NovelToon NovelToon

Bukan Salah Cinta

Bab 1 : BSC

"Ini upahmu minggu ini" seorang pria berusia 45 tahunan memberikan beberapa lembar uang pada seorang gadis. Saat ini mereka tengah berdiri didalam sebuah toko roti dan kue.

"Terimakasih paman" ucap gadis itu sembari menerima uang itu. Ini adalah gaji mingguan yang biasa ia terima.

"Jangan lupa besok datanglah lebih awal, nanti aku akan memberimu bonus" ucap paman itu menepuk pundak gadis didepannya.

"Baik..." jawab gadis itu seraya tersenyum manis.

"Ya sudah sana pulang, nanti ibumu mencarimu" ucap paman itu lagi

Gadis itu pun pamit dan melangkahkan kakinya keluar dari toko roti dan kue. Beberapa karyawan lain masih bekerja didalam sana. Gadis itu memang selalu disuruh pulang lebih awal karena paginya ia harus kuliah.

Ayura Azura adalah nama gadis itu. Gadis berparas cantik dan memiliki kepribadian ceria. Saat ini usianya baru menginjak 20 tahun, namun ia harus bekerja demi menyambung hidupnya bersama dengan ibunya dikota yang sudah ia tempati selama 2 tahun ini. Beruntung seorang pria bernama paman Sam mau memberinya pekerjaan part time di toko roti dan kue miliknya.

Saat ini Yura tengah mengendarai motor maticnya menuju kontrakannya. Jalanan masih cukup ramai karena ini belum terlalu larut. Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, biasanya Yura pulang lebih awal, tapi karena tadi ia harus mengantar beberapa pesanan dulu untuk pelanggan hingga ia harus pulang lebih malam.

"Aku harus lebih cepat lagi, ibu pasti sudah menungguku untuk makan malam" ucap Yura sembari tetap fokus mengendarai motornya. menyalip beberapa kendaraan didepannya.

Yura menambah kecepatan motornya saat melintas dijalanan yang cukup sepi. Dari arah berlawanan sebuah mobil melaju kencang sambil terus membunyikan klakson.

Tin...tin..tin...

Suara klakson mobil didepan sana memecah keheningan malam itu. Yura yang melihat terlihat panik karena mobil didepannya melaju dengan berbelok-belok seperti hilang kendali. ia segera menepikan motornya dan berhenti.

"Aaaaaaaaa...!!!" Yura berteriak kencang sambil menyilangkan kedua tangannya diwajahnya saat mobil itu melaju ke arahnya yang masih duduk diatas motor.

Brakkkkkk!!!

Mobil itu membanting setir ke kiri dan menabrak pembatas jalan. Merasa aman dan mendengar suara benturan keras, Yura menurunkan tangannya dan langsung membuka matanya. Disebelah kanannya mobil itu sudah berhenti dan menabrak pembatas jalan.

"Ya Tuhan... aku harus menolongnya!!" Yura begitu panik dan bergegas turun dari motornya, ia berlari ke arah mobil itu dan mengetuk pintu mobil itu untuk memastikan orang didalam mobil itu baik-baik saja.

Tok.. tok.. tok

"Hei.. buka pintunya..!! apa kamu baik-baik saja...?!!" Yura berteriak, namun tidak ada jawaban dari dalam sana.

Dari kaca mobil Yura mengintip dan melihat seorang pria yang membenamkan wajahnya ke setir mobil. Melihatnya, Yura semakin bertambah panik dan menduga kalau pria didalam sana meninggal. Kemudian ia kembali menggedor-gedor pintu mobil.

Berisik!! Itulah yang terdengar ditelinga pria yang berada didalam mobil. Perlahan ia mengangkat wajahnya, melihat ke arah Yura yang sedang mengetuk-ngetuk kaca mobilnya dengan wajah panik dan cemas. Dipegangi kepalanya yang terasa sedikit pusing, kemudian ia membuka pintu mobilnya.

Melihat pintu mobil terbuka, Yura melangkahkan kakinya mundur dua langkah. Didepannya kini berdiri seorang pria tampan berhidung mancung dan memiliki tinggi ideal.

"Ya Tuhan, dia kan Elvano Keenandra! Semoga dia tidak mengenaliku" batin Yura merasa panik.

Elvano Keenandra, 22 tahun. Pria tampan yang mendapat julukan pangeran kampus. Tidak ada yang bisa menolak ketampanan dan pesonanya, termasuk Yura yang sudah lama menaruh hati pada padanya. Diam-diam Yura sering mengirim surat cinta untuk Vano.

"Kenapa? Apa kamu tidak pernah melihat pria tampan?" Vano bertanya saat melihat gadis itu tak berkedip melihatnya.

"Ehemm... jangan salah paham. Mobilmu itu hampir menabrakku dan motorku! Apa kamu tidak pakai mata saat menyetir tadi??" ucap Yura berpura-pura kesal. Sebenarnya ia sangat gugup karena ini untuk pertama kalinya ia berhadapan langsung dengan Vano.

Vano menoleh ke arah mobilnya, bagian depan mobilnya rusak parah. Sementara disekitar situ nampak sepi dan tidak ada kendaraan lewat.

"Remnya tiba-tiba saja blong, aku juga tidak tau kenapa" Vano menjawab, sedetik kemudian ia melihat ke arah motor Yura.

"Antarkan aku pulang, nanti aku akan membayarmu" ucap Vano.

"Hei!! Kamu pikir aku tukang ojek apa??" Yura berseru dengan kesal dan meminta Vano untuk naik ojek saja.

Dengan cepat Vano menarik tangan Yura saat gadis itu hendak berbalik. Kini jarak mereka begitu dekat dan Yura bisa merasakan hembusan nafas Vano. Pandangan mata mereka saling bertemu.

Deg..deg..deg...

Jantung Yura seperti melompat-lompat dan akan keluar dari tempatnya.

"Aku akan membayarmu satu juta jika kamu mau mengantarku pulang" ucap Vano membuyarkan lamunan Yura.

Yura mendorong tubuh Vano sedikit menjauh. Nominal itu tentunya sangat besar baginya, biasanya ia hanya bisa menghasilkan uang beberapa ratus ribu dalam seminggu jika bekerja di toko.

Tanpa mendengar persetujuan Yura, Vano mengambil jaket dan mengunci mobilnya. Setelahnya ia berjalan ke arah motor Yura dan menaikinya, meninggalkan Yura yang masih berdiri terpaku disamping mobilnya.

"Cepat kemarilah atau aku akan meninggalkanmu disini!" Vano berteriak, Yura kembali tersadar dan berjalan mendekat.

"Hei!! Aku belum bilang setuju!" protes Yura saat melihat Vano sudah duduk diatas motornya.

"Cepat naik atau aku tinggal!" Vano memberi perintah dan sedikit mengancam. kali ini Yura tidak bisa protes lagi karena Vano sudah menyalakan mesin motornya.

Dengan kecepatan penuh Vano melajukan motor dengan membonceng Yura dibelakangnya. Hari ini untuk pertama kalinya Yura bisa sedekat itu dan bisa mencium aroma tubuh Vano. Pikirannya mulai berkhayal.

Dari kaca spion Vano bisa melihat ekspresi wajah Yura dan menyuruhnya untuk berpegangan yang erat karena ia akan menambah kecepatan.

Dari arah belakang Yura tidak begitu mendengar ucapan Vano. Ia berteriak histeris dan spontan tangannya melingkar dipinggang Vano saat motornya melaju lebih kencang. Suasana malam itu yang dipenuhi oleh bintang-bintang dan sinar bulan membuat kesan romantis diantara mereka seperti sepasang kekasih yang sedang berpacaran.

Setelah menempuh perjalanan hampir 20 menit, motor itu berhenti mendadak hingga kening Yura membentur tungkak kepala Vano dan ia memegangi keningnya.

Saat ini mereka sudah berada didepan gerbang sebuah rumah mewah yang memiliki halaman sangat luas. Sudah bisa dipastikan jika itu pasti adalah rumah Vano.

Yura turun dari atas motor dengan diikuti oleh Vano. Tangan Vano mengambil dompet dari saku celananya dan memberikan sejumlah uang yang sudah ia janjikan tadi pada Yura. Ditariknya tangan gadis itu dan ditaruhnya uang-uang itu diatas telapak tangannya.

"Terimakasih tukang ojek" ucap Vano kemudian berlalu pergi sebelum Yura sempat menjawab.

Seorang penjaga rumah sudah membukakan pintu gerbang itu dan Vano masuk kedalamnya. Yura kembali tersadar dan meneriaki Vano untuk mengembalikan uangnya namun Vano hanya melambaikan tangannya tanpa menoleh kebelakang.

Pintu gerbang sudah ditutup rapat kembali. Yura berfikir mungkin besok saja ia akan mengembalikan uang itu pada Vano. Dengan menaiki motornya kembali, Yura pergi meninggalkan rumah mewah itu.

-

-

Dikediaman Mahesa.

Seorang pria berusia 50 tahunan sedang duduk disofa. Wajahnya masih terlihat tampan dan tubuhnya masih begitu gagah. Pandangannya beralih dari layar tv ke arah putranya yang baru datang.

"Elvano, dari mana saja kamu jam segini baru pulang?" tegur Mario membuat langkah putranya itu terhenti.

"Vano habis nongkrong sama teman" Vano menjawab dengan nada dingin tanpa menoleh ke arah papanya.

"Vano, kamu ini kan sudah semester 6. Kamu harus fokus belajar biar nanti bisa menjadi penerus papa diperusahaan" Mario sedikit kesal, namun ia mencoba bersabar menghadapi sikap putranya.

"Vano tidak tertarik" Vano kembali menjawab dengan dingin dan memilih melangkahkan kakinya pergi menaiki tangga menuju ke kamarnya. Saat ini ia tidak ingin berdebat dengan papanya.

Melihat sikap Vano, Mario hanya bisa menghela nafas panjang. Hubungannya dengan Vano memang memiliki jarak, apalagi ia sering bertengkar dengan istrinya hingga putranya itu lebih memilih menjauh setiap mendengar pertengkaran kedua orangtuanya.

🌟🌟🌟

Dengan kecepatan penuh Yura kembali melajukan motornya menuju rumah kontrakannya. Saat hampir sampai ia melihat seorang pria berbadan tinggi besar tengah mengeluarkan barang-barangnya dari dalam kontrakan. Sementara ibunya berusaha menghalang-halangi sambil menangis. Tiba-tiba tubuhnya terdorong ke belakang hingga jatuh terduduk.

Melihatnya, Yura segera memakirkan motornya dan bergegas turun, berlari mendekat untuk menolong ibunya yang jatuh.

"Bibi apa yang kamu lakukan?!" Yura berseru melihat ke arah ibu kontrakan yang hanya menjadi penonton.

"Hei Yura! Kalian sudah 2 bulan tidak bisa bayar kontrakan. Jadi kalian harus mengosongkan tempat ini malam ini juga!" ibu kontrakan itu menunjuk dengan marah.

Uang Yura belum terkumpul, dan ia juga belum membayar kuliahnya. Tiba-tiba ia teringat uang yang diberikan oleh Vano tadi dan bergegas bangun, merogoh saku jaketnya untuk mengambil uang itu lalu menyerahkannya pada ibu kontrakan. ia rasa uang itu cukup untuk membayar tunggakan kontrakan selama 2 bulan.

"Kekurangannya aku akan melunasinya minggu depan" ucap Yura

Dengan senang Ibu kontrakan menerima uang itu dari tangan Yura dan langsung menyuruh anak buahnya untuk berhenti, mereka pergi meninggalkan tempat itu yang sudah terlihat begitu berantakan.

"Dari mana kamu dapat uang sebanyak itu nak?" Hanum berjalan mendekat, ia tau gaji Yura seminggu tidak akan sampai 1 juta.

"Tadi Yura dapat bayaran lebih Bu" tak ingin ibunya cemas, Yura terpaksa berbohong dan menyuruh ibunya untuk masuk kedalam rumah dan beristirahat.

Sebenarnya Hanum tidak begitu percaya dengan ucapan Yura, namun saat ini ia tidak ingin membahas tentang hal itu. Langkah kakinya menuntun masuk ke arah pintu. Disana ia berhenti dan kembali menoleh ke arah Yura yang sedang membereskan barang-barang yang berantakan didepan rumah.

"Maafkan ibu ya nak.. seharusnya kamu bisa hidup dengan lebih layak" batin Hanum terisak.

💖💖💖💖💖💖

Bab 2 : BSC

Pagi menyapa dan matahari keluar dari persembunyiannya. Vano berjalan menuruni tangga dan menuju ke arah meja makan. Disana sudah ada kedua orangtuanya yaitu Mario dan Mira serta adik perempuan Vano yaitu Vivian yang saat ini duduk dibangku kelas 2 SMP.

"Pa, ma, Vano mau berangkat kuliah" Vano berpamitan namun nampak enggan untuk mendekat.

"Kamu tidak sarapan dulu sayang?" Mira bertanya dengan lembut.

"Tidak ma.. " jawab Vano

"Vano, kemana mobil kamu? Penjaga bilang kamu semalam pulang naik ojek" tanya Mario, ini sudah kesekian kalinya Vano pulang tanpa mobil atau motornya.

"Vano meninggalkan mobilnya dijalan. Semalam tidak sengaja menabrak pembatas jalan" dengan cuek Vano menjawab seolah ini sudah hal biasa baginya. Bahkan Mario sudah tidak heran lagi.

"Vano..." ucap Mario penuh penekanan. "Bulan ini kamu sudah ganti 2 mobil, sekarang kamu menabrakkan mobil kamu ke pembatas jalan? Papa sudah sering peringatkan kamu untuk tidak keluar malam dan nongkrong bersama teman-teman kamu lagi!! Kamu harus fokus belajar" Mario kembali mengingatkan, menahan rasa kesal didadanya dengan kelakuan putra sulungnya.

"Vano sudah telat, Vano berangkat dulu" tak ingin berdebat, Vano memilih pergi meninggalkan ruang makan.

Mira melihat kekesalan diwajah suaminya, ia langsung memegangi lengan suaminya dan mengusap dengan lembut.

"Sabar pa.. sabar...." ucap Mira.

Di kampus....

Pagi ini kantin cukup ramai, sebagian penghuni kampus memilih makan dan nongkrong disana. Begitupun dengan Yura yang tengah duduk disalah satu bangku bersama Riri sahabatnya. Yura menyangga wajahnya dengan kedua tangannya yang mengepal dipipinya.

"Ya Tuhan... dia benar-benar sangat tampan..." gumam Yura kembali teringat kejadian bersama Vano semalam.

Melihat kelakuan Yura, Riri hanya mendengus dan menggeleng-gelengkan kepalanya. ia tau jika Yura memang sudah jatuh cinta sejak pandangan pertama pada Vano.

Brakkkk!!

Riri dibuat kaget oleh suara gebrakan meja. Ternyata Yura yang menggebraknya.

"Aku akan menyatakan langsung perasaanku padanya!" dengan penuh percaya diri sambil mengepalkan kedua tangannya didepan dadanya, Yura meyakinkan dirinya sendiri.

"Lu yakin Ra? Lu masih waras kan?" tanya Riri

Yura menurunkan tasnya dari punggungnya. Ia mengambil surat cinta yang sudah ia siapkan untuk Vano. Ia menatap surat itu dengan mata berbinar-binar.

"Ini adalah surat cinta ke 27 yang aku tulis untuk Elvano. Kali ini aku akan memberikan secara langsung saja" kali ini Yura merasa benar-benar sangat yakin.

Suasana kantin seketika menjadi riuh oleh kedatangan Vano dan kedua temannya disana. Semua mata tertuju pada tiga pria tampan yang baru menginjakkan kakinya dikantin. Bahkan para gadis seperti dibuat mabuk oleh kehadiran mereka.

Pandangan Yura pun beralih ke arah tiga pria itu. Jantungnya langsung terpompa kencang dan kering dingin mulai keluar saat melihat Vano dan teman-temannya berjalan ke arahnya. Dengan surat cinta ditangannya Yura menutupi wajahnya.

"Ya Tuhan.. Jangan sampai dia melihatku" batin Yura begitu gugup sambil memejamkan kedua matanya.

Terdengar suara langkah kaki terhenti didepan meja Yura dan Riri.

Srreettt

Surat itu terlepas dari tangan Yura. Spontan Yura membuka matanya dan melihat Vano sudah berdiri disampingnya sambil memegang surat itu ditangannya. mata Yura membulat sempurna dan bergegas bangun untuk mengambil kembali surat itu.

"Be..berikan surat itu!" pinta Yura namun Vano tak menghiraukan dan malah membolak-balik surat itu.

Tangan Yura berusaha merebut, namun dengan cepat Vano menaikkan tangannya ke atas sambil tatapan matanya tak lepas dari wajah gadis didepannya itu.

"Tolong kembalikan surat itu..." Yura kembali memohon.

Tak menghiraukan Yura, Vano malah memberikan surat itu pada temannya yang berdiri dibelakangnya. Kini semua mata dikantin sedang menonton ke arah mereka.

"Baca..." perintah Vano, pandangannya masih tak lepas dari wajah Yura yang terlihat begitu panik.

"Tidak! Jangan!!" seru Yura. Tidak mungkinkan surat itu akan dibaca didepan umum, setelah ini ia pasti akan merasa sangat malu dan tidak punya muka lagi.

Vano menghalanginya Yura yang hendak lewat untuk mengambil surat dari tangan Albert. Ia menarik pinggang gadis itu hingga jarak mereka sangat intim dan mata mereka saling bertemu dan saling memandang.

Bersamaan dengan itu, Albert membuka surat itu dan mulai membacanya dengan suara keras. Seisi kantin pun langsung ramai saat mendengar isi surat cinta Yura untuk Vano.

Mata Yura terpejam mendengar surat itu dibacakan, sementara Vano tersenyum puas melihat ekspresi wajah Yura.

"Jadi itu surat cinta untukku? Pantas saja semalam kamu begitu senang saat aku memboncengkanmu" ledek Vano.

Mendengar ucapan Vano, Yura kembali membuka matanya dan mendorong tubuh pria itu sedikit menjauh hingga tangan Vano terlepas dari pinggangnya. Matanya mulai berputar kekiri dan kekanan, melihat sekelilingnya dimana semua orang sedang menertawakannya. kali ini ia benar-benar merasa sangat malu. tanpa bicara, dengan cepat Yura meraih tasnya diatas meja dan berlari keluar meninggalkan kantin.

Melihat gadis itu pergi, Vano hanya tersenyum sambil melihat ke arah kepergiannya.

Saat sudah jauh dari area kantin, langkah kaki Yura terhenti dengan nafas terengah-engah. Ia mengelus dadanya, menghela nafas panjang. kejadian tadi sungguh sangat memalukan baginya, dimana surat cintanya dibaca didepan umum. Bibirnya terus menggerutu sambil sesekali menjitak kepalanya sendiri.

Beberapa orang yang lewat dan melihatnya mulai berbisik-bisik.

"Kenapa mereka melihatku seperti itu?" batin Yura, namun ia tidak mau ambil pusing.

Tiba-tiba Yura teringat jika ia ada kelas dan melangkahkan kakinya pergi meninggalkan tempat itu. Tanpa menghiraukan orang-orang disekitarnya yang menatapnya dengan tatapan aneh.

🌟🌟🌟

Sepulang kuliah Yura kembali bekerja di toko paman Sam. Seorang pegawai toko menghampiri ke arahnya yang sedang menata roti di rak dan menyuruhnya untuk mengantarkan pesanan kue sekalian memberi alamat pemesannya.

Yura menerima kue dan selembar kertas berisi alamat penerima. Ia bergegas keluar menuju motornya yang ia parkirkan didepan toko. Dengan hati-hati Yura melajukan motornya karena takut kue yang ia bawa akan rusak dan nanti ia bisa kena komplain.

Saat melintas di jalan yang sepi, dari arah belakang sebuah mobil melaju dan menyenggol motor Yura hingga motor Yura ambruk dan ia ikut jatuh ke aspal.

Mobil itu berhenti tak jauh dari tempat Yura dan motornya jatuh. Seorang gadis cantik dengan tinggi semampai turun dari dalam mobil dan berjalan bak seorang model menghampiri ke arah Yura.

"Jadi kamu gadis yang ada di video itu?" gadis itu melipatkan kedua tangannya didadanya sambil menatap sinis pada Yura.

Menepuk-nepuk telapak tangannya dan menatap gadis yang berdiri didepannya, Yura bergegas bangun dan berdiri menghadap ke arah gadis itu. Gadis itu bernama Bella dan satu semester dengan Vano. Yura tau karena sering melihatnya nongkrong bersama Vano dan teman-temannya.

"Berani sekali lu terang-terangan memberi surat cinta pada Vano!, jangan coba-coba dekati Vano lagi kalau tidak mau berurusan sama gue!!" ancam Bella

Bella berbalik dan meninggalkan Yura yang masih diam seribu bahasa. Mobil yang dinaiki Bella melaju pergi meninggalkan Yura sendirian disana.

"Siapa dia melaranhku untuk mendekati Vano!" Yura mengumpat dengan kesal. Ia merasakan tubuhnya terasa sakit akibat jatuh tadi.

Pandangan Yura beralih ke motornya dan melihat kue yang ia bawa rusak parah. Jelas saja Yura terlihat sangat panik karena itu adalah kue pesanan orang. ia berjongkok dan melihat kue itu memang sudah tidak layak lagi untuk dimakan. Bagaimana ia akan mengantarkan kue itu sekarang? Pembelinya pasti tidak mau menerimanya dan akan komplain.

"Aduuhhh.. bagaimana ini??" Yura terlihat panik memandangi kue yang sudah hancur itu.

Terdengar suara langkah kaki mendekat dan berhenti tak jauh dari tempat Yura sedang berjongkok.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya sebuah suara mengagetkan Yura.

💖💖💖💖💖

Silahkan masukan sebagai favorit dan jangan lupa like, komen, vote, hadiah dan bintang 5 nya. terimakasih 🙏🥰

💖💖

Visual versi Author...

Ayura Azura

Elvano Keenandra

Bab 3 : BSC

Yura mendongakkan kepalanya dan melihat seorang pria tampan yang sudah berdiri dihadapannya. Ia cukup mengenal pria itu tentunya, karena pria itu adalah salah satu dari geng Vano yaitu Marvin. Marvin juga tampan, tapi bagi Yura Vano tetap paling tampan karena hati Yura sudah terVano-Vano.

"Apa kamu tidak apa-apa?" tanya Marvin sekali lagi. Ikut berjongkok dan menatap Yura.

"Ehh... Aku..."

Pandangan Marvin beralih ke arah kue yang sudah hancur itu. sesaat kemudian ia kembali menatap Yura dan meminta gadis itu untuk ikut dengannya.

"Ayo bangunlah" ajak Marvin

"Tapi, ini..." Yura menunjuk ke arah motornya

"Nanti akan ada orang yang membereskannya" jawab Marvin menarik tangan Yura dan mengarahkannya untuk berdiri.

Mereka menaiki mobil Marvin yang terparkir tidak jauh dari sana. Marvin membawa Yura ke sebuah toko kue terdekat untuk mengganti kue yang rusak. Selesai memilih kue, Marvin mengantarkan Yura ke alamat pemesan kue untuk memberikan kue itu. Awalnya pemesan kue itu menolak dan sempat akan memarahi Yura karena kue nya tidak sesuai pesanannya, namun saat Marvin muncul dan membantu Yura untuk menjelaskan, pemesan kue itu langsung terpesona dengan ketampanan Marvin dan mengambil kue itu serta membayarnya.

"Terimakasih kak..." ucap Yura saat mereka sudah kembali duduk didalam mobil.

Marvin menoleh ke arah Yura dengan senyum diwajahnya.

"Oya, siapa namamu?" tanya Marvin.

"Namaku Yura kak" jawab Yura

"Sepertinya aku tidak perlu memperkenalkan diri, kamu pasti sudah tau namaku bukan?" ucap dan tanya Marvin yang dijawab anggukan dan senyum oleh Yura.

Marvin mengantarkan Yura sampai kedepan toko paman Sam sesuai arahan Yura.

"Sekali lagi terimakasih kak.." ucap Yura saat mereka sudah berdiri didepan toko paman Sam.

"Simpan saja terimakasihmu untuk lain waktu, sepertinya kita akan saling membutuhkan" ucap Marvin lalu mengedipkan sebelah matanya.

Yura hanya melebarkan matanya melihat sikap Marvin, ia tidak mengerti maksud pria itu. Marvin pun kembali tersenyum melihat ekspresi wajah Yura, kemudian ia melangkahkan kakinya mundur tiga langkah sebelum akhirnya berbalik dan berjalan kembali ke arah mobilnya.

🌟🌟🌟

Keesokan harinya di kampus, Riri berlari mengejar Yura yang sudah melangkah lebih dulu didepan sana.

"Ra.. tunggu Ra..." panggil Riri sambil melambai-lambai tangannya.

Mendengar panggilan Riri, Yura menghentikan langkahnya, membalikkan badannya dan melihat Riri yang tengah berlari ke arahnya.

"Hoshh.. hoshh..."

Kini Riri sudah berdiri tepat didepan Yura dengan nafas tersengal dan debaran jantung yang melompat-lompat.

"Ra, lihat ini" Riri mengusap layar ponselnya yang ia pegang di tangannya, memperlihatkan video dikantin kemarin dimana Albert tengah membacakan surat cinta Yura untuk Vano.

Yura meraih ponsel ditangan Riri, matanya terbuka lebar.

"Siapa yang menyebarkan video seperti ini??" Yura bertanya dan Riri hanya menggelengkan kepalanya karena ia juga tidak tau.

Pantas saja kemarin Bella hampir mencelakainya, pasti Bella sudah melihat video itu dan sangat tidak menyukainya. Menurut gosip yang beredar, Bella menyukai Vano namun Vano tak meresponnya.

"Oya ada satu lagi" Riri mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya dan memberikannya pada Yura. Itu adalah sebuah undangan ulang tahun dari Bella.

"Apa ini?" tanya Yura tak mengerti.

"Itu undangan ulang tahun Bella, gue juga gak tau kenapa kita bisa diundang. Tadi dia nemuin gue dikantin dan menyuruh gue untuk memberikan itu buat lu. Dia menyuruh kita untuk datang malam ini ke pesta ulang tahunnya" jawab Riri panjang lebar.

Yura tau, pasti Bella merencanakan sesuatu untuknya. Tapi ia tidak enak jika harus menolak undangan itu. Yura memutuskan untuk datang nanti malam bersama Riri kesana.

"Ya udah ayo, kita ada kelas bukan?" ajak Yura menarik tangan Riri. Saat hendak melangkah dari arah berlawanan terlihat Vano datang ke arah mereka bersama Darren dan Albert. mata Yura membulat, sekarang ia dalam masalah. Apalagi dirinya tidak lepas dari pandangan Vano yang sedang jalan mendekat.

Vano menghentikan langkahnya dan berdiri tepat dihadapan Yura. Ia mendekatkan wajahnya ke arah gadis itu hingga membuat Yura semakin bertambah gugup.

"Ayura Azura...." ucap Vano penuh penekanan, lalu ia menyunggingkan senyum simpul diwajahnya. "Apa kamu suka sekali menulis surat cinta untukku?" tambahnya.

Ditatap seperti itu dari jarak yang sangat dekat, mata Yura tak berkedip dan jantungnya terpompa sangat kencang seperti sedang menari-nari di dalam sana.

Beberapa orang yang sedang lewat pun berhenti dan melihat ke arah mereka sambil mulai berbisik-bisik.

"Eh itu gadis yang divideo itu bukan? Yang menulis surat cinta untuk Elvano" ucap seseorang disana

"Iya benar..." jawab yang lainnya.

Mata Vano berputar, melihat sekelilingnya dimana orang-orang sedang melihat ke arah mereka dan membicarakan mereka. Ia pun menjauhkan wajahnya dari gadis itu. melangkahkan kakinya mundur beberapa langkah, sebelum akhirnya pergi meninggalkan tempat itu dengan diikuti oleh kedua temannya.

"Ra sadar Ra..." Riri mengguncang pundak Yura untuk menyadarkan gadis itu dari lamunannya.

Yura tersadar dari lamunannya, mengerjip-ngerjipkan matanya dan menoleh ke arah Riri, berpindah melihat ke arah Vano yang sudah berjalan menjauh bersama kedua temannya.

"Apa itu tadi? barusan dia menyebut namaku dengan sangat jelas dan benar" batin Yura

🌟🌟🌟

Malamnya...

Yura dan Riri turun dari dalam taksi. Menatap gedung mewah dihadapannya. Itu adalah tempat dimana Bella mengadakan pesta ulang tahunnya.

"Ra, lu yakin mau masuk? Gak takut apa kalau Bella mau ngerjain lu? Apalagi sejak ada video itu, sekarang lu kan lagi jadi bahan gosip anak-anak di kampus" Riri merasa khawatir, berharap Yura merubah keputusannya dan tidak jadi masuk.

"Udah tenang aja, kita cuma bentaran aja kok, habis itu kita pulang. Dia kan udah ngundang kita, jadi kita asal datang aja nunjukin muka habis itu kita pulang" jawab Yura, menarik tangan Riri membawanya melangkah masuk ke dalam gedung itu.

Suasana di dalam gedung itu sudah sangat ramai. Alunan suara musik pun terdengar ditelinga. Mata Yura menjelajahi setiap tempat di sudut ruangan itu dan belum melihat keberadaan Bella. Matanya kembali berputar mengitari tempat itu dan ia melihat disana tampak empat sekawan, Elvano, Marvin, Darren dan Albert sudah duduk disofa. pandangan Yura berhenti tepat di Vano. Sementara Vano sendiri belum menyadari kehadiran Yura disana.

"Ya Tuhan... Elvano tampan sekali..." batin Yura sambil senyum-senyum.

Terlihat Bella datang menghampiri dan duduk disamping Vano. gadis itu melingkarkan tangannya di lengan Vano dan bergelayut manja dibahunya.

"Vano, terimakasih ya kamu sudah mau datang... Kamu adalah tamu spesial malam ini" ucap Bella

Dengan malas Vano menoleh ke arah Bella dan melepaskan tangan gadis itu dari lengannya.

Melihat kemesraan itu Yura mulai terbakar cemburu. Ia pun menyetop seorang pelayan yang lewat dan meraih segelas minuman di nampan yang dibawa pelayan itu. Yura meneguk minuman itu sampai habis dengan matanya terus menatap ke arah Vano dan Bella. kemudian ia mengambil lagi satu gelas dan kembali meminumnya sampai habis.

Kepala Yura terasa sangat pusing dan mulutnya mulai meracau. Sepertinya yang ia minum tadi bukan minuman biasa. Yura menggaruk-garuk kepalanya kemudian menarik-narik lengan baju Riri.

"Lihat itu..." Yura menunjuk pada Vano yang sedang duduk. "Elvano ada disana.. dia sangat tampan bukan?"

Riri pun merasa ada yang aneh dengan sikap sahabatnya itu. Ia mengambil gelas kosong ditangan Yura dan mencium gelas itu. Seseorang telah mencampur minuman itu dengan alkohol.

"Elvano..! lihatlah kemari..." panggil Yura namun tidak didengar oleh Vano karena jarak mereka yang cukup jauh dan suara musik yang memenuhi ruangan itu.

"Ra, kita pulang yuk Ra. Jangan buat keributan disini" Riri memegangi lengan Yura, mencoba menariknya.

"Tidak mau! Aku masih ingin melihat Elvano sampai puas.." Yura menggeleng-gelengkan kepalanya, melepaskan tangannya dari tangan Riri dengan kasar dan tak sengaja menyenggol nampan yang sedang dibawa oleh seorang pelayan hingga nampan berisi gelas minuman itu jatuh ke lantai.

Pranggggg...

Gelas-gelas dinampan jatuh dan pecah. Seketika suasanapun nampak hening dan hanya terdengar suara musik. Semua mata melihat ke arah Yura yang sedang membuat keributan disana, termasuk mata Vano dan teman-temannya pun tertuju pada gadis itu.

Bella yang melihatnya pun bergegas bangun dan berjalan menghampiri ke arah Yura yang sedang ditarik-tarik tangannya oleh Riri.

"Oh ternyata ini gadis yang sudah menulis surat cinta untuk Elvano kemarin" ucap Bella sambil melihatkan kedua tangannya didadanya.

"Kak, maaf kak karena telah membuat keributan di pestamu. Kami permisi dulu" ucap Riri tak enak hati pada Bella, namun Yura kembali melepaskan tangannya dari pegangan Riri. kali ini ia benar-benar sudah sangat mabuk.

"Aku tidak mau pulang..! Aku masih mau melihat Elvano..." racau Yura lalu ia melihat ke arah Vano yang masih duduk disofa dengan teman-temannya.

Yura mengangkat tangan kanannya dan menunjuk ke arah Vano.

"Elvano...!!" Yura menjeda ucapannya. "Aku mencintaimu...!!" teriak Yura antara sadar tidak sadar mengucapkannya.

Semua orang disana pun bersorak menyoraki Yura yang nampak terang-terangan menyatakan perasaannya didepan umum pada Vano.

Sementara disana Vano tengah menatap ke arahnya dengan tatapan yang sulit dimengerti.

💖💖💖💖💖

Silahkan masukan sebagai favorit dan jangan lupa like, komen, vote, hadiah dan bintang 5 nya... terimakasih 🙏🥰

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!