Satu hal yang ku tahu, bahwa semua terkadang bisa mengalami hal yang tidak pernah di duga sebelumnya. Ada pun maksud hati dengan mencoba berpikir secara rasional, ternyata juga tidak begitu membantu jika suratan takdir surat menulis alur ceritanya sendiri.
“ DIMANA GADIS ITU? DASAR BODOH! KALIAN KEHILANGAN JEJAKNYA?!”. Ucap pimpinan buronan polisi bernama Baron dengan penuh amarah.
“ Kami rasa dia masih bersembunyi di sekitar sini Boss..” Balas salah satu anak buah Baron dengan membawa senjata api dalam salah satu tangannya.
“ Aku tidak perduli hidup atau mati! TEMUKAN DAN BAWA GADIS ITU PADAKU!”
“ BAIK BOSS”
Seketika perjalanan hidup seorang gadis pun berubah bagai bara api yang semakin menyulut angin untuk menyebarkan kobarannya.. Merekam kejadian pembunuhan yang dilatarbelakangi oleh adanya organisasi hitam yang berbahaya, entah bagaimana gadis itu pun terjerumus dalam lingkaran berbahaya yang mengancam nyawanya.
“ Ayolah Freya... Beranikan dirimu dan segera pergi dari sini!”. Ucap Freya salah satu mahasiswi tingkat akhir Jurusan Hukum yang sedang melaksanakan program KKN. Merekam kejadian pembunuhan dan rencana komplotan organisasi hitam dengan bersembunyi dari balik tumpukan kayu.
Derap langkah kaki yang melewatinya semakin membuat Freya tersudutkan karena tumpukan kayu yang juga tidak terlalu tinggi untuk menutupi seluruh tubuhnya. Tersadar akan tempat persembunyiannya yang tidak aman, Freya pun mencoba untuk segera berlari disaat keadaan terlihat aman.
(TRAAKKK TRAAAKK BRAAKKK)
Suara retakan tumpukan kayu yang secara tidak sengaja Freya jatuhkan saat mencoba melompat
“ ITU DIA!!” Ucap salah satu anak buah Baron yang berdiri sedikit lebih jauh dari Freya.
Berlari sekuat tenaga, kaki ini seperti melintir pada kanan dan kiri terlihat tidak sinkron pada arah jalan yang meliuk liuk. “ Aku tidak boleh mati! Ingat Freya, kau masih perawan, belum menikah, dan belum melahirkan anak.” Ucap Freya sembari terus berlari sekuat tenaga menghindari para buronan polisi yang mengejarnya.
( DOORRR DOORRR DOORRR)
Suara tembakan yang dilepaskan oleh Buronan polisi kepada Freya yang berlari
Kenapa mereka masih mengejarku? Kenapa pula aku masih memegang Camera ini?! Aakkhh sial, beginilah nasibmu jika kau bercita cita ingin bekerja di Kantor Kejaksaan! Memberanikan diri untuk menyimpan alat bukti yang akan aku serahkan pada pihak berwajib ternyata tidak semudah yang aku pikirkan.
“ Tunggu, jalur mana yang harus kuambil?” Ucap Freya ketika melihat 2 jalur terpisah yang berada dihadapannya saat berlari.
Memejamkan mata dengan biarkan hati yang memilih, ternyata belokan kanan mengarah pada jalur tebing yang berada di belakang pantai. “ Bagus sekali Freya, ada yang lebih baik dari ini?!” Ucap Freya yang merasa kesal pada dirinya sendiri karena salah mengambil belokan dengan terus berlari.
Tanpa disadari belokan itu mengarah pada ujung terbing, dimana Freya terpaksa melompat dengan bergelantungan pada akar pohon yang berada di balik ujung tebing dan bersembunyi dari para Buronan polisi.
“ Kemana dia? Apa gadis itu melompat ke bawah?”
“ Kau bodoh! Kau tidak lihat kebawah? Kau bisa mati jika sampai terjatuh! Kita pergi ke arah sana.. Aku yakin gadis itu lebih memilih memutar jalan.” Para Buronan polisi itu pun langsung berlari menuju belokan pertama kearah yang berlawanan.
( ZRRRTTT TRAAKKK TRAAKKK)
Suara retakan akar pohon yang terlepas dari tanah tebing karena dijadikan tumpuan Freya untuk bergelantung dibawahnya
“ Ayolah... Kumohon.. Bekerja samalah denganku! Aku... (TRAAAKKKK)- - -KYAAAA...”
Akar pohon itu pun terlepas hingga membuat Freya terayun menyamping kearah bawah tebing dimana terdapat sebuah gudang kayu
(BRRUUAAKKKK)
Suara keras saat Freya menabrak dan menghancurkan gudang kayu
Mendengar suara keras dari gudang penyimpanan, seorang pria langsung berlari menghampiri dimana arah suara itu berasal, merasa bahwa pria itu adalah pemilik gudang kayu yang dihancurkan Freya, pria itu terdiam melihat seorang wanita terbaring di hadapannya.
Apa aku masih hidup? Aakkhh, tubuhku terasa sakit sekali.. Ada dimana aku? Kenapa aku sulit sekali menggerakkan tangan dan kakiku. Tunggu, Camera! Kemana Camera milikku?. Perasaanku saja atau bumi berputar tidak seperti biasanya? Siapa yang berjalan kearahku? Sepatu Sneakers limited edition. Pasti sa.. ngat.. ma.. hal.......
* * * * *
Beberapa Hari kemudian
Gemericik suara air laut terdengar jelas olehku. Sinar matahari pun terasa hangat menyentuh kulit. Tersadar dengan membuka kedua mata, ternyata aku berada dalam sebuah Cottage dipinggir pantai yang terlihat sangat mewah dan indah, seperti aku sedang pergi berlibur dan menginap disalah satu Villa dekat pantai.
“ Kau sudah bangun?”
( BRRAAKKKK. AAKKHHH.. )
Freya yang terkejut mendengar suara pria yang berada di sampingnya, dengan terjatuh kesamping tempat tidur hingga tertidur tak berdaya diatas lantai
“ Tenanglah, kau tidak apa apa?”. Ucap Ardiaz, Seorang Dokter Magister Hukum dan Ilmu Forensik. Yang berprofesi sebagai Dosen pengganti serta Penyidik dalam Kepolisian. Pemilik dari Cottage dan Gudang kayu.
Halusinasi apa ini? Kenapa aku melihat Pak Ardiaz dihadapanku? Bagaimana jika terlihat oleh teman teman? Berbahaya jika mereka melihat kami berduaan, mengingat semua teman temanku yang begitu sangat mengidolakannya. Ucap Freya pada dirinya sendiri mencoba untuk tersadar..
“ Apa kau baik baik saja? Aku Ardiaz, siapa namamu? Kenapa aku merasa seperti pernah melihatmu?”. Ucap Ardiaz kembali sembari membantu Freya untuk terduduk pada sebuah kursi.
“ Aaaku Freya Pak.. Terima kasih sudah menolongku Pak..” Balas Freya dengan menundukkan kepalanya kepada Ardiaz.
“ PAK? Jadi kau salah satu muridku?. Baiklah, aku tidak akan berbasa basi kalau begitu. Freya, apa yang kau lakukan disini?”. Ardiaz berjalan mengambil Camera milik Freya yang dia simpan dan menyalakan rekaman video yang ada di Camera tersebut di hadapan Freya.
“ Kumohon jangan salah paham Pak.. Saya adalah salah satu Mahasiswi peserta KKN.. Sebelumnya saya juga menyimak seminar perkuliahan anda selama beberapa kali dan mendapatkan nilai bagus dari anda Pak. Bahkan saat prakter persidangan pertama saya pun diawasi oleh anda. Selama disini pun saya ikut membantu anda mengumpulkan materi untuk Mahasiswa lainnya yang juga mengikuti KKN bersama..”
“ Aaahh, kau adalah Assisten Dosen Prof. Edy. Pantas aku seperti pernah melihatmu.”
“ Ya Pak.. Tunggu dulu, Maaf pukul berapa sekarang Pak?”. Expresi wajah Freya seketika berubah begitu terkejut mengingat hal yang harus dikerjakannya.
“ Pukul 09.00 Pagi.. Jika sampai sore ini kau masih tertidur, maka Kau tidak sadarkan diri selama hampir 3 hari.” Ucap Ardiaz sembari mematikan rekaman video dan terduduk tepat di hadapan Freya.
Bagaimana bisa aku tidak sadarkan diri selama 3 hari?! Kenapa mereka tidak mencariku? Tunggu, apa karena aku mengatakan akan langsung membantu Prof. Edy pada seminarnya dan menaiki kapal pertama? Aaakkhh..!! Tidak adakah kabar baik bagiku?! Lalu, bagaimana aku pulang dari sini?. Freya bergumam dengan tertegun berpandangan kosong.
Ardiaz masih memandang pada Freya yang termenung akan nasibnya. Mencoba menerka apa yang dipikirkan gadis itu saat ini, mengingat tidak ada uang, keluarga, bahkan sendirian di pulau ini. Freya sendiri pun tersadar akan dahi dan kaki kirinya yang terbalut perban akibat terjatuh dari tebing yang semakin membuatnya frustasi.
“ Apa kau sengaja merekam mereka? Dimana lokasinya?”. Ucap Ardiaz kembali dengan menatap serius kepada Freya.
“ Di bukit belakang pantai.. Pak, sebenarnya saya tidak bermaksud untuk merekam. Hanya saja secara tiba tiba tergerak dan tanpa sadar merekam apa yang mereka lakukan. Karena Handphone ku tiba tiba berbunyi, mereka akhirnya tahu keberadaanku. Lalu, aku berlari dan....” Freya yang akhirnya terdiam melihat Ardiaz menatapnya sinis, setelah menyadari bahwa yang dilakukannya hal yang berbahaya.
“ Jadi intinya tidak lain, kau adalah gadis pembawa masalah.” Ucap Ardiaz berwajah datar, langsung berpaling berdiri mengambil sebuah kemeja untuk dikenakan, tanpa melihat kepada Freya, meninggalkannya sendirian di ruangan.
Sudah bukan hal aneh jika Pak Ardiaz berprilaku seperti ini. Dirinya terkenal sebagai Dosen pengganti yang multitalenta namun dingin dan angkuh. Di usia mudanya sudah mendapatkan gelar Dokter Magister dimana sebuah Rumah sakit terbaik di kota pun mengakui kredibilitasnya bahkan ia pun seorang Penyidik di Kepolisian. Ucap Freya yang tertunduk karena merasa tak nyaman.
(TOOKKK TOOKKKK TOOOKKK)
“ Nak Diaz.. Kau ada dirumahkan? Boleh kami masuk? Kami melalui pintu belakang yaa..” Ucap Pak Danu, Kepala Desa kepulauan yang sudah menganggap Ardiaz sebagai anak.
“ Diaz, aku berhasil menangkap banyak udang, cumi cumi, dan ikan kesukaanmu. Kita adakan Barbeque malam ini, oke? Dimana alat pembakaranmu yang mahal itu?. . . . Hoy, Ardiaz?”. Ucap Adhi salah satu sahabat Ardiaz yang juga merupakan nelayan dan anak pemilik saudagar kapal.
Hembusan nafas Ardiaz begitu terasa hangat mengibas rambut Freya yang panjang karena secara tiba tiba berlari masuk kembali kedalam kamar. Terlebih tiba tiba dada Ardiaz yang tegap dan kekar bersandar menutupi Freya dengan menyandar pada sebuah dinding yang terhalang pintu masuk agar tidak ada yang melihat Freya.
“ Jangan bersuara. Akan bahaya jika mereka tahu kau ada di sini.” Ucap Ardiaz dengan menutup mulut Freya pelan menggunakan tangannya dan langsung mengarahkan pandangannya keluar.
Wangi aroma parfum yang dikenakan pak Ardiaz seolah membiusku. Terdiam menuruti perkataannya, tak sadar aku tak mampu menopang diri sendiri mengingat kaki kiriku yang terluka.. Berkeringat dingin menahan sakit, Maaf Pak.. Aku sudah tidak sanggup lagi karena terasa begitu menusuk tulang dan seluruh kaki kiriku.
( ZRRRTTTTT BRUUUKKKK BRUUKKKK)
Suara keras atas robekan kemeja Ardiaz dimana Freya menariknya karena hilang keseimbangan hingga akhirnya terjatuh ke lantai kamar dengan Ardiaz yang mencoba melingkarkan tangannya mencoba melindungi benturan pada Kepala Freya yang juga terluka
“ ADA APA?? DIAZ, KAU TIDAK. . . apa. . . . apa. . . .?”. Ucap Adhi yang langsung berlari menuju ruangan tidur Ardiaz yang terbuka, terkejut secara tidak sengaja melihat Ardiaz yang seolah sedang memeluk Freya dengan kemejanya yang terobek
“ Bunyi suara keras apa itu tadi? Adhi, kenapa menghalangi pintu! Nak Diaz? Apa yang. . . . .” Ucap Bu Nisa, istri Pak Danu, terkejut setelah memukul pelan pada Adhi yang mencoba menghalanginya untuk melihat seperti apa yang Adhi lihat
“ Sedang apa kalian berdua? Jelaskan saat ini juga.” Ucap Pak Danu yang akhirnya ikut melihat.
Ardiaz langsung bangkit dengan setengah terduduk\, melepas kemejanya yang terobek lalu membantu Freya untuk terduduk. Dengan memberikan pandangan serius pada Freya\, Ardiaz seperti memberikan isyarat yang belum dimengerti oleh Freya hingga akhirnya berbisik *Bekerja samalah denganku.*
Mendengar perkataan Pak Ardiaz dengan berbisik, aku tidak mengerti apa yang harus aku lakukan. Namun Pak Ardiaz tanpa segan dan seperti kami sudah mengenal lama, tiba tiba tersenyum dan melingkarkan kedua tangannya pada pinggangku, mendekap erat dan membantuku berdiri.. Selepas itu tangan itu tak berniat terlepas dengan semakin menarik erat diriku agar bersandar padanya..
“ Aaahhh.. Kau kekasih Ardiaz. Jadi kau tunangan yang dimaksud oleh Paman dan Bibimu tempo hari? Apa kalian akan menikah disini?”. Ucap Adhi mencoba berpura pura mendinginkan suasana, seolah mengerti dengan raut wajah yang Ardiaz berikan.
“ Apa? Kenapa ibu tidak tahu Nak Diaz sudah memiliki kekasih dan bertunangan? Lalu, bukankah gadis itu adalah salah satu mahasiswi yang melakukan KKN kemarin? Ibu mengingatnya, karena gadis itu membantu ibu setiap harinya..” Tanya Bu Nisa penuh curiga pada Ardiaz.
Apa hanya perasaanku saja atau memang tatapan mereka berbeda?. Selama berada di pulau ini baru kali ini aku melihat Pak Danu, Bu Nisa mengerutkan dahinya dengan raut wajah mengerikan. Lalu, apa yang harus kukatakan?. Freya berkata pada dirinya sendiri dengan menatap pada Ardiaz.
