NovelToon NovelToon

Senja Di Moorea

Suami dan Kakakku

Seorang perempuan berambut panjang dengan tinggi semampai bak seorang model tampak sedang sangat tegang sesaat setelah suaminya mengatakan akan menceraikan dirinya.

"Kak, maksudnya apa ? Kenapa kakak mau menceraikan aku ? Aku salah apa kak ?". Ucap Arumi dengan lirih sambil menatap dokumen perceraian yang di berikan suaminya diatas meja.

Irgi hanya diam, berdiri sambil berkacak pinggang enggan menatap ke arah wanita yang di nikahinya 2 tahun yang lalu.

"Maaf, Arumi aku tidak bisa lagi melanjutkan rumah tangga ini bersamamu !!". Jawab Irgi dengan penuh rasa bersalah.

"Kasih aku alasan kak, jangan seperti ini. Bagaimana bisa kak Irgi menceraikan aku tanpa alasan yang jelas." Arumi bangkit berdiri dan menatap lekat wajah suaminya yang tertunduk.

"kak, jujur sama aku ! Sebenarnya ada apa?". Tanya Arumi berderai air mata sambil menarik kerah kemeja Irgi.

"Karena kamu mandul, kamu tidak bisa memberi aku keturunan." bentak Irgi yang sudah tidak tahan.

Seketika, pegangan tangan Arumi melemah lalu perlahan tubuhnya merosot dan jatuh terduduk di lantai.

"Kak, itu kan masih belum jelas, lagian dokter udah bilang kan ? Kita masih belum tau sebelum ada tes lebih lanjut untuk tahu yang tidak subur di antara kita aku atau kamu."

"Jadi maksud kamu, anak saya yang tidak subur, begitu ?". Suara bariton itu terdengar dari luar lalu perlahan menampakkan pemilik nya yang kini sudah berdiri di samping Arumi.

Dia adalah Nyonya Berta Antonio, mertua Arumi ibu dari suaminya Irgi Antonio. Selama ini beliau memang tidak menyukai Arumi sejak perempuan cantik itu memasuki rumahnya sebagai istri dari anak tunggalnya, Irgi. Alasannya sederhana, karena Arumi hanyalah perempuan biasa yang tak punya karir yang cemerlang. Di tambah lagi, Arumi hanyalah anak gelap dari hubungan terlarang Jonathan Liem dengan seorang perempuan Korea yang tak diketahui asal usulnya.Jika bukan karena terpaksa, ia tak akan sudi menerima gadis itu menjadi menantunya.

"Sudahlah Arumi, tanda tangani saja berkas itu dan kalian resmi bercerai. Aku tidak sudi punya menantu yang tidak bisa memberi aku penerus keluarga Antonio." Lanjut Nyonya Berta dengan sarkas.

"Tapi Ma, Arumi sudah terlanjur mencintai kak Irgi ! Tolong jangan paksa Arumi meninggalkan kak Irgi !!". Mohon Arumi sambil memeluk kaki ibu mertuanya.

"Tidak !!". Seru Nyonya Berta sambil menghentakkan kakinya hingga pegangan Arumi terlepas.

"Ingat Arumi, kau itu hanya pengganti kakakmu, Beverly ! Kau tahu kan, Irgi dan Beverly saling mencintai ! Jika bukan karena Beverly menghilang karena ulahmu di hari pernikahan kau tidak akan mungkin menjadi istri Irgi sekarang."

"Tapi , Ma...."

"Hentikan dramamu, Arumi !! Ku mohon tanda tangani saja berkas perceraiannya." Ujar Beverly yang tiba-tiba muncul.

"Kak Beverly,,,, ". Seru Arumi tertahan.

Tiba-tiba Irgi menghampiri Beverly, memeluk pinggang wanita itu erat lalu menghadiahkan sebuah ciuman di pipi Beverly. Arumi yang menyaksikan itu terkesiap tak percaya akan apa yang dilihatnya. Suami yang sangat dia cintai dan kakak yang sangat di sayangi tega berbuat hal semenyakitkan ini padanya.

"Maaf Arumi, aku dan Beverly akan melanjutkan pernikahan kami yang tertunda, jadi tolong tanda tangani saja berkas itu lalu hubungan kita selesai." Tukas Irgi sambil memasukkan tangan satunya ke dalam saku celananya.

"Apa selama ini kalian berselingkuh di belakangku ?" Tanya Arumi dengan suara yang bergetar.

Beverly melepas rangkulan Irgi di pinggang nya lalu melangkah perlahan dan berjongkok tepat didepan wajah sang adik.

"Maaf Arumi ! Sejak awal kami memang saling mencintai. Ku akui dulu aku terlalu bodoh mengalah padamu dan bersedia meninggalkan Irgi demi kamu, tapi sekarang aku menyesalinya dan Irgi juga masih mau menerimaku walaupun kami harus menyakitimu." Ucap Beverly dengan nada memelas.

Refleks, Arumi langsung mendorong Beverly hingga jatuh karena tersulut emosi. Bisa-bisanya kakak yang sudah di sayangnya dengan sepenuh hati melakukan ini padanya. Sementara Irgi dan ibunya segera membantu Beverly berdiri.

"Apa yang kau lakukan ha ??" Bentak Nyonya Berta.

Arumi hanya tertawa miris melihat mereka bertiga.

"Jika sampai terjadi apa-apa dengan calon cucuku, maka aku akan menghabisi kau sekarang juga ." Lanjut Nyonya Berta dengan nyaring.

Arumi seketika shock mendengar pengakuan mengejutkan dari ibu mertuanya.

