NovelToon NovelToon

Sangkar Emas Suami Buruk Rupa

Malam Pertama Tidur di atas Lantai

Pada suatu pagi saat jam dinding menunjukkan pukul tiga dini hari.

"Huahaheeemm......!"

Nampak seorang perempuan bangun dari tidurnya di atas lantai tanpa alas apapun, sedangkan diatas tempat tidur yang empuk ada seorang laki-laki yang masih tidur dengan nyenyaknya.

"Uhf! badanku sakit semua!" gerutu perempuan itu seraya menggerak-gerakkan pinggangnya, sehingga mengeluarkan bunyi diantara tulang-tulangnya.

"Krek...krek...!"

"Wah, tempat apa ini?" gumam perempuan itu seraya menebarkan pandangannya ke sekitarnya.

Dia terpesona akan keindahan ruangan dimana dia berada saat ini. Begitu luas dan mewah segala perabotan yang ada, hal ini berbanding terbalik dengan kamar tidurnya di kontrakan ayahnya.

Sudah sempit, tak ada jendela maupun perabotan yang mahal dan lampu yang begitu indahnya.

Perempuan itu mengernyitkan kedua alisnya dan berusaha mengingat apa yang telah terjadi padanya.

"Ah, aku ingat! aku kemarin kan sudah menikah! iya menikah...!" gumam dalam hati perempuan yang saat ini menatap ke arah laki-laki yang berada di atas tempat tidur dengan posisi tidur terlentang dengan nyenyaknya.

Perempuan ini bernama Ira Suwita, yang dimana dia sekarang ini terpaksa menikah dengan laki-laki buruk rupa yang tak lain adalah putra sulung majikan ayahnya yang bernama Ardi Jaya.

Dimana ayah Ira Suwita yang bernama Wahyu Suwita itu, saat ini berprofesi sebagai supir pribadi di keluarga tuan Agung Jaya, papa dari suaminya yang bernama Ardi Jaya.

Perlahan Ira bangkit dari duduknya dan dengan sangat pelan-pelan sekali dia duduk diatas tempat tidur dimana ada Ardi Jaya yang sedang tidur.

Ira yang yang penasaran dengan wajah suaminya itu, duduk ditepi tempat tidur. Dia berusaha melihat wajah laki-laki yang kemarin menikahinya. Sepertinya dia kesulitan melihat wajah suaminya, karena laki-laki itu menutupi wajahnya dengan lengan sebelah kanannya.

Tiba-tiba laki-laki itu membuka kedua matanya dan tersentak kaget pada saat melihat perempuan yang dia nikahi menatapnya dengan tatapan aneh, tapi seketika dia melompat ke belakang saat Ardi Jaya bangun dan menatap Ira Suwita.

Kedua-duanya sama-sama terkejut, Ira Suwita mundur dan terjatuh ke lantai dimana dia tidur semalam.

"Haaah....!"

"Brugh...!"

"Aaargh...!"

Perempuan itu meringis kesakitan. sementara itu Ardi Jaya yang juga terkejut menutup wajahnya. Laki-laki itu ada rasa tak percaya diri, karena wajahnya yang dulu tampan kini berubah menjadi buruk rupa.

Setengah wajahnya sebelah kanan, seperti ada luka bakar. Karena itulah dia merasa tak percaya diri lagi, tak seperti sebelum dia mengalami kecelakaan.

"Duh kira-kira mas, kalau mau bangun itu jangan mengagetkan orang!" seru Ira yang kemudian bangkit dari duduk terjatuhnya.

Ardi Jaya bangkit dari tempat tidurnya dan menatap Ira dengan tatapan yang tajam.

"Oh, anak sopir yang membuat celaka wajahku! masih berani bersuara keras padaku!" seru Ardi yang kemudian melangkahkan kaki menghampiri Ira.

