Bughh...
Seorang gadis tiba - tiba saja menjatuhkan diri tepat di sebelah pria yang sedang sibuk dengan laptopnya. Pria itu melirik sekilas untuk melihat siapa yang sudah mengguncaang sofanya.
"Kamu kenapa sih Rai?." Tanya pria tampan yang masih sibuk dengan laptopnya.
"Aku capek banget hari ini. Setoran sampel dari UMKM menumpuk. Banyak sekali yang belum di sortir." Keluh Rainun sambil bergelendot pada abangnya yang masih mengotak atik laptop.
Rainun, gadis berhijab berusia 23 tahun. Bertubuh proporsional memiliki tinggi seratus lima puluh lima senti meter dengan kulit yang putih. Berparas cantik dengan hidung mancung yang diperindah dengan mata besar serta bulu mata yang lentik, membuat siapa saja akan betah berlama - lama memandangnya.
"Memang pegawaimu kemana?." Tanya Raihan yang masih berkutat dengan laptopnya. Raihan adalah kakak Rainun yang biasa dia panggil Abang.
"Ya ada bang, tapi semenjak berkurang satu orang jadi terasa lebih berat. Mbak Salma sudah cuti seminggu yang lalu karena sebentar lagi akan melahirkan." Jawab Rainun dengan wajah lesu lalu menghempaskan tubuhnya pada sandaran sofa.
Raihan pun menghentikan aktifitasnya dan melihat adik kesayangannya yang sedang memejamkan mata di sebelahnya.
*flashback on
1 mingu yang lalu,
Tok..
Tok..
Tok..
"Iya masuk." Si empunya ruangan mempersilahkan.
"Apakah kamu sedang sibuk, Rai?" Tanya seseorang sambil berjalan pelan ke arah Rainun.
"Eh mbak Salma" Rainun kemudian menghentikan aktifitas yang tertuju pada laptopnya.
"tidak kok mbak. Aku hanya sedang memeriksa laporan keluar dan masuknya barang yang mbak kirim kemarin. Ada apa mbak? Silahkan duduk mbak." Kata Rainun.
"Mmm ini Rai, mbak mau mengantarkan surat cuti." Jari mbak Salma yang terlihat berisi semenjak hamil menyodorkan sebuah amplop putih yang berisi surat. Rainun kemudian membuka amplop putih itu dan membacanya.
"Sudah waktunya ya mbak?." Tanya Rainun setelah membaca isi surat itu.
"Iya sudah mendekati Rai, perkiraan dokter sekitar dua belas hari lagi." Sahut mbak Salma.
"Hmmm. Hei baby, cepatlah keluar dengan sehat dan lancar ya, jangan menyusahkan ibumu saat ingin keluar nanti. Aunty sudah ingin mengajakmu bermain. Terima kasih sudah menjadi anak yang kuat, membantu aunty dan ibumu bekerja" Ucap Rainun sambil mengelus perut besar mbak Salma.
Mereka berdua tersenyum setelah Rainun mengungkapkan rasa terima kasihnya itu.
"Setelah melahirkan, mbak Salma akan kembali kerja kan?." Lanjut Rainun. Wajah penuh harapnya tak bisa ia sembunyikan.
"Iya Rai, semoga tidak ada halangan." Jawab mbak Salma yang tersenyum melihat wajah memelas saudara sepupu yang menjadi atasannya itu.
" Huaa dengan berat hati aku berikan cuti tiga bulan untuk mbak Salma. Tanpa mu tiga bulan ini sepertinya aku melihat gunungan pekerjaan di ujung sana mbak." Gelisah Rainun sambil menunjuk meja besar berisi tumpukan berkas.
"Trimakasih Rai. Hanya tiga bulan in syaa allah Rai, itu tidak akan lama. Kalau begitu mbak permisi dulu mau melanjutkan pekerjaan yang tinggal sedikit lagi." Pamit mbak Salma. Dia keluar sambil terkekeh kecil mengingat ekspresi wajah Rainun saat memberikan cuti padanya.
*flashback off
Huffttt....
Rainun membuang nafas beratnya.