"Apa kak Beverly hamil ?". Tanya Arumi.

"Ya, aku hamil 2 bulan dan ini anak milik Irgi." Jawab Beverly tersenyum.

"Sejak kapan kalian bersama lagi ?". Tanya Arumi lagi.

"Sudah 6 bulan, sejak aku kembali dari Las Vegas." Jawab Beverly tanpa rasa bersalah.

"Tega sekali kalian melakukan ini kepadaku,,, apa salahku ?" Arumi meraung menahan sakit didadanya yang kian membuncah.

"Tentu saja karena kamu sudah menipu kami semua. Menipu suami, kakak dan juga keluarga kamu sendiri demi memenuhi keegoisan kamu." Jawab Irgi geram. Jika tidak mengingat betapa baiknya Arumi selama menjadi istrinya, mungkin Irgi akan menampar Arumi saat ini juga.

Kenapa Arumi harus berakting seolah dia adalah korban setelah semua permainan dan trik kotor yang dia lakukan ? Setidaknya itulah yang Irgi pikirkan tentang Arumi.

Menyadari bahwa suaminya tidak akan mungkin mendengar perkataannya, akhirnya Arumi menyerah. Selama ini dia berpikir sudah bisa mendapatkan hati Irgi walau setengahnya saja, tetapi nyatanya hati Irgi sepenuhnya tetap milik Beverly, kakak tirinya sendiri.

Akhirnya, Arumi menandatangani berkas perceraian itu dengan hati hancur. Dia mengemasi seluruh pakaiannya dan pergi malam itu juga kembali ke rumah ayahnya. Dengan berderai air mata, ia kembali kerumah yang sudah 2 tahun ia tinggalkan. Berharap, ayah dan ibu tirinya masih sudi menampung ia kembali.

"Ada apa kau kembali ?". Nyonya Katherine bertanya saat melihat Arumi berjalan masuk sambil menenteng kopernya.

"Tante, kak Irgi menceraikan aku dan dia mau menikah dengan kak Beverly." Jawab Arumi dengan menangis.

"Ooo". Hanya itu jawaban yang di terima Arumi. Nyonya Katherine tidak terlihat kaget akan kalimat yang Arumi lontarkan.

"Tante sudah tahu ?". Tanya Arumi heran.

"Tentu saja,,, Beverly itu anakku jadi sudah pasti aku tahu segalanya." jawab Nyonya Katherine santai.

"Termasuk kak Beverly yang selingkuh dengan kak Irgi 6 bulan terakhir ini ?".

PLAK !! Sebuah tamparan telak jatuh di pipi Arumi.

"Jangan merendahkan putriku, anak haram. Dia dan Irgi tidak berselingkuh, justru kau lah orang ketiga dalam hubungan mereka." Teriak nyonya Katherine emosi.

Arumi memegang pipi nya sambil tertawa kecil.

"Apa tante lupa, siapa yang memaksa aku menikah dengan kak Irgi ? Itu kalian ! Kalian yang memaksaku menikah demi mempertahankan harga diri keluarga ini karena kak Beverly kabur dengan lelaki lain."

"Jangan berkata buruk tentang anakku, dia tidak seperti kau, anak pel*cur."

"Anak pel*cur ? Benarkah ?".

"Ya, kau anak pel*cur itu. Jika ibumu tidak menggoda suamiku, kau tidak mungkin ada dan menjadi aib dikeluargaku."

"Apa ? Tante tidak salah ? Jelas-jelas ibuku tidak tahu kalau ayah sudah berkeluarga. Ibu ku juga korban, tapi kenapa tante selalu menyalahkan ibuku ?"

"Hentikan !!!" Tiba-tiba teriakan keras dari Jonathan Liem terdengar. Dia melangkah masuk dan menatap istri dan putri keduanya secara bergantian.

"Ada apa ini ? Apa kalian tidak lelah selalu bertengkar saat bertemu ?"

Nyonya Katherine hanya mendengus kesal.

"Tanyakan pada anak harammu, apa yang dia lakukan." Nyonya Katherine melipat tangannya dan tersenyum miring ke arah Arumi.

"Ada apa Arumi ? Kenapa kau membawa kopermu tengah malam begini?" Jonathan bertanya sambil menatap lekat ke arah Arumi.

"Kak Irgi menceraikan aku, dan dia ingin menikahi kak Beverly." Jawab Arumi sambil bergegas memeluk ayahnya, lelaki satu-satunya yang masih memperhatikan dia meski kadang bertingkah acuh di depan orang-orang.

Jonathan mengelus pundak Arumi pelan.

"Ya, Ayah tahu. Tapi ini sudah benar, Nak. Anak didalam perut Beverly harus punya ayah.Jadi tolong mengertilah, dan jangan membuat masalah. Untuk sekali ini, mengalah lah demi kebahagiaan Beverly."

Arumi segera melepas pelukan sang ayah dan melangkah mundur sambil menggeleng. Tak menyangka ayahnya akan berkata demikian. Pada akhirnya, tak ada yang berpihak padanya. Bahkan ayah kandungnya sekalipun tidak mengerti rasa sakit yang dia rasakan. Berkorban demi kebahagiaan Beverly ? Sudah berapa kali Arumi melakukan itu ? Sudah tak terhitung. Mulai dari mengalah kepada Beverly dan melepas impian nya menjadi model ketika kakaknya itu merasa dia menjadi saingan terberatnya saat kompetisi dulu, lalu rela menjadi pengganti kakaknya di hari pernikahannya saat kakaknya kabur bersama lelaki lain ke Amerika. Dan sekarang ? Dia harus merelakan suaminya untuk kakaknya ?

Lalu jika Beverly ingin Irgi kembali, lantas mengapa dulu dia meninggalkan Irgi ? Padahal mereka menjalin cinta selama 3 tahun lalu tiba-tiba saja Beverly berkata mencintai pria lain tepat dua jam sebelum janji suci pernikahan mereka terlaksana. Dan Arumi harus menjadi kambing hitam yang dipersalahkan, di tuduh menjadi wanita licik yang menipu keluarga Irgi karena berpura-pura menjadi Beverly saat mengucap janji suci. Sementara Ayahnya dan Nyonya Katherine bersandiwara seolah tak mengetahui hal ini dan nama baik Beverly tetap terjaga sebagai korban yang di bius dan diculik adiknya sendiri saat hari pernikahan. Sedangkan Arumi, sampai sekarang yang orang ingat adalah anak haram tidak tahu balas budi setelah di terima oleh istri sah Jonathan Liem justru mencuri kekasih kakak tirinya sendiri.

"Aku tidak percaya ayah mengatakan ini !! Aku juga anakmu, ayah ! Apa ayah pernah berpikir tentang kebahagiaan ku juga ?" Arumi kembali merasakan sesak dan sakit di dadanya. Ia tak percaya Ayahnya tak membela dia sedikitpun.

"Maafkan aku, tapi aku juga tidak bisa membiarkan Beverly melahirkan tanpa suami. Apa kata orang nanti ?" Ucap ayahnya tertunduk.

"Ayah memikirkan tentang pandangan orang terhadap Beverly. Tapi ayah tidak pernah memperhatikan bagaimana orang merendahkanku karena ulah kalian....

Kenapa hanya aku yang terus-terusan berkorban ? Ini tidak adil, ayah ! " Arumi menumpahkan segala kekesalan yang selama ini ia tahan.

15 tahun tinggal dalam keluarga Liem, semenjak ibunya, Nancy meninggal akibat sakit kronis. Sejak itu pula, hidupnya berubah. Ia yang dulu ceria berubah menjadi pemurung karena ulah ibu dan kakak tirinya. Meski begitu, alasan ia bertahan hanyalah ayahnya. Setidaknya masih ada ayahnya yang menyayangi dan mencintainya. Namun hari ini dia sadar, bahkan ayahnya sekalipun tak pernah menganggap dia ada selain untuk dijadikan tameng demi mempertahankan nama baik keluarga.

"Maafkan aku, aku belum bisa menjadi ayah yang baik !!". Jonathan bersuara dengan nada menyesal.

"Bukan belum bisa, tapi tidak bisa. Dan selamanya akan tetap begitu. Mulai sekarang, aku bukan keluarga kalian lagi !! Aku bukan anakmu lagi, tuan Jonathan Liem ! Selamat tinggal !!." Arumi berbalik dan kembali membawa kopernya mencari taksi untuk meninggalkan rumah terkutuk itu.

"Tunggu Arumi,,,," Jonathan bergegas mengejar putrinya namun ditahan oleh istrinya.

" jangan berani-berani kau mengejarnya, atau kau akan kehilangan aku dan Beverly .." ancam Katherine.

"Sialan... Demi kalian berdua aku harus mengorbankan putri ku yang lainnya.. Apa kau puas sekarang ?" . Jonathan Liem mengacak rambutnya frustasi, menyaksikan putrinya pergi dan menatap sesaat kepada istrinya lalu melangkah masuk kedalam kamarnya.

Sementara Nyonya Katherine tersenyum  menyaksikan kehancuran putri dari wanita yang sangat dibencinya, Nancy.

Pergi, hilang dan lupakan

Jam menunjukkan pukul 10 pagi waktu Jakarta. Gadis cantik berkulit putih dengan wajah oriental dan berambut panjang itu tengah berada dalam pesawat menuju ke Prancis. Setelah semua drama keluarga yang terjadi, Arumi memutuskan pergi dan tak berniat kembali. Ia bertekad akan melupakan segalanya dan kembali berusaha mengejar impiannya sebagai fashion designer.

Dulu, dia memiliki 2 impian. Yang pertama menjadi model International dan yang kedua adalah menjadi fashion designer. Namun, ia lebih memilih menjadi fashion designer daripada menjadi model setelah semua yang terjadi. Dia tidak ingin menggeluti profesi yang sama dengan Beverly, wanita yang telah menghancurkan pernikahannya.

4 hari yang lalu, Charlie, temannya saat kuliah dulu menawarkan dia untuk bekerja di butik milik orangtuanya di prancis. Mengingat bakat itu memang sudah terlihat saat masih kuliah dulu. Meski Kuliah Arumi tidak selesai karena harus menikah 2 tahun lalu, namun Charlie sangat tahu kemampuan Arumi. Terlebih lagi, Charlie berjanji akan membantu Arumi untuk memperoleh beasiswa di salah satu uni terbaik di sana.

Berbekal tabungan peninggalan ibunya yang memang dulunya seorang arsitek, Arumi pun berangkat  meninggalkan Indonesia dan berharap melupakan segala kejadian tragis yang selama ini menimpa hidupnya.

Kini gadis itu tengah memandang jendela pesawat, saat pesawat tersebut sudah mengudara di atas awan. Ia kembali mengingat pertemuan terakhirnya dengan Irgi tadi malam.

"Kak, aku pamit ! Aku akan pergi dari sini. Aku harap kamu dan kak Beverly akan bahagia."