“ Bu, Freya adalah tunanganku.” Balas Ardiaz dengan wajah serius agar tidak menimbulkan kecurigaan.
“ AHAAHAHA.. Syukurlah, Bagus! Bagus! Hampir saja kami salah paham padamu, Nak.. Lalu, kapan pernikahan kalian di pulau ini akan berlangsung?.” Pak Danu seketika langsung tertawa lepas diikuti Bu Nisa bernafas lega, yang kembali menatap Ardiaz dan Freya penuh harap.
“ Secepatnya Pak. Seperti yang kita tahu, Freya masih menempuh pendidikannya. Saya berniat tidak mau mengganggunya. Namun siapa sangka dia bersikeras kemari sampai mendapat Luka di tubuhnya akibat terjatuh dari kapal karena tidak ingin pulang.” Ardiaz menjelaskan dengan memakai topeng tersenyum tulus, masih merangkul erat Freya yang akhirnya juga memakai topeng seperti Ardiaz..
“ Yaa yaa, itulah pengorbanan cinta.. Nak Freya, kau pasti ingin segera menikah dengannya bukan? Siapa yang tidak mau menikah dengan pemuda tampan dan serba bisa seperti Diaz? Kau juga pintar dan cantik.. Kalian akan sangat berkilau seperti berlian saat upacara pernikahan nanti.” Balas Pak Dana kembali tertawa bersama dengan semua orang, bahagia akan kabar dari Ardiaz dan Freya.
* * * * *
Menjelang Malam Hari
Apa Pak Ardiaz kehilangan akal sehatnya? Apa? Aku terjatuh dari kapal hanya karena ingin bersama dengannya? Otaknya benar benar bermasalah, karena seingatku dia berkata aku adalah pembuat masalah. Lalu kenapa dia seperti ini? Apa dia tahu akibat dari yang dia katakan saat ini?!.
Freya yang merasa kesal akhirnya terduduk lemas tak menyangka dengan apa yang terjadi padanya hari ini. Tersadar pada sebuah cermin di depannya, Freya menghembuskan nafas panjangnya kembali dengan tertunduk dan berkata, “Bagaimana bisa aku menikah dengan Par Ardiaz?.” Kembali tertunduk tak berdaya mengingat ketidakpantasan dirinya yang akan menikah dengan Ardiaz..
(BRRAAKKK)
“ Memang kenapa jika harus menikah denganku?.” Suara pintu yang tertutup dengan Ardiaz yang masuk kedalam ruangan.
“ Ma, maksud Bapak.. Pernikahan ini harus tetap berlangsung? Tidak bisakah kita berpura pura saja sudah menikah, tanpa harus ada upacara pernikahan disini?”. Freya dengan gugup bertanya dengan menatap kearah Ardiaz.
“ Penduduk sekitar sudah sangat mengenalku. Terlebih nenekku berasal dari sini. Freya, kau tahu di pulau ini melarang ketat pria dan wanita yang tidak memiliki hubungan, berada dalam 1 atap terlebih sampai bermalam. Dari sini kau tentu cukup mengerti bukan?” Ardiaz berjalan memutari tempat tidur dengan sesekali menatap Freya penuh keseriusan.
Freya terdiam mendengar perkataan Ardiaz, mengingat Hukum Adat yang masih sangat kental di kepulauan ini. Alih alih alasan itu, dibalik pagar besi tinggi sebagai pembatas Hutan Liar dibelakangnya, terdapat beberapa tiang yang dibawahnya terdapat pakaian manusia serta pecut dan pancungan yang ditutupi dedaunan lebat. Hukuman yang diberikan masih sangat primitif.
“ Aku tahu Pernikahan hal sakral. Karena itu aku tidak akan langsung mendaftarkan Akta surat pernikahan kita nanti. Aku akan meminta pendapatmu jika itu memang perlu dilakukan. Freya, kembali ke kota selepas acara pernikahan. Aku akan tetap berada disini untuk bekerja.”
“ Ma, maksud Bapak.. Bapak tidak keberatan dengan status pria menikah oleh penduduk sekitar meski saya tidak ada?”. Freya tiba tiba berdiri menahan sakit di kakinya menatap kearah Ardiaz.
“ Tidak masalah. Setidaknya aku hanya harus melingkarkan sebuah cincin pada salah satu jariku ini setiap harinya. Aku tidak ingin membebani masa depan dan juga impianmu.” Ardiaz menatap Freya semakin dalam dan menunggu jawaban darinya.
Jika memang berjodoh, kemana pun kaki melangkah dan dengan siapa kita berhubungan sebelumnya, pada akhir akan kembali pada yang akan memiliki. Namun dalam cerita hidupku ini, maka ungkapan seperti apa yang dapat menggambarkannya?. Tentu kita semua tahu pernikahan adalah sakral dan tidak dapat dipermainkan. Ardiaz Fawwas, kenapa aku harus terikat benang merah tak beralasan?
Terbangun disebuah kamar tidur yang terasa asing dengan perasaan hampa ternyata tidak begitu menyenangkan. Aku pikir semua ini hanya akan memberikan efek dominan sementara waktu, namun ternyata aku baru tahu perasaan yang menyesakkan ini datang dari dalam diriku sendiri yang melakukan penolakan batin.
Berjalan perlahan menuju ruang makan dengan sebuah tongkat yang disiapkan Ardiaz, tersaji berbagai menu makanan dan segelas juice segar yang sengaja dia persiapkan untukku. Tersadar pada tatapannya, mungkin dalam dirinya pun memberontak sama seperti diriku saat ini, dimana kami harus menikahi orang yang belum kami kenali secara baik, terlebih kami tidak saling mencintai..
“ Apa yang akan kau lakukan hari ini?”. Tanya Ardiaz sembari mendorong sebuah kursi membantu Freya terduduk.
“ Tidak tahu Pak..” Freya yang gugup akhirnya terduduk pada kursi dihadapan Ardiaz, tak berani menatap lasngsung padanya
“ Bukankah kita sepasang kekasih? Kau masih memanggilku dengan sebutan PAK?. Haruskah aku memanggilmu dengan Nona Pembuat Masalah?”. Ucap Ardiaz sembari tersenyum kecil dengan meminum segelas kopi ditangannya mencoba mencairkan suasana.
“ APA?!” Freya mengerutkan dahinya merasa sedikit kesal dan keberatan.
“ Freya ada beberapa hal yang ingin kutanyakan padamu.” Ucap Ardiaz menatap serius pada Freya dengan menyilangkan kedua tangannya pada atas meja.
“ Si, silahkan Pak.. Apa yang ingin anda tanyakan?”. Balas Freya ragu ragu.
“ Bagaimana skripsimu?”
“ Laa lancar Pak, selepas KKN ini saya hanya tinggal membereskan 2 mata kuliah terakhir dan menunggu jadwal waktu sidang karena Skripsi sudah saya selesaikan lebih awal..” Balas Freya dengan nada keraguan untuk menjawab.
“ Apa benar tahun ini kau baru berumur 20 tahun?”
“ Waktu SMP saya masuk Kelas Akselerasi Pak.. Karena itu usia saya sedikit lebih muda dari yang lain..”. Balas Freya kembali dengan menundukkan kepalanya.
Ardiaz pun terdiam sejenak membiarkan Freya untuk meminum Juice dan semangkuk buah buahan. Terlepas dari pertanyaannya, Ardiaz pun merasa ragu akan keputusan yang diambilnya mengingat usia Freya dan impiannya yang takut ia hancurkan karena pernikahan ini. Belum lagi dengan para Buronan kepolisian yang Ardiaz yakini, sampai saat ini masih mencari keberadaan Freya.
“ Lalu Adik? Atau Kakak? Ayah dan Ibumu. Apa mereka ma...”
“ Meninggal Pak. Saya anak Tunggal. Saat Mama dan Papa meninggal akibat kecelakaan, saya diangkat menjadi anak oleh Tante Maya. Dia adalah adik dari Papa..”. Balas Freya dengan santai sembari menyantap makanan yang dimasak oleh Ardiaz
Kembali terdiam, Ardiaz menghentikan gerakannya dengan langsung membereskan piring yang belum selesai dia santap hingga kenyang karena rasa tanggung jawab serta bersalah semakin menghujani dirinya. Merasa ragu akan keputusannya namun tetap harus dilakukan, mengingat Nyawa mereka yang terancam, Ardiaz memberanikan dirinya untuk tetap maju melangkah.
“ Habiskan sarapanmu dan juga juice itu. Aku ada pekerjaan yang harus aku lakukan. Jika bosan, kau bisa gunakan sepedaku yang.... Aaah Maaf, aku lupa kondisi kakimu.” Ucap Ardiaz dengan nada jahil, sembari mencuci piring dan perlengkapan masak yang sudah ia gunakan.
“ HA HA HA, Lucu sekali.” Balas Freya kesal sembari tetap menyantap Roti dan juice dihadapannya.
“ Maksudku adalah, jangan pergi terlalu jauh. Aku tidak tahu apakah Buronan Polisi itu mengenalmu atau tidak. Akan bahaya jika sampai kau dikenali oleh mereka. Gantilah bajumu dengan pakaianku yang berada dilemari sementara waktu. Lagi pula sudah berapa hari kau tidak mandi? Cuci rambut panjangmu, terlihat Gimbal sekali.” Ucap Ardiaz kembali sembari menatap Freya tersenyum jahil.
Setidaknya aku tahu bahwa pria ini, di balik kesempurnaanya ternyata juga sangat menyebalkan. Ucap Freya dalam hati, menaruh gelas ditangannya dan menatap Ardiaz dengan kesal tanpa berkata.
“ Aku akan mencoba membeli beberapa stel baju, juga dalaman wanita untukmu. Berapa ukuran...” Ardiaz seketika terdiam melihat Freya menatapnya dengan Aura membunuh.
“ Itu, untuk... Maksudku... itu.. Aku tidak bermaksud... Kalau begitu aku pergi dulu.”Ardiaz merasa canggung dengan apa yang dikatakannya dengan langsung berlalu pergi.
“ Dasar Mesum...” Ucap Freya sembari tersenyum dengan kembali menghabiskan makanan dan minumannya.
* * * * *
Siang Harinya
Berada di Cottage miliknya benar benar berasa seperti sedang menyewa sebuah Villa di pinggir pantai. Bahkan waktu pun terasa berlalu begitu saja. Hembusan angin laut yang menerpa tirai putih dan dinding tembok kokoh berhias kayu dan bambu membuatnya semakin terlihat sempurna dengan lantai kayu berwarna coklat keemasan. Freya berkata dalam hati dengan mengitari isi rumah.
“ Membosankan.. Sebaiknya pergi kemana hari ini?”. Ucap Freya dengan berjalan menggunakan tongkatnya, secara perlahan menuju dermaga dimana sangat ramai orang berkunjung mendatangi Cafe atau sebuah rumah makan dan beberapa toko pernak pernik dari hasil hutan dan laut .
Menyusuri jalan kembali seperti sedang bersama teman temannya saat KKN kemarin Lusa, Freya bernostalgia hingga tanpa sadar akhirnya pandangannya pun teralihkan pada 2 orang pria yang terlihat mencurigakan karena melihatnya begitu intens, seperti dia adalah..
“ Tunggu, apa mereka adalah...” Ucap Freya yang akhirnya menyadari Burunon Polisi yang sedang menyamar.
Mencoba berlari sekuat tenaga, sangat tidak mungkin dilakukan oleh Freya saat ini. Derap langkah mereka pun semakin terlihat jelas oleh Freya yang menolehkan sedikit kepalanya kearah belakang. “Tidak, tidak. Siapa pun, tolong aku..” Ucap Freya yang hampir menangis dengan masih terus berlari.
Tersudut pada sebuah belokan buntu yang berada dihadapannya, Freya yang masih mencoba untuk berlari pun akhirnya memejamkan matanya merasa pasrah dengan apa yang akan terjadi padanya. Namun secara tiba tiba..
“ Kau dari mana saja? Kenapa berlari?. . . . . *BUKANKAH SUDAH KUKATAKAN GANTI PAKAIANMU?!”. Ardiaz tiba tiba muncul dengan langsung menarik tubuh Freya dan menyandarkkan pada tubuhnya agar terhalang oleh Ardiaz, lalu berbisik dengan penuh kesal pada Freya
“ Ma.. Maafkan aku Pak.. Aku, hanya....” Freya pun akhirnya menangis penuh ketakutan.
“ Ikut aku!.” Ucap Ardiaz dengan langsung menggendong Freya layaknya putri raja, setelah meilhatnya kesulitan untuk berjalan terlebih berlari.
“ HEY KAU! HEY!”. Ucap Para Buronan Polisi dengan menunjuk kearah Ardiaz dan mengejarnya.
Berlari bersama mencari tempat untuk bersembunyi. Baru kali ini perasaan itu di rasakan baik oleh Freya atau pun Ardiaz sendiri. Di tengah keramaian orang, mereka berdua memecah arah dengan semua mata yang menoleh akan tingkah mereka yang terlihat tersenyum bahagia saat berlari.
Tak kala tangan itu pun mendekap erat tubuhku agar tidak terjatuh dan tanpa merasa segan kedua tangan ini melingkar di pundaknya yang lebar dan kekar. “ Pak, aku tidak beratkan?”. Ucap Freya dengan memberikan senyum jahil setelah melihat keringat bercucuran di dahi dan leher Ardiaz..
“ Diamlah.” Ucap Ardiaz setelah bersembunyi pada salah satu toko souvenir dengan menyandarkan Freya pada dinding yang tertutup tali senar penangkap ikan. “ Kakimu, tidak apa apa?”. Balas Ardiaz menatap Freya.
Wajah mereka beradu sangat dekat, dengan nafas yang sama sama tersenggah akibat berlari dengan bibir yang hampir bersentuhan, membuat Ardiaz mencoba menjaga jarak aman namun tanpa sadar salah satu tangannya menempel sempurna pada dada kanan Freya dan seakan meremasnya karena tinggi badan Ardiaz membuat papan dayung kapal yang berada diatas terjatuh. Sontak membuat Freya terkejut hingga...
“ KURANG AJAR! KEMANA TANGANMU ITU!”. (DHUUAAKKK). Suara pukulan yang di arahkan Freya karena kesal pada Ardiaz menggunakan Pentungan kayu yang biasa digunakan para Nelayan.
“ KAU! APA KAU INGIN MEMBUAT KITA TERTANGKAP?! BUKAN MAKSUDKU MEREMAS BENDA ITU!” Balas Ardiaz dengan kembali berteriak kepada Freya sembari memegang kepalanya yang terasa sakit.
