tanya raline dengan tenang menatap athar disertai senyum manis di bibirnya.

Nampak raut keterkejutan dari wajah athar untuk beberapa detik. Tapi lelaki itu langsung      menetralkan ekspresi wajahnya Dan mental datar pada raline.

"Jawaban yang sesuai dengan hatimu saja," Jawab athar singkat.

"Mas yakin?" Tanya raline lagi yang mengundang kerutan di dahi athar mendengar pertanyaan raline.

Raline tersenyum. "Tentu aku harus bertanya terlebih dahulu. Karena jawaban yang diberikan hatiku pasti tidak akan sesuai dengan apa yang mas inginkan. Dan aku tidak ingin mengundang kemarahan dan umpatan dari mas atas jawabanku. Pikiran dan hatiku sudah tidak ada lagi tempat untuk semua umpatan itu. Aku bingung harus menyimpannya dimana lagi," Jawab raline panjang yang membuat athar terdiam.

"Jadi mas pasti tahu jawabanku, bukan?" Tanya raline lagi menatap lembut suaminya.

"Iya, mas. aku tidak akan membiarkan manusia menghancurkan janji suci yang disaksikan Allah dan malaikat," Jawab raline tegas dan yakin.

"Kau berusahalah untuk itu. Aku tidak janji bisa membantumu. Tapi aku akan berusaha untuk selalu menjadi ayah yang baik untuk izel," Jawab athar dan segera bangkit dari kasur untuk berjalan keluar kamar.

Raline menatap sendu kepergian athar. "Doaku akan lebih dahsyat daripada keras hatimu nanti, mas. Semoga saja," Gumam raline dengan tatapan sendu dan pandangan yang tak lepas dari pintu kamarnya.

.....

Athar memainkan bulpen yang ada di tangannya. lelaki itu pindah ke ruang kerjanya setelah bicara dengan raline tadi. athar menghela nafas pelan. setiap kali berbicara dengan raline pasti ujung ujungnya akan seperti ini. serius dan tak ada bercanda sama sekali. niat athar yang ingin mengajak raline bicara, tapi tanpa dia sadari arah pembicaraanya menjurus hal yang sangat serius seperti ini.

"Semuanya membuatku bimbang. Aku ingin  sekali mencoba untuk membuka hatiku. Tapi dia datang dengan segala alasan yang sangat sulit untukku tolak, raline," Gumam athar dengan pandangan kosong menatap foto besar yang terpajang di dinding ruang kerjanya.

"Aku akan mencoba untuk melampiaskan cinta ini kepadamu, raline. Bagaimanapun juga, aku lebih takut mengingkari janjiku kepada Allah daripada patah hati," Lanjut athar meyakinkan dirinya.

Pandangan athar beralih menatap pigura kecil yang ada di meja kerjanya. Di dalamnya terdapat foto gadis kecil dengan senyum manis membalas tatapannya. "Papa tidak menyesali kehadiran kamu, nak. Tapi maaf jika kamu harus melihat keharmonisan yang tidak nyata dalam rumah kita," Ucap athar mengusap kembut foto izel dengan tangannya.

Athar memeluk foto itu. Dia menyandarkan punggungnya kesandaran kursi kerja dan meletakkan foto itu di dada untuk dipeluknya. "Setidaknya kamu hadir sebagai alasan papa masih menjadi suami mama kamu, nak."

.....

Pagi-pagi sekali athar kembali ke kamarnya dengan keadaan masih setengah bangun.

Menyadari kehadiran suaminya, raline bergegas membereskan peralatan sholatnya dan mendekati athar. "Mas tidur di ruang kerja semalam, ya?" Tanya raline yang dibalas anggukkan oleh athar.

"Tolong siapkan pakaian kerjaku," Ucap athar dan langsung berjalan ke kamar mandi.

"Sepagi ini?" Tanya raline ragu.

"Aku harus ke bogor untuk meeting dengan klien," Jawab athar memberitahu.

"Menginap?" Tanya raline lagi yang dibalas gelengan oleh athar.

Raline mengangguk. Dia segera berjalan ke walk in closet untuk menyiapkan pakaian kerja suaminya.

Sedangkan di dalam kamar mandi, tidak sadar athar mengangkat bibirnya membentuk senyum kecil mengingat apa yang terjadi. Dia sangat tahu bagaimana raline masuk ke kamarnya untuk memberi selimut dan ikut tidur disana.

*Flashback On*

Suara handel pintu terdengar. Athar yang sudah memejamkan mata malas untuk membuka matanya kembali. Dua tahu itu pasti raline yang memberinya selimut. Karena biasanya pasti akan seperti itu. Setelah mereka ribut malam, raline akan diam-diam memberikan athar selimut ketika tidur di ruang kerja.

Langkah pelan raline berjalan kecil mendekati meja kerja athar. Dia mengambil foto izel yang ada dipelukan athar dan kembali meletakkannya di meja. Raline tersenyum sedih. Yang selalu dipeluk athar adalah foto izel, tidak pernah foto dirinya yang hanya disimpan di dalam laci dengan posisi terbalik. Raline tahu itu karena dia menemukannya saat membersihkan ruang kerja athar. Raline sendiri yang meletakkan fotonya di sebelah foto izel yang ada di meja kerja athar. Tapi siapa sangka, fotonya malah disimpan di laci yang menandakan berapa tak ingin athar menatap wajahnya.

Pelan-pelan raline ikut naik dan duduk di pangkuan athar. Raline takut, tapi dia sangat ingin tidur di pangkuan suaminya. Dengan segala doa agar tidak bangun, raline memberanikan diri. Dengan hati-hati raline menyandarkan kepalanya di dada bidang athar dan menyelimuti tubuh mereka berdua.

Tanpa raline sadari, athar merasakan semuanya. Saat raline sudah bersandar, athar membuka matanya sedikit untuk mengintip. Saat dirasa aman, dia membuka lebar matanya melihat raline. Setelah beberapa menit hanya dia menatap, athar menggerakkan tangannya ke depan wajah raline untuk memastikan apakah raline sudah tidur atau belum.

Athar tersenyum kecil. Mungkin perhatian kecil begini yang tidak akan aku dapatkan jika melepaskanmu, raline. Aku bisa saja menceraikanmu kapanpun. Tapi entah kenapa hatiku selalu menahannya. Tidak ada yang spesial dariku untukmu, tapi perhatian kecil ini membuatku terpaku dan tertahan dalam jebakan pernikahan ini. Batin athar menatap kebawah memandang wajah raline.

Suara iqoman di mesjid dekat rumah membangunkan raline. Lehernya terasa pegal dengan badan yang tak nyaman. Raline berhasil membuka matanya dan yang pertama dia lihat adalah leher sang suami. Raline menghela nafas lega karena suaminya tak terbangun.

Raline segera bangun dengan perlahan dan mengambil selimut yang menutup tubuh mereka berdua. Dia tidak ingin nanti athar menyadari perhatiannya. Karena jika tahu, bisa saja nanti lelaki itu akan marah. Setelah memastikan athar masih tidur, raline segera berjalan keluar dari ruang kerja athar menuju kamarnya.

Athar membuka matanya. Bahkan dia sudah terbangun lebih dahulu dari raline saat masih adzan. "Benar-benar licik dan cerdik," Gumam athar sambil tersenyum kecil dan menggeleng pelan melihat semua cara raline memberikan perhatiannya.

Setelah menunggu sepuluh menit, dengan raut wajah yang pura-pura mengantuk athar berjalan keluar ruang kerja untuk menuju kamarnya.

*flashback off*

*To Be Continue. **

**Note : teman-teman, kalau bisa babnya jangan di tabung ya, karena itu akan berpengaruh dengan Level yang akan Mimin dapatkan nanti ***🙏🏻🙏🏻* dan Akan mimin pastikan bahwa karya ini bukanlah promosi, dan akan selalu ada di sini sampai tamat.

*Dan Jangan lupa yah, dukunganya🥰 jangan Sinder.*

*Woy sedekah woy!!!! Jempolnya itu di goyangk'an jempolnya**😎*

Jangan pelit! Mimin, jangan jadi pembaca gelap woy, legal **😭Like,Komen,Hadiah,Dukungan dan Votenya ya semua para pembaca yang terhormat, jangan lupa biar Mimin lebih rajin lagi Updatenya****😘😘

**Kalo malas-malasan entar Mimin juga malas-malasan loh ***😭😭😭*

*Terima kasih**🙏🏻🙏🏻*

Bab 3

KISAH INI HANYALAH KHAYALAN BELAKA, AKAN ADA ADEGAN - ADEGAN YANG MEMBUAT EMOSI DAN MENAMBAH TENSI, JADI MOHON TINGKAT KESABARANNYA DI TAMBAH YA GENGS 🌊❤️🌹

💐 HAPPY READING 💐

Athar selesai dengan segala kegiatannya. Lelaki itu sudah tampan dengan setelan jas dan kemeja yang melekat indah di tubuh sempurna athar. Dengan langkah tegas lelaki itu menuruni tangga dan membelokkan badan ke meja makan. Disana sudah ada izel dan raline yang duduk menunggu kedatangan athar.

"Selamat pagi papa," Ucap izel riang melihat kedatangan athar.

Athar tersenyum lembut dan duduk di kursi sebelah izel yang berhadapan dengan raline. Posisinya athar dan raline kini duduk berseberangan. "Selamat pagi anak papa," Jawab athar dan mencium puncuk kepala izel.