"Maafkan aku Arumi !! Aku tidak bermaksud menyakitimu ! Tapi jujur, aku masih sangat mencintai Beverly." Irgi berucap sambil menggenggam tangan Arumi.

"Kalau saja dulu kamu nggak nekat menculik Beverly, harusnya sekarang kita tidak mesti saling menyakiti seperti ini." Lanjut Irgi kembali.

"Aku sudah bilang kak, aku sama sekali nggak menculik kak Beverly,, dia kabur bersama lelaki lain."

"Maafkan Arumi, tapi aku lebih mempercayai Beverly daripada kamu. Biar bagaimanapun, aku sangat mengenal Beverly, dia tidak mungkin berbohong." ucap Irgi yang kini melepas genggaman tangannya.

Arumi menyeka air matanya yang terjatuh. Dia berusaha menguatkan hatinya. Sampai sekarang hanya Beverly yang bertahta di hati Irgi. Dengan segala perhatian, cinta , kasih sayang dan pengabdian yang ia curahkan selama 2 tahun ini, tidak cukup untuk menggoyahkan hati Irgi.

Arumi menarik napas dalam, berusaha mengumpulkan sisa-sisa kekuatan yang masih ada dan berusaha terlihat tegar di depan lelaki yang kini sah menjadi mantan suaminya.

"Kak, kalau suatu saat perkataan aku terbukti benar, aku cuma minta satu hal sama kak Irgi,,,, jangan pernah cari aku dan meminta maaf , apalagi untuk kembali. Karena jika saat itu tiba, perasaan yang sekarang ada sudah pasti mati dan hilang nggak berbekas. Selamat tinggal." Setelah mengucapkan itu, Arumi melangkah pergi.

Hening sesaat hingga suara Irgi berteriak terdengar.

"Arumi, kamu nggak harus pergi. Meski aku udah sama Beverly, tapi aku sama sekali nggak membencimu !."

Arumi menghentikan langkahnya, lalu berbalik menatap Irgi.

"Nggak ada alasan untuk aku menetap kak. Gak ada lagi yang tersisa buat aku disini, baik cinta maupun keluarga semuanya dirampas dariku. Kal Irgi cukup berjanji untuk memenuhi permintaan aku tadi."

Irgi mengangguk pelan mendengar jawaban Arumi.

"Baik. Aku janji. Aku nggak akan cari kamu Arumi. Karena aku tahu Beverly nggak mungkin bohong."

Arumi kembali tersenyum miris. Air mata kembali menetes namun dengan cepat di hapusnya.

"Baik !! Aku pegang janji kak Irgi. Selamat tinggal."

Sekarang Arumi benar-benar pergi. Irgi hanya menatap lekat punggung Arumi yang perlahan menghilang di tengah kerumunan orang. Ada rasa sedikit sesak di dadanya saat menyaksikan perempuan yang selama 2 tahun ini telah mendampinginya dalam suka dan duka melangkah semakin jauh dan akhirnya menghilang. Jujur saja, Irgi merasa nyaman dengan Arumi. Jika saja Arumi tidak melakukan hal bodoh di masa lalu, mungkin dia tidak akan berada di situasi seperti sekarang.

Namun,disisi lain bagi Irgi kepergian Arumi adalah berkah. Kini tak ada lagi yang menghalangi dia dan Beverly nya bersatu. Bagi Irgi, Beverly adalah malaikat, pemilik hatinya. Setidaknya itulah yang ia yakinkan terhadap dirinya sendiri. Semoga keputusan ini benar. Semoga !

ΠΠΠΠΠΠΠ

Bandara Charles de Gaulle, Paris /Prancis

Setelah menempuh waktu kurang lebih 18 jam, akhirnya Arumi menjejakkan kakinya di bandara charles de Gaulle, Paris. Dia tersenyum saat keluar dari dalam pesawat. Di sinilah kehidupan barunya akan di mulai. Dia akan terlahir kembali menjadi manusia yang baru. Tak ada lagi keluarga yang mengekangnya disini, dia bebas melakukan apapun.

Arumi mendorong trolly berisi barang bawaannya saat dari kejauhan dia melihat sahabat karibnya sejak SMA dulu melambaikan tangan ke arahnya. Dengan senyum sumringah, dia menerima pelukan Charlie yang berlari menghampirinya.

"Arumi, aku merindukanmu !!". Seru Charlie dengan senang.

"Aku juga !!". Jawab Arumi sekenanya sambil membalas pelukan Charlie.

"Sini, biar aku saja yang bawa, kau pasti lelah setelah penerbangan panjangmu !". Sambung Charlie yang kini sudah merebut trolly Arumi.

"Terima kasih !!". Ujar Arumi tersenyum.

Mereka kemudian tiba di depan bandara. Disana, sudah ada supir Charlie yang menunggu. Setelah melihat majikannya datang, dengan sigap sang supir meraih barang-barang milik Arumi dan segera menaruhnya di bagasi. Tak berselang lama, mobil mereka pun sudah melenggang menjauh dari area bandara.

"Jadi katakan, apa yang terjadi Arumi ?". Tanya Charlie dengan nada prihatin.

" Mas Irgi, menceraikan aku dan akan menikahi kak Beverly." jawab Arumi dengan tersenyum getir.

"Apa ? Apa Irgi sudah tidak waras ? Bagaimana bisa dia masih mau dengan wanita yang sudah meninggalkannya demi lelaki lain tepat 2 jam sebelum mereka menikah ?". Suara terkejut Charlie menggema.