"Mungkin kamu butuh pegawai baru Rai. Sepertinya sekarang makin banyak UMKM yang datang padamu menyetorkan produknya untuk di ekspor" Kata Raihan sambil mengusap sayang pucuk kepala Rainun yang bersandar di sandaran sofa.
Ya, mereka hanya dua bersaudara. Rainun adalah adik yang sangat disayangi Raihan, dari kecil Raihan selalu memanjakan Rainun. Raihan selalu menjadi tempat Rainun untuk bercerita, berkeluh kesah, dan meminta saran pastinya.
Setelah lulus kuliah, Rainun merintis usaha ekspor hasil kerajinan dari UMKM (usaha mikro kecil dan menengah) yang ada di sekitar wilayahnya. UMKM ini adalah usaha produktif yang dimiliki badan atau perongan yang kebanyakan adalah industri rumahan. Mulai dari produk fashion, peralatan dapur, souvenir hingga makanan ringan. Sudah banyak produk yang di ekspor oleh Rainun dan rekan nya. Mereka biasa mengekspor produk ke negara - negara di Asia seperti Malaysia, Singapura, China, Jepang, Korea, Thailand, hongkong dan beberapa negara lain.
Karena masih merintis, di kantor Rainun hanya memiliki delapan orang pegawai yang bekerja bersamanya, dia adalah mbak Salma dan suaminya mas Adi, mas Bagas, mas Surya, mbak Ani, Bara, Fitri dan Indah. Mereka semua adalah saudara sepupu Rainun.
Mereka biasanya mencari usaha rumahan berkualitas yang mau bekerjasama untuk mengekspor produknya ke macanegara. Dua bulan terakhir ini banyak sekali pengusaha UMKM baru yang menyetorkan produknya untuk di ekspor. Mereka datang sendiri tanpa Rainun cari karena mengetahui keberhasilan Rainun dan rekannya mengekspor produk hasil dari UMKM yang ada. Selain itu juga UMKM yang produknya berhasil di eksporpun banyak yang menyetorkan variasi produk baru sehingga Rainun dan rekan mulai kewalahan untuk menanganinya.
" Iya bang, aku rasa juga begitu. Tapi aku masih takut untuk mencari pegawai baru" Jawab Rainun yang kini menangkupkan kedua telapak tangannya di wajah cantiknya.
" Apa yang kamu takutkan hmm?" Tanya Raihan sambil memegang kedua tangan Rainun, menjauhkaan dari wajahnya.
"Entahlah ada perasaan takut saja. Aku kan baru merintis ini bang, susah payah aku merintis. Lagi pula abang tau sendiri kan, aku sulit untuk mempercayai orang baru? Aku takut aku tidak bisa mempercayai pegawai baruku" Keluh Rainun dengan mata yang berkaca - kaca.
"Iya abang tau, makanya pegawaimu sekarang adalah saudara sepupumu semua yang memang biasa kau bermain dengan mereka sedari kecil" Kata Raihan meledek.
"Iih abang, tapi memang mereka yang aku percaya memiliki kinerja bagus kan? Mereka itu sepupuku yang sangat profesional bang" Jawab Rainun membanggakan para sepupu yang bekerja dengannya.
" Harusnya kamu belajar untuk lebih percaya pada pegawai baru Rai, yaah kecuali kamu mau terus kewalahan begini dan usahamu hanya begini - begini saja. Semakin banyak pegawai yang berkualitas kan akan semakin menguntungkan juga. Usahamu akan lebih cepat berkembang dan lebih mudah menjamah UMKM di wilayah lain. Lagi pula ada sepupu - sepupumu yang pastinya juga ikut mengawasi kan? Jadi apa lagi yang kamu takutkan?" Kata Raihan mengalirkan keberanian pada adiknya.
" Dan ingat, untuk selalu menomorsatukan kesejahteraan pegawaimu. Itu adalah salah satu kunci dari kesuksesan sebuah perusahaan" Nasihat dari Raihan.
Rainun menimbang - nimbang apa yang di katakan Raihan. Semua yang dikatakan abangnya benar. Lagi pula kasihan juga pegawainya yang sekarang jika ia tidak segera mencari pegawai tambahan untuk membantu. Pasti pekerjaan mereka akan menjadi lebih berat.
"Hhmm baiklah akan aku fikirkan untuk membuka lowongan pekerjaan" Sahut Rainun yang masih terus berfikir.
"Abang faham lah, aku selalu mengutamakan kesejahteraan pegawaiku. Semua karena abang selalu mengingatkan. Terima kasih bang" Kata Rainun sambil bergelendot manja di tangan kekar abangnya.
Raihan melihat bangga ke arah Rainun. Tentang menomorsatukan kesejahteraan pegawai memang dari dulu selalu di ajarkan pada Raihan oleh mendiang ayahnya.
"Ngomong - ngomong abang lagi ngerjain apa tadi?" Tanya Rainun sambil mengintip layar laptop Raihan yang masih menyala.
"Ooh ini ada proyek perumahan baru, abang sedang menyusun disain interiornya" Jawab Raihan memamerkan hasil disainnya.
Raihan memiliki sebuah perusahan yang bergerak di bidang properti peninggalan mendiang ayahnya. Semenjak di tangan Raihan, perusahaan itu berkembang sangat pesat.
"Ya sudah kamu mandi lalu beristirahat. Jangan lupa makan malam Rai" Lanjut Raihan
"Iya iya. Abang sudah makan?" Tanya Rainun yang kemudian beranjak dari sofa tempat ia dan Raihan duduk.
"Sudah, abang sudah makan tadi" Jawab Raihan yang kemudian kembali berkutat dengan laptopnya.
"Jangan terlalu banyak makan camilan Rai, tidak baik untuk kesehatan" Ucap Raihan memperingatkan.
"Eeh Tapi bang, ngemil itu kan kesejahteraanku. Aku harus mengutamakan kesejahteraanku juga dong, hehe" Jawab Rainun sambil nyengir kuda dan keluar dari ruang kerja abangnya.
Raihan hanya menggelengkan kepala tersenyum melihat tingkah adiknya yang memang doyan makan camilan. Dirumahnya ada banyak toples berisi makanan ringan. Semua itu karena mulut Rainun yang sulit berhenti mengunyah.
Setelah memikirkan nasihat dari Raihan, Rainun akhirnya memutuskan untuk menambah pegawainya.
Rainun sudah sangat kewalahan dengan banyaknya produk yang harus dipromosikan di pasar mancanegara. Kabar baiknya, produk - produk yang berhasil di ekspor Rainun mendapat respon yang sangat baik dan selalu mendapat pemesanan ulang yang tinggi.
Rainun sangat memerhatikan kualitas produk yang dikirim. Mulai dari rasa untuk makanan, kebersihan, bahan - bahan yang digunakan, kemasan, kerapihan, hingga izin edar yang didapat juga tak luput dari pengawasan Rainun dan rekannya.
Bara dan Fitri sebagai penanggung jawab UMKM langsung, sering kali melakukan kunjungan mendadak kepada para pengusaha rumahan tersebut untuk mengecek kondisi produk tanpa ada rekayasa.
Rainun menerima sepuluh orang pegawai baru yang kemampuannya sesuai dengan kriteria yang ia perlukan.
"Selamat pagi semua." Sapa Rainun pada para pegawai baru yang mulai bekerja hari ini. Mereka berkumpul di ruang pertemuan untuk mendapat pengarahan.
"Selamat datang dan selamat bergabung di RR eksportir. Saya Rainun selaku CEO dari RR eksportir." Ucap Rainun menyambut pegawai barunya dan mulai memperkenalkan diri.
"Terima kasih sudah hadir tepat waktu hari ini dan kedepannya saya harap kalian akan selalu datang tepat waktu. Disini saya sudah membagi kalian menjadi tiga team sesuai dengan kemampuan dan minat kalian saat tes. Perkenalkan ini pak Adi dan asistennya pak Bagas beliau adalah penanggung jawab sektor gudang yang mengurus keluar dan masuknya barang. Disebelahnya ada pak Surya, dan sekretarisnya bu Ani beliau adalah penanggung jawab pengemasan, izin dan pemasaran produk. Kemudian ada Pak Bara dan sekretarisnya bu Fitri beliau adalah penanggung jawab produk dan pelaku UMKM serta yang terakhir ada sekretaris saya bu Indah." Ucap Rainun memperkenalkan rekan-rekannya.
"Kalian bisa langsung mengikuti masing - masing sektor yang sudah di tentukan untuk mendapatkan pengarahan selanjutnya. Saya harap, kalian bisa bekerja sama dengan baik dan bersinergi untuk mengembangkan perusahaan kita ini. Segala macam saran dan kritik yang membangun akan kami terima dengan senang hati. Terima kasih." Ucap Rainun mengakhiri.
Setelah mendapat pengarahan dan sambutan dari Rainun, mereka kemudian menuju ruangan masing - masing untuk mulai bekerja.
Tok...
Tok...
Tok...
"Iya masuk" Seru Rainun dari dalam ruangannya.
"Kak Rai, aku sudah mengirimkan laporan produk yang sudah di ekspor minggu ini dan hasil sortir produk yang akan di ekspor." Jelas Indah yang berdiri di depan Meja besar di pojok ruangan Rainun.
Saat di kantor, persepupuan ini terbiasa memanggil tanpa menyebut pak atau bu. Ini adalah keinginan Rainun agar terasa nyaman dan lebih akrab. Mereka memanggil seperti biasa panggilan mereka dirumah.
"Dan kak, satu jam lagi kakak ada jadwal meeting dengan mitra yang berada di Jepang dan Singapura via Zoom meeting." Imbuh Indah.
"Baiklah, terimakasih dik. Nanti kamu dan mas Surya tolong dampingi kakak saat meeting ya. Tolong sampaikan pada mas Surya" Jawab Rainun. Ia lalu membuka email yang dikirimkan oleh Indah dan memeriksanya.
Satu jam berselang, Rainun melanjutkan aktifitasnya yaitu Zoom meeting dengan mitranya. Kali ini ia di dampingi oleh Indah dan mas Surya saat melaksanakan meeting.
Tak terasa tiga jam berlalu. Mereka melakukan meeting panjang yang menguras tenaga dan fikiran. Adanya masalah pengembalian barang yang di ekspor ke Jepang karena tidak memenuhi standar di sana membuat Rainun semakin berfikir keras.
Nyuut...
Nyuuut...
"Astaga, kenapa kepalaku tiba-tiba sakit? Sepertinya harus aku istirahatkan dulu otak yang hampir terbakar ini" Kata Rainun bermonolog.
Rainun kemudian mematikan laptopnya dan berjalan menuju sofa panjang di ruangannya, berniat untuk merebahkan tubuhnya sebentar.
Tok...
Tok..
Tok..
"Iya masuk." Sahut Rainun yang baru saja merebahkan tubuhnya di sofa.
Seketika ia langsung terbangun dan berjalan menuju kursi kebesarannya untuk menyambut tamu yang datang.
Ceklek... Terdengar suara pintu terbuka.
Kemudian orang itu masuk dan duduk di hadapan Rainun dengan wajah yang gusar.
"Dik, mas mau izin pulang" Ucap seseorang setelah duduk di hadapan Rainun.
"Hmm ada apa mas? Apa mbak Salma sudah mau melahirkan?" Tanya Rainun yang memperhatikan kegusaran di raut wajah lawan bicaranya.
"Iya, barusan mas di telfon bapak. Ketuban Salma pecah dan sekarang dia sudah di perjalanan menuju ke rumah sakit." Sahut pria itu dengan wajah cemas.
Ya pria itu adalah mas Adi. Begitu mendapat telfon dari orang tuanya, dia bergegas menemui Rainun untuk meminta izin.
"Ya sudah mas. Lekas susul lah mbak Salma, kasihan dia." Jawab Rainun mengerti.
"Terima kasih ya dik." Ucap mas Adi yang dibalas senyum dan anggukan oleh Rainun.
Waktu berjalan cepat, jam menunjukkan pukul 16.00 waktu bekerja telah usai.
Rainun membereskan laptop dan juga beberapa berkas untuk di bawa pulang.
Seperti biasa, Rainun selalu menjadi orang yang terakhir keluar kantor jika tidak ada pekerjaan diluar.
Sebelum pulang, ia selalu mengecek setiap ruangan untuk memastikan apakah ada pegawai yang lembur atau tidak. Jika ada pegawai yang lembur, biasanya Rainun akan menemani pegawainya tersebut, entah di ruangan pegawainga atau di ruangannya.
Beruntungnya kali ini semua pegawainya sudah pulang. Ia kemudian menemui satpam untuk memintanya mengecek keamanan setiap ruangan.
Rainun dengan santai melajukan mobilnya menuju rumah. Setibanya dirumah dia langsung masuk ke kamarnya dan membersihkan diri. Tiga puluh menit kemudian dia keluar kamar dengan baju santainya. Rainun menuju ruang keluarga untuk menonton tv, tak lupa dia mengambil setoples basreng pedas, camilan kesukaannya.
Drrrtt....
Drrttt...
Hp Rainun bergetar. Dilihatnya siapa yang memanggil. Setelah tau siapa yang memanggil, ia buru-buru mengangkatnya.
"Waalaikum salam mas, bagai mana mbak Salma?" Tanya Rainun begitu menjawab salam.
"Alhamdulillah mbakmu sudah melahirkan secara normal dik. Anak kami laki-laki" Ucap mas Adi dari sebrang telefon.
"Alhamdulillah, aku punya ponakan baru. in syaa allah malam nanti Rainun akan kesana mas, untuk menjenguk mbak Salma dan bayinya." Seru Rainun tak kalah bahagia.
"Iya dik. Assalamualaikum" Ucap mas Adi.
"Waalaikum salam" Lalu Rainun mengakhiri sambungan telefonnya.
"Siapa yang menelfon Rai?" Tanya Raihan yang baru keluar dari kamarnya. Berniat bergabung untuk menonton tv dengan Rainun.
"Mas Adi, bang. Mengabarkan kalau mbak Salma sudah melahirkan. Anaknya laki-laki." Ujar Rainun terlihat ikut bahagia.
"Alhamdulillah" Jawab Raihan singkat, lalu menghempaskan tubuhnya di sofa.
"Nanti malam kita jenguk ya bang. Ajak kak Sofia sekali." Ajak Rainun
"Baiklah, nanti abang akan menghubungi Sofia." Jawab Raihan, kemudian memasukkan basreng ke mulutnya.
"Uhuk.. Uhuk.. Astaga Rai, kenapa ini pedas sekali. Uhuuk uhuuk" Ucap Raihan yang terbatuk karna tersedak bubuk cabai.
Rainun berlari untuk mengambilkan air minum abangnya itu. Raihan langsung menenggak habis air minum yang di bawa oleh Rainun.
"Makanya bang jangan coba-coba. Lagian abang kan bukan pecinta pedas. Ini juga baru level tiga kok." Omel Rainun.
Raihan yang kena omel pun hanya mencebikkan mulutnya lalu berjalan ke dapur mengambil disert di kulkas untuk meredakan mulutnya yang terasa terbakar.
"Den, non. Mau simbok masakkan apa untuk makan malam?" Tanya mbok Surti yang menghampiri kakak beradik itu.
"Tidak usah masak mbok. Nanti Rainun dan abang makan di luar saja, sekalian akan menjenguk mbak Salma." Jawab Rainun.
"Baiklah kalau begitu" Jawab mbok Surti lalu kembali ke dapur.
Kakak beradik itu pun melanjutkan aktifitasnya menonton tv sambil memakan camilan dan disert yang mereka bawa masing - masing.
Malam hari ba'da magrib, Raihan dan Rainun sudah siap untuk pergi menjenguk mbak Salma dan bayinya.
"Rai, cepetan. Lama banget sih!" Teriak Raihan dari ruang tamu. "Padahal tadi sudah bersiap dari sebelum magrib. Dia sendiri yang bilang ba'da magrib langsung berangkat. Kalau ini namanya menjelang isya" Gerutu Raihan.
Karna tidak mendengar sahutan dari Rainun, ia pun berteriak lagi. "Astaga, Rainuuuunnnnnn" Suaranya menggema se antero rumah.
"Iya iya bawel. Ini lagi jalan tau" Sungut Rainun yang berjalan santai.
"Wahhhh, ini baru satu wanita. Bagaimana jika aku hidup dengan dua wanita nantinya, adik dan istriku. Bisa-bisa suaraku akan semakin merdu, melengking hingga sepuluh oktaf" Omel Raihan sambil mengelus dadanya.
"Kalau begitu abang tinggal sendiri saja di hutan" Sahut Rainun cuek sembari melangkahkan kaki ke mobil abangnya.
Raihan hanya menggelengkan kepala mendengar jawaban Rainun.
"Mbok, aku dan Rainun pergi dulu. Pintu rumah aku saja yang mengunci agar tidak membangunkan simbok nanti jikalau kami pulang larut" Pamit Raihan pada simbok yang sudah menunggu di ruang tamu.
"Baik den, kalau begitu simbok masuk dulu" Sahut mbok Surti
"Abang cepat. Tadi nyuruh Rainun cepat-cepat. Abang sendiri tuh yang lama" Teriak Rainun dari dalam mobil.
Raihan yang mendengar teriakan Rainun pun menghentakkan kakinya gemas. Melihat tingkah abangnya dari dalam mobil, Rainunpun cekikikan sendiri.
Raihan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju rumah Sofia, tunangannya. Raihan dan Sofia sudah resmi bertunangan tujuh bulan yang lalu.
" Bang, kak Sofia memangnya sudah siap?" Tanya Rainun.
"Mmmm coba kamu hubungi. Sebentar lagi kita akan sampai di rumahnya" Sahut Raihan yang masih fokus menyetir.
Tuuutt... Tuuut... Terdengar suara sambungan telefon dari hp Rainun.
"Assalamualaikum kak, kakak sudah siap? Kita lima menit lagi sampai nih" Ujar Rainun.
"Waalaikum salam. Iya kakak sudah siap kok Rai" Suara Sofia di ujung telefon.
"Baiklah kalau begitu kak" Kata Rainun lalu memutuskan sambungan telefonnya.
Jarak antara rumah Rainun dan Sofia memang tidak terlalu jauh, hanya perlu waktu sepuluh menit berkendara. Tak lama, merekapun sampai dirumah Sofia.
Tok..
Tookk..
"Assalamualaikum" Seru Rainun sambil mengetuk pintu rumah Sofia.
"Waalaikum salam." Terdengar suara Sofia dan mamanya menjawab salam.
Sofia bergegas membuka pintu rumahnya lalu keluar diikuti mamanya.
"Eh mama, apa kabar?" Tanya Rainun sambil menyalami mamanya Sofia, diikuti oleh Raihan yang juga menyalami calon mertuanya itu.
"Alhamdulillah sehat Rai" Jawab mamanya Sofia sambil mengelus bahu Rainun.
"Ma, Raihan ajak Sofia pergi dulu ya? Mau menjenguk saudara sepupu kami yang baru melahirkan." Izin Raihan.
"Iya nak, hati - hati ya. Jangan pulang terlalu larut" Jawab mama Sofia memberikan izin.
Sudah satu bulan Sofia hanya tinggal bersama mamanya. Papanya sedang melakukan dinas luar negri ke kantor pusatnya yang berada di Australia selama empat bulan.
Setelah berpamitan, merekapun berjalan memasuki mobil yang sudah terparkir rapi di halaman rumah Sofia.
Rencananya, mereka akan pergi makan malam terlebih dahulu.
"Kita mau makan malam di mana?" Tanya Sofia membuka percakapan.
"Aku ingin makan nasi rawon kak, sepertinya enak" Jawab Rainun.
"Mmm bagaimana kalau kita ke rumah makan khas Surabaya. Lagi pula disana juga banyak pilihan menu lainnya" Usul Raihan.
Rainun dan Sofia menganggukkan kepala tanda setuju dengan usul Raihan. Lima menit kemudian mereka tiba di Rumah Makan yang di tuju.
Mereka bertiga masuk ke dalam Rumah Makan tersebut dan memilih untuk duduk lesehan di saung yang tersedia. Tak lama kemudian, pelayan datang dengan membawakan buku menu.
"Kamu mau makan apa sayang?" Tanya Raihan sambil memandang kagum Sofia. Walaupun sudah bersama selama tiga tahun, Raihan tetap saja selalu terkagum - kagum setiap memandang Sofia.
"Mmm aku mau soto aja deh yang, minumannya jus jeruk" Jawab Sofia lalu menyodorkan buku menunya ke Rainun.
