Setahun menjalani rumah tangga dengan Mas Arvin merupakan kebahagiaan yang tak bisa dipungkiri.
Bagaimana tidak? Dia adalah suami yang lemah lembut, penyayang, bertanggung-jawab dan juga romantis.
Banyak teman-teman ku yang iri padaku karena mendapat kan suami idaman seperti Mas Arvin.
Tiga bulan setelah menikah, kebahagiaan kami pun bertambah, saat aku mengetahui bahwa aku positif hamil. Dan itu membuat Mas Arvin semakin menyayangiku.
Setelah aku melahirkan, rezeki kami semakin bertambah. Mas Arvin membeli sebuah rumah mewah di kawasan elit.
Sebelumnya kami hanya menumpang-numpang di rumah Mertua, beserta dengan kedua adiknya Mas Arvin.
Aku memang tidak pernah banyak menuntut mau tinggal di mana pun. Karena sejauh ini Mertua dan juga adik-adik iparku sangat baik padaku.
************
( Sebulan setelah melahirkan )
"Vania, mulai sekarang kamu harus mencari pekerjaan" tiba-tiba Mas Arvin datang dan mengatakan itu ketika aku sedang menyusui Elmira, putri kecilku yang kulahirkan sebulan yang lalu.
"Hah, apa Mas? aku tidak salah dengar kan?" jawabku karena merasa terkejut dengan kata-kata Mas Arvin.
"Iya Vania, kamu tidak salah dengar. Kita butuh biaya tambahan karena kita sudah punya anak" jawab Mas Arvin.
"Tapi Mas, aku masih satu bulan yang lalu melahirkan dan masa nifas ku pun belum selesai. Kamu jangan ngaco deh Mas, lagian gaji kamu itu masih cukup untuk biaya hidup kita walaupun kita sudah punya anak Mas" jawabku sedikit kesal.
"Itu tidak cukup Vania, karna sekarang jabatan ku dikantor sudah diturunkan, otomatis gajiku juga tidak sebanyak gaji yang sebelumnya." Aku terkejut dengan ucapan Mas Arvin barusan.
'Kenapa tiba-tiba, dan ada masalah apa Mas Arvin di kantor sampai-sampai dia diturunkan dari jabatan nya?' Ucap ku dalam hati.
"Sudahlah, kamu jangan banyak membantah suami. Ini juga untuk kebaikan keluarga kita." Mas Arvin tampak emosi dan sedikit membentak ku.
"Tapi aku harus cari kerja dimana Mas, kamu kan tau susah mencari pekerjaan untuk wanita yang sudah menikah. Lalu Elmira bagaimana? Dia masih terlalu kecil untuk ditinggal-tinggal kerja Mas, Elmira juga masih ASI, dia masih membutuhkan Ibunya" jawabku yang sedikit kesal dengan Mas Arvin.
"Hidup itu gak usah dibuat ribet Van, tinggal kasih susu formula saja dan aku sudah mencarikan Babysitter untuk Elmira. Kamu juga masih bisa kan kembali kerja di kantor nya Andra tempat mu kerja dulu, bukan kah bos mu itu masih mengharapkanmu untuk kembali bekerja kapan pun kamu mau?" Ungkap Mas Arvin.
"Iya Mas, tapi sama saja kalau begitu, biaya untuk menggaji Babysitter dan membeli susu formula untuk Elmira sudah menghabiskan sebulan gajiku." Dengan kesal aku menjawab karena tak habis pikir dengan Mas Arvin yang tiba-tiba memintaku bekerja, sementara dulu dia yang menyuruhku berhenti bekerja karena alasan masih sanggup membiayaiku dengan gajinya.
"Sudah, kamu tak usah membantah. Aku gak mau tau, kamu harus bekerja." Mas Arvin tampak emosi dan mata nya membelalak seperti mau keluar menatapku.
Aku hanya bisa diam terpaku, untuk pertama kalinya aku melihat Mas Arvin marah seperti itu.
Lalu Mas Arvin berlalu begitu saja meninggalkan ku tanpa peduli bagaimana perasaanku.
'Aku harus bagaimana? Kasian Elmira kalau harus di tinggal terus, tapi jika benar Mas Arvin di turunkan dari jabatannya, tak salah juga aku ikut membantu untuk meringankan beban nya.' Batin ku dalam hati.
Aku mulai menghubungi nomor Pak Andra yang merupakan Direktur Utama di tempat ku dulu bekerja.
Tak butuh waktu lama, panggilan ku pun langsung di terima.
"Halo, Vania apa kabar?" Sapa Pak Andra dari seberang sana.
"Halo juga Pak Andra, kabar saya baik pak. Kabar Bapak bagaimana?" Tanyaku basa-basi terlebih dahulu.
"Baik juga Van. Ada gerangan apa ini, tumben-tumbenan kamu menelepon saya? Padahal sudah setahun sejak kamu menikah tidak pernah ada kabar lagi, hehe" tanya Pak Andra sambil terkekeh.
Pak Andra masih tidak berubah, bahkan dari mulai aku bekerja di perusahaan nya dia selalu bicara santai padaku jika hanya berdua. Lain hal ketika di depan rekan-rekan kerja kami.
Aku deg-degan mau mengatakan maksud dan tujuan ku meneleponnya. Sebab dulu dia melarangku untuk resign, kalau hanya alasan menikah itu bukan permasalahan baginya.
Tapi aku harus memberanikan diri dan membuang rasa malu ku karena aku juga butuh kerjaan.
"Begini Pak, sebenarnya maksud dan tujuan ku menelepon Pak Andra karena aku berencana ingin kembali bekerja lagi. Apa saya masih di terima kembali bekerja di perusahaan Bapak?" Tanya ku tanpa ragu-ragu lagi.
"Wah, itu berita bagus Van. Kebetulan tempat mu dulu belum terisi untuk saat ini, walaupun sempat ada yang menggantikanmu tapi dia tidak memenuhi kualifikasi. Jika kamu berencana ingin bekerja lagi, kamu saya terima Van. Kapan rencana kamu mulai bekerja?". Pak Andra sangat antusias dalam pembicaraan ini, bagaimana tidak? Dia memang sangat mengandalkan ku dalam menghandel pekerjaan di kantor.
Bukan memuji diri, hasil kerja ku di kantor sangat memuaskan dan tidak pernah mengecewakan Pak Andra.
"Saya mau secepatnya Pak, kalau bisa besok juga tak masalah" jawabku secepatnya.
"Baiklah, besok kamu langsung masuk kerja, tak perlu buat lamaran lagi karena berkas-berkas dan data diri kamu masih saya simpan sampai sekarang. Kamu bisa langsung masuk bekerja besok dan temui saya untuk mengambil ID Card kamu yang masih saya simpan." ucap Pak Andra yang membuatku sedikit terkejut.
'Hah, sebegitu yakin nya kah Pak Andra kalau aku akan kembali lagi bekerja? Sampai-sampai dia masih menyimpan semua berkas-berkas data diriku bahkan sampai ID Card ku.' Batin ku dalam hati.
Tapi tak bisa ku pungkiri aku sangat bahagia mendengarnya.
"Baiklah Pak, besok pagi saya akan datang ke kantor. Terimakasih untuk kesempatan nya yg sudah di berikan kepada saya Pak" ucapku yang tak kalah semangat.
"Sama-sama Vania, saya juga sangat mengharapkan kamu kembali ke perusahaan ini. Baiklah kalau begitu saya harus melanjutkan pekerjaan saya, jangan lupa besok datang langsung temui saya" ucap Pak Andra.
"Baik Pak, sekali lagi saya ucapkan terimakasih banyak untuk kesempatan ini." Aku tiada henti bersyukur.
Setelah panggilan telepon di akhiri, aku lekas ke kamar membawa Elmira yang sudah terlelap tidur sejak tadi di pangkuan ku.
************
( POV Author )
Didalam kamar, Arvin tampak sedang menelepon seseorang.
"Kamu tenang saja sayang, Vania tidak akan bisa membantahku. Setelah dia bekerja, kamu akan masuk ke rumah ini sebagai Babysitter Elmira. Dan kita akan punya banyak waktu bersama." Arvin tersenyum menyeringai karena merasa semua berjalan sesuai rencana nya.
Vania yang sudah berada di depan pintu kamar pun melihat Arvin sedang menelepon seseorang sambil senyum-senyum.
Vania yang masih mengingat wajah Arvin ketika marah tadi, seketika merasa heran.
'Secepat itukah suasana hati Mas Arvin berubah? Dengan siapa dia bertelepon sampai seperti itu senyum-senyum?' Gumam Vania dalam hati.
Arvin yang melihat Vania sudah berdiri di depan pintu kamar mereka, seketika gugup. 'Apa Vania mendengar obrolan ku tadi ya?' Batin Arvin yang ketakutan.
"Kalau mau masuk ketuk-ketuk pintu dulu dong, seperti tidak tahu sopan santun asal menyelonong masuk saja" Ucap Arvin sambil meninggikan suaranya.
'Haah! Apa aku harus mengetuk pintu dulu sebelum masuk ke kamar sendiri? Ada apa dengan Mas Arvin? Kenapa dia tiba-tiba berubah drastis seperti ini? Vania bergumam dalam hati.
Bahkan Elmira yang sedang tidur pun sampai terbangun dan menangis karena terkejut mendengar suara Arvin sang Ayah.
Dalam kondisi yang masih terkejut, aku berusaha menenangkan Elmira yang tiba-tiba menangis.
Akan tetapi Mas Arvin seperti tidak merasa bersalah, bahkan dia memalingkan wajahnya dan melanjutkan telepon nya yang sempat berhenti tadi.
"Terimakasih banyak Bu, tolong secepatnya dicarikan Babysitter yang terbaik untuk menjaga putri saya Bu" ucap Mas Arvin.
Aneh, panggilan telepon masih tersambung tapi bisa-bisanya Mas Arvin bicara dengan suara yang kuat seperti tadi.
Dan kenapa dia seperti ketakutan kalau aku mendengar pembicaraan nya yang jelas-jelas aku sudah tau rencana nya mencari Babysitter untuk Elmira?
Mas Arvin sudah mengakhiri panggilan telepon nya dan datang menghampiriku, lalu dia mengambil Elmira dariku.
"Sayang, putri cantik ayah jangan nangis ya. Ayah gak marah kok sama Mira, cup cup cup" Mas Arvin berusaha menenangkan Elmira dengan membuat ekspresi wajah yang lucu.
Dan akhirnya Elmira pun tertawa melihat ekspresi wajah Mas Arvin.
Mas Arvin meletakkan Elmira di box bayi dan mencoba menidurkan nya.
Aku mendekati Mas Arvin, dan dia melihatku sekilas lalu mengacuhkan ku lagi.
Bahkan dia tak ada merasa bersalah atau meminta maaf padaku.
'Ya Tuhan, apa salahku? Ada apa dengan Suamiku?' Gumamku dalam hati.
Mataku sudah berembun, aku berusaha untuk tidak menangis walaupun hatiku sangat sakit.
"Mas, setelah Elmira tidur, aku mau bicara" ucapku tetap menunduk karena aku tak mau dia sampai melihat ku yang hampir menangis.
"Ya" hanya itu kata yang keluar dari mulut Mas Arvin.
Aku pun berlalu keluar kamar dan duduk di sofa ruang tamu, akhirnya air mata ku pun lolos juga membasahi pipiku.
Aku tetap merenung, mengingat-ingat perbuatan ku. 'Apakah ada kesalahan atau kata-kataku yang menyakiti Mas Arvin sampai dia berubah seperti itu' aku bertanya-tanya dalam hati.
Setelah 15 menit akhirnya Mas Arvin datang, aku langsung mengusap air mataku. Aku tak mau dia melihatku menangis dan menganggapku wanita lemah.
Mas Arvin duduk di sofa yang ada di seberangku, "Mau bicara apa, cepat aku tak punya banyak waktu" bahkan Mas Arvin bicara tanpa menatapku yang ada di hadapan nya.
"Mas, mulai besok aku kerja. Aku sudah menelepon Pak Andra, dan dia memberikan kesempatanku bekerja di kantor itu lagi" ucapku sambil memperhatikan wajah suamiku.
Mas Arvin pun memandangku, seketika ekspresi wajahnya berubah senang.
"Serius sayang? Kamu gak lagi bercanda kan?" Mas Arvin langsung memegang tanganku dan tersenyum bahagia.
Mungkin Mas Arvin cepat emosi karena banyak pikiran tentang kerjaan nya, dan aku mencoba untuk memakluminya.
"Iya Mas, aku serius. Mulai besok aku sudah bisa masuk kerja lagi. Sekarang aku cuma memikirkan siapa yang menjaga Elmira" Ucapku sambil menatap Mas Arvin.
"Kamu tenang saja sayang, Mas sudah dapat Babysitter untuk Elmira. Sekarang juga Mas bisa telpon dia supaya datang ke sini" ucap Mas Arvin tetap menggengam tanganku.
Tapi aneh, bukan kah tadi Mas Arvin berbicara di telepon meminta untuk mencarikan Babysitter yang terbaik.
Kenapa tiba-tiba sekarang sudah dapat saja? Secepat itu kah? Atau mungkin tadi setelah aku pergi, Kepala Yayasan menelepon Mas Arvin lagi untuk mengabari kalau sudah ada Babysitter yang sesuai dengan Mas Arvin harapkan.
Ah sudahlah, aku malas bertanya panjang lebar. Yang ada dia kembali emosi lagi nantinya.
"Yasudah Mas, kamu telpon dia supaya datang hari ini juga. Lebih cepat lebih baik, karna aku juga harus mengajarinya cara-cara menjaga Elmira" ucapku yang langsung di angguki Mas Arvin.
Mas Arvin pun mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.
"Halo, kamu Babysitter yang di tunjuk Kepala Yayasan kan untuk menjaga putri ku? Apa kamu bisa datang hari ini juga ke rumah saya? Mas Arvin tampak bersemangat.
Sementara aku, entah lah ada perasaan yang tak menentu dalam hati. Apakah ini keputusan yang tepat?
Ya, mungkin ini jalan terbaik untuk rumah tanggaku, melihat perubahan Mas Arvin yang lebih bersemangat sekarang seketika aku yakin.
Mas Arvin mengakhiri panggilan nya dan menghampiriku, duduk di sofa sebelahku dan merangkul pundak ku.
"Sayang, Babysitter nya sedang dalam perjalanan kesini. Kamu bisa melihat dan menilainya sendiri, tapi kata Kepala Yayasan dia kandidat satu-satunya yang lebih baik, dia juga cekatan dalam mengurus bayi" Mas Arvin sebegitu yakin dengan Babysitter itu tanpa harus melihatnya.
Aku hanya menganggukkan kepala pertanda setuju.
Mas Arvin menatapku seolah mengerti, " sayang, Mas minta maaf ya tadi sudah marah-marah sama kamu. Mas hanya sedang banyak pikiran, karena masalah pekerjaan. Mas bingung dan takut tidak bisa membahagiakan kamu juga putri kita dengan gaji yang tidak seberapa. Mas hanya mau kalian berdua bahagia dan tidak kekurangan" Mas Arvin mengelus rambutku lembut.
Aku merasa Mas Arvin kembali lagi seperti sebelumnya, aku pun tersenyum menatapnya.
"Gitu dong, kalau senyum kan tambah cantik nya" ucap Mas Arvin sambil mencium keningku.
***
Pukul lima sore, bel berbunyi pertanda seseorang datang.
Aku bangkit untuk membuka pintu, tapi Mas Arvin menahan tangan ku "biar Mas saja yang buka pintu nya, kamu duduk saja sayang" Mas Arvin berlalu menuju pintu.
Seketika aku melihat seorang wanita muda, cantik dan seksi melangkah masuk membawa sebuah koper.
Kemudian Mas Arvin yang menyusul dari belakang pun kembali duduk di sampingku dan mempersilahkan wanita itu duduk.
Wanita itu pun langsung duduk di sofa yang berhadapan denganku, tanpa mengenalkan dirinya terlebih dahulu ataupun sekedar mengucapkan salam dan berjabat tangan denganku.
"Sayang, ini dia Babysitter untuk Elmira" ucap Mas Arvin tersenyum sambil menatap wanita itu.
Haah, jadi dia Babysitter itu?
Aku berpikir kalau Babysitter nya sudah tua, karna setidaknya pasti lebih berpengalaman. Kalau dia??? Aku tidak terlalu yakin.
Aku memperhatikan penampilan wanita itu, sungguh di luar dugaan ku.
Dia berdandan menor dengan lipstik yang berwarna merah terang.
Dia memang cantik, bahkan aku bisa tahu bahwa dia pasti melakukan perawatan.
Dari penampilan nya dia bukan seperti orang susah yang sedang membutuhkan pekerjaan.
"Nama kamu siapa?" Tanyaku menyelidik sambil terus memperhatikan nya dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Dia pun menatap ku sambil tersenyum kecil. "Saya Alexa Olivia, bu" jawabnya sambil bersandar di sofa.
'Aneh, seperti tidak punya attitude saja' gumamku dalam hati. Tak mau berpikir lama, aku mengajak Mas Arvin ke belakang untuk berdiskusi.
"Mas, apa kamu yakin dia pantas jadi Babysitter Elmira? Tanyaku pada Mas Arvin ketika kami sudah di dapur.
"Iya sayang, memang kenapa? Yayasan sendiri yang merekomendasikan nya" ucap Mas Arvin tanpa ragu.
"Tapi Mas, aku kira Babysitter nya sudah tua. Kenapa masih muda begitu? Aku gak yakin dia berpengalaman mengurus bayi" ucapku dengan suara yang pelan.
"Sayang, kalau Yayasan sendiri yang merekomendasikan nya kenapa kita harus ragu? Lagian tadi Kepala Yayasan bilang kalau dia sudah punya banyak pengalaman menjaga bayi" ucap Mas Arvin.
"Mas, aku gak yakin deh sama dia. Bahkan dia seperti tidak punya tata krama, lihat tuh pakaian nya saja seksi begitu. Lelaki mana pun yang masih normal pasti tergoda melihat penampilan nya itu" Mas Arvin menatapku sambil mengernyitkan keningnya.
"Sayang, kamu gak percaya sama suami kamu ini? Aku gak mungkin lah tergoda sama dia, karna aku cuma cinta sama kamu. Yasudah, kita lihat saja dulu gimana pekerjaan dia. Kita tidak bisa menilai seseorang dari penampilan nya saja. Kamu percaya saja sama ku, gak mungkin aku tergoda sama wanita lain. Sudah, kita balik lagi kesana, gak enak dia kelamaan menunggu kita" Mas Arvin menyakinkan aku.
Akhirnya aku pun pasrah saja, tak ada salah nya melihat dulu. Lalu kami kembali ke ruang tamu untuk menemui Babysitter itu.
"Baiklah, kamu diterima bekerja disini" ucap Mas Arvin pada wanita itu.
"Terima kasih banyak Pak" balas wanita tersebut tersenyum pada suami ku.
"Sayang, kamu tunjukkan kamar untuk Alexa ya" ucap Mas Arvin padaku.
Mas arvin sangat yakin untuk menerima wanita itu. Apakah ini keputusan yang tepat untuk kami? Entah kenapa perasaan ku tiba-tiba saja tidak enak.
Alexa pun bangkit berdiri dan meraih koper yang dia bawa, aku masih terdiam berdiri menatap nya.
"Bu, apa bisa langsung menunjukkan kamar ku? Aku ingin istirahat sebentar" Alexa menatap ku yg terdiam.
Mas Arvin yang melihat ku terdiam sengaja menyenggolku karena tak menjawab pertanyaan Alexa.
"Sayang, tunjukin kamar Alexa, dia mau istirahat". Ucap Mas Arvin.
'Hah, istirahat? Apa dia kira rumah ini adalah hotel? Apa dia lupa tujuan awal nya kesini mau bekerja?' Batin ku dalam hati.
"Ayo, saya antarkan. Sekalian saya juga mau mengajari kamu cara mengurus Elmira" ucapku sambil berjalan lebih dulu.
Alexa mengekori ku dari belakang sambil membawa koper nya. Sampai di depan kamar khusus untuk ART, aku menoleh ke belakang dan melihat Alexa yang berjalan beriringan dengan Mas Arvin.
Aku menatap mereka, dan seketika Mas Arvin mendekatiku "Sayang, apa kamar ini yang akan di tempati Alexa?" Tanya Mas Arvin.
"Iya Mas, kenapa?" Aku menatap Alexa yang seperti tidak suka dengan kamar yang akan kutunjukkan.