"Kau tahu sendiri Charlie, kak Irgi tidak tahu cerita sebenarnya, dia masih mengira aku yang salah. "

"Lalu ayahmu dan tante Katherine tidak menjelaskan ?".

Arumi menggeleng pelan.

"Kenapa?". Tanya Charlie lirih.

"Kau tahu, Kak Beverly hamil 2 bulan. Anaknya kak Irgi. Dan ayahku serta tante Katherine setuju jika Irgi harus menikah dengan Beverly."

Mata Charlie seketika membelalak.

"What ? Jadi Beverly dan Irgi bermain dibelakangmu ? Dan ayahmu tahu ?".

Arumi hanya mengangguk.

"Dasar manusia-manusia sampah." Charlie menggertakkan rahangnya, menandakan bahwa dia sedang dalam emosi yang tinggi.

"Jika saja aku di Indonesia, pasti ini tidak akan terjadi padamu !! Aku pasti bisa mencegahnya. Maafkan aku.!!". Sambungnya lirih, lalu memeluk Arumi sambil menangis.

"Jangan bersedih Charlie. Sekarang aku sudah tidak apa-apa. Aku sudah membuang segalanya. Baik kak Irgi ataupun ayahku, aku sudah berniat melupakan semuanya. Sekarang kau hanya perlu membantuku untuk memulai hidup yang baru disini."

Charlie melepas pelukannya, menghapus airmata di wajahnya dan menatap Arumi dengan senyum manis.

"Baiklah, mulai sekarang akulah keluargamu. Apapun yang kau butuhkan akan ku sediakan. Aku pasti membantumu Arumi. Dan oh iya, aku lupa mengucapkan :

Selamat datang di Paris , pusat mode dunia." Seru Charlie dengan bangga.

Charlotte Meredith Aldric, alias Charlie. Gadis tomboy berdarah prancis Indonesia, teman baik satu-satunya milik Arumi sejak kelas 2 SMA hingga kuliah semester 2. Saat semester 2 dulu, orang tuanya harus kembali ke prancis dan mau tak mau dia juga harus ikut meninggalkan Arumi sendirian di Indonesia. Bagi Arumi, Charlie lebih dari sekedar teman. Dia adalah saudara dan keluarga yang jauh terasa lebih nyata ikatannya dibanding keluarganya sendiri. Selain ibunya yang sudah tiada, Charlie adalah orang kedua yang siap pasang badan demi Arumi.

Entah mengapa Charlotte lebih suka di panggil Charlie. Yang jelas, bagi gadis itu, nama Charlotte terlalu feminim, berbanding terbalik dengan pribadinya yang tomboy. Namun yang pasti, Charlie bukan orang yang bisa bergaul sembarangan dengan orang lain. Dia sangat pemilih. Dan entah bagaimana dia bisa berteman baik dengan Arumi, gadis pendiam dan penakut yang bertolak belakang dengannya yang pemberani dan tukang cari masalah.

Saat SMA dulu, dia dua kali pindah sekolah karena menghajar anak lelaki yang mengatainya perempuan jadi-jadian. Hampir setiap hari, Charlie selalu mencari masalah. Untung, ayahnya Charles William Aldric adalah seorang yang berpengaruh sehingga dia selalu terbebas dari jeratan hukum akibat mematahkan tangan atau kaki teman lelaki yang mengganggunya di sekolah.

Hingga pada suatu hari, dia bertemu dengan Arumi. Berawal dari perbincangan kecil di UKS akhirnya mereka sering mengobrol dan menjadi teman baik. Sejak saat itu, Charlie berubah sedikit demi sedikit. Meski tetap tomboy namun dia tidak lagi sering bertengkar. Dia lebih banyak ikut belajar dengan Arumi. Hal itu yang membuat Charles dan istrinya Isabella Aldric menyukai Arumi, bahkan menganggap Arumi seperti anak sendiri.

"Selamat datang di Paris, Honey !!Long time no see, i miss you so much". Sapa Nyonya Isabella sambil memeluk Arumi yang baru saja tiba di mansion besar mereka.

"Terima kasih, Aunty Bella !!. I miss you too". Jawab Arumi tersenyum.

"Duduklah, sayang !! Akan Aunty suruh pelayan untuk membuatkanmu minum." Ujar Isabella sambil bergegas menuju ke dapur meninggalkan Arumi dan Charlie di ruang tamu.

"Mansion ini sangat besar Charlie !!." ujar Arumi kagum.

"Ya, memang. Makanya aku ingin kau tinggal di sini saja ya !! Tidak perlu menyewa flat lagi." Bujuk Charlie

"Tidak, Charlie. Aku nggak enak sama uncle Charles dan aunty Bella. Aku sudah cukup merepotkan kalian." Tukas Arumi sambil mengelus pundak Charlie.

"Sama sekali tidak merepotkan, Sweety!! Tinggallah di sini, kau bisa menemani Charlotte dan auntymu disini !!." Seru Charles Aldric, ayah charlie yang baru saja tiba.

Arumi segera berdiri dan memberi pelukan hangat kepada Charles.

"Halo, Uncle !!apa kabar ?." tanya Arumi sambil melepas pelukannya dan kembali duduk, di iringi oleh uncle Charles yang juga ikut duduk tepat di depannya dan Charlie.

Tak lama berselang, Aunty Bella kembali dengan dua pelayan di belakangnya yang membawa 4 cangkir teh dan beberapa camilan. Setelah menyuruh kedua pelayan itu meletakkan minum dan camilan di meja, ia bergegas menghampiri suaminya, memberi kecupan hangat dan mendaratkan bokongnya di samping sang suami.