"Aku mau nasi rawon bang. Minumnya samakan saja dengan kak Sofia" Kata Rainun.
"Kalau begitu kami pesan bebek bakar satu, soto Surabaya satu, nasi rawon satu, satu porsi mendoan dan tiga gelas jus jeruk" Ujar Raihan pada pelayan. Pelayan pun mencatat pesanan mereka dan bergegas menuju ke dapur untuk menyiapkan pesanan.
"Bagaimana menurutmu dengan cincin berlian yang kemarin kita lihat?" Tanya Raihan membuka percakapan sembari mengelus rambut Sofia mesra.
"Bagus, aku suka. Kita pesan itu saja untuk pernikahan" Ucap Sofia yang tak kalah mesra memandang Raihan.
"Kenapa dengan jarimu ini sayang?" Tanya Raihan yang melihat luka sayatan di jari telunjuk Sofia.
"Ooh ini tadi aku tidak sengaja melukainya saat memotong buah" Jawab Sofia sembari melihat lagi hasil karyanya di jari telunjuknya itu.
"Apakah masih sakit? Sepertinya cukup dalam" Tanya Raihan sembari mengelus jari telunjuk Sofia yang terluka. "Lain kali hati-hati sayang" Lanjutnya
"Tidak, sudah tidak sakit. Ini hanya luka kecil sayang" Jawab Sofia sembari mengelus punggung tangan Raihan.
"Astagaaaa siapa aku? Dimana ini? Apakah aku sudah di alam lain?" Seru Rainun mengagetkan. Ia sudah tidak tahan melihat ke uwuan dua sejoli di hadapannya itu.
Sofia yang melihat tingkah adik iparnya itu hanya bisa tertawa.
"Tidak Rainun, kamu masih berada di dunia yang fana ini" Jawab Raihan dengan membulatkan suaranya.
"Sepertinya aku sudah berada di alam lain. Aku sudah tidak terlihat oleh dua manusia ini. Ya tuhaan" Jawab rainun sambil menutup mata dan telinganya. Suaranya dibuat seolah-olah dia sedang panik.
Raihan pun akhirnya ikut tertawa dengan Sofia. Dia sudah tidak bisa berkata - kata lagi melihat tingkah menggemaskan adiknya itu. Tak lama, makanan mereka sampai. Mereka makan sambil sesekali melakukan candaan yang memecah tawa mereka.
Setelah makan malam, mereka memutuskan untuk pergi ke toko perlengkapan bayi yang berada tidak jauh dari rumah makan yang mereka singgahi untuk membeli hadiah.
Di dalam toko...
"Kak, kira-kira kita beri hadiah bayinya mbak Salma apa ya?" Tanya Rainun pada Sofia sembari melihat barang - barang yang ada di dalam toko itu.
"Hmmm sepertinya ransel perlengkapan bayi ini bagus Rai. Simpel tapi tetep kece" Kata Sofia menunjukkan apa yang dia temukan.
"Iya ya. Ya sudah kita ambil itu saja. Mmm kita tambahkan beberapa baju juga kak." Kata Rainun.
Setelah memilih tas dan beberapa pakaian bayi, Rainun menuju ke kasir untuk membayar. Sedangkan Sofia melangkah keluar terlebih dahulu untuk membeli buah-buahan yang berada di kios sebrang.
Sementara di dalam mobil...
"Kenapa lama sekali sih wanita-wanita itu. Apa pula yang di beli?" Gerutu Raihan. Seperti laki-laki kebanyakan, Raihan sangat tidak sabar saat menunggu atau menemani para wanitanya berbelanja.
"Nah nah nah itu lagi, malah pergi ke sebrang. Apa lagi sih yang di cari?" Imbuhnya sambil melihat Sofia yang pergi ke kios di sebrang.
Braaak...
"Astaga Rai, bisa enggak sih tutup pintunya pelan-pelan?" Omel Raihan. Rainun hanya mengangkat sebelah alisnya menanggapi Raihan.
Kemudian, braak...
"Astagaa memang kalian sama saja ya. Kalian tau kan kalau pelan juga itu pintu mobil bisa ketutup." Omel Raihan lagi. Sofia pun hanya nyengir kuda mendengar omelan calon imamnya itu.