“ Aapaa kau bilang? Benda itu? ITU ADALAH HARTA BERHARGAKU!!” Ucap Freya dengan marahnya mengarahkan Pentungan diatas tangannya kembali
“ ITU DIA!! HEY GADIS ITU BERADA DI DALAM TOKO SOUVENIR INI!”. Ucap salah satu anak buah Buronan Polisi berteriak memberitahukan kepada Rekannya yang lain saat melihat Freya tanpa sadar berdiri tepat di depan toko masuk souvenir
Ardiaz dengan sigap menarik kembali Freya ke dalam untuk melepas kemeja yang dikenakannya, lalu melepas kemejanya sendiri untuk dikenakan Freya. Menggenggam tangan Freya erat, mereka lari melalui pintu belakang hingga akhirnya masuk dalam suatu pertokoan besar dimana pemilik toko adalah Pak Danu, kepala desa di kepulauan.
“ Akhirnya datang juga, kenapa kalian terlihat kelelahan? Apa Kalian berlari?. Pak Farhan sudah menunggumu.. Sana pergilah! Freya, aku akan bantumu mengambil segala keperluanmu.. Ayo.” Ucap Bu Nisa memukul pelan tangan Ardiaz dan mendorongnya untuk naik ke lantai 2 lalu menarik tangan Freya untuk mengikutinya.
Ardiaz menganggukkan kepalanya padaku seolah mengatakan tidak apa apa, pergilah bersamanya. Mau bagaimana lagi? Disini hanya dirinyalah yang dapat kupercaya dan yang kukenali. Jika dipikirkan kembali, apa yang akan terjadi padaku jika Ardiaz tidak berniat untuk membantuku?. Seharusnya yang menjadi pertanyaanku sekarang adalah, kenapa dia jadi begitu sangat peduli dan bersedia membantuku?. Freya bergumam dalam hati saat melihat Ardiaz berjalan menuju lantai 2.
Bu nisa mengalihkan pikiranku dengan menunjukkan berbagai produk wanita dan juga beberapa stel baju pakaian untuk kukenakan. Hingga tanpa sadar waktu berlalu cepat, terlihat Ardiaz menuruni tangga dan berjalan menghampiriku kembali dengan melingkarkan tangannya pada pinggangku seolah kami benar benar sepasang kekasih..
“ Baiklah, sudah ditentukan. Lusa pernikahan kalian di Balai Kota Pinggir Pantai..” Ucap Pak Farhan dengan tersenyum kepada Ardiaz dan Freya selaku Kepala Adat.
“ Aaa APA?.. Maaf, Lusa adalah??”. Freya begitu terkejut mendengar perkataan Pak Farhan tanpa sadar sedikit meninggikan suaranya.
“ Selagi kalian disini, rumah Ardiaz sudah kami Hias dengan sempurna.. Lihatlah.. ” Bu Nisa yang begitu Antusias menunjukkan sebuah rekaman Video pada Freya dari Handphonenya, dimana warga sedang menghiasi Cottage Ardiaz layaknya istana.
“ Ini... Untuk apa Bu??”. Tanya Freya penuh kebingungan.
“ Disini memiliki tradisi menghias rumah pengantin baru sebagai tanda ucapan selamat dan kiriman doa doa dari para penduduk sekitar.” Balas Ardiaz mencoba menjelaskan sembari tersenyum.
“ Pulang dan lihatlah.. Ibu yakin kalian akan sangat senang melihat hasil karya kami.” Ucap Bu Nisa dengan tersenyum jahil kepada Ardiaz dan Freya.
“ La, lalu.. Pasti sudah sepantasnya kami... Mengucapkan terima kasih, bukan begitu?”. Tanya Freya gugup, takut melakukan perkataan yang menyinggung.
“ AHAHAHAA... Tidak perlu Nak.. Ardiaz sudah kami anggap sebagai anak kami sendiri, jadi kau juga menjadi bagian dari kami mulai saat ini. Suatu kewajiban sebagai orang tua melakukan hal ini.” Ucap Pak Danu yang tertawa bersama Pak Farhan dan Bu nisa.
“ Kita pulang sekarang.” Ardiaz melepaskan tangannya dengan langsung menggenggam tangan Freya, dengan sedikit menundukkan kepalanya pada para orang tua dan berlalu pergi.
Entah mengapa perkataannya saat berkata Kita Pulang Sekarang, membuatku merasa sesak. Pulang? Kemana? Apakah rumah miliknya benar benar akan menjadi persinggahan terakhirku?. Freya berkata pada dirinya sendiri dengan menatap Ardiaz dari belakang.
Berjalan kembali menuju Rumah seperti yang dikatakan Ardiaz, dari sedikit kejauhan Ardiaz dan Freya melihat hiasan luar rumah yang terlihat indah.. Sempat tertegun dengan apa yang mereka lihat saat ini, seketika berubah ketika mereka berjalan masuk kedalam rumah dengan mendapatkan seisi rumah hancur berantakan bahkan Sofa pun terobek oleh sayatan benda tajam.
“ Aaada apa ini? Apa yang terjadi?”. Freya yang terlihat takut dengan sangat hati hati melangkah masuk menyusul Ardiaz yang sebelumnya berlari masuk kedalam rumah.
(BRRAAAKKK TRAAAKKK)
“ Sepertinya mereka sudah mengetahui keberadaanmu. SIAL!”. Suara bantingan Camera Freya yang di lempar oleh Ardiaz ke dinding karena merasa kesal, yang sebelumnya sudah dihancurkan oleh para Buronan Polisi.
“ Freya, kita memang harus segera menikah. Itu adalah satu satunya jalan keluar saat ini. Aku tidak akan ada untukmu selama 24 jam, kau tidak aman Freya, maafkan aku.” Ardiaz menatap kepada Freya dengan merasa menyesal dengan nafas tersenggah mencoba menahan emosinya.
Kenapa dia meminta maaf? Ini semua bukanlah salahnya. Atau memang aneh sejak awal Pak Ardiaz bersedia dengan mudah melibatkan dirinya untuk membantuku.. Apa ada yang disembunyikannya atau diinginkan dariku?. Freya kembali berkata pada dirinya sendiri.
“ Freya Maaf, tapi secara tidak langsung aku mengambil keuntungan darimu dengan tidak menyerahkan alat bukti yang ada di Cameramu itu kepada pihak berwajib. Aku sudah lama menyelidiki kasus ini dan entah bagaimana kau datang, lalu...” Ardiaz mencoba menjelaskan dengan penuh kebingungan dan rasa bersalah.
“ Anda... Apa?”. Freya menatap kepada Ardiaz dengan penuh terkejut.
“ Kedatanganku ke pulau ini untuk menyelidiki kelompok pembunuh Buronan polisi itu. Selain juga karena alasan lainnya, tapi inilah alasan utamaku berdiam di kepulauan ini.”
Menanyakan alasan dirinya saat ini, hanya akan memberikan kebingungan karena pada intinya aku benar benar tidak tahu siapa pria bernama Ardiaz. Sebatas kutahu dan kukenal, ia hanyalah sebagai Dosen pengganti dan Penyidik di kepolisian. Freya kembali bergumam dalam dirinya sendiri.
“ Apa yang akan terjadi? Apa yang harus kulakukan?.” Freya menatap Ardiaz dengan serius.
“ Freya, kartu memori rekaman yang ada di Cameramu masih ada padaku dan kusembunyikan. Karena itu, maaf membuatmu dalam kondisi seperti ini.” Ardiaz berbicara dengan hanya menatap Freya sesekali karena merasa begitu bersalah.
“ Baiklah.. Tapi bisa anda jelaskan padaku mengenai mereka?”. Balas Freya.
“ Buronan itu melakukan kejahatan Transnasional. Sejauh ini Brazil dan America sebagai pemasok utama. Mereka juga yang membunuh kedua orang tuaku. Ayahku bekerja sebagai kepala bagian di Rumah sakit, tiba tiba ia di anggap melakukan Praktek ilegal kedokteran karena ulah mereka yang menyelundupkan Narkoba ke dalam Rumah sakit mengatasnamakan ayahku.” Ungkap Ardiaz.
