NovelToon NovelToon

Kisah Cinta Masa Abu-abu

1. awal masuk sekolah

10 juni.

Di mana, musim panas sekaligus musim anak-anak dan siswa-siswi masuk sekolah atau pun mendaftarkan diri ke sekolah.

Di sebuah gedung tinggi sebuah apartemen....

Terlihat ada seorang gadis yang tinggal bersama kedua orangtuanya di sebuah apartemen, yang bernama Anekka Felicia. Feifei adalah panggilan kesayangan dari orang tuanya dari kecil hingga kini ia menginjak dewasa.

"Fei ... ini sudah jam tujuh, bangun nak!" perintah sang Mama seraya mengetuk pintu kamar Feifei.

Feifei pun membuka matanya dan menatap ke arah jendela dengan wajahnya yang masih begitu ngantuk.

"Hmmm ... jam berapa sih ini?" gumamnya seraya meraba ponsel miliknya yang berada di bawah bantal.

"Kebiasaan si Mamah, katanya jam tujuh. Lah ini baru jam 6:12 menit loh," gumamnya seraya bangkit dari tidurnya.

Felicia pun duduk di atas sepiring bad seraya menatap benda pipih miliknya.

Lalu Ia meletakkan ponsel tersebut dan menyingkirkan selimut yang masih menutupi setengah badannya.

"Hoam ..." Felicia pun turun dari ranjangnya, lalu menggunakan sandal. Ia berjalan membungkuk bak nenek-nenek.

Lalu Felicia dengan jalan yang begitu lemas menuju ke dalam kamar mandi, sesampainya di kamar mandi ia menggosok gigi dengan wajahnya yang masih lesu dan rambut panjangnya yang berantakan.

"Hoam ... tak terasa sudah saatnya balik ke bangku sekolah lagi." gumam Felicia seraya menaruh sikat giginya dan bercermin.

"Tak perlu mandi lah, males kali aku ini." sambungnya, lalu ia mencuci mukanya di wastafel dengan sabun mandi.

Setelah selsai cuci muka, Felicia pun keluar dan melepaskan pakaiannya, lalu ia mengganti dengan seragam sekolah putih abu-Abu.

Tak butuh waktu lama, Felicia pun selsai dan kini sudah rapih dengan seragam sekolah lengkap dengan dasi. Ia menuruni anak tangga dengan cepat, lalu ia berlari ke arah pintu, karena jam telah menunjukkan pukul 6:40.

"Mah, aku berangkat yah?" teriak Felicia pada mamanya yang saat ini ada di dapur.

"Hei ... ini sarapannya ..." balas sang mama seraya memunculkan kepalanya dari pintu dapur.

"Tidak usah Mah, aku akan terlambat nanti." jawab Felicia seraya menoleh ke arah sang Mama.

"Ih anak ini." gumam sang Mama, seraya melihat kepergian sang putri semata wayangnya.

Felicia kini telah sampai di depan gerbang, ia berlari sekencang mungkin. Karena ia ingin mengutarakan sebuah perasaannya yang sudah terpendam begitu lama, pada sahabatnya, sekaligus cinta pertamanya dari kecil.

Sesosok pria idamannya terlihat ada di depan mata Felicia, hanya berjarak beberapa meter.

"Aku harus mengutarakan perasaanku pada-nya ..." gumam Felicia seraya mengepal kan tangannya, dengan pipinya yang merah merona.

"Dia adalah cintaku sejak kecil, cinta pertama ku, pria impian ku, pria idamanku." batin Felicia.

Lalu ia menarik napasnya dalam-dalam seraya memegangi dadanya dengan kuat, dengan wajahnya yang sudah merah bak kepiting rebus.ia berlari kecil mencoba menghampiri pria idamannya, Felicia pun akhirnya sampai, di mana ada sosok pria berdiri tepat ada di hadapannya.

Felicia menarik baju milik si pria dari belakang seraya berteriak.

"AKU SUKA PADAMU!" teriak Felicia seraya menutup matanya rapat-rapat juga menundukkan wajahnya karena malu.

Pria yang di tarik bajunya pun memutar kepalanya, untuk melihat siapa gadis yang berteriak, dengan mengungkapkan perasaan padanya.

"... " pria itupun melihat ke arah gadis yang ada di depannya, terlihat tertunduk dengan telinganya yang memerah, pria itu berdiri dengan wajah tanpa ekspresi.

Felicia masih menutup matanya, hingga akhirnya ia membuka perlahan matanya.

'Akhirnya aku mengungkapkan juga...' batin Felicia seraya mendongakkan kepalanya.

"Anu ...." ucap si pria tersebut dengan wajahnya yang datar.

Betapa terkejutnya Felicia setelah apa yang ia alami, baru masuk sekolah sudah salah orang, juga mengungkapkan perasaan kepada orang tersebut.

'Astaga ... ini siapa ini! Wah bujuk buset, mati gila gue! Astaga, astaga, astaga! Kenapa bisa salah sih,' batin Felicia mengutuk dirinya sendiri.

"Kamu?" ucap pria tersebut.

Felicia bak tersambar petir, ia muntah darah seketika. Terkejut bukan main, ternyata pria idamannya ada di depan si pria tersebut, hanya beberapa langkah lagi.

'Habislah aku! Rasanya ingin Aku bersembunyi di dalam sarang semut saja, pasti dia dengar apa yang barusan aku ucapkan. Dia saja berhenti dari langkahnya.' batin Felicia seraya melihat ke arah pria idamannya.

"Hahahaha ... maaf yah," ucap Felicia seraya menepuk-nepuk punggung pria tersebut dan berjalan dengan tubuhnya yang terasa kaku.

Ia melewati sang pujaan hatinya begitu saja tanpa menoleh, bahkan Felicia menurunkan rambutnya untuk menutupi seluruh wajahnya.

Sedangkan pria tersebut hanya diam dan melihat kepergian Felicia.

 

Felicia kini berada di dalam sekolah, ia masuk di kelas 10D.

Ia bergegas ke arah papan pengumuman, untuk melihat di mana ia akan duduk dan bersama siapa ia akan duduk.

"Hah ... permisi," ucap Felicia terengah-engah, ia menyerobot begitu saja.

Ada siswa lain yang sedang melihat papan pengumuman tersebut ia langsung menyingkir dengan cepat.

Pria tersebut langsung mundur dengan wajahnya yang memerah.

"Tempat aku ada di belakang?" gumam Felicia setelah itu ia berlari menuju ruang kelasnya, tanpa melihat ke arah lain.

Sedangkan si pria, sedari tadi hanya berdiri. dengan terus melihat ke arah Felicia, dengan wajahnya yang merah padam.

'Dadanya besar banget,' batin pria tersebut dengan tersipu.

Di ruang kelas 10D.

Terlihat Felicia sudah berada di tempat duduknya, ia terlihat sumringah akan apa yang ia dapatkan.

Karena Felicia begitu menyukai duduk berada di paling akhir, agar bisa malas-malasan dan bisa tidur tanpa sepengetahuan sang guru.

"Ahuy ... paling belakang, juga pas banget di pinggir jendela," gumamnya seraya membuka tas miliknya.

Namun ia mengingat kejadian beberapa menit yang lalu, ia telah mengungkapkan perasaan kepada orang yang salah.

Ia juga tak mengenal siapa orangnya, bahkan terlihat aneh bagi Felicia, wajah si pria tersebut.

Felicia mencoba menenangkan dirinya sendiri, dengan melihat ke arah jendela. namun lagi-lagi kata-katanya terngiang-ngiang di benaknya.

"Aku suka padamu ... Aku suka padamu ... Aku suka padamu... Aku suka padamu..." Felicia langsung berubah wajahnya menjadi pucat akibat rasa malu. Lalu ia membenturkan kepalanya di atas meja berulang-ulang.

Duk ....

duk ....

duk ....

Felicia tak menghiraukan siswa-siswi lainnya yang kini tengah menatap ke arah dirinya, dengan penuh tanda tanya, dan merasa heran.

"Kenapa dia?" bisik siswa lain.

"Entah, mungkin sakit perut." jawab siswa lainnya.

Felicia terus bersikap aneh, setelah berhenti membenturkan kepalanya, ia menepuk kedua pipinya dengan kedua tangannya.

plak...

plak...

Lalu ia berhenti, namun seketika ia mengubah ekspresi wajahnya dengan sangat menyeramkan, sehingga temannya yang melihat merasa takut namun juga penasaran.

"Tunggu! Satu angkatan banyak sekali kelas, kesempatan bertemu dengannya ...," pikir Felicia dengan wajahnya yang pucat.

"Ah tidak mungkin lah yah, mana ada kebetulan seperti itu, mana ada kesialan yang bertubi-tubi menghampiri aku, hahaha... Buanglah pikiran negatif mu Felicia." gumamnya dengan senyuman aneh, lalu ia pun tertawa terbahak-bahak.

"Hahaha... " tawa Felicia, dengan wajahnya yang gugup.

"Eh, itu anak kok rada gimana yah,?" ucap siswa lain, yang sedari tadi menatap ke arah Felicia dengan heran.

"Hooh, aku aja dari tadi memperhatikan dia, dia terus mengubah ekspresi wajahnya singkat. sesingkat singkatnya." jawab siswa lainnya.

"Apa dia kena ain? Apa dia takut ketemu guru di sini? Apa dia tertekan?"

"Kayaknya gak mungkin, soalnya dia tadi pucat, lalu sekarang dia tertawa terbahak-bahak begitu."

"Lah ya sudahlah kita hiraukan saja, jika emang dia rada kurang beres ya, tinggal kita laporan saja ke guru, bilang ada siswi gila." gumam siswi lain.

2. kesialan apa?

Felicia menepuk kedua tangannya, dan meyakinkan dirinya. bahwa ia tak mungkin bisa bertemu lagi dengan pria yang baru saja ia temui dan langsung menyatakan cinta.

"Aha ... ya begitu, tak mungkin dan tak akan mungkin, hehehehe," gumam Felicia dengan senyuman yang mengerikan.

Lalu tiba-tiba ada seorang yang menarik kursi di samping Felicia, yaitu yang akan menjadi teman satu bangkunya.

"Hai ... salam kenal," sapa Felicia dengan senyuman hangatnya, tanpa melihat wajah orang tersebut.

Namun seketika Felicia terdiam dan terpaku saat melihat siapa yang akan menjadi teman satu bangkunya. Ternyata pria yang baru saja ia temui beberapa menit yang lalu, seraya mengatakan cinta padanya.

"Eh ..." pria tersebut juga terlihat canggung.

Sontak saja Felicia langsung memutar kepalanya ke arah jendela, dan mencoba menyembunyikan wajahnya dengan rambut panjangnya.

'hah! tidak!' jerit Felicia dalam hati.

Sedangkan siswa-siswi lain sedang asik berbincang dan memperkenalkan diri masing-masing ke temen satu bangkunya.

"Kamu masuk club apa?" tanya siswa ke teman satu bangkunya

"Club sepak bola,"

"Eh, kita sama."

"Mau masuk club sepak bola bersama?"

"Oke." jawab siswa lainnya

"Kamu dari SMP mana?" tanya seorang siswi kepada teman satu bangkunya.

"Aku dari sekolah SMP Nusantara Bangsa,"

"Oh, keren. Aku dari sekolah SMP sinar BPK."

"Wah, kebetulan salah satu temanku ada yang sekolah di sana,"

"Oh, benarkah? Oh yah boleh aku minta nomor ponselmu?"

"Boleh, 0838989898989."

"Oke aku save yah, nanti aku akan hubungi kamu. Setelah kita pulang sekolah." ucap siswi tersebut.

Namun berbeda dengan Felicia, ia hanya diam membisu seraya menahan rasa canggung dan bercampur malu. Begitu pula dengan si pria, ia hanya terdiam seribu bahasa.

Si pria memalingkan wajahnya seraya menutupi mulutnya, sedangkan Felicia melihat ke arah jendela dengan wajahnya yang pucat.

'Masa indah SMK-ku berakhir begitu saja, huaah...' batin Felicia menangis.

Seorang pria yang amat tinggi dan tampan, juga cool masuk ke dalam ruang kelas tersebut. Seketika semua siswa-siswi terdiam, semua memandangi pria berjas hitam yang tampan tersebut.

Pria tersebut pun masuk ke dalam ruang kelas tersebut dengan wajahnya yang terkesan dingin dan cuek.

"Semuanya,kembali ke tempat masing-masing!" perintah pria tersebut, dengan wajah datarnya.

Namun semua siswa-siswi masih terpaku, melihat pemandangan di depannya. Semua siswa begitu iri akan ketampanan pria yang saat ini ada di depannya.

Sedangkan siswi terpana akan ketampanan pria tersebut, walaupun dingin dan terkesan sombong dan angkuh, namun itu tak mengurangi kesan cool dan ketampanan pria tersebut.

"Perkenalkan, aku guru wali kelas kalian," ucap pria tersebut.

"Kalian bisa memanggilku Mr.Hans," sambungnya.

"Sekarang, mari kita saling berkenalan dulu." ujarnya.

Semua siswa-siswi masih terpana akan ketampanan pria tersebut, mereka masih di tempat dengan keadaan berdiri seraya menatap penuh kagum.

Namun Mr. Hans tak menghiraukan tatapan Siswa-siswinya, ia menatap ke arah mereka dengan wajah datarnya.

"Mulai dari baris dekat jendela, berdirilah!" perintah Mr. Hans.

"Ah ... cinta terlarang guru dan murid," terdengar keributan siswi lain.

"Mr, Hans tipe cowok kesukaan aku," sambung yang lainnya.

"Jangan pada GR deh, Mr Hans melihat ke arahku lebih dulu tau," ujar yang lain.

"Wah, Pak guru menatapku."

Keributan terus terdengar di kelas 10D, wanita maupun pria terus berdebat akan ketampanan wajah gurunya itu.

Namun berbeda dengan sepasang yang berada di paling pojok, yang kini saling diam dan mengalihkan pandangan masing-masing. Siapa lagi kalau bukan Felicia dan teman satu bangkunya.

"Ah, i-itu Mr Hans. Siswi di sebelahku mimisan," ujar salah satu siswa seraya menunjuk siswi di sebelahnya.

Mr. Hans terdiam, ia benar-benar di buat emosi oleh para anak didiknya yang baru. Ia hanya bisa menatap tajam ke arah siswa yang berteriak tersebut.

Terlihat siswa yang di tatap oleh Mr. Hans begitu panik, dan gugup. Ia berdiri dengan tegak, keringat dingin mulai bercucuran di wajahnya.

'Aduh bagaimana ini!' batin siswa tersebut dengan membuka mulutnya lebar-lebar.

Mr. Hans mengalihkan pandangannya dan melihat siswi yang tersipu malu.

"Kamu," ucap Mr. Hans singkat dengan ekspresi datar.

Gadis tersebut semakin merona di kala Mr. Hans bertanya kepada gadis tersebut, siswi tersebut mengalihkan pandangannya lalu melirik sekejap.

Mr. Hans hanya bisa diam, dan semakin kesal di buat oleh para anak didiknya. Karena siswi tersebut hanya diam seribu bahasa, Mr Hans pun melangkah maju. Kini gadis tersebut menundukkan kepalanya, dan Mr Hans menanyakan ulang dengan jelas.

"Tidak usah gugup, cukup perkenalkan dirimu saja." ucap Mr Hans.

"Aku ... aku ... aku ..." jawab gadis tersebut dengan terbata-bata.

Namun detik berikutnya, gadis tersebut menengadah kan wajahnya dan melihat ke arah Mr Hans.

"80,62,82 ... Ukuran tubuhku!" sambung gadis tersebut dengan suara keras, dan wajahnya yang merah merona.

Mr Hans yang mendengar jawaban tersebut semakin emosi, ia menunjukkan wajah dinginnya.

'Oh begini kah perkenalan diri zaman sekarang? Sepertinya memang aku yang sudah tua, ada banyak ~~~~perbedaan generasi.' batin Mr Hans.

Mr Hans melanjutkan langkah kakinya tanpa menghiraukan siswi tersebut.

"Ok duduk," ucap Mr Hans, dengan nada cuek.

"Eh ... Tapi aku belum selesai," ucap siswi tersebut dengan nada kecewa.

Mr, Hans pun merasa kesal, ia berhenti di meja selanjutnya.

'Masih perlu bicara apa lagi?' batin Mr Hans, dengan ekspresi wajahnya yang suram.

"Berikutnya," ucap Mr, Hans.

'Tapi aku belum mengutarakan perasaanku padamu Mr,' batin siswi tersebut dengan wajah penuh kekecewaan, terlihat wajahnya yang nge blush ketika melihat wajah tampan sang guru.

Macam-macam gaya siswa-siswi yang aneh di kelas tersebut, dan sifatnya yang terbuka dan sesuka hatinya.

Kini Mr Hans hanya diam di tengah-tengah tempat duduk para siswa-siswi tersebut, ia benar-benar merasa kesal namun sebisa mungkin ia tahan.

Kini giliran seorang siswa dengan gaya rambut yang menjulang ke atas, di sertai kacamata yang bulat, "saya ingin menjadi seorang peneliti," ucap siswa tersebut dengan lantang.

Sedangkan di bangku lain, terlihat seorang siswi yang wajahnya merah merona. Ia terus menatap seorang siswi lainnya, yang berambut pendek dengan tatapan matanya yang tajam. 'Wangi, wanita yang sama, yang memiliki hobi yang sama denganku,' batin gadis tersebut.

Mr, Hans menatap ke arah gadis yang menatapnya dengan tajam, terlihat gadis tersebut begitu banyak mengeluarkan energi hitam. Dan entah apa yang ia gumam kan sedari tadi, Mr Hans merasa risih terus di tatap begitu.

'Astaga apakah aku sedang di kutuk?' batin Mr Hans, dengan keringat yang bercucuran.

Tiba-tiba siswa yang duduk di samping gadis tersebut berdiri, dengan wajahnya yang penuh cahaya dan percaya diri. 'Situasi macam seperti ini, biarkan aku saja yang pecahkan.' batin pria tersebut.

"Perkenalkan namaku Rendra, aku selalu menjadi ketua kelas semenjak masih TK hingga SD," ucapnya dengan lantang.

"Jadi ... Aku harap aku juga bisa jadi ketua kelas di sini," sambungnya, dengan wajah yang berseri-seri.

"Menurut pengalamanku, ketua kelas itu haruslah seorang yang ...."lanjut dengan ocehan yang panjang kali lebar tanpa hentinya.

3.perkenalan

Ia tak menghiraukan tatapan seorang gadis tadi beralih kepada dirinya, dengan matanya yang melotot dan aura penekanan yang begitu besar, keluar dari wanita tersebut.

'Ah luar biasa! Bahkan aura mereka sampai keluar, dan begitu terlihat.' batin Mr Hans terkejut.

'Aku pasti akan menjadi ketua kelas, hehehe,' batin Rendra, sungguh pemandangan yang unik, bak matahari yang bersinar di tengah-tengah hujan yang lebat.

Di samping begitu tebal akan aura tekanan yang begitu kuat, rasa amarah benci menjadi stau, sedangkan yang satunya aura yang begitu kuat pula dengan memancarkan aura warna-warni. Terlihat wajah dari masing-masing yang begitu jelas. Suram dan satu sisi senyum penuh kebahagiaan dan akan kepercayaan diri yang amat besar.

"Baiklah kamu boleh menjadi ketua kelas, berikutnya," ucap Mr, Hans dengan wajah lesu, ia tak tau harus bagaimana menghadapi sikap anak didiknya yang begitu rumit untuk di jelaskan.

Kini Mr, Hans beralih ke meja paling akhir juga paling pojok, 'Mereka pasangan yang sedang bertengkar?' Batin Mr, Hans. Ia terkejut dengan pandangan kali ini, ia benar-benar tak menyangka masih ada siswa lain yang tak berfikir untuk mengejarnya.

Mereka masih saling membuang muka masing-masing, dan membungkam satu sama lain.

"Berikutnya," ulang Mr, Hans.

"Ah ... Baik ...!" teriak Felicia spontan, seraya memutar kepalanya, menghadap ke arah Mr, Hans. Dengan air mata yang bercucuran menahan rasa malu.

"Halo semuanya, perkenalkan namaku Aneka Felicia, panggil saja Felicia. Keahlianku adalah bahasa Inggris, semoga kedepannya akan memiliki banyak kenangan yang indah bersama-sama," ucap Feifei, dengan wajahnya yang berseri-seri.

Mr, Hans terdiam, seketika wajahnya berubah dengan normal tanpa rasa tekanan, ia merasa terharu dengan melihat siswi satu dari 28 murid lainnya yang lurus dan benar-benar manusia, pikirnya.

'Akhirnya ada siswa yang baik dan normal, aku harus membujuknya menjadi petugas kelasku ini. Huaaa makasih Tuhan kau masih baik padaku ternyata,' batin Mr, Hans.

Mr, Hans pun melangkah ke arah Felicia, ia terus menatap anak didiknya yang normal. Setelah sampai di depan tempat duduk Felicia, ia pun membuka buku informasi anak didiknya. Dan melirik Felicia.

"Hmmm ... Nilaimu sempurