NovelToon NovelToon

Mengejar Cinta Istriku

Bab. 1.Cemas

Wajah gusar dan panik terlihat jelas dari Wajah Dirga yang kala itu sedang membeli tiket agar bisa mengejar istrinya Julaiha.

Entah mengapa ada satu perasaan sakit yang amat sangat ketika mengetahui jika istrinya memilih untuk pulang ke kampung halaman dan yang menyakitkan tidak meminta izin kepadanya bahkan dengan sangat lancang meletakkan surat perceraian di atas meja yang saat ini Dirga bawah dan simpan dibalik kemejanya.

"Kita harus bicara Leha, kamu tidak bisa pergi begitu saja, apalagi meninggalkan surat perceraian ini padaku apa Kamu pikir aku sangat suka dengan semua yang kamu lakukan ini padaku Seharusnya kamu bertanya dulu padaku Bukan main ambil keputusan sendiri, Araaagh dasar Wanita bergengsi tinggi. "

Dirga mendengus kesal sambil sesekali mengacak rambut dan mengusap kasar Wajahnya.

Hati dan pikiran Dirga benar-benar sangat besar terhadap sikap Julaiha yang tiba-tiba pergi meninggalkan dirinya tanpa izin dan tanpa berpesan apapun.

Di dalam situasi hati dan perasaan yang sangat gusar, ponsel Dirga berdering dengan sangat keras membuat Dirga semakin merasa geram karena bunyi ponsel HPnya yang sangat mengganggu.

"Apaan sih ini brisik, " geram Dirga sambil mematikan panggilan telepon yang ada di ponsel hpnya.

Hening untuk sesaat tapi tidak Berapa lama kembali bunyi dari suara ponsel hp Dirga berdering dengan sangat keras membuat Dirga mau tidak mau Menatap layar ponsel hp yang ada di genggaman tangannya, melihat satu nama tertera di sana membuat Dirga lagi-lagi mendengus kesal dan mengusap kasar wajahnya karena merasa terganggu.

"Mama, mau apa lagi sih, "

Meskipun ada perasaan malas akhirnya Dirga mau tidak mau menerima panggilan telepon yang Ternyata Dari Mamanya.

"Halo, Ma..!

" Dirga, kamu dimana ini sudah jam berapa Acara Akad nikahnya sudah mau dimulai cepat datang kesinii, "

"Maaf Ma, Dirga sudah punya istri dan Dirga tidak mau menikah lagi, "

"Apa? jangan macam-macam kamu Dirga Bukankah kamu sudah berjanji mau menikah dengan Selin, kenapa sekarang mendadak berubah pikiran, pokoknya Mama tidak mau tau kamu harus cepat kesini,"

"Tidak bisa Ma, Maaf, tolong batalkan saja pernikahan yang Mama rencanakan itu karena Dirga tidak mencintai Selin, Dirga mencintai Julaiha Ma, "

"Diam kau, tidak ada alasan apapun untuk menolak apa yang sudah kamu janjikan kepada Mama dan Mama tidak mau tahu Apapun alasan kamu sekarang Cepat datang ke sini Mama tunggu di sini. "

"Terserah Mama, tapi Dirga tetap dengan keputusan Dirga, tidak mau menikah dengan Selin. "

"Baik, kalau kamu tidak datang dan jika terjadi sesuatu yang buruk pada Mama yang patut disalahkan adalah kamu, karena Kamu penyebab Mama celakaa, "

"Maksudnya Mama apa, isssh Mama jangan bicara yang menakutkan, Halo.... Ma... halo.. Ara aaaaarghhh, Mama mematikan telpon, tidak. Mama tidak akan berbuat sesuatu hal yang Merugikan dirinya Mama itu orangnya sangat penakut dengan darah dia tidak akan melakukan hal yang konyol jadi Aku tidak perlu khawatir mungkin Mama hanya mengertakku, "gumam Dirga bermonolog sendiri.

Meskipun jika harus jujur Dirga sangat khawatir was-was dan takut jika Mamanya berbuat suatu hal yang sangat konyol di mana akan Merugikan dirinya sendiri akan tetapi keyakinan Dirga yang membuat Dirga yakin adalah sang Mama sangat takut dengan darah dan juga sesuatu hal yang mengerikan untuk itu Dirga yakin mama ya tidak akan berbuat sesuatu hal yang Merugikan dirinya sendiri.

"Maaf Mas ini tiketnya, "seru seorang Wanita yang melayani penjualan Tiket.

"Oh, ya. Trimakasih, "

Dirga buru-buru mengambil tiket yang diberikan oleh penjaga loket di saat namanya sudah dipanggil setelah menerima Tiket Dirga melangkah menuju kursi panjang untuk duduk menunggu kereta datang.

Kebetulan kursi panjang yang ada di samping loket kosong sehingga Dirga bisa duduk dengan santai dan nyaman tanpa ada siapapun yang mengganggu.

Angan Dirga kembali melayang ketika dirinya sedang duduk termenung seorang diri tiba-tiba kembali ponsel hp-nya berdering dan ketika Dirga melihat layar depan tertera kembali sebuah nama sang Mama di sana, Dirga mendengus kesal akan tetapi Dirga tidak mengabaikannya, meskipun dengan perasaan yang sangat malas dan enggan Dirga tetap mengangkat telepon dan menerima panggilan dari Sang Mama.

"Halo, Ma..!

" Halo.. maaf apa ini dengan saudara Dirga? "

Dirga mengeryitkan dahinya ketika mendengar sebuah suara berbeda dari ponsel hp-nya sang Mama.

"Maaf, ini siapa dan mengapa memakai Ponsel hpnya Mama saya, "

"Maaf, Saya cuma mau memberikan informasi jika Mama Saudara Dirga kritis, beliau baru saja mengalami musibah."

"Apa, sekarang dimana Mama saya, "

"Dia berada di Rumah sakit Melati no 107,"

tanpa bicara lagi Dirga segera mematikan ponsel hp-nya kemudian bergegas berlari menuju ke tempat di mana mobilnya Dia parkir.

"Hei Mas, mau kemana, itu keretanya sudah mau datang. "teriak salah satu Wanita penjaga loket yang tadi melayani pembelian tiket Dirga, tanpa Dirga sadari Wajahnya yang Tampan dan kulit yang putih bersih sudah membuat Sang penjual tiket tertarik dan terpesona kepadanya secara diam-diam, hingga dirinya sangat hafal akan pemuda itu.

"Saya buru-buru tidak jadi pergi Mba berikan saja Tiket saya ini pada yang membutuhkan. "

Dirga segera meletakkan tiket yang dia pegang pada tangan Wanita yang sudah berdiri di depannya dan tanpa menunggu jawaban apapun Dirga segera pergi sambil berlari.

Sungguh Dirga merasa sangat cemas terhadap keadaan Mamanya yang dikatakan sedang kritis di Rumah sakit meskipun beberapa menit yang lalu Dirga baru saja menerima panggilan telepon dari sang Mama dan rasanya tidak percaya jika tiba-tiba Mamanya mengalami sakit yang kritis sementara wanita itu tidak menjelaskan apapun Hanya mengatakan jika Mamanya sudah berada di rumah sakit Melati Nomor 107.

Dalam mobil hitam Dirga mengendarai dengan kecepatan yang sangat tinggi dan kencang yang mana Dirga selalu berbuat nekat dengan menyalip beberapa kendaraan yang ada di depannya semua Dirga lakukan agar dia bisa cepat sampai di rumah sakit di mana sang Mama sedang sakit kritis.

Tidak menunggu lama akhirnya mobil Dirga memasuki halaman sebuah Rumah Sakit yang sangat besar, dengan cepat Dirga turun dari mobil kemudian berlari mencari kamar ruang nomor 107 Dirga benar-benar merasa sangat cemas dan khawatir akan keadaan Mamanya sehingga beberapa kali Dirga harus menabrak beberapa orang yang berada di depannya.

Meskipun beberapa kali Dirga mendapatkan umpatan serta cacian dari beberapa orang Dirga tidak mempedulikan hal itu, karena yang Dirga Inginkan Dia ingin segera cepat sampai di dalam kamar Sang Mama dan melihat keadaannya Karena bagaimanapun juga Dirga sebagai anak satu-satunya dia tidak ingin melihat mamanya kenapa napa.

Setelah berlari kesana kemari akhirnya Dirga menemukan kamar no 107 tempat dimana Sang Mama dirawat.

Tidak ingin menunggu lama dengan cepat Dirga membuka pintu kamar dan Alangkah terkejutnya dia ketika pintu kamar Rumah sakit tempat Mamanya dirawat, hingga kedua bola mata Dirga mendelik seketika.