Izel tersenyum dan mengangguk. Sedangkan raline yang duduk di depan mereka berdua hanya terkekeh pelan. Anaknya itu memang sangat manja dan dekat dengan sang suami.

"Mas mau nasi goreng atau nasi biasa?" Ucap raline menanyakan apa yang mau dimakan suaminya.

Athar mengedarkan pandangannya menatap satu persatu menu makan yang ada di meja makan. "Aku makan nasi saja," Jawab athar yang langsung dianggukki oleh raline.

Izel yang mendengar jawaban papanya cukup terkejut. "Kok papa makan nasi? Biasanya papa makan nasi goreng buat sarapan," Tanya anak itu bingung.

raline yang mendengar pertanyaan anaknya tersenyum kecil tanpa ada diketahui oleh izel dan athar. Dia sebenarnya juga cukup terkejut mendengar jawaban athar, dan pertanyaan izel sangat mewakili pikirannya.

athar tersenyum mendengar petanyaan anaknya. “papa butuh tenaga banyak hari ini, jadi papa harus makan nasi,” jawab athar lembut. "terimakasih,” ucap athar ketika menerima piring dari raline yang sudah berisi nasi beserta lauk dan sayurnya.

Tapi Keluarga kecil itu melanjutkan sarapan dengan hening. Athar memang menerapkan aturan dalam keluarganya untuk tidak bersuara saat makan. Setengah jam sarapan selesai.

Raline dan izel mengantar ahar ke depan rumah untuk berangkat kerja. “aku aka pulang sedikit terlambat. Tidak usah menungguku untuk makan malam. Dan jika mengantuk tidurlah,” ucap athar menatap raline yang dibalas anggukkan olh wanita itu.

Athar beralih menatap izel yang berdiri disebelah raline. Lelaki itu besimpuh untuk menyamakan tinggu tubuhnya dengan izel. Izel jadi anak yang baik, ya. Papa berangkat kerja dulu. Jangan buat mamanya capek ya, nak,” ucap athar lembut.

Izel tersenyum cerah. Anak itu mengangguk semangat mengiyakan perintah papanya. "papa juga gak boleh nakal, ya. Jangan buat om dino susah juga,” ucap izel yang dibalas kekehan oleh athar.

“Om dino yang sering nyusahin papa, nak. Nanti kalau om dino datang, izel marahin, ya,” ucap athar malah menyudutkan asisten pribadi sekaligus sekretarisnya di kantor.

"Bisa diatur kalau sesuai bayaran,” jawab anak itu menirukan candaan papa dan sahabatnya yang biasa dia dengar.

Athar dan raline sontak tertawa. Athar mengusap lembut pipi gadis kecilnya itu. “kalau gitu papa berangkat dulu, ya. Raline harus selalu ingat pesan papa dan selalu dengar apa yang mama bilang,” ucap athar kembali mengigatkan izel yang diangguki anak itu dengan semangat.

Athar menegakkan tubuhnya. “aku berangkat. Assalamualaikum,” ucap athar dan segera berbalik berjalan menuju mobilnya. Athar memang mengendarai mobilnya sendiri. Lelaki itu hanya memakai jasa supir untuk mengantar anak dan istrinya.

"Waalaikumsalam,” jawab raline menatap mobil athar yang sudah hilang dari gerbang rumah mereka.

Izel langsung berlari ke dalamrumah. Anak itu sudah tidak sabar untk menonton kartunnya botak kesayangannya yang sudah tayang sejak setengah jam yang lalu.

Sedangkan raline masih berdiri di teras rumah. Wanita itu memegang dadanya sambil menghela nafas pelan. Menatap athar yang tadi membalas senyumnya membuat detak jantung raline tidak normal. Wanita itu tersenyum lebar menyalurkan kebahagiaan hatinya. “semoga kamu masih bisa berubah untuk menumbuhkan cinta buat aku, mas,” gumam raline dengan harapan yang sangat dalam akan cinta suaminya.

.....

Athar sampai di kantornya setelah berkendara selama satu jam. Jarak yang bisa dtempuh dengan waktu tiga puluh menit itu menjadi enam puluh menit karen macetnya ibu kota. Athar memasuki kantornya dengan langkah tegas. Lelaki itu sama sekali tidak menebar senyum kepada karyawan yang menyapanya, Hanya anggukan singkat yang athar berikan kepada karyawannya.

Setelah menaiki lift, kini athar sampai di lantai dua puluh sembilan. Lantai paling atas khusus untuk para petinggi perusahaan. Termasuk athar yang merupakan CEO perusahaan itu.

"Selamat pagi, pak,” sapa seorang lelaki yang sudah menunggu kedatangan athar di depan ruangan lelaki itu.

