"Brum...!"
"Brum...!"
"Brum...!"
Suara knalpot motor racing dari peserta lomba balapan liar meraung-raung memekakkan telinga, memecah kebisuan jalanan ibu kota yang sepi. Waktu saat ini menunjukkan pukul 00.30 dini hari. Seorang gadis muda berpakaian sexy, mengangkat bendera kecil di tangannya pertanda pertandingan segera dimulai.
Beberapa kendaraan bermotor hasil modifikasi, meluncur di jalanan ibu kota yang sepi, saat dini hari. Para penonton bersorak sorai, mengagungkan nama motor jagoan mereka.
"Ayo, Sagita!" suara teriakkan menyemangati sebuah julukan bagi motor Satria Fu, keluaran bengkel motor bang Mamat.
"Hidup Bacan, Ayo lari!" teriak pendukung sepeda motor julukan untuk Ninja 2 Tak, keluaran bengkel bang Erkand. Dan banyak lagi seruan yang bergema memberi semangat jagoan-jagoan balap mereka.
"Ayo Rain, Hajar!" teriak David dengan semangat menggebu-gebu dari pinggir jalan raya tempat balap liar itu berlangsung.
"Yeay, jagoan gue menang!" seru David berjingkrak-jingkrak kegirangan, saat motor Ninja 2 Tak keluaran bengkel bang Erkand berhasil meraih finish ditempat pertama.
Para pendukung motor Ninja itu mengerubungi Rain sang pembalap. Mereka memberi selamat atas kemenangan Rain. Mereka mengarak-arak Rain di sepanjang lintasan balapan, seolah arena itu adalah arena MotoGP, tak kalah heboh dari arena balap motor Mandalika.
Para penonton yang bertaruh untuk kemenangan Rain ikut bersorak gembira.
"Kita menang lagi Bro, keren! Selamat ya!" David menepuk-nepuk pundak sahabatnya itu berkali-kali. Rain menyerahkan segepok uang Limapuluh ribuan ke tangan David yang telah menjadi asisten dadakan nya, sejak pertama kali Rain mengikuti lomba balap motor tersebut.
"Wow, kalau begini terus, bisa kaya kita, bro! bisa traktir anak-anak di markas," seru David girang.
"Terserah Lo!" sahut Rain, sambil membaringkan tubuhnya diaspal yang dingin, dan menjadikan kedua tangannya sebagai bantalan. Tapi, kemudian dia segera bangkit kembali .
"Vid, ambilin gue minum dong, haus nih!" perintah Rain sambil memegang tenggorokannya yang terasa kering.
"Tunggu sebentar," David segera berlalu dari Rain dan mengambil 2 botol minuman dari dalam jok motornya.
Buru-buru, David menyerahkan minuman itu ke tangan Rain. Cowok itu meminumnya sampai tandas.
"Lagi Vid," David pun menyerahkan lagi botol minuman ke tangan Rain.
"Bang Erkand, masih ada lawan nggak buat gue!" teriak Rain, sambil menyiramkan sisa air mineral itu ke wajahnya.
Bang Erkand adalah pemilik sebuah bengkel motor tempat langganan teman- teman Rain dari geng motor darknight sekaligus Joki balapan liar di jalanan kawasan TB Simatupang.
"Sekarang belum Rain, nanti kalau ada, gue kabarin Lo berdua!" sahut Bang Erkand.
"Oke bang!" Rain menyatukan jari telunjuk dan ibu jarinya dan mengangkatnya ke atas.
"Rain, semestinya Lo itu, ikutan kompetisi balap motor profesional. Biar dapat lawan yang seimbang, siapa tahu Lo bisa ikut MotoGP, bisa ngalahin Valentino Rossi. Lo bakal terkenal seantero dunia, gue jadi bangga punya teman terkenal," celetuk David
"Valentino Rossi udah pensiun kali, Vid!" ujar Rain sambil menyalakan sebatang rokok filternya.
"Terus siapa dong? gue taunya cuman Valentino Rossi, itupun keseringan nonton iklan motor yang jargonnya Janda Semakin Didepan," seloroh David
membuat anak-anak geng motor disekitarnya tertawa ngakak.
"Gue nggak pernah mimpi jadi pembalap profesional bro! yang ada gue bakal digantung sama bokap gue, kalau saja bokap gue tau, gue ikut balapan liar kayak gini," ucap Rain sedih.
"Ya ela, bokap lo nggak gaul banget sih, Rain," ujar David.
"Bokap gue pengennya, gue ngurusin bisnis kayak dia, malas gue!" Rain menghembuskan asap rokok ke udara.
"Pulang yuk Rain! dari pada Lo tidur di aspal, mending tidur di rumah empuk, molor deh sampe besok sore," celoteh David.
"Benar juga Lo Vid_ Bang Erkand, kita pulang duluan ya! " pamit Rain.
"Ya, hati-hati Rain!" seru Bang Erkand.
"Vid, Lo mau pulang apa tidur di markas?" tanya Rain saat keduanya sudah melaju di jalanan ibu kota yang sepi.
"Gue mau pulang saja Rain, nanti nyokap gue ngomel kalau gue nggak pulang,"
Setelah mengantar David kerumahnya, Rain pun memacu motornya dengan kecepatan tinggi kembali pulang kerumahnya.
...----------------...
"Darimana kamu?" suara bariton Reynald Abiyasa menghentikan langkah Rain yang hendak naik keatas tangga menuju kamarnya.
"Dari rumah teman Pa," jawab Rain santai.
"Bertamu ke rumah orang sampai pagi begini, kamu jangan yang aneh-aneh, Rain!" murka Reynald.
"Yah, Papa! Ini kan malam Minggu, biasalah anak muda pada ngumpul, kayak nggak pernah muda aja," jawab Rain remeh.
"Papa heran sama kamu Rain, mau kamu apa sih? Disekolah bikin onar, di rumah keluyuran, kamu pikir papa nggak capek apa, ngurusin tingkah kamu yang nggak jelas itu!" seru Reynald emosi.
"Ya udah, Papa nggak usah ngurusin Rain, urus saja selingkuhan papa yang jalang itu!" sarkas Rain.
"Plak...!" sebuah tamparan mendarat di pipi Rain. Rain meringis mengusap pipinya yang terasa panas.
"Aku membencimu, Papa!" teriak Rain sambil berlalu meninggalkan sang ayah yang terpaku ditempatnya. Memandangi tangannya yang baru saja dia gunakan untuk menampar putra semata wayangnya.
Rain masuk kedalam kamarnya dan membanting pintu dengan kasar, serta menguncinya dari dalam. Cowok itu menghempaskan tubuhnya diatas ranjang tanpa membuka sneakers berwarna putih yang dia kenakan.
...----------------...
Seharian Rain tidak keluar dari kamar, membuat Bi Arma cemas dengan keadaan tuan mudanya. Wanita paruh baya itu segera ke lantai atas untuk membangunkan anak majikannya itu.
"Den...!Den Rain...!" teriakan bi Arma tidak membuat Rain bergeming dari tidurnya.
"Den bangun! ini sudah siang! Aden belum sarapan dari tadi kan?" teriak Bu Arma.
"Ya Bi, taruh saja di bawah, nanti aku turun!" teriak Rain dari dalam kamar. dengan suara yang parau.
"Baik den, tapi janji ya!" seru Bi Arma.
"Ya....!" sahut Rain.
Bu Arma segera kembali ke dapur dan meletakkan nampan berisi makan siang Rain diatas meja.
Bi Arma, sangat menyayangi Tuan mudanya itu, Karena bibi Arma lah yang merawat Rain dari kecil. Disaat kedua orang tua Rain sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing.
Rain bangkit dari tidurnya dengan malas, dengan langkah gontai, Rain berjalan menuju kamar mandi dan membersihkan diri di sana. Lama cowok itu berdiri dibawah pancuran, seolah ingin mendinginkan kepalanya yang dipenuhi amarah dan kebencian terhadap papanya, Reynald.
Rain mengusap wajahnya dengan kasar. Beberapa menit kemudian Rain keluar dari kamar mandi. Dengan hanya mengenakan celana jeans dan bertelanjang dada, cowok itu duduk bersandar dilantai balkon. Sembari menatap birunya langit ibu kota siang itu. Tak lupa sebatang rokok ditangannya.
Setelah menghabiskan rokoknya, Rain keluar dari kamar dan langsung menuju meja makan.
"Makanannya ada diatas meja, Den!" sahut bi Arma saat melihat Rain mengambil minuman dingin dari dalam kulkas.
"Ya Bi, _ Papa mana Bi?" Rain duduk dimeja makan sambil menikmati sepiring nasi dengan lauk ayam bakar kesukaannya.
"Tuan Reynald, tadi pagi keluar den!" jawab Bi Arma sambil merapikan dapurnya
"Papa bilang nggak, mau kemana?" tanya Rain lagi.
"Nggak den, tuan nggak ngomong apa-apa!"
"Ya sudah!" Rain kembali meneruskan makannya, tanpa bicara lagi.
Rain membenci ayahnya. Semenjak Ibunya, Farah menuduh Reynald selingkuh dengan perempuan yang pernah menjadi masa lalunya. Hingga Ibunya Farah Abiyasa menggugat cerai sang ayah. Dan meninggalkan rumah dengan perasaan kecewa dan marah.
Sementara Rain tinggal bersama ayahnya, di rumah besar itu dengan segala aturan yang membuat Rain berontak dan ingin lari.
Sebenarnya hubungan ayah dan ibunya, sudah retak sejak lama, namun entah mengapa, Ayahnya masih bertahan dan enggan menceraikan ibunya Rain. Mama Farah pergi keluar negeri bersama seorang pria bule, yang pernah menjadi kliennya. Meninggalkan Rain dan ayahnya.
Rain tidak tahu pasti apa yang terjadi, yang dia dengar hanya, tentang perselingkuhan yang dituduhkan ibunya pada Reynald. Namun Reynald membantah tuduhan itu.
Pada akhirnya, Reynald mengabulkan gugatan cerai Farah. Dan meminta hak asuh Rain ditangannya.
Bersambung
Nicholas Rain Abiyasa, adalah seorang cowok berusia 17 tahun, memilik postur tubuh tinggi dan tegap, idaman para cewek-cewek di sekolahnya.
Wajahnya yang tampan dan kulit yang eksotis menambah daya tarik cowok yang biasa dipanggil Rain itu.
Rain adalah siswa kelas XI IPS 5, Sekolah Menengah Atas Nusa Bakti. Ayahnya adalah seorang pengusaha ternama di ibu kota, bernama Reynald Abiyasa dan ibunya seorang pengacara hebat yang menjadi langganan para pejabat dan selebritis terkenal tanah air, yang bernama Farah Abiyasa.
Terlahir dari keluarga broken home membuat Rain mencari kebahagiaannya sendiri diluar rumah. Dia terjerumus dalam lingkaran pergaulan dengan anak-anak geng motor di jalanan ibu kota.
Berawal dari perkenalannya dengan David Herlambang diarena balapan liar, membuat Rain merasa nyaman dengan kehidupan barunya di jalanan. Bebas dari segala macam aturan yang dibuat sang ayah di rumah.
"Lo mau balapan, bro!" tanya seseorang saat Rain duduk diatas motor dipinggir jalanan ibu kota, menyaksikan perlombaan balap motor yang sedang berlangsung di sana.
"Hah, nggak,gue cuma liatin doang!" jawab Rain kaget karena kehadiran seorang anak ok seumurannya datang dengan tiba-tiba.
"Ikut aja, biar tambah rame!" ajaknya.