"Tapi sayang, kamar tamu kan kosong. Kenapa tidak di situ saja? Ini terlalu sempit sayang" Mas Arvin seperti keberatan dengan kamar yang ku tunjukkan.
"Loh, ini kan emang kamar khusus untuk ART Mas. Lagian kamar tamu emang wajib kosong, kita kan gak tau kapan kita akan kedatangan tamu" balasku pada Mas Arvin.
"Yasudah sayang, kamar tamu kan ada dua. Yang satu nya kan bisa di tempati Alexa. Biar dia juga bisa nyaman sayang". Mas Arvin berbicara setengah memaksa.
"Mas, awalnya aku berpikir Babysitter nya pulang hari. Karna aku juga kan kerja sampai jam tiga sore aja. Aku mana tau ternyata Babysitter Elmira bakalan tinggal juga di rumah ini". Ucapku tak mau kalah.
"Sudahlah sayang, malah bagus kan kalau Alexa tinggal disini. Kamu kan kerja pasti capek juga, setidaknya Alexa bisa membantu menjaga Mira kalau kamu istirahat. Mas cuma kasian sama kamu." Mas Arvin pun merangkul ku.
Sekilas aku melihat tatapan Alexa seperti..... entahlah, aku kurang yakin.
"Yasudah, terserah kamu Mas. Aku ikut aja" ucapku malas berdebat terlalu panjang.
Seketika terdengar suara tangis Elmira, aku pun pergi mengambil putri kecilku itu karna ini juga sudah waktunya untuk mandi.
Untuk sekarang biarlah aku yang mengurus Elmira, karna mulai besok aku bakalan sibuk terus dan jarang ada waktu untuk putriku. Lagian tadi Alexa bilang dia mau istirahat dulu hari ini.
Setelah aku selesai memandikan Elmira, akupun mencari Mas Arvin untuk menitipkan Elmira karna aku harus memasak untuk makan malam.
Sedari tadi dia tak kelihatan, kemana pergi nya suamiku?
Aku berjalan menuju kamar Alexa, untuk menitipkan menjaga Elmira selagi aku masak.
Tok tok tok
"Alexa, apa kamu tidur?" Tanya ku sambil mengetuk pintu kamar nya.
Tidak ada jawaban sama sekali dari dalam. Aku kembali mengetuk pintu kamar itu.
Tok tok tok
"Alexa.. apa kamu di dalam?" Tanya ku lagi.
"Iya bu, saya di kamar tadi ketiduran" ucap Alexa dengan suara yang berat tapi bukan seperti suara orang yang baru bangun.
"Tolong kamu jaga Elmira sebentar, saya mau masak untuk makan malam" aku masih tetap di depan pintu menunggu Alexa keluar.
"Iya bu, bentar" ucap Alexa dengan nafas yang terburu-buru.
Aneh, dia tidur atau lagi olahraga? Batinku dalam hati.
Setelah beberapa saat pintu terbuka sedikit, nampak Alexa sangat berkeringat dan rambut yang acak-acakan.
"Iya bu, sini Elmira nya" Alexa langsung menutup pintu kamar nya kembali dan meminta Elmira dari gendongan ku.
"Kenapa kamu banyak berkeringat seperti itu?" Tanyaku heran pada Alexa.
"I-iya bu, di dalam kamar sangat panas. Saya juga orang nya gampang keringatan" ucapnya sedikit terbata.
"Di dalam kan ada kipas angin nya, kenapa gak di nyalain" tanya ku heran.
"Iya Bu, saya lupa. Eh, Elmira cantik sekali sayang" Alexa seperti mengalihkan pembicaraan ku dengan bicara pada Elmira.
Setelah aku menitipkan Elmira pada Alexa, aku pun berlalu ke dapur untuk memasak. Setengah jam kemudian aku selesai masak, lalu muncul Mas Arvin dengan rambut yang basah, sepertinya dia baru selesai mandi.
"Mas, dari mana aja? Hilang tiba-tiba, gak bilang juga mau ke mana" Tanyaku saat Mas Arvin hendak mengambil air untuk di minum.
"Mm Mas tadi keluar bentar sayang, tiba-tiba di telpon teman mau minta tolong sesuatu" jawab Mas Arvin.