"Bella, bagaimana menurutmu ? Apa kau setuju jika Arumi tinggal di sini saja ?". Tanya Charles.

"Loh,memangnya Arumi mau tinggal dimana lagi kalau bukan disini ?." Ujar Isabella balik bertanya.

"Well, putri angkatmu ini, berniat menyewa flat kecil untuknya tinggal selama di paris." Jawab Charles sambil melirik ke arah Arumi.

"What ?? Are you serius, Honey ?". Seru Isabella terkejut.

Arumi merasa sedikit tidak enak sekarang. Entah bagaimana harus menjelaskannya kepada Aunty Bella dan Uncle Charles. Jujur saja, kedua orang tua Charlie memang sudah menganggap dirinya sebagai anak. Bahkan, dulu sewaktu mereka masih tinggal di Indonesia, Tuan Charles dan Nyonya Bella tak pernah ragu mengenalkan Arumi sebagai putri angkat mereka didepan kolega bisnis ataupun kerabat mereka.

"Arumi hanya tidak ingin menjadi beban untuk Uncle dan Aunty saja kok." Jawab Arumi menunduk.

"Beban ? Apa maksudnya itu ? Sejak kapan kau jadi beban kami Honey ? Bahkan kami bersyukur kau hadir di tengah-tengah kami. Karena kau, Charlie sekarang menjadi anak yang manis jauh dari kekerasan. Kami berhutang budi padamu, sayang." Tukas Aunty Bella lirih.

"Ayolah Arumi, tinggal disini saja ya,,, biar aku punya teman !!". Kini giliran Charlie yang memohon.

Setelah lama menimbang, akhirnya Arumi menyerah.

"Baiklah !!".

Sahabat sejati

Arumi sedang membaca buku di taman sambil sesekali memperhatikan mansion milik keluarga Aldric yang sampai sekarang masih membuatnya berdecak kagum. Mungkin tidak sebesar mansion orang kaya yang lain, namun desainnya benar-benar membuat Arumi jatuh cinta. Benar-benar tempat tinggal impian, pikirnya. Namun kekaguman itu tak bertahan lama saat seseorang tiba-tiba mengagetkan dia dari belakang.

"Charlie, kau ingin membunuhku ?". Tegur Arumi kesal.

"Tidak ada wanita muda yang akan mati jika hanya terkaget, sayang !". Balas Charlie sambil mencubit gemas pipi Arumi, lalu ikut duduk di bangku taman tepat di sebelah sahabatnya itu.

"Serangan jantung tidak memandang umur, Charlie." Arumi kembali membuka halaman bukunya.

"Memangnya kau punya riwayat serangan jantung ?".

"Mungkin sebentar lagi ada jika kau terus mengagetkanku seperti tadi."

Arumi masih fokus kepada buku yang dibacanya, membuat Charlie berdecak kesal. Lalu dia menarik buku itu lalu melemparnya ke sembarang arah.

"Charlie, apa-apaan kau ?". Sahut Arumi kaget bercampur kesal.

"Dengarkan aku dulu, nanti saja cari bukunya." Charlie segera mencegat lengan Arumi yang hendak berdiri untuk menemukan buku yang dilemparnya tadi.

"Ini penting tau !!." Sambungnya sambil memajukan bibirnya.

Arumi yang melihat itu akhirnya duduk kembali dan tertawa kecil. Charlie masih dia yang dulu, gadis pembuat onar yang kekanakan.

"Memangnya ada apa ?". Kini dia bertanya kepada Charlie dengan penasaran.

Dengan antusias, Charlie menegakkan punggungnya lalu menatap Arumi dengan mata berbinar.

"Begini, Daddy ada pertemuan penting di sebuah pulau selama 10 hari. Dan dia mengajak mommy, aku dan kau untuk ikut,,, bagaimana ?".

"Apa tidak mengganggu uncle bekerja, Charlie ?". Ucap Arumi ragu.

Charlie memutar bola matanya jengah.

"Kan sudah kubilang, daddy yang mengajak kita. Itu artinya dia tidak terganggu. Lagi pula, aku yakin kau pasti akan suka pulau itu."

"Memangnya pulau apa yang akan kita datangi ?".

"Pulau Moorea !."

Arumi berpura-pura berpikir keras untuk menggoda Charlie yang tampak tidak sabar menunggu jawaban darinya. Jari tangan Arumi tampak mengetuk-ngetuk permukaan meja dengan raut wajah yang membuat Charlie tidak sabaran.

"Cepat jawab !". Ucap Charlie kesal.

"Baiklah ! Aku ikut". Jawab Arumi.

Pulau Moorea, sebuah pulau yang terletak di polinesia, Prancis yang dikelilingi oleh pegunungan-pegunungan hijau yang cantik. Pulau Moorea juga memiliki pantai pasir putih dengan airnya yang biru sebening kristal yang menambah keindahan pulau itu.

Dan disinilah Arumi sekarang. Setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan, akhirnya perempuan cantik itu bisa merebahkan punggung letihnya di kasur empuk di salah satu resort yang di sewa oleh Tuan Charles.

"Perjalanan kemari benar-benar hampir mematahkan punggungku !". Gerutu Charlie yang berbaring disamping Arumi.

"Kau benar, Charlie ! Aku juga merasa begitu." Ucap Arumi membenarkan.

Mata Arumi perlahan terpejam dan kembali terbuka saat suara Charlie yang ternyata sudah tidak ada di sampingnya terdengar memanggil.

"Aru,,, Kemarilah ! Kau harus lihat pemandangan ini." Teriak Charlie dari balkon kamar lantai dua resort mereka.

Alis Arumi mengernyit sebelum membangunkan badannya malas untuk menghampiri Charlie yang sepertinya sangat antusias menyaksikan sesuatu dari atas balkon kamar mereka.

"Ada apa, Char ?". Tanya Arumi malas. Badannya kembali merosot lemah di sebuah sofa tunggal yang berada di balkon.

"Ishhhhh,,,, berdiri Aru ! Jangan malas begitu." Gerutu Charlie kesal.

"Cih, dasar tukang perintah !". Mau tidak mau akhirnya Arumi mengalah dan menuruti permintaan Charlie. Dengan bibir mencebik kesal, perempuan cantik itu menghampiri Charlie dan meletakkan lengan bawahnya di besi pembatas balkon.

"Apa ?". Tanyanya lagi.

Charlie memaksa wajah Arumi melihat ke bawah dengan mendorong wajah sahabatnya itu dengan tangannya hingga Arumi bisa melihat sekumpulan pemuda yang tampak sedang bermain bola dengan asyik di pinggir pantai yang berpasir putih. Alis Arumi berkerut setelah tahu apa yang membuat Charlie sampai seheboh tadi untuk memanggilnya. Ternyata hanya untuk melihat sekumpulan lelaki bermain bola ? Apa serunya itu?

"Hanya ini yang ingin kau tunjukkan ?". Kembali Arumi bertanya dengan nada malas.

"Memangnya kenapa ? Bukankah mereka sangat tampan ?".

"Kalau mereka tampan, apa hubungannya dengan kita ?".

Sabar Charlie ! Jangan sampai kau membuat sahabat baikmu sendiri berakhir di rumah sakit hanya karena ini. Kontrol emosimu !!

"Tidakkah kau berpikir untuk mencari pacar ? Mereka semua tampan ! Kenapa tidak kau pilih salah satu dari mereka untuk kau dekati ?".

Arumi tertawa kecil mendengar perkataan Charlie. Ayolah ! Apa Arumi terlihat sefrustasi itu sampai-sampai harus memacari lelaki secara random ? Sayangnya, Arumi bukanlah wanita yang mudah jatuh cinta. Jadi bagaimana mungkin Arumi bisa mendekati pria asing begitu saja ?

Selama 22 tahun Arumi hidup, Irgi adalah sati-satunya lelaki yang bisa merebut hati Arumi bahkan sejak pertama kali mereka bertemu sekitar dua setengah tahun yang lalu. Saat itu adalah kali pertama Beverly membawa Irgi untuk ia perkenalkan kepada orang tua mereka. Ketika pertama kali menjabat tangan Irgi, ada perasaan aneh yang Arumi akui sebagai cinta yang merengsek masuk ke relung hatinya.

Meski Arumi sadar bahwa cinta yang ia miliki hanyalah cinta sepihak, ia tidak pernah meminta balasan sama sekali. Baginya, melihat Irgi bahagia dan selalu tertawa bersama Beverly sudah lebih dari cukup untuk menghangatkan hatinya. Karena cinta Arumi tidak harus memiliki.

Hingga pada suatu hari, yaitu saat pernikahan Irgi dan Beverly, tiba-tiba saja kakak tirinya lari dari pernikahan dan mengaku bahwa tidak mencintai Irgi lagi. Dengan segala isak tangis dan bujuk rayunya, entah bagaimana Ayah dan ibu tiri Arumi malah membantu Beverly dan kekasihnya lari ke Amerika dan membuat sandiwara palsu dan membuat Arumi menjadi pengganti Beverly tanpa di ketahui orang lain selain mereka.

Awalnya Arumi enggan. Mana tega dia menipu orang yang dia cintai selama ini. Tetapi, karena dia lebih tidak tega lagi melihat Ayahnya yang memohon dengan tulus kepadanya, Arumi tidak punya pilihan lain selain menurut. Setidaknya, ia mencintai Irgi dan hanya perkara waktu untuk dia bisa membuat Irgi juga mencintainya walaupun Arumi yakin jalannya tidak akan mudah. Tidak apa di benci sekarang, asal bisa di cintai nantinya. Itulah tekad Arumi saat itu.

Dan pada waktunya, cinta yang di yakininya bisa berbunga akhirnya layu sebelum kuncupnya mekar. Dan Arumi hanya bisa menelan kekecewaan dan berbesar hati membuang diri jauh dari kehidupannya yang menyesakkan.

Di ceraikan suami. Di benci mertua. Di peralat ayah dan ibu tirinya sendiri. Dan di fitnah oleh kakak yang selama ini sudah dia lindungi nama baiknya. Apa masih ada hal yang jauh lebih sakit dari itu semua di dunia ini ? Lantas, bagaimana cara Arumi bisa membuka hati kembali jika pengkhiantan yang dia dapat terlalu menyakitkan ?

"Untuk saat ini aku masih tidak berniat untuk membuka hati lagi, Char. Lukaku masih belum sembuh dan mustahil bagiku menerima orang baru dengan keadaan semenyedihkan ini." Ucap Arumi lirih. Matanya memandang sayu kepada sekelompok pemuda yang masih betah bermain bola di bawah sana.

Charlie menghembuskan napas pelan. Tangannya bergerak menyapu lembut punggung Arumi dengan tatapan sedih.

"Maafkan aku ! Aku hanya tidak ingin melihatmu terus-terusan seperti ini, Aru ! Terus terang, aku juga terluka jika kau begini terus."

Mata sayu Arumi bergerak menatap wajah Charlie yang benar-benar sangat mengkhawatirkannya. Kedua tangannya membawa Charlie ke dalam pelukan lembutnya sambil menumpahkan kesedihan yang kembali membuncah karena teringat perlakuan sadis yang di berikan oleh orang-orang yang ia sayangi.

"Justru aku yang meminta maaf, Char. Tidak seharusnya aku mencarimu hanya di saat keadaanku seperti ini. Aku malah menjadi beban bagimu dan juga kedua orang tuamu."

Pelukan keduanya segera terlepas kasar akibat ulah Charlie yang merasa keberatan mendengar kalimat Arumi barusan. Dia langsung menepuk bibir Arumi marah.

"Apa-apaan bicaramu itu ? Apa aku pernah bilang kalau kau itu beban ? Apa daddy and mommy pernah bilang kalau kau merepotkan kami ? Kenapa nada bicaramu terdengar seperti kau tidak mengakui kami sebagai keluargamu ?". Ucap Charlie panjang lebar tidak terima.

Arumi tertawa dan kembali memeluk Charlie meski yang di peluk berusaha menyingkirkan tangan Arumi.

"Maafkan aku Charlie !! Maksudku bukan begitu."

"Tidak ! Menyingkirlah dariku, Aru !". Charlie masih berusaha melepas rangkulan sahabatnya itu yang seolah menempel seperti gurita pada tubuhnya.

"Tidak mau." Geleng Arumi cepat. Rangkulannya semakin ia pererat pada tubuh ideal Charlie.

"Dasar lintah ! Menyingkirlah !". Pekik Charlie sambil tertawa.

BRUK !!!

Sepersekian detik berikutnya, sebuah bola sepak mendarat telak di kepala Charlie ketika salah satu dari pemuda yang bermain di bawah sana tak sengaja menendangnya terlalu jauh.

"Awwww !". Pekik Charlie kesakitan.

"Maafkan aku, Nona ! Aku tidak sengaja." Teriak salah satu pemuda yang berlari mendekat dan berdiri tepat di bawah mereka. Kepalanya mendongak ke atas balkon, melihat dua perempuan cantik yang sejak tadi mencuri perhatiannya sambil berkacak pinggang.

Charlie yang awalnya ingin protes mendadak berubah tersenyum saat melihat wajah lelaki yang mengenainya bola. Matanya berbinar saat mengenali siapa lelaki yang kini sedang berdiri di bawah sana. Leon wyatt Wellingthon. Putra tunggal dari Duke Xander Wellingthon, salah satu bangsawan dan pejabat tinggi paling berkuasa di Prancis. Pria berusia 25 tahun itu adalah incaran hampir semua wanita di daratan Prancis karena ketampanannya yang tidak di ragukan lagi. Dan sekarang, pria itu sedang berdiri di bawah balkon seolah sedang menjemput Rapunzel yang terkurung di dalam menara.

Pikiran Charlie kembali tersadar ketika menyadari Arumi sudah melemparkan kembali bola yang mengenainya kembali ke sang pemilik.

"Ambil kembali bolamu dan jangan sampai terlempar kemari lagi atau akan ku kempeskan bola sialan itu." Teriak Arumi kesal.

Leon di bawah sana hanya tertawa setelah mendengar ucapan galak dari Arumi. Tangan kanannya memegang bola yang tadi berhasil di tangkapnya dengan sempurna.

"Jangan marah-marah Nona. Aku kan sudah meminta maaf." Ucap Leon masih dengan wajah tersenyumnya.

"Aku marah karena kau sudah mengenai kepala temanku." Desis Arumi.

Menyadari bahwa Arumi tidak akan mau berdamai dengan Leon, Charlie memilih membekap mulut Arumi.

"Maafkan mulut lancang temanku, Mr. Leon Wellingthon." Ucap Charlie seraya tersenyum.

"Kau mengenaliku ?". Tanya Leon heran.

"Tentu saja." Angguk Charlie cepat. " Tidak ada yang tidak mengenali putra duke Xander di negara ini."

"Tapi, sepertinya temanmu tidak mengenaliku." Lanjut Leon sambil melirik Arumi yang berusaha terbebas dari bekapan tangan Charlie.

"Itu karena dia bukan dari negara ini. Dia baru saja datang dari Indonesia. Wajar jika dia tidak mengenali anda."

Leon mengangguk paham dan melambaikan tangan ke arah Charlie dan Arumi.

"Baiklah, aku pergi dulu."

"Hati-hati."

Usaha Arumi untuk terbebas dari bekapan Charlie akhirnya berhasil. Perempuan itu kemudian melayangkan tatapan horor ke arah sahabatnya dengan marah.

"Apa-apaan kau ?". Protes Arumi tak terima.

"Kau yang apa-apaan ? Kenapa kau memarahi putra duke Xander, ha ?". Bentak Charlie.

"Duke Xander ? Siapa itu ?".

"Dia kepala pengadilan Administratif negara ini. Dan kau baru saja memarahi putranya, Leon wyatt wellingthon, gadis bodoh." Sungut Charlie marah.

Arumi hanya mengangkat bahunya acuh.

"Ya, mana ku tahu." Jawabnya ringan tanpa dosa.

Ia kemudian memilih untuk kembali ke kamar dan berbaring untuk menghilangkan lelah perjalanan yang masih terasa dan meninggalkan Charlie yang masih terlihat komat-kamit entah berkata apa di luar sana. Namun Arumi sangat yakin bahwa Charlie sekarang tengah mengumpat kasar karena ulahnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!