"Emangnya boleh, ya?" tanya Rain sedikit ragu.
"Boleh! asal Lo punya motor, ngomong-ngomong motor Lo boleh juga!" puji anak itu sambil memegang motor ninja merah kesayangan Rain. Rain tersenyum tipis.
"Taruhannya, berapa?" tanya Rain penuh minat.
"Terserah, kalau taruhannya gede, menangnya juga banyak, Oh ya, kenalin gue David!" David mengulurkan tangannya dan menyalami Rain.
"Gue Rain, kebetulan tadi gue lewat, disini rame, jadi gue mampir," Rain menyambut uluran tangan David dengan hangat.
"Gue, saban hari nongkrongnya disini, gue anak geng motor darknight, kalau Lo pingin masuk, nanti gue kenalin Lo sama bang Erkand," kata David.
"Lo anak geng motor?" tanya Rain sedikit ragu.
"Iya, kenapa emangnya?" sahut David.
"Nggak, serem aja dengernya," ucap Rain mengangkat bahunya.
"Jangan salah, geng motor kita mah asyik, nggak suka bikin onar," ucap David bangga sambil menepuk dada
"Sering tawuran nggak, sih?" tanya Rain lagi.
"Kalau tawuran mah, itu pasti, demi harga diri,tapi asal jangan Geng kita saja yang memulai, prinsipnya Lo jual, gue beli!" tutur David panjang dikali lebar.
Bukan tanpa Alasan, Rain menanyakan tentang geng motor, dia pernah mendengar sepak terjang geng motor yang meresahkan masyarakat ibu kota, ada yang mencuri, merampok serta memalak warga yang tidak bersalah.
"Oke, gue ikut!" ujar Rain yakin.
"Nah, gitu dong, baru keren!" David mengacungkan ibu jarinya.
David mengajak Rain berkenalan dengan Bang Erkand, sekaligus Joki lomba balap liar, di kawasan Simatupang.
"Bang, ada temen gue nih, pengen jadi anggota geng motor kita!" David menghampiri Bang Erkand yang sedang mengatur peserta yang akan ikut balapan motor .
Bang Erkand menoleh sejenak, kemudian kembali fokus dengan kerjaannya, lalu bertanya "Bisa apa lo!"
"Saya bisa balap Bang," jawab Rain dengan wajah serius.
"Cuma itu?" Bang Erkand tampak meremehkan.
Rain berfikir sejenak, kemudian berkata, "Kalau maksud Abang, bertarung, gue juga bisa."
"Oke, kita buktikan nanti!...lo beneran mau ikut balapan?" tanya Bang Erkand.
"Iya Bang!" jawab Rain dengan semangat.
"Kalau begitu bersiaplah! ... lo ikut diputaran kedua," ucap Bang Erkand.
"Oke bang, makasih!" jawab Rain senang.
Rain bersiap untuk memulai lomba balap, dia mengeluarkan jaket kulit dari dalam jok motornya dan memakai sarung tangan dan pengaman. Tak lupa helm pelindung kepala full face yang harganya tidak main-main.
"Wah, kayak ngeliatin peserta MotoGP gue, keren!" puji bang Erland.
"Biasa aja kali, Bang!" balas Rain merendah.
Lomba pun dimulai, awalnya Rain belum memperlihatkan performa terbaiknya, dia masih berusaha menyesuaikan diri dengan lintasan yang dilaluinya. Namun diputaran akhir, Rain mampu melewati lawan-lawannya dan menjadi orang pertama yang menyentuh garis Finish.
Para penonton yang menyaksikan balapan itu dari luar arena balap, bersorak-sorai dengan gembira. mengelu-elukan kan jagoan mereka.
"Yeay, hebat Lo Rain,nggak salah gue ngajakin Lo balapan!" David melompat-lompat dengan gembira.
"Gue baru belajar Vid," ujar Rain merendah
"Ya, Lo baru belajar menjadi pembalap pro,kan? bukan pembalap jalanan kayak gini," ujar David sambil tertawa lepas.