“ Agar dengan mudah mereka menjual narkoba itu. Tidak ada keraguan jika obat obat itu keluar dari sebuah Rumah sakit ternama. Aku mengerti..” Balas Freya dengan serius.
“ Jadi Freya, aku tidak tahu harus berkata apa padamu. Dan karenaku kau berada dalam posisi ini. Maafkan aku.” Ardiaz pun menundukkan kepalanya kepada Freya.
“ Jadi Pernikahan harus tetap terjadi?”. Tanya Freya kembali.
“ Sialnya, kita tiba tiba terjerumus masalah Hukum Adat di pulau ini. Kau tidak bisa meninggalkan pulau ini begitu saja, sampai menurut mereka kita tidak melakukan hal yang tidak pantas.” Balas Ardiaz kembali dengan menatap Freya.
(TOOKKK TOOKKK TOOKKK)
“ Nak, boleh bapak dan ibu masuk?” Ketukan pintu yang dilakukan oleh Pak Danu dan Bu Nisa yang langsung datang ketika mendapat panggilan dari Ardiaz.
“ Syukurlah.. Syukurlah.. Nak, kalian baik baik saja.. Bagaimana ini bisa terjadi?”. Bu Nisa langsung memeluk Freya dan melihat kondisi seisi rumah dengan menatap pada Ardiaz.
“ Sepertinya, ada pencuri masuk kemari bu.” Ucap Ardiaz.
“ TIDAK. SELAMA AKU YANG BERTANGGUNG JAWAB PADA PULAU INI, KEJADIAN SEPERTI INI TIDAK BOLEH SAMPAI TERJADI! TERLEBIH PADAMU NAK. TIDAK!.” Pak Danu yang sangat marah menghentakkan kakinya berkali kali ke lantai, menatap Ardiaz dengan tatapan penuh rasa bersalah.
“ Hentikan pak, kami baik baik saja. Tenanglah.” Ardiaz mencoba menenangkan Pak Danu dengan pelan duduk diatas sofa yang langsung mengeluarkan Handphone dari dalam sakunya untuk berbicara dengan seseorang.
“ Rumah kalian menjadi seperti ini, sedangkan lusa adalah hari pernikahan kalian...”
Terlihat Bu Nisa sangat sedih saat ini.. Mereka benar benar sangat tulus dalam hal ini. Sungguh benar yang dikatakan Ardiaz, ternyata Adat Kebiasan di pulau ini masih sangat kental dengan Tradisi yang melekat pada warga sekitar. Belum lama kami berbincang, di rumah ini berkumpul banyak Pria yang langsung berdiskusi bahkan Ardiaz pun masuk kedalam salah satunya. Apa yang akan terjadi?
Kabar yang seharusnya membahagiakan seketika berubah menjadi kabar penuh kesedihan bahkan kekesalan dari para orang terkasih. Mencoba menjelaskan dengan sangat terperinci sebaik mungkin, baik aku mau pun Ardiaz begitu sangat mengerti tanggapan mereka akan pernikahan yang tidak masuk akal ini, terlebih ketidakhadiran mereka dalam pemberian restu kepada kami berdua.
“ Freya.. Anak itu.. Meski pun dia bukan anak kandungku, tapi kumohon.. Jagalah dia dengan baik. Sungguh aku tidak mengenalmu dan siapa kau ini. Tapi jika Freya mengatakan kau adalah orang yang baik, dapat dipercaya. Maka aku tidak dapat mengatakan apa pun lagi. Namun ingatlah, jika kau menyakitinya, maka aku tidak akan segan memberi perhitungan padamu.”
Baru kali ini melihat Tante Maya begitu berani mengancam seseorang yang tidak bersalah melalui panggilan Video. Terkenal sebagai Pengacara berhati dingin, terlihat jelas dirinya menahan tangis. Freya berkata dalam hati sembari memalingkan wajah, tak sanggup menatapnya.
“ Diaz, Om dan Tante benar benar tidak tahu harus berkata apa padamu Nak.. Tapi pernikahan bukanlah hal yang bisa kau anggap mudah. Karena itu semua datang bersama tanggung jawab yang akan semakin membebanimu, siap atau tidak siap.” Ucap Om Gibran, Paman sekaligus Ayah angkat Ardiaz yang sama sama berprofesi sebagai Dokter.
“ Nak, meski sekilas, tante lihat Freya gadis yang baik.. Hargai dan lindungi dia. Kami semua disini mendoakan keselamatan kalian. Sebisa mungkin.. Ardiaz, tante mohon pulanglah kembali kemari bersama dengan Freya.” Ucap Tante Talita, istri Om Gibran yang juga seorang Dokter.
Tante Talita dan Om Gibran yang juga mencoba menahan kegelisahannya terpancar jelas olehku.. Dengan melihat mereka pertama kali hari ini, apakah normal bagiku jika aku menganggap memiliki orang tua lainnya yang menerimaku?”. Ucap Freya dalam hatinya.
*****
-Selepas melakukan panggilan Video-
( BRUUKKK BRUUUKKK TRAANNGGG)
“ Aaakkhhh! Susah sekali bergerak dengan kaki terbalut perban seperti ini!.” Ucap Freya kesal mencoba untuk mandi dengan bersandar pada dinding agar kakinya tidak terkena air, namun karena licin menyebabkan shampo, sabun, besi selang shower berjatuhan di lantai kamar mandi.
(BRAAAKKK)
“ Apa itu? Apa yang terjadi?”. Ucap Ardiaz yang dengan polos membuka pintu kamar mandi dan melihat Freya tak berbusana, tertegun tak bergerak.
“ Aaapa yang kau. . . . MAU SAMPAI KAPAN MELIHATKU?! DASAR MESUM!! PRIA BODOH!! ASUSILA!! ”. Freya berteriak dengan penuh kemurkaan mencoba meraih handuk dan menutupi dirinya. Berakhir dengan Ardiaz yang tersadar dan langsung keluar menutup pintu kembali.
“ Apa yang kulakukan?. Kenapa aku seperti ini?. Ardiaz, apa kau sudah kehilangan akal sehatmu?!”. Ucap Ardiaz pada dirinya sendiri dengan tatapan kosong merasa terpukul atas perkataan Freya.
Apa yang dilakukannya?. Apa dia tidak sadar aku seorang wanita?. Apa di matanya aku seperti bocah 5 tahun?. Aarrrgghh!! Kesal sekali hati ini!! 2 kali dia bersikap seperti ini! Apa nanti dia. . . Cepatlah mandi dan kenakan pakaianmu, Freya!. Ucap Freya bergumam dalam hati di kamar mandi.
*****
-Siang harinya saat para warga datang kembali untuk merias rumah Ardiaz-
Terlihat Camera CCTV terpasang pada area tertentu di sekitar Cottage. Bukan hanya wanita, namun pria pun terlihat antusias untuk menghias atau memberikan pengamanan lebih pada Cottage ini.
“ Bu maaf, apa yang sedang mereka lakukan?” Tanya Freya pada Bu Nisa yang melihat dari kejauhan.
“ Nak, kejadiaan seperti semalam seperti Aib. Sungguh memalukan. Tenang saja Nak, mulai sekarang kalian aman! Pengumuman akan bergema melalui menara yang berada di Dermaga agar seluruh warga di kepulauan ini dapat mendengarnya.” Balas Bu Nisa dengan nafas mengebu ngebu seolah penuh amarah dan kekesalan.