Rasa tak percaya dirinya itu, kini tiba-tiba hilang dan berganti dengan rasa benci yang amat sangat pada Ira.

"Ayahku memang salah pada kamu, dan aku sudah menebus kesalahan ayahku dengan menikah denganmu! Kenapa kamu masih saja marah padaku? Dan tak menganggap ku selayaknya seorang istri?" ucap Ira dengan rentetan pertanyaan.

"A...apa! kau mau dijadikan istri yang layak? Enak saja! Ngaca kamu ngaca!" seru Ardi seraya menunjuk ke arah meja rias yang ada dikamar mewah itu.

"Aku gadis normal, tak ada cacat apapun. Memangnya kenapa?" tanya Ira yang tak mengerti maksud dari Ardi.

"Kau menghinaku ya!" bentak Ardi yang kemudian melayangkan tangan kanannya dan mendarat ke arah pipi sebelah kiri Ira.

"Plakk....!"

"Arrgh...!"

Ira mengerang kesakitan dan mengusap pipinya yang sekarang memerah dan terasa panas dan sakit itu.

"Kenapa kau menamparku? apa salahku?" tanya Ira yang kini kedua matanya berkaca-kaca.

"Apa salahmu? woi, seandainya ayah kamu tak menyiramku dengan air keras, mungkin aku akan menikah dengan Novi! Bukan dengan gadis udik seperti kamu!" seru Ardi dengan wajah menggerutu dan nampak kekesalan di wajahnya.

"Sudah-sudah! memang ayahku salah, sekarang aku sudah jadi istrimu. Aku milikmu, jadi kamu bisa lakukan apa pun padaku! tapi satu yang aku pinta, jangan ungkit kesalahan ayahku lagi! aku mohon...!" seru Ira seraya memegang tangan Ardi, Ardi melihat tangnya yang dipegang Ira.

Pemuda itu menatap Ira dengan sinis, kemudian menghempaskan tangan Ira. Hal itu membuat Ira kaget bukan main.

"Suamiku ini ternyata angkuh dan keras hati, juga kasar padaku! aku harus bagaimana?" gimana dalam hati Ira yang tak terasa air matanya berlinang dipipinya.

"Sudah, aku mau ke kamar mandi. Dan kamu kalau mau tidur tetap di lantai, aku tak mau melihat kamu tidur ditempat tidur, apalagi mendekatiku!" seru Ardi sedikit mengancam.

"I..iya!" balas Ira yang kemudian kembali ke tempatnya semula.

Sementara itu Ardi melangkahkan kaki menuju ke kamar mandi, setelah buang air kecil pemuda itu melangkahkan kaki ua menuju ke wastafel dalam kamar mandi yang terdapat cermin ya juga dengan dinding dari keramik yang sebagian wastafelnya terbuat dari marmer itu.

"Hah...! kenapa semua ini harus aku alami?" gerutu Ardi pada saat melihat wajahnya di cermin.

Pemuda itu mengusap wajahnya yang terkena luka bakar itu. Dan kemudian dia melangkahkan kakinya keluar dari kamar mandi dan sekarang ini menuju ke tempat tidurnya.

Dilihatnya Ira yang tidur dengan pulasnya diatas lantai, ada perasaan tak tega juga dihati pemuda itu. Namun kembali rasa dendam dan benci mengalahkan hatinya yang merasa iba pada Ira.

Ardi naik ke atas tempat tidurnya dan mulai berbaring dan berusaha memejamkan kedua matanya. Yang pada akhirnya pemuda itu terlelap dalam tidurnya dan menuju ke alam mimpinya.

Pada saat ini Ira dan Ardi berada di sebuah villa mewah dan terpencil di tepi hutan. Di tepi hutan itu terdapat banyak pohon-pohon yang rindang, menambah kesunyian didalam villa itu.

Matahari sudah menunjukkan sinarnya di ufuk langit sebelah timur.

Sementara itu Ira sudah bangun dari tidur singkatnya,dan gadis itu melangkahkan kaki menuju ke kamar mandi.

Setelah membersihkan dirinya, kemudian Ira mulai berwudlu dan setelah selesai berwudlu, dia melangkahkan kaki menuju ke tempat dimana kopernya masih berdiri disamping pintu kamar itu.

Ira membuka koper dan mengambil mukena serta sajadahnya, kemudian Ira menunaikan sholat subuh disamping tempatnya tadi waktu tidur.

Ira segera menunaikan sholat subuh, dan kemudian membaca ayat-ayat Al Qur'an walau sebentar.

Tanpa disadari Ardi juga sudah bangun dari tidurnya, hanya saja pemuda itu tidak segera bangun tapi dia malah memperhatikan dan mendengarkan suara Ira yang sedang mengaji.

Beberapa menit kemudian Ira selesai mengaji, setelah itu dia melipat mukenanya dan meletakkannya di atas meja.

Kemudian Ira melangkahkan kaki mendekati Ardi yang terlihat masih tidur.

Baru saja Ira hendak membangunkan Ardi, pemuda itu kemudian bangun dan melangkahkan kaki menuju ke kamar mandi.

Setelah membersihkan diri dan berwudlu, Ardi melangkahkan kakinya keluar dari kamar mandi mandi dan dia melangkahkan kaki menuju ke lemari pakaiannya.

...~¥~...

...Mohon dukungannya dan terima kasih telah memberikan Like/komentar/rate 5/gift maupun votenya untuk novel Sangkar Emas Suami Buruk Rupa ini....

...Semoga sehat selalu dan dalam Lindungan Allah Subhana wa Ta'alla....

...Aamiin Ya Robbal Alaamiin....

...Terima kasih...

...Bersambung...

  

Cemong-Cemong

Setelah membersihkan diri dan berwudlu, Ardi melangkahkan kakinya keluar dari kamar mandi mandi dan dia melangkahkan kaki menuju ke lemari pakaiannya.

Ardi melihat ke arah Ira yang duduk di lantai dan memperhatikan dirinya yang sedang mengambil sarung dan sajadah.

"Kamu sedang apa? sana lakukan tugas kamu sebagai seorang istri! masak kek, bersih-bersih villa kek! bukannya bengong begitu!" seru Ardi dengan ketusnya.

"Oh, i..iya suamiku!" balas Ira yang kemudian bangkit dari duduknya dan melangkahkan kaki keluar dari kamar.

Setelah melihat istrinya keluar dari kamarnya, Ardi segera menunaikan sholat Subuh.

Sementara itu Ira melangkahkan kaki menuju ke dapur, seraya melihat kondisi ruangan yang dia lewati. Dimana ruangan yang dia lewati itu dipenuhi barang-barang antik yang tentunya harganya sangat mahal.

Akhirnya Ira sampai juga di dapur yang lumayan besar itu, tapi dia sangat heran dengan kondisi dapur. Dimana tak ada kompor elpiji maupun kompor minyak tanah.

"I...ini bagaimana aku akan memasak? jika tak ada kompur elpiji dan peralatan lainnya?" gumam dalam hati Ira yang menebarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan dapur itu.

"Duh, minimal ada magic com dan dispenser gitu kek!" gerutu Ira dengan mendengus kesal.

Tiba-tiba dia melihat ada bagian dapur lain di samping ruangan dapur yang sebelumnya dia lihat. Ruangan itu berdindingkan anyaman bambu dan banyak kayu bakar disudut ruangan itu serta ditengah-tengahnya ada tungku kayu bakar.

"Hah, adanya ini ya? aku melihat tungku seperti ini saat masih kecil di rumah kakek dan nenek di kampung." gumam dalam hati Ira yang pandangannya seperti mencari sesuatu.

Akhirnya dia menemukan apa yang dia cari, yaitu panci kecil untuk menanak nasi. Kemudian Ira melangkahkan kaki ke tempat penyimpanan air yang terbuat dari tanah liat, dan dia mengambil air dengan gayung dan menuangkannya ke dalam panci sesuai takaran beras yang akan dia masak.

Kemudian Ira meletakkan panci yang telah berisi air itu ke atas tungku dan dia mengambil beberapa batang kayu bakar yang kemudian dia masukkan ke mulut tungku.

"Kenapa tak ada minyak tanah atau apa kek yang bisa untuk membakar kayu ini?" gumam Ira yang menebarkan pandangannya ke tiap sudut ruangan dapur itu.

Ira melihat adanya beberapa kantong plastik dan juga korek batang, kemudian dia mengambilnya dan mulai menyalakan korek dan dialirkannya api itu pada kantong plastik itu.

Cukup lama juga Ira membuat api, dan terkadang dia terbatuk-batuk karena bau kantong plastik yang sangat menyengat.

"Huff, akhirnya menyala juga!" seru Ira yang menghembuskan napas lega pada saat melihat api yang mulai membakar kayu yang dia tata di mulut tungku itu.

Kemudian Ira bangkit dari jongkoknya dan kembali menebarkan pandangannya, ada sesuatu yang hendak dia cari.

"Oh, rupanya ada disini!" seru Ira yang mengulas senyumnya saat melihat tempat penyimpanan beras. Ira mengambil bakul yang terbuat dari anyaman bambu dan kemudian mencari tempat dimana adanya air yang tadi dia ambil untuk mencuci beras yang sudah ada dalam bakul.

Ira kemudian mencuci dan kemudian memasukkan beras ke dalam panci, dimana airnya telah mendidih. Perlahan-lahan Ira mengadu-aduk beras yang kini setengah matang, dan dia menggantinya dengan kukusan.

"Yahh, padam!" seru Ira pada saat melihat api yang dia buat telah padam. Ira meniup bara yang ada di dalam tungku.

"Huuuisss... Huuuisss....!"

"Hukk....hukk......!"

Api pun menyala, namun Ira terbatuk-batuk sampai keluar air matanya pada saat abu masuk ke hidungnya.

Ira menyeka air matanya, tanpa sadar dia mencoreng wajahnya dengan tangannya yang hitam karena memegang arang sisa pembakaran sebelumnya.

"Ha ..ha...ha....!"

Terdengar suara gelak tawa dari arah pintu masuk ke ruangan dapur itu.

"Mas Ardi! ngapain ada disini!" seru Ira yang terkejut pada saat mendengar datangnya suara tawa itu.

"Sekarang kau tak ubahnya seperti aku!" seru Ardi Jaya yang melangkahkan kaki dan menghampiri Ira.

Laki-laki itu kemudian memotret wajah Ira yang cemong karena arang yang tanpa sengaja tadi Ira menyeka air matanya.

"Degh...!"

Jantung keduanya seolah berhenti pada saat kedua mata mereka saling beradu, dan dan getaran rasa itu ternyata ada diantara mereka. Namun keduanya berusaha menyembunyikannya.

"Hei, lihat ini!" seru Ardi Jaya seraya menunjukkan ponsel yang telah terpampang wajah Ira yang cemong-cemong itu.

"Ah, hapus mas! aku mohon hapus foto itu!" seru Ira yang berusaha merebut ponsel Ardi Jaya.

"Apa sih! ini mau aku sebarkan ke teman-teman kamu!" goda Ardi Jaya yang menghindari Ira yang terus mengejarnya.

"Mas Ardi, jangan ya! Ira mohon!" seru Ira yang terus mengejar Ardi Jaya yang yang terus menggodanya.

Perebutan ponsel itu berlangsung cukup lama, tiba-tiba hidung mereka mencium bau hangus.

"Eh, bau gosong..!" seru Ira yang mengernyitkan kedua alisnya.

"Hei, kamu kan sedang masak! aku nggak mau ya makan nasi gosong!" seru Ardi jaya yang menatap Ira dengan tajam.

Tanpa menghiraukan laki-laki yang sejak tadi bersamanya, dia melangkah menghampiri tungku dan mengangkat kukusan. Benar saja saat Ira membuka tutup kukusan, bau semerbak sangit tercium dihidungnya.

"Wah, gosong ya!" seru Ardi Jaya yang tersenyum sinis.

"Nggaklah, hanya terlampau matang aja!" balas Ira seraya mengulas senyumnya.

"Terlampau matang-terlampau matang! bahasa apa'an itu!" gerutu Ardi Jaya yang kesal.

"Sudah ke depan sana! Nanti kamu tinggal makan saja kok bawel!" balas gerutu Ira yang mengambil tempat nasi dan memindahkan nasi dari kukusan ke tempat nasi.

"Iya,iya! awas kalau tak enak! nanti malam tidur di kamar mandi!" ancam Ardi Jaya yang kemudian melangkahkan kaki meninggalkan Ira.

"Huh, mengancam terus! apa nggak ada kata mesra buat aku?" gerutu Ira yang mendengus kesal.

Kemudian dia mulai memindahkan nasi dan meletakkan nasi itu ke atas meja makan.

Ira melangkahkan kaki menuju ke lemari es dan melihat apakah ada bahan buat membuat sayur maupun lauk pauknya.

Dan ternyata banyak bahan sayuran yang bisa dia masak. Ira mengambil satu persatu bahan sayuran itu, dan kemudian mulai menyiangi dan memasaknya.

Beberapa menit kemudian semua masakan Ira sudah terhidang diatas meja makan, dan dia menyiapkan minuman dan juga piring untuk makan mereka berdua.

Ira melangkahkan kaki mencari keberadaan Ardi Jaya, namun dia tak menemukannya. Kemudian dia melangkahkan kaki menuju ke kamar dimana semalam dia tidur dan kopernya ada didalamnya.

Setelah mengambil pakaian ganti, handuk dan juga sabun serta odolnya, Ira melangkahkan kaki menuju ke kamar mandi yang ada di sudut kamar itu.

"Aaaaahhh....!"

Ira terkejut pada saat membuka pintu kamar mandi itu.

...~¥~...

...Mohon dukungannya dan terima kasih telah memberikan Like/komentar/rate 5/gift maupun votenya untuk novel Sangkar Emas Suami Buruk Rupa ini....

...Semoga sehat selalu dan dalam Lindungan Allah Subhana wa Ta'alla....

...Aamiin Ya Robbal Alaamiin....

...Terima kasih...

...Bersambung...

  

Berdua di kamar Mandi

"Aaaaahhh....!"

Ira terkejut pada saat membuka pintu kamar mandi itu. Dan langsung reflek dia menutup kedua mata dan wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

"Woi, kira-kira ya kalau mau masuk!" seru laki-laki yang ada di dalam kamar mandi yang kemudian menutup pintu kamar mandi itu.

"Jeglekk...!"

"Kamu itu yang kira-kira! kalau mandi itu ya ditutup pintunya! dasar orang aneh!" gerutu Ira yang membelakangi pintu kamar mandi.

Ardi yang mendengar gerutuan Ira, tersulutlah emosinya. Dia membuka pintu kamar mandi dan melihat Ira yang membelakanginya itu, seketika menarik lengan sebelah kiri Ira dan menariknya ke dalam kamar mandi.

"Hei, apa kau bilang hah!" benta Ardi Jaya seraya menarik tubuh istrinya Ira menempel ke dinding kamar mandi, dia tak sadar kalau saat ini keadaan dirinya sedang telanjang tanpa memakai sehelai benang pun.

"Dasar orang aneh!" seru Ira yang menatap kedua mata Ardi Jaya yang menatapnya dengan tajam.

"Kau bilang aku aneh? kau akan selalu melihatku seperti ini,sampai kau tak menganggap ku aneh?" seru Ardi jaya yang mendekatkan wajahnya ke wajah Ira.

"A...apa mau-mu!" seru Ira yang memejamkan kedua matanya, karena tak sanggup melihat wajah luka bakar suaminya.

"Mau tahu mauku? Ha ...ha....! tentu saja menyiksamu!" seru Ardi Jaya dengan gelak tawanya dan terus mendekatkan wajahnya ke wajah istrinya yang masih memejamkan kedua matanya itu

"Ja...jangan mas, Ja...jangan...!" ucap Ira dengan gugup dan masih memejamkan kedua matanya.

"Buka matamu! dan lihat baik-baik wajahku, wajah suami kamu!" bentak Ardi Jaya yang mendekat dan menempelkan wajahnya yang terkena luka bakar itu ke wajah Ira, yang menimbulkan gesekan yang membuat istri Ardi itu merasa ngeri dan tanpa sadar dia membuka kedua matanya.

"A....tidaaaak...!" teriak Ira yang merasa ngeri wajah Ardi yang menempel dengan wajahnya, dan Ira terus berteriak dan mengumpat mengeluarkan kekesalannya.

"Dasar orang aneh! dasar bajingann...!"

Ira terus meronta dan menggeleng-gelengkan wajahnya, berharap bisa lepas dari wajah Ardi jaya.

Bukannya lepas, Ardi yang kesal karena Ira terus mengumpat dan mengatainya dengan julukan orang aneh, seketika itu juga menyumpal mulut Ira dengan mulutnya.

Ciuman itupun terjadi, dan kedua mata Ira terbelalak tak mengira mulutnya mendapat serangan mendadak dari laki-laki yang menghimpitnya.

"Apa ini, dia menciumku dengan paksa!" gerutu dalam hati Ira.

"Eh kenapa tiba-tiba aku menciumnya? aku kan tidak suka dia? aku kan hanya ingin menyiksanya!" gumam dalam hati Ardi Jaya.

Tiba-tiba Ira merasakan ada sesuatu yang menyodok paha atasnya, dia penasaran dan berusaha melepaskan ciuman Ardi karena dia juga hendak mengambil napas karena tak bisa bernapas pada saat Ardi mencium bibirnya.

Alangkah terkejutnya Ira pada saat melihat benda apa yang menyodok pahanya itu.

"Aaaaaa......!"

Seketika itu juga Ira teriak sekencangnya dan kembali menutup kedua matanya dengan kedua tangannya.

"Hei apa yang kamu takutkan?" tanya Ardi jaya yang penasaran, dan dia melihat ke bawah.

Laki-laki itu menyadari apa yang ditakutkan oleh perempuan dihadapannya.

Ardi lupa akan rasa malunya, dia lebih mementingkan keinginannya untuk menyiksa perempuan yang kemarin dia nikahi itu.

"Oh, kau takut sama milikku ya? padahal kau harus tahu kalau milikku adalah milikmu dan milikmu adalah milikku!" seru Ardi dengan senyum menyeringai.

Laki-laki itu memanfaatkan situasi dimana Ira masih saja menutup kedua matanya dengan kedua telapak tangannya.

"He...he ..! aku akan menyiksamu, anak pembuat wajahku celaka!" gumam Ardi jaya yang kemudian kedua tangannya memegang celana pakaian tidur istrinya itu.

"Seeet....!"

Ardi menurunkan celana panjang yang tipis itu, yang sontak membuat Ira membuka telapak tangan yang sebelumnya menutupi wajahnya.

"A...apa yang kamu lakukan!" seru Ira yang berusaha menarik kembali celananya. Keduanya saling berebut antara menurunkan dan menaikkan celana pakaian tidur Ira.

"Bugh...!"

"Arrghh...!"

Ira mendorong Ardi jaya, dan laki-laki itu terjungkal ke belakang. Kesempatan itu digunakan Ira menarik kembali celananya dan berusaha melangkahkan kaki menuju ke pintu.

"Mau kemana kau..!" seru Ardi Jaya yang kemudian dengan posisi jongkok, dia menarik tangan sebelah kanan Ira dan membuat perempuan itu jatuh tepat diatas Ardi Jaya.

Dengan cepat laki-laki itu membalikkan posisinya yang semula dia di bawah Ira dan kemudian dia diatas istrinya itu.

"Apa yang kamu lakukan mas? jangan, jangan lakukan itu...!" racau Ira yang sudah beranggapan jika Ardi akan meminta halnya sebagai seorang suami.

"Kau pikir apa? aku mau dengan kamu? Cih...! dasar tak tahu diri! kau pikir aku mau nanam benihku pada lahan kamu?" bentak Ardi jaya deyang menatap Ira dengan senyuman sinis.

"Kalau tidak seperti itu, lantas kamu mau apa?" tanya Ira yang merasa aneh dengan sikap suaminya itu.

"Aku mau menyiksa kamu! sampai aku puas! ha...ha....ha....!" seru Ardi dengan tertawa lebarnya.

"Ja...jangan mas, aku mohon." pinta Ira yang mulai terdengar suara isakan tangisnya.

Ardi Jaya diam dan memandang Ira yang menangis ketakutan, ada perasaan tak tega tapi ada pula perasaan puasnya.

Laki-laki itu terus menatap wajah Ira, dan dia seperti menikmatinya. Senyum tipisnya terus mengembang dengan kedua tangannya yang masing-masing mencengkeram kedua pergelangan tangan Ira yang terus menangis dan meronta hingga dia kelelahan.

"Katamu aku ini orang aneh kan? tapi orang aneh inilah yang memilikimu! Jadi jangan sekali-kali kamu memberontak padaku! atau ayahmu aku jebloskan ke penjara!" seru Ardi jaya yang kembali mengingatkan perjanjian pernikahan mereka.

Ira yang sudah lelah, hanya bisa pasrah dengan apa yang akan dilakukan laki-laki yang ada diatasnya. Perempuan itu memejamkan kedua matanya, berharap sekali kalau semua yang dialaminya ini hanya mimpi saja.

Tapi kenyataannya ini bukan mimpi, bukan bunga tidur yang menghiasi mimpinya. Ini memang telah terjadi pada dirinya, dan dia tetap menutup kedua matanya.

Ardi merasa tertantang sekali dengan sikap Ira, dia mulai menciumi dan juga memainkan bibir Ira seperti permen lolipop. Dan sesekali Ira menggelengng-gelengkan kepalanya,berharap bisa lepas dari mulut laki-laki dihadapannya itu.

Ardi semakin bersemangat untuk menyiksa Ira,dia perlahan-lahan pergerakannya menurun ke leher Ira, dan laki-laki itu membuat tato non permanen di leher sebelah bawah perempuan dibawahnya.

Ira berusaha meronta, namun kalah kuat dengan cengkeraman tangan Ardi jaya.

"Diam kau! jangan berontak!" bentak Ardi jaya yang menatap Ira dengan tajam.

"Jangan....jangan lakukan itu mas!" rengek Ira yang tak digubris oleh Ardi Jaya.

Laki-laki itu semakin bersemangat untuk menyiksa perempuan yang telah dia nikahi itu.

...~¥~...

...Mohon dukungannya dan terima kasih telah memberikan Like/komentar/rate 5/gift maupun votenya untuk novel Sangkar Emas Suami Buruk Rupa ini....

...Semoga sehat selalu dan dalam Lindungan Allah Subhana wa Ta'alla....

...Aamiin Ya Robbal Alaamiin....

...Terima kasih...

...Bersambung...

...  ...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!