"Doain aja, biar gue bisa ngajakin Lo ke Mandalika!" jawab Rain tertawa.
"Selamat ya Rain, Lo bakal gue terima menjadi anggota geng motor gue!" Ucap bang Erkand bangga.
"Makasih Bang," Rain tersenyum simpul.
Setelah memenangkan lomba, Erkand mengadakan pesta kecil-kecilan dengan teman-temannya di bengkel yang sekalian dijadikan markas besar Geng motor Darknight.
Sejak saat itu, Rain sering menghabiskan waktunya di bengkel Bang Erkand, selain belajar tentang cara memperbaiki motor, Erkand juga menjadi tempat mencurahkan isi hatinya. Dan Bang Erkand pun, berperan sebagai guru dan juga motivator bagi Rain dan anak-anak anggota geng motor lainnya. Karena ada umumnya, anggota geng motor itu adalah anak-anak yang bermasalah dengan keluarga dan lingkungannya.
****************
Tidak ada yang bisa dibanggakan dari seorang Nicholas Rain Abiyasa, selain kepiawaiannya mengendarai motor kesayangannya diarena balap liar. Soal prestasi Akademik, jangan ditanya, Rain tidak punya prestasi apa pun.
Disekolah, Rain hanyalah seorang troublemaker. Kehadirannya disekolah adalah bencana bagi siswa yang lain. Tidak punya etika, kasar dan temperamen.
Jangankan untuk menyapa, melihat dari kejauhan saja, orang-orang akan segera menghindarinya, agar mereka tidak terlibat masalah dengan si Putra Mahkota keluarga Abiyasa, pemilik Sekolah Menengah Atas Nusa Bakti.
Sejak menjadi anggota geng motor, Rain lebih sering nongkrong di bengkelnya bang Erkand. Bengkel bang Erkand, juga dijadikan markas anak-anak geng motor Darknight, yang berjumlah puluhan orang.
"Lo, masih sekolah kan Rain?" tanya Bang Erkand, saat Rain berada di bengkel itu, untuk belajar modifikasi motor dengan bang Erland.
"Masih, bang...!" jawab Rain dengan mulut berisi sebatang rokok filter.
"Lo sekolah dimana Rain?" tanya David penasaran.
"Di SMA Nusa Bakti," jawab Rain datar
"Gue juga sekolah disitu, tapi kok gue jarang ngeliat Lo!" timpal David.
"Gue jarang masuk, paling dalam satu Minggu cuman satu kali itupun pelajaran olah raga," jawab Rain santai.
"Lo nggak di D.O apa dari sekolah?" tanya Bang Erkand, mengerutkan keningnya.
"Nggak lah, yang punya sekolah kan, bokap gue!" sahut Rain keceplosan.
"Bisa aja Lo Rain!" sela David tertawa. Untunglah David menganggap jawaban Rain hanya candaan. Rain tidak ingin anak-anak geng itu tahu kalau dia anak seorang pengusaha ternama di ibukota. Sekaligus pemilik sekolah elite SMA Nusa Bakti.
Soal penampilan, Rain jauh dari kata rapi, seragam yang dibiarkan berantakan, tanpa memakai atribut sekolah, dengan dua kancing atas dibiarkan terbuka. Rambut yang dibiarkan gondrong hingga menutupi sebagian wajahnya dan sebuah anting magnet yang melekat di telinganya.
Namun, Rain tetap dipuja oleh cewek-cewek disekolah karena ketampanannya.
Tidak seorang guru pun yang berani menegur seorang Nicholas Rain Abiyasa, jika sudah membuat onar. Mereka hanya tutup mata dan telinga, karena tidak ingin mendapat masalah dengan pekerjaan mereka. Karena disekolah itu, para guru mendapatkan tunjangan dan fasilitas terbaik dari pemilik sekolah itu.
Setiap kesalahan yang dilakukan Rain tidak akan diproses didalam sidang para guru, yang ada justru korbanlah yang akan mundur dengan sendirinya dari sekolah, tentu saja dengan uang tutup mulut, yang mampu menghidupi keluarga mereka selama beberapa bulan kedepannya.
Visual Nicholas Rain Abiyasa.
Suasana kelas XI IPS 5 yang rusuh, mendadak tenang, saat Bu Suci, guru bidang studi matematika, masuk ke dalam kelas bersama seorang cewek cantik berambut sebahu. Kulit wajahnya putih, hidungnya mancung, berambut sedikit pirang, khas cewek blasteran Indonesia- Amerika. Namun, gayanya sedikit tomboy.
"Selamat pagi, anak-anak!" Bu Suci mulai membuka kelas dengan memperkenalkan siswa baru di sampingnya.
"Pagi Buk!" jawab seisi kelas dengan semangat.
"Hari ini, kita kedatangan seorang teman baru, namanya Dealova Wilson, silahkan perkenalkan dirimu, Ava!" lanjut Bi Suci.
"Terimakasih, Bu Suci! Selamat pagi teman-teman, perkenalkan nama saya Dealova Wilson, kalian bisa.memanggil saya Ava, Saya pindahan dari LA, Amerika Serikat," Ava memperkenalkan dirinya dengan santai.
"America? wow, what's up, bro!" Beno menirukan gaya rapper kenamaan Indonesia, Iwa K.
"Mirip Kathy Perry," celetuk Jaka asal.
"Semoga teman-teman semua, bisa menerima kehadiran saya disini, terimakasih!" ujar Ava mengakhiri perkenalan dirinya.
"LOVE! kok ngomongnya nggak kayak, artis blasteran, siapa namanya, Cinta Laura," seru Ardan dari pojok kiri kelas.
"Nggak! saya sehari-hari di rumah bahasanya, bahasa Indonesia, hanya disekolah saja saya pake bahasa Inggris, jadi lidah saya masih lidah Indonesia," kata Ava tersenyum.
"Ya sudah, kenalannya dilanjutkan nanti saja, Ava silahkan duduk dibelakangnya Bagas!" Bu Suci menunjuk sebuah bangku kosong yang ada di pojokan sebelah kanan kelas.
Ava berjalan menuju bangku yang dimaksud Bu Suci dan duduk di sana.
"Buk, Ava jangan duduk disitu deh, tempat lain aja ," larang Beno.
"Kenapa emangnya, Ben?" Bu Suci mengernyitkan dahinya.
"Itu kan bangkunya Rain buk, nanti kalau dia lihat ada yang duduk disitu, yayang Ava, bisa kena masalah!" sahut Jaka.
"Sekarang orangnya kan lagi tidak ada, nggak pa pa kan? Baiklah kita absen dulu," Bu suci mulai mengabsen siswa kelas XI IPS 5, satu persatu.
"Nicholas Rain..." panggil Bu Suci.
"Hadir Bu,..." jawab seorang cowok dengan seragam yang dibiarkan keluar, masuk ke dalam kelas dengan santai.
"Kenapa terlambat, Rain?" pertanyaan klasik yang selalu terdengar di dalam ruangan kelas XI IPS 5. Dan jawabannya selalu sama.
"Kesiangan buk," Rain berjalan santai menuju kursi kebesarannya. Dahinya berkerut, saat melihat seorang cewek berambut sebahu duduk dibangku, yang sudah dia klaim sebagai miliknya, secara permanen.
"Heh, siapa yang nyuruh Lo duduk disitu?" Rain menendang bangku yang diduduki Ava dengan kasar. Seisi kelas menatap ke arah yang sama, mereka mengkhawatirkan keadaan Ava, siswa baru kelas mereka.
Ava berdiri dengan tegak, dia tipe cewek yang tidak suka dikasari, matanya menatap tajam kearah Rain.
"Bu Suci yang nyuruh, memangnya ini bangku nenek moyang lo!" gertak Ava.
"Kalau ya, kenapa? Lo nggak suka?" balas Rain kesal karena ditantang oleh seorang cewek.
"Ava ...!Rain...! sudah...sudah.... Ava kamu pindah ke depan ya nak!" Bu Suci merasa tidak enak, seharusnya dia mendengar saran dari Beno sejak awal.
"Baik, Bu...!" Ava mengambil tasnya, dan hendak melangkahkan kakinya ke bangku depan. Belum sempat Ava melangkah, tiba-tiba kakinya dijegal oleh cowok bengal itu, hingga wajah Ava jatuh mencium lantai. Ava merasa malu, wajahnya merah padam. Dia berdiri dengan cepat, kemudian duduk di bangku depan Rayna dengan wajah penuh dendam.
Rain duduk di bangkunya dengan santai, bangku pojok sebelah kanan kelas itu adalah tempat paling nyaman bagi Rain, untuk tidur jika dia malas mengikuti pelajaran, karena tidak akan terlihat oleh guru dari depan. Karena terhalang Bagas yang berbadan gemuk.
Saat jam istirahat, anak -anak cewek berkumpul mengerubungi Ava, ada yang merasa cuek, ada juga yang merasa kasihan.
"Lo nggak pa pa, kan Va? kenalin gue, Rayna," tanya Rayna khawatir dengan keadaan Ava
"Nggak pa pa, Rayna ..." jawab Ava menutupi rasa kesalnya.
"Lain kali nggak usah, berurusan sama dia, dia itu kasar!" ujar Laura.
"Iya,...Va, kemaren aja, anak IPS 1, jadi bulan-bulanan Rain, karena nggak sengaja kena lemparan bola, saat olahraga," adu Vina.
"Gue juga ngeliatin, lagi nantangin pak Anwar, saat ditegur karena terlambat!" seru Maya.
Dan banyak lagi, kelakuan Rain yang membuat Ava merasa marah. Dia ingin memberi pelajaran pada cowok arogan itu.
"Gue bakal balas dia, lihat saja nanti," gumam Ava mengepalkan kedua tangannya.
Hari Sabtu adalah hari yang menyenangkan bagi siswa Kelas XI IPS 5. Pasalnya, hari itu hanya ada dua mata pelajaran ringan yaitu nya PJOK dan Seni Budaya. Setelah berganti pakaian dengan seragam oleh raga, anak-anak kelas itu, sudah berbaris di lapangan sambil menunggu, guru Olah Raga tersebut
"Oke, selamat pagi anak-anak, ...hari kini tema kita adalah tentang cara mendribble dan melemparkan bola basket ke dalam ring, paham!" kata Pak Agam, selaku guru oleh raga.
"Paham Pak!" jawab anak-anak serentak.
"Sekarang berbaris lah dua berbanjar, silahkan anak laki-laki terlebih dahulu,diikuti siswa perempuan, lari keliling lapangan sebanyak 5 kali putaran," perintah pak Adam
Setelah melakukan pemanasan, anak laki-laki mulai mendribble bola dan melakukan shooting ke dalam ring dengan tembakan 3 angka.
Selesai anak laki -laki bermain, giliran Ava dan teman-temannya, melakukan seperti yang dicontohkan Pak Agam.
Bagi Ava, bermain basket adalah hobby nya, dengan mudah dia menembakkan bola basket kedalam ring dari luar lingkaran ring basket, dan mencetak point 3 angka.
"Yeay,hidup Ava!" teriak Beno diiringi oleh tatapan membunuh Rain.
"Lagi, Va!" teriak Jaka bersorak kegirangan.
"Oke , kalian lanjutkan dulu bermainnya, saya izin keluar sebentar!" ucap pak Agam, meninggalkan anak kelas XI IPS 5.
Terlintas sebuah ide di kepala Ava, untuk membalas perbuatan Rain. Dia melemparkan bola basket itu arah anak-anak laki-laki yang sedang duduk disamping tiang ring dan bola itu persis mengenai kepala Rain.