"Oohh, kita makan malam yuk. Aku udah siap masak nih" ajak ku yang sambil menghidangkan makanan di atas meja makan.
"iya sayang, sepertinya enak nih. Mas sudah laper banget" Mas Arvin langsung duduk di kursi.
"Loh, Alexa gak kita ajak sekalian makan sayang?" Tanya Mas Arvin.
Aku terdiam, 'apa harus Alexa ikut makan di meja makan yang sama dengan kami?' Ujar ku dalam hati.
Tanpa mau berdebat aku memanggil Alexa agar ikut bergabung makan dengan kami.
***
Pukul 5.30 pagi alarm di ponsel ku berbunyi, bergegas aku bangun untuk menyiapkan sarapan. Karna ini adalah hari pertama ku bekerja, aku tidak boleh telat.
Tapi saat bangun, aku tak melihat Mas Arvin di samping ku.
Apa dia di toilet? Aku menuju walk in closet yang ada di kamar kami, tapi aku tak mendapati Mas Arvin disana.
Tanpa mau berpikir panjang, aku langsung ke dapur menyiap kan sarapan.
Setelah selesai aku bergegas ke kamar, ingin segera mandi karena jam sudah menujukkan pukul 6.15.
Sampai di kamar aku melihat Mas Arvin sudah selesai mandi dan sudah berpakaian rapi.
"Mas, dari mana saja tadi?" Tanya ku pada Mas Arvin yang sedang menyisir rambut nya di depan cermin.
"Tadi lari pagi bentar keliling komplek, Mas gak mau ganggu kamu tadi karna Mas lihat kamu nyenyak banget tidurnya" ucap Mas Arvin sambil merapikan rambutnya.
"Oh, maaf ya Mas, aku gak sempat siapin pakaian kamu untuk ke kantor seperti biasanya" ucapku sambil merapikan dasi yang di kena kan Mas Arvin.
"Iya, gapapa sayang. Mas ngerti kok, mulai hari ini kan kamu kerja. Jadi Mas mau mencoba mandiri saja" Aku pun tersenyum mendengar ucapan Mas Arvin.
"Yasudah, Mas sarapan dulu. Aku udah masak nasi goreng dan telor ceplok kesukaan Mas Arvin. Aku mau mandi dulu, siap-siap mau berangkat kerja" ucapku sambil berlalu ke walk in closet.
"Iya, makasih sayang" balas Mas Arvin
***
Aku sampai di depan kantor pukul 7.30 masih ada waktu 30 menit lagi sebelum masuk.
Sejenak aku berdiri menatap gedung tempat ku dulu mencari nafkah selama kurang lebih 8 tahun.
Lalu aku melangkahkan kaki dengan semangat ke dalam.
Eh, Bu Vania. Mau kembali kerja lagi ya?" Tanya Pak Husin salah satu security di kantor ini.
Dia adalah security yang paling lama di kantor ini.
"Iya Pak, belum bisa move on dari kantor ini, hehe" jawabku sambil tertawa.
"Ayo Bu, saya antarkan" ajak Pak Husin.
Aku tidak bisa masuk ke dalam kantor tanpa identitas pengenal, sehingga Pak Husin mengantar ku masuk ke dalam.
Penjagaan di kantor ini sangat ketat, karna ini termasuk salah satu perusahaan yang besar di indonesia.
Pak Husin mengantarku sampai depan meja sekretaris Pak Andra yang bernama Jenie, "Bu Vania, selamat datang kembali ke kantor ini" ucap Jenie tersenyum padaku.
"Hai Jenie, apa kabar? makin cantik aja" Balasku sambil tersenyum.
"Baik Bu Vania. Ah, Ibu bisa aja" balas Jenie pada ku.
"Pak Andra nya udah datang?" Tanya ku lagi.
"Sudah Bu, tadi Pak Andra sudah pesan sama saya kalau Bu Vania sudah datang langsung masuk saja ke ruangan Pak Andra" ujar Jenie.
"Terimakasih jenie" aku tersenyum sambil berlalu meninggalkan Jenie.
Tok.. tok.. tok..
Aku mengetuk pintu ruangan Pak Andra.
"Silahkan masuk" ucap Pak Andra dari dalam.
"Selamat datang kembali Vania" sapa Pak Andra dengan tersenyum.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!