"Ikut masuk, dino,” jawa athar tanpa membalas sapaan dino dan langsung memerintahkan dino untuk ikut masuk ke ruangannya.

Atha membuka jasnya dan menggantungnya disandaran kursi kerja. “jam berapa jadwal kita ke bogor?” tanya athar.

"Jadwal rapat pukul dua siang, Jadi kita bisa berangkat dari sini jam sepuluh siang ini, saya menjadwalkan lebih cepat karena takut nanti macet akan memperlambat perjalanan kita, pak,” jawab dino yang dianggukki oleh athar.

Athar dan dino memang berbicara layaknya atasan dan bawahan saat jam kerja begini tapi jika sudah diluar jam kerja, maka mereka akan berbicara layaknya sahabat.

"Dia masih di bogorkan?” tanya athar yang mendapat kerutan dari lelaki itu.

“Dia siapa, pak?” tanya dino tak paham.

“kau sangat tahu siapa yang aku maksud,” jawab athar pelan.

Dino menghela nafas pelan, Sekarang dia paham kemana arah pembicaraan atasan sekaligus sahabatnya itu.

Dino meletakkan ipad ditangannya ke atas meja dan duduk lurus menghadap athar, Mereka berdua hanya dibatasi meja kerja athar.

“jangan membuat api lagi, thar,” ucap dino serius.

"Aku tidak ada yang membuat api, Aku hanya bertanya dan kau memberi respon yang berlebihan, no,” jawab athar yang sedikit tidak terima dengan jawaba dino.

Dino menghela nafas pelan. “berawal dari sebuah pertanyaan yang jawabannya akan membuat penasaran. Dan rasa penasaranmu itu nanti yang akan membuat api untuk semua orang. Ingatlah keluargamu saat ini.

Jika bukan untuk raline, maka lakukan semuanya untuk izel,” ucap dino serius.

"Kau pikir mudah bagiku untuk melupakan semuanya? Aku meninggalkannya saat rahimnya mengandung anakku, dino. Aku melepaskan tanggung jawab yang harusnya aku berikan saat itu,” ucap athar pelan.

“Kau masih menganggap itu adalah anakmu?” tanya dino tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.

"Tapi pada kenyataannya memang seperti itu,” jawab athar lagi dengan pandangan sayu.

Dino menghela nafas. Lelaki itu berdiri dan langsung mengambil ipadnya. “apapun anggapanmu, semua itu adalah salah, thar. Tidak ada yang harus kau pertanggung jawabkan terhadap masa lalu. Yang ada, kau harus mengingat dua malaikat cantik yang selalu menunggu kedatanganmu di rumah,” ucap dino dan langsung keluar meninggalkan ruangan athar.

Athar mengusap kepalanya pelan. “kenapa harus begini disaat aku ingin mencoba mecintaimu, raline,” gumam athar tak habis pikir dengan semua keadaannya.

.....

Raline memainkan ponselnya sambil menemani izel yang bermain dengan koleksi barbienya di ruang keluarga. Wanita itu dengan malas membuka satu persatu direct massage yang ada di aplikasi instagramnya. Mata raline terfokus pada sebuah pesan yang dikirim satu minggu yang lalu dari sahabatnya. Tanpa pikir panjang raline membuta pesan itu.

Mantan suamimu yang ular itu sekarang berada du bogor, lin.

DEG

Jantung raline berdetak kencang. Wanita itu menggelengkan kepalanya pelan. “tidak-tidak. Bogor itu luas. Mas athar tidak aka bertemu dengan orang itu lagi. Aku percaya dengan suamiku,” gumam raline mencoba meyakinkan dirinya.

Raline memejamkan mata. Jangan sampai izel menatap kekhawatiran dan ketidak tenangan dari pandangannya nanti. “tolong jaga hati suamiku, Ya Allah.”

*To Be Continue. **

**Note : teman-teman, kalau bisa babnya jangan di tabung ya, karena itu akan berpengaruh dengan Level yang akan Mimin dapatkan nanti ***🙏🏻🙏🏻* dan Akan mimin pastikan bahwa karya ini bukanlah promosi, dan akan selalu ada di sini sampai tamat.

*Dan Jangan lupa yah, dukunganya🥰 jangan Sinder.*

*Woy sedekah woy!!!! Jempolnya itu di goyangk'an jempolnya**😎*

Jangan pelit! Mimin, jangan jadi pembaca gelap woy, legal **😭Like,Komen,Hadiah,Dukungan dan Votenya ya semua para pembaca yang terhormat, jangan lupa biar Mimin lebih rajin lagi Updatenya****😘😘

**Kalo malas-malasan entar Mimin juga malas-malasan loh ***😭😭😭*

*Terima kasih**🙏🏻🙏🏻*

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!