"Upps....sorry, gue sengaja!" ucap Ava sambil menutup mulut dengan sebelah tangannya.
Rain bangkit dari duduknya, dan berdiri mendekati Ava yang siap dengan kuda-kudanya yang kokoh.
"MAU CARI MATI LO! LO SENGAJA KAN?" Rain menarik kerah baju Ava dan mendorong Ava dengan kuat.
"KALAU YA KENAPA? AYO PUKUL GUE!" tantang Ava.
"LO PIKIR, LO ITU SIAPA? BERANI NANTANGIN GUE !" Rain tampak makin emosi.
"LO PIKIR, GUE TAKUT!" Ava makin memancing emosi Rain, sehingga cowok itu makin marah dan melayangkan tinjunya ke wajah Ava.
Ava mengelak dengan cepat, kemudian menarik tangan Rain dan melintir nya kebelakang. Dan memberikan sebuah tendangan keras di pinggang Rain. Cowok itu jatuh tersungkur.
Anak-anak kelas XI IPS 5 bersorak memberi semangat pada Ava, sungguh sebuah pemandangan yang langka, disekolah itu.
"Hajar Va!" teriak Maya.
"Hah, ternyata cewek ini kuat juga !" batin Rain, sambil berdiri memegang pinggangnya yang sakit.
Ava kembali bersiap menghadapi serangan Rain, perkelahian berlangsung imbang, karena keduanya sama-sama kuat. Keramaian di lapangan basket, menimbulkan keinginan tahuan siswa dan mengundang mereka untuk ikut menyaksikan perkelahian antara Ava dan Rain.
Mereka yang membenci Rain, memberi semangat untuk Ava. Bahkan ada pula yang merekam perkelahian itu dan menyiarkan secara langsung di live Ig mereka .
Rain merasa kewalahan menghadapi Ava, yang ternyata memiliki ilmu bela diri yang baik. Terbesit ide gila di otaknya untuk menghentikan serangan Ava.
Disaat cewek itu lengah, dengan cepat Rain mengunci kedua tangan Ava dibelakang punggungnya dan mendaratkan sebuah ciuman dibibir cewek tomboy itu. Ava kaget dan berontak, kemudian menampar wajah Rain dengan keras
"Brengsek Lo!" maki Ava dengan wajah yang memerah.
" RAIN ...! AVA....! BERHENTI....! KALIAN BERDUA MASUK KE KANTOR....!" Seru Bu Suci datang tergesa -gesa kelapangan basket, setelah mendapat laporan perkelahian kedua siswanya itu.
"Yah, Buk, lagi seru nih!" anak-anak siswa SMA Nusa Bakti tampak kecewa, karena Bu suci menghentikan pertunjukkan yang jarang terjadi itu.
"Udah kalian semua bubar, masuk ke kelas!" teriak Bu Suci sambil geleng-geleng kepala.
Ava menatap Rain dengan penuh kebencian, begitu pun Rain, dia menatap Ava dengan sinis. Keduanya digiring Bu Suci menuju kantor Kepala Sekolah.
"Nah, kalian duduk dulu disitu, sampai kedua orang tua kalian datang!" bentak Bu Suci dengan kesal.
"Ayolah Bu, orang tua saya tidak akan datang!" kata Rain yakin.
"Kita tunggu saja Rain, ....kamu itu sudah keterlaluan!" Bu suci kemudian menghubungi nomor kontak Maminya Ava dan Papanya Rain dan meminta mereka untuk segera datang kesekolah.
Rain yakin, papanya tidak akan datang untuk urusan seperti itu, biasanya Tuan Reynald hanya akan meminta Kepala Sekolah untuk menyelesaikan sendiri jika ada masalah yang dibuat Rain disekolah. Dan Rain akan terbebas dari hukuman, karena notabene dia adalah anak pemilik sekolah SMA Nusa Bakti tersebut.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!