Akhirnya setelah derama pintu mobil, mereka melanjutkan perjalanan ke rumah sakit tempat mbak Salma bersalin.
Di rumah sakit..
"Assalamualaikum." Ucap Rainun sambil membuka pintu.
"Waalaikum salam." Jawab orang-orang yang ada di dalam ruangan serempak. Di dalam ruangan itu ada mbak Salma, mas Adi, si kecil dan juga ada bude Nur, ibu mbak Salma.
Rainun meletakkan hadiah dan juga buah yang mereka bawa di nakas yang berada di sebelah mbak Salma. Lalu ia langsung memeluk mbak Salma mengucapkan selamat atas kelahiran jagoannya.
"Tak perlu repot-repot bawa hadiah Rai, kalian berkunjung saja, mbak sudah senang." Kata mbak Salma.
"Enggak repot sama sekali kok mbak." Jawab Rainun. Tak lupa mereka bertiga juga menyalami mas Adi dan bude Nur.
"Apa kabar bude, Rainun kangen" Ucap Rainun sambil memeluk bude Nur.
"Alhamdulillah bude sehat nduk. Rainun ini sudah lama ndak tengok bude". Tanya bude Nur sambil mengelus kepala Rainun.
"Maaf bude, akhir - akhir ini aku lumayan sibuk." Jawab Rainun sambil nyengir.
"Waah lucu sekali bayinya mbak. Sofia boleh gendong?" Tanya Sofia yang sudah terlebih dahulu menuju box dimana bayi mbak Salma tertidur. Sebelumnya mereka sudah membersihkan tangan dengan hand sanitizer yang berada di dekat pintu masuk ruangan.
"Boleh Sofia, silahkan saja jika ingin menggendong" Jawab mbak Salma tersenyum.
"Eeh eh Sofia, kamu bisa?" Tanya Raihan khawatir saat melihat Sofia mengangkat bayi mungil itu dari boxnya.
"Bisa doong" Jawab Sofia sambil menimang-nimang si bayi.
"Hati-hati Sofia, nanti kalau bayinya kenapa-kenapa dan kamu diminta menggantinya bagaimana? Kita belum berlatih untuk itu" Kata Raihan yang mengundang gelak tawa seisi ruangan.
"Kak Sofia, aku mau lihat" Seru Rainun yang kemudian berlari kecil ke arah Sofia
"Waahhhh gemass sekali sih dek, pipinya gembil bibirnya merah. Hidungmu itu loh uuuhhh" Ucap Rainun sambil mencubit kecil hidung si bayi.
"Abang, cepat buatkan aku ponakan yang lucu seperti ini" Rengek Rainun.
Raihan dan Sofia yang mendengar pun sama - sama membulatkan mata kaget dengan permintaan Rainun yang tiba - tiba.
"Nanti ya bertahap, di halalin dulu." Ucap Raihan yang kembali memecah tawa.
"Iya le Raihan. Kapan kalian akan menikah? Kalian kan sudah lama bertunangan. Sepertinya Rainun sudah tidak sabar nguyel-nguyel keponakannya." Kata bude Nur terkekeh.
"In syaa allah secepatnya bude, doa kan saja ya, mudah-mudahan semua di perlancar." Jawab Raihan yang di balas senyum dan anggukan dari bude Nur.
Dua puluh menit mereka berada di dalam ruangan. Akhirnya Raihan mengajak Sofia dan Rainun untuk pulang ke rumah karena hari sudah mulai larut.
"Sofia, Rainun. Ayo kita pamit pulang, malam semakin larut. Mbak Salma juga perlu beristirahat" Ajak Raihan.
"Iya ayo bang" Jawab Rainun singkat. Mereka bertiga lalu berpamitan kepada mbak Salma, mas Adi juga bude Nur.
Setelah lima belas menit berkendara, mereka sampai di rumah Sofia.
"Kalian hati-hati ya." Ucap Sofia setelah turun dari mobil.
"Iya kak, kami langsung pulang ya. Salam untuk mama" Kata Rainun.
Raihan dan Rainun pun melanjutkan perjalanan untuk pulang ke rumah mereka.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!