"Mama...! "

Bab. 2.Mama Hebat

Dirga sungguh tidak percaya dengan apa yang dilihatnya ketika pintu sudah terbuka, Wajah Tampan nya yang tadinya cemas dan sangat khawatir menjadi merasa sangat kesal dan geram ketika mengetahui di dalam kamar ternyata Mamanya tidak dalam keadaan kritis ataupun sakit melainkan sedang duduk sambil tersenyum menunggu dirinya di mana di dalam kamar sudah penuh banyak orang yang Dirga sendiri tidak tahu apa maksud dari Mamanya sehingga mereka seperti orang yang sedang berkerumun.

"Mama..! apa-apaan ini tadi katanya Mama sedang sakit dan kritis tapi nyatanya Mama baik-baik saja kan, Aku tidak menyangka Mama membohongi Aku, " sungut Dirga dengan Wajah kesal.

mendengar keluhan dari putranya sang Mama bukannya minta maaf ataupun sedih karena merasa bersalah akan tetapi sang Mama justru mengulum senyum kemudian memerintahkan Dirga untuk segera duduk.

"Jangan banyak bicara duduklah, Mama itu tidak suka apapun yang Mama inginkan kamu tolak dan kamu abaikan, Cepat Pak penghulu Nikahkan mereka, tidak masalah jika mereka hari ini terpaksa Nikah Siri karena Aku yakin Putraku tidak menandatangani surat perceraiannya. "

"Tapi Tante Selin mau menjadi Istri yang Sah bukan cuma istri Siri saja, "

Selin bicara dengan sangat manja sambil merajuk membuat Dirga merasa sangat muak dan kesal mendengarnya Dirga yang tidak ingin terjebak dalam pernikahan yang tidak dia inginkan bangkit berdiri kemudian menuju ke arah pintu hendak keluar, tapi sayangnya pintu ruangan Rumah sakit sudah terkunci dari dalam dan yang membuat Dirga sangat kesal dan marah kunci sudah berada di tangan sang Mama.

"Mama, mengapa pintunya dikunci Dirga mau keluar Dirga tidak mau menikah Dirga mencintai Julaiha Ma, "

"Diam kau, jangan coba-coba melawan dan membantah dari semua keinginan Mama karena Mama tidak akan trima akan hal itu, "

"Tapi Ma, Dirga tidak mencintai Selin, Dirga tidak mau menikah dengannya, "

"Apa kau lupa Dirga jika dulu kamu juga tidak mencintai julehah dan lihat Apa hasilnya sekarang, kamu tergila-gila padanya, Bahkan kamu sangat mencintainya Mama tidak suka akan hal itu, Mama yakin kamu pun juga akan dengan cepat mencintai Selin, sekarang cepat menikah dan penuhi apa yang menjadi keinginan Mama, karena Jika tidak, kamu akan melihat Mamamu mati disini, kamu tidak ingin melihat mamamu mati di depanmu bukan, lihat ini lihat apa yang Mama bawa, Mama bisa nekat dan bisa melakukan apa saja, "seru sangat Mama dengan sangat tegas.

Dirga menarik napas panjang dan menghembuskannya dengan perlahan, usap kasar wajahnya beberapa kali.

"Sekarang saja Mama membohongiku dia mengatakan jika dirinya kritis tetapi tidak terjadi apapun itu artinya mama berbohong dengan semua yang dia katakan dan bisa jadi apa yang dikatakan untuk saat ini mengancam diriku jika Mama ingin bunuh diri itu juga omong kosong belaka, Mama tidak akan pernah berani melakukan hal itu aku yakin itu, jadi Aku tidak perlu takut tidak perlu panik dan juga tidak perlu memperdulikannya karena Mama juga sangat takut dengan darah, tidak mungkin dia akan melukai dirinya sendiri pasti Mama hanya Mengertakku, "gumam Dirga dalam hati.

Dirga mengulum senyum kemudian menarik nafas panjang sebelum memberikan jawaban untuk sang Mama.

Dirga terkekeh kecil.

"Mama mengancamku, Dirga tidak takut lakukan saja apapun yang Mama mau tapi Dirga tetap dengan keputusan Dirga, sampai kapanpun Dirga tidak mau menikah dengan Wanita itu, "

"Dirgaaaa....!

Mama Dirga berteriak dengan sangat keras dan suaranya sangat kencang hingga seluruh ruangan seolah-olah bergetar Dirga sendiri yang tidak pernah mendengarkan teriakan Mamanya yang sangat keras dalam hati merasa bergetar karena teriakan sang Mama benar-benar sangat keras dan menakutkan, akan tetapi Dirga mencoba untuk tenang menghadapi semua ini karena dia yakin Mamanya memang sedang lagi emosi.

"Ma, Aku bisa membuka pintu ini dengan cara Aku dobrak jika Mama engan untuk memberikan kuncinya padaku."

"Kamu tidak mau mendengarkan perintah Mama dan tetap ingin pergi? baik, rupanya kau benar-benar ingin melihat Mamamu ini mati disini, baik akan Mama buktikan sekarang jika Mama tidak main main dengan ucapan Mama. "teriak Mama Dirga dengan sangat keras.

Dirga hanya tersenyum tipis mendengarkan ancaman dari Mamanya, dengan santai dan tenang Dirga membalikkan badan, mulai melangkah menuju ke pintu.

" Tante, jangan lakukan itu, Selin mohon Tante berikan pisaunya pada Selin, "

Karena Mama Dirga tidak mengubris perkataan Selin yang melarang dirinya Selin mulai panik.

"Mas Dirga Tante bisa Nekad tolong mengertilah, "

Dirga menghentikan langkah kakinya tanpa menoleh kebelakang, bibirnya tersenyum miring.

"Dasar Wanita licik, kau pasti juga ingin membohongi Aku jangan harap Aku akan percaya dengan kelicikanmu, " degus Dirga kesal sambil bergumam sendiri.

Selin semakin panik ketika Dirga tidak memperdulikan ucapannya.

"Mas Dirga apa kamu tidak kasian dengan Tante, "

"Sudahlah Selin, pergilah kau biarkan Aku mati, Anak itu tidak pernah menyayangi Ibunya. "

"Jangan Tante Aku mohon, Mas Dirga lihat Tante berdarah, "

Mama Dirga yang emosi dengan sikap Putranya yang tidak mau mendengarkannya, menorehkan pisau tajam berkilap putih di pergelangan tangannya.

"Mas, Dirga tolong Tante darahnya sudah keluar banyak, "

"Nyonya.... kau baik-baik saja..!

" Nyonya...!

Melihat semua yang berada di ruangan itu berlari mendekati Ranjang Mama Dirga, sontak saja hal itu membuat Dirga menoleh dan tampaklah olehnya sang Mama sedang terkulai lemas.

"Mama....!

Dirga berlari menghambur Naik keatas Ranjang dan merampas pisau yang masih dengan kuat berada dalam genggaman tangan Mamanya.

" Ma, apa yang kau lakukan? "

"Biarkan Aku mati, Aku mau memiliki menantu seperti Selin kamu tidak mau mengabulkannya jadi untuk apa Mama hidup, Mama mau mati saja, "

"Ma, jangan bicara begitu, "

"Aku sudah tidak memiliki semangat hidup lagi karena putraku tidak pernah menuruti apa yang Aku minta, biarkan Aku mati...!

" Mama jangan begitu, baiklah Dirga mau, Dirga mau menikah dengan Selin secara siri tapi dengan satu syarat Dirga tidak akan menceraikan Julaiha, dia tetap akan menjadi Istri Dirga. "

"Kalau begitu buktikan dan cepatlah Nikahi Selin sekarang juga, "

"Baik, Ma, Mari Pak Penghulu silakan mulai acara pernikahannya. "

Hari itu juga akhirnya Dirga menikah dengan Selin secara Agama, dan hari itu juga status Dirga resmi memiliki dua Istri.

Senyum penuh kemenangan tersungging di bibir sang Mama sementara Wajah Dirga sayu dan kusam seolah tak ada cahaya kebahagiaan disana.

Berbeda dengan Selin yang bahagia pada akhirnya dan mmemeluk sang Mama mertua setelah tangan Mama Dirga dirawat dengan diberikan perban disana.

"Bagaimana, Actingku, keren kan? "

Mama Dirga bertanya pada Selin dengan suara lirih.

"Mama sungguh hebat, tapi Apa itu tidak sakit Ma. "

"Sangat sakit, tapi demi suatu keberhasilan Mama rela, "

Senyum keduanya mengembang penuh kemenangan tanpa sepengetahuan Dirga yang terduduk lesu di luar Ruangan kamar.

Bab. 3.Pulang Sendiri.

Senyum kebahagiaan terpancar dari raut wajah Selin dan Mama Dirga yang mana Keinginan mereka berdua kini sudah terpenuhi, Selin sudah menjadi istri Dirga meskipun mereka hanya menikah secara Agama yang mana belum sah di mata hukum dan Negara, akan tetapi untuk selanjutnya Mama Dirga yakin selin bisa mengatasi.

Di luar Dirga yang kesal dan tubuhnya terasa lemas dan lesu merasa lelah memilih untuk tiduran di kursi depan kamar sang Mama yang di rawat di Rumah sakit.

Beberapa kali Dirga mengusap kasar Wajahnya, hati dan pikirannya sangat resah memikirkan bagaimana keadaan Julaiha di Desa.

Dirga yang bersandar pada kursi dengan memejamkan kedua bola matanya akan tetapi Dirga tidak tidur karena hati dan pikirannya memikirkan Julaiha yang kini sudah berada di desa.

Andai saat ini Dirga tidak dipaksa oleh Mamannya dan tidak dijebak Mungkin dia juga sudah sampai di desa dan mungkin istri dan dirinya bisa berkumpul dan bersama.

Dirga tersenyum kecut mengenang semua itu Di mana kini dirinya harus menghadapi sang Mama yang nekat ingin bunuh diri dan kini karena tindakan konyolnya membuat sang Mama harus dirawat di rumah sakit dan juga dirinya kini sudah berstatus memiliki dua istri meskipun pernikahan kedua tanpa izin istri pertamanya.

Terlalu sibuk memikirkan Juleha yang berada di kampung halaman membuat Dirga tidak menyadari jika Selin membuka pintu dan sudah berdiri di sampingnya di mana Selin melihat Dirga yang tidur di kursi dengan bersandar.

Selin tidak menyadari jika Dirga sebenarnya belum tidur dia hanya memejamkan kedua bola matanya dengan angan dan pikirannya sedang memikirkan Juleha istri pertamanya.

"Mas, dicari Tante maksdku Mama, " seru Selin dengan perlahan Selin sengaja memanggil Dirga dengan suara pelan karena dia tidak ingin membuat Dirga terkejut. Tapi rupanya apa yang dikatakan Selin tidak didengar oleh Dirga dikarenakan Dirga sedang melamun dan tidak fokus dengan keadaan sekeliling.

Selin menggigit Bibir bawahnya karena merasa sedikit kesal karena panggilannya tidak didengarkan oleh Dirga akan tetapi Selin menyadari jika Dirga sedang tidur dan mungkin karena rasa capek yang dialami sehingga Selin berusaha untuk memahami hal itu, Selin kembali masuk ke dalam tanpa Dirga bersamanya.

Sang Mama yang menunggu kedatangan Dirga dan melihat Celine hanya datang seorang diri mengeryitkan dahinya pandangan matanya lurus ke belakang menatap punggung belakang Selin berpikir jika Dirga berjalan di belakangnya akan tetapi sampai Selin berjalan mendekat ternyata Dirga tidak ada dibelakangnya membuat sang Mama menjadi penasaran dan bertanya.

"Dirga mana? '

" Mas Dirga diluar Ma. dia sedang tertidur dikursi, tadi Aku udah memanggilnya tapi sepertinya Mas Dirga sangat lelah dan tidurnya sangat pulas makanya Aku tidak mau membangunkannya lagi kasian. "

"Oh, begitu, Selin kalau Dirga bangun kamu dan Dirga pulang ke rumah kalian nikmati malam pengantin kkalian, bukankah ini malam pertama kalian jadi pulanglah ke rumah tidak perlu mengkhawatirkan Mama ataupun menunggu Mama di sini Mama baik-baik saja karena di sini sudah ada perawat yang akan menemani Mama Jadi kalian bisa pulang."

"Iya, Ma Selin akan menunggu Mas Dirga bangun baru Nanti Selin akan ajak pulang, tangan Mama bagaimana apa sudah enakan, "

"Sudah, tangan Mama tidak apa-apa hanya nyeri sedikit, "jawab Mama Dirga sambil tersenyum hatinya benar-benar merasa senang dan lega hingga rasa sakit yang ada di pergelangan tangannya tidak dia rasakan.

Disisi lain di sebuah Desa yang cukup padat penduduk, Julaeha yang baru saja pulang dari Jakarta dengan menggunakan kereta api dan turun di stasiun kota dan pulang ke desanya dengan menyewa Ojek kini telah sampai di halaman sebuah Rumah sederhana yang cukup luas.

Setelah memberikan uang kepada sang Ojek, Julaeha segera turun dari dalam taksi, tidak lupa Juleha mengucapkan terima kasih kepada bapak sopir taksi kemudian berjalan dengan menyeret koper dengan tangan kirinya memasuki halaman rumah berpagar bambu setinggi 1 meter.

Juleha Berhenti sejenak di depan pintu Kemudian dengan perlahan-lahan tangan halusnya yang berwarna kuning langsat mengetuk pintu dengan pelan.

"Tok....!

" Tok..!

"Tok..!

Tidak lama kemudian terdengar suara Kaki melangkah menuju pintu dan beberapa saat kemudian suara pintu dibuka dari dalam, kini pintu yang ada di depannya sudah terbuka, Julaiha langsung mengucapkan salam sambil mencium tangan sosok laki-laki tua paruh baya yang ada di depannya.

bibir Julaiha segera mengembang mendapati Siapa yang telah membukakan pintu untuknya rasa rindu yang dalam selama beberapa bulan tidak bertemu membuat Julaiha tidak bisa menahan rasa Rindunya, dengan penuh haru Julaiha memeluk dan mencium tangan sang Ayah.

"Ayah, selamat sore lLeha rindu sekali dengan Ayah. "

"Ayah juga Rindu denganmu Nak, Oh ya mana Suamimu apa dia masih di luar, suruh masuk saja, " tanya sang Ayah yang langsung keluar Rumah untuk melihat.

"Leha mana Suamimu dan kamu pulang dengan apa mana mobil yang mengantarmu? "

seolah-olah ada sesuatu yang mengganjal dalam kerongkongan Juleha sehingga dia tidak mampu berkata apa-apa selain kedua bola matanya yang mulai berkaca-kaca melihat hal itu sang ayah merasa sangat khawatir dan cemas.

"Julaiha katakan Nak, ada apa kenapa kau datang sendiri? "

"Bagaimana dia tidak datang sendiri Ayah, pastilah Suaminya sudah Bosan dan membuangnya, "

Sebuah suara yang tiba-tiba muncul dari dalam dengan sangat keras dan menyakitkan hati, bahkan telinga Julaiha seolah terkena sengatan api ingin marah tapi fakta dan kenyataannya memang benar apa yang dikatakan kakak tirinya Nita.

"Nita... jaga ucaoanmu, Adikmu baru datang kamu sudah membuatnya sedih, ayo cepat kau minta maaf. "

"Ayah ngapain Ayah menyuruh Nita untuk minta maaf apa yang Nita katakan itu semua benar, coba tanya kepada anak kesayangan Ayah ini apakah yang Aku katakan itu semua salah. "

"Nita, diam kau cepat bersihkan kamar tamu biar leha bisa cepat beristirahat. "

"Apa, Ayah menyuruh Aku untuk membersihkan kamar buat Leha, ogah banget Ayah sejak kapan Leha mau jadi Ratu di Rumah ini, biarkan dia sendiri yang kerjakan toh dia yang akan menempati untuk tidur kan, enak saja nyuruh-nyuruh Aku, Ogah, "

tampak laki-laki tua paruh baya itu menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya dengan perlahan sangat terlihat jelas jika di wajahnya timbul rasa kecewa dan marah akan tetapi dirinya tidak bisa memaksa agar kita mau menuruti semua perkataannya dikarenakan kita sudah berlari masuk ke dalam tanpa memperdulikan adiknya.

"Leha, maafkan kakakmu ya, dia memang akhir-akhir ini sering marah-marah jangan dimasukkan hati, pasti Suami kamu sedang sibuk dan kamu di minta untuk pulang dengan Naik taksi kan, sekarang ayo masuk dan rupanya kamu harus membersihkan sendiri kamar ini kakakmu pemalas sekali dan dia tidak maumau membantumu, "

"Tidak apa-apa Leha bisa kok Ayah tidak perlu khawatir, Ayah boleh pergi biar leha yang membersihkan kamar ini, "

"Baiklah, Ayah masuk ke dalam dulu, kamu yang sabar, "

"Ya, Ayah, "

Julaiha mulai membersihkan kamar tamu yang akan dia tempati dikarenakan kakaknya Nita tidak mau membantu sedikitpun bahkan kehadiran Juleha terlihat tidak disukai oleh Nita Kakak tirinya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!