“ Lalu, apa yang akan terjadi bu setelahnya?”
“ Jika ada yang berani melakukan hal ini kembali, kami akan segera mengetahuinya dan menghukum mereka dengan berat. Seperti memancung atau mengasingkannya ke Hutan liar dengan para hewan buas yang memangsanya!”. Bu Nisa menjelaskan dengan pandangan mengerikan pada Freya.
Inikah maksud dari yang dikatakan Ardiaz dengan pernikahan kami yang harus segera dilaksanakan? Dia ternyata memikirkan keamananku dan bukan hanya untuk kepentingannya, namun berusaha memberikan jaminan keselamatan dan kenyamanan untukku selama berada di pulau ini. Ardiaz, kenapa sampai melakukan hal ini untukku, disaat dengan mudah kau bisa mengacuhkanku.
-Di tempat yang berbeda tak jauh dari Cottage-
“ Apa? Saran apa? Kelainan jati diri? Maksudmu?”. Ucap Adhi yang menanggapi keluhan Ardiaz.
“ Aku tidak tahu. Adhi, semenjak Freya di kediamanku, tanpa sadar aku melakukan hal yang tidak wajar padanya.. Terlebih aku secara spontan melakukannya. Apa yang terjadi padaku?”. Ucap Ardiaz sembari berjalan bersama Adhi mencari kayu bakar.
“ Sobat, itu artinya kau mulai masuk dalam lingkaran cinta.. Merasa khawatir berlebih, kau juga ingin menyentuh, dan selalu ingin melihatnya. Itu hal wajar sobat. Toh kau akan menikahinya. Lampiaskan semua pada malam pertamamu!”. Ucap Adhi menggebu gebu dengan merangkul Ardiaz.
“ Kau gila?! Saran apa itu!.” Ucap Ardiaz yang kesal pada Adhi.
“ Tapi, sepertinya kau harus menjelaskan pada Winda.. Meski aku tahu kau tidak menaruh hati padanya, tapi dia terang terangan menyatakan perasaannya padamu, dihadapan kita semua saat kalian menjadi sukarelawan pemeriksaan kesehatan warga.” Ucap Adhi mencoba mengingatkan.
“ Kau tidak membantu sama sekali, dan hanya memberikan beban pikiran!”. Balas Ardiaz kembali dengan kesal.
“ Aku serius padamu, jangan remehkan rasa cemburu seorang wanita karena sangat menyeramkan...” Adhi berkata sembari mempraktekkan gerakan sesosok hantu wanita.
“ Berhenti berbicara dan cari kayu.” Ardiaz berjalan cepat meninggalkan Adhi yang masih saja menjahilinya dengan tingkah konyol.
*****
-Keesokan harinya, Detik detik acara pernikahan-
Apa wanita itu adalah aku? Kenapa aku terlihat begitu berbeda? Dengan semua orang yang berada diruangan ini, tanganku terasa dingin dan bergetar karena gugup. Katakanlah apa kisah ini dapat berakhir bahagia atau terluka diakhir cerita?. Ucap Freya yang bergumam pada diri sendiri.
Suara musik pun mulai mengalun merdu dengan nada indah, tiba waktunya bagi Freya untuk berjalan menuju panggung utama dimana Ardiaz sedang menunggunya. Menadahkan pandangan Ardiaz yang etrlihat sangat tampan dan gagah, Freya pun tertegun tak terpikir akan menikahi pria yang terlihat luar biasa dengan jalan cerita percintaan yang tidak jelas.
“ SAYA ARDIAZ FAWWAS, BERSEDIA MENERIMA FREYA ARGHANI SEBAGAI ISTRI, BAIK SUSAH DAN SENANG, TANPA TERKECUALI. DENGAN MEMBERIKAN SEKOTAK PERHIASAAN BERLIAN. FREYA, IJINKAN AKU MELINGKARKAN CINCIN INI DIJARI MANISMU.”
Terdengar suara ramai dengan ucapan doa dan harapan yang ditujukan pada Ardiaz dan Freya. Janji suci pun Ardiaz ucapkan dengan sangat indah bahkan membuat Freza tidak bisa menahan airmatanya.
“ CIUM! CIUM! CIUM!”. Teriakan teman teman Ardiaz yang jahil dihadapan para tamu undangan yang ikut tersenyum bahagia dan bertepuk tangan.
“ Freya, maaf aku harus lakukan ini.”
Meminta ijin untuk menciumku, terasa kehangatan lain dirinya yang belum kuketahui sebelumnya. Alunan musik dan seru tepuk tangan seolah membuat kami terhanyut dan tanpa sadar Ardiaz menciumku semakin dalam hingga membuatku sedikit sesak untuk bernafas.. Dengan mata yang terbuka lebar, Ardiaz langsung memalingkan wajahnya dan dengan pelan berbisik, Maafkan aku..
Kembali uluran lantunan doa dan selamat pun terdengar olehku dan Ardiaz yang berjalan mengitari para tamu undangan untuk mengucapkan rasa terima kasih kami pada mereka semua yang bahkan tidak memiliki hubungan keluarga namun menyiapkan ini semua dengan sangat indah..
*****
-Setelah Acara Pernikahan-
Ardiaz dan Freya yang sudah berganti pakaian dan bersiap kembali pulang, dikejutkan dengan tertumpuknya bingkisan hadiah hadiah yang membuat mereka kebingungan bagaimana membawa hadiah hadiah itu.
Kukira Ardiaz pria sederhana yang tidak begitu memperhatikan harta. Namun begitu ia mengeluarkan kunci mobil dan mengarahkan pada mobil yang terparkir...”. Ucap Freya kembali dengan bergumam.
“ Land Cruiser 300. Tipe GR-S 4×4. Harga mobil ini hampir 2 miliar.. Kau bisa membeli sebuah rumah dengan harga mobil ini..” Ucap Freya yang langsung berlari begitu terkagum melihat mobil Ardiaz.
“ Kau tahu tipe mobil? Apa kau mengerti mesin?”. Balas Ardiaz terkejut dengan menyalakan mesin mobil dan membuka bagasi mobil membawa masuk hadiah hadiah dibantu Freya disampingnya.
“ Almarhum Ayahku seorang Teknik Mesin dan Ibuku Manager di salah satu perusahaan mobil. Ayah selalu membawa mobil untuk diperbaiki dan ibu yang memberikan saran akan pergantian mesin. Mereka terkadang lupa memberiku makan..”. Freya menceritakan dengan tersenyum manis memutar kenangannya sembari membawa hadiah satu persatu.
“ Cukup, biar aku saja.. Masuklah kedalam mobil, lagipula cuaca mulai terasa panas.” Balas Ardiaz yang mengerti raut wajah Freya yang terlihat sedih akan kenangannya.
Seperti dugaanku, seharusnya aku tidak menceritakan hal ini padanya yang berujung aku menangis kembali seperti anak kecil.. Memalukan! Aku pun tahu Ardiaz kehilangan orang tuanya dengan cerita yang lebih menyedihkan. Kenapa aku tidak mempertimbangkan perasaannya dengan polos menuruti perintahnya dan hanya terduduk menangis seperti ini?!. Freya kembali bergumam dalam hati.
( BRAAKKKK ) Suara pintu mobil yang di tutup oleh Ardiaz
“ Kau tidak apa apa? Kita pergi sekarang?” Balas Ardiaz khawatir menatap pada Freya yang mencoba menahan tangis.
“ Yaa.. Kita pulang sekarang..”. Balas Freya sembari tersenyum.
“ Freya, ada yang harus kusampaikan padamu. Lusa ada sebuah kapal yang akan berlabuh menuju Kota, aku sudah membeli sebuah tiket untukmu. Sesuai janjiku, setelah acara pernikahan kau bisa pulang dan pergilah dari sini. Kau lihat map merah yang ada dihadapanmu? Itu adalah surat pernikahan kita. Aku tidak akan mendaftarkannya.” Ardiaz mencoba menjelaskan sembari menyetir mobilnya.
“ Apa?”. Balas Freya terkejut.
“ Lanjutkan impianmu kembali. Maafkan aku menahanmu berada dipulau ini hanya karena kepentinganku. Aku harap kau tidak membenciku.”
Apa yang dikatakannya ini? Kenapa dada ini begitu sakit? Sesak sekali seolah sulit untuk bernafas. Ya, itulah perjanjian awal kami sebelumnya dan seharusnya aku bahagia akan hal itu karena berada di pulau ini pun akan membahayakan hidupku dan menyusahkan Ardiaz mengingat kelompok Buronan Polisi itu masih bersembunyi di suatu tempat dipulau ini. Tapi...
*****
-Sesampainya di Cottage milik Ardiaz-
Merapikan barang barang kembali masuk kedalam Rumah dengan hiasan ini, benar benar serasa di negeri dogeng.. Ardiaz pun terlihat tersenyum setiap kali melewatiku. Melihat ruangan tengah yang penuh bungkusan hadiah, saat melihat pintu kamar tidur yang terbuka, terlihat barang barangku yang sudah tersusun rapi.
“ PAK!!”. Ucap Freya yang berjalan menghampiri Ardiaz sedikit kesal
“ Panggil Namaku.. Akan aneh jika ada yang mendengarnya. Kau sudah menjadi istriku.” Balas Ardiaz dengan berjalan melewati Freya membawa bungkusan hadiah.
“ Ardiaz.. Kini aku merasa tidak nyaman karena menggunakan kamar utama sedangkan kau yang menggunakan kamar tamu. Lagipula lemari dan semua perlengkapanmu ada di kamar itu..”. Freya kembali berjalan menghampiri Ardiaz yang sedang sibuk memasukkan barang barang.
“ Jangan salah paham dengan maksudku. Aku akan kesulitan nanti jika tidak seperti itu.”
APA? Tentu saja aku mengerti dengan apa maksud perkataannya. Selain sifatku yang belum terlalu dewasa, tubuh dan penampilanku pun pasti jauh berbeda dengan yang diinginkan Ardiaz. Aku yang seperti ini, tentu bagi pria sepertinya akan menganggapku seperti anak kecil dan bukanlah seorang wanita!. Ucap Freya sedikit merasa kesal dan kecewa, bergumam tidak jelas di bibirnya..
“ Sepertinya kau salah mengerti maksud perkataanku. Freya dengar, di kepulauan ini ada hari perayaan tertentu dengan tradisi kami para pria diberikan minuman, dan setiap aku meminumnya aku seperti lepas kendali.” Ardiaz mencoba menjelaskan dengan terperinci karena melihat Freya yang seolah mengomel tidak jelas pada dirinya sendiri.
“ Minuman apa? Alkohol?” Balas Freya yang setengah setengah mendengarkan karena masih merasa sedikit kekecewaan.
“ Bukan. Tapi setiap meminumnya, aku hilang kesadaran. Tahun sebelumnya aku tersadar dengan kondisi kamar tidurku yang berantakan. Tahun lalu entah bagaimana pakaian yang kukenakan terobek dan ternyata aku tertidur di dahan pohon kelapa bersama temanku lainnya.” Ardiaz merasa malu dengan menundukkan sedikit kepalanya dihadapan Freya
“ Aaahh.. Pohon kelapa...” Freya membalasnya dengan mengangguk angguk seperti tidak percaya dengan perkataan Ardiaz.
“ Jadi, bisa kau bayangkan jika kau kubiarkan tidur di ruang tamu yang tidak memiliki kunci kamar? Bukan karena membencimu, tapi aku tidak ingin lepas kendali kepadamu.”
“ Jadi, anda melihatku sebagai wanita bukan sebagai anak kecil yang perlu anda jaga?” Freya tiba tiba terlihat antusias mendengar penjelasan dari Ardiaz.
“ Kau.. Freya, sebenarnya apa kau tahu maksud dari perkataanmu itu? Apa kau mengerti apa yang...”
“ Oke, baik.. Tenanglah, kunci kamar itu akan terkunci rapat, tepat pukul 9 malam.” Freya memotong pembicaraan Ardiaz berkata sembari tersenyum senyum sendiri dihadapannya.
“ Freya, kau..”
(DHUAAARRR DHUAAAARRR WHHUUSSSSS) Suara petir disertai gemuruh angin kencang dan awan hitam dari kejauhan ditengah laut
“ Tidak mungkin. Ayolah! Sekarang?!” Ardiaz merasa kesal pada langit hitam dengan langsung menutup pintu mobil dan berlari membawa barang barang masuk ke dalam Cottage.
“ Apa? Ada apa Ardiaz?”. Freya menarik lengan baju Ardiaz dan menatapnya.
“ IKUT AKU!” Ardiaz langsung membawa Freya pada sebuah ruangan yang berada dibawah Cottage.
Sungguh tidak terduga sebelumnya olehku.. Ternyata tinggal di kepulauan dekat pantai mengalami hal berbahaya seperti ini secara tiba tiba. Bukan hanya hembusan angin namun kilatan petir sungguh terdengar menyeramkan. Bersembunyi pada sebuah ruangan dilantai bawah, tetap dapat merasakan getaran dari lantai atas. Bersimpuh menunduk dengan doa dan menutup telinga, Ardiaz mencoba menenangkan dengan memelukku erat begitu pun aku kepadanya.
Waktu berlalu entah berapa lama sudah kami berada disini. Saat kilatan petir menghilang dengan hanya tersisa hujan deras, Ardiaz pun menggenggam erat tanganku untuk kembali kelantai atas dan melihat kekacauan alam apa yang diberikan pada kami..
Tidak mengerti apa yang terjadi, Ardiaz tiba tiba menarik tanganku untuk menerjang hujan deras menggunakan mobilnya kembali menuju dermaga pelabuhan. Sesampainya kami disana, terlihat orang orang menggunakan jas hujan berlarian kesana kemari dengan penuh kepanikan dan membawa barang barang ditangannya..
“ Tunggu disini, akan aku lihat apa yang terjadi.” Ucap Ardiaz sembari menyerahkan kunci mobilnya kepada Freya
“ Baik, berhati hatilah..”
Jam pun berlalu, hingga tengah malam pun terlewat mendekati dini hari.. Ardiaz masih saja belum kembali meskipun cuaca sudah terlihat mereda.. Memberanikan diri dengan mematikan mesin mobil dan berjalan menuju dermaga pelabuhan dengan hanya sebuah payung, aku pun dikejutkan dengan pandangan lainnya yang membuatku terdiam seperti patung..
“ NONA FREYA BERBAHAYA DISINI! TIANG PENYANGGA KAPAL HANCUR SERTA MENARA DERMAGA RUNTUH TEPAT MENGENAI KAPAL KAPAL YANG BERADA DIBAWAHNYA! SAAT INI SUAMI ANDA PUN SEDANG MEMBANTU KAMI! PULANGLAH NONA, BERBAHAYA..” Ucap salah satu petugas dermaga pelabuhan yang berlari meninggalkan Freya .
Takdir hidup apakah ini? Bagaimana bisa kejadian seperti ini terjadi begitu saja? Apa yang harus aku lakukan sekarang, kemana aku harus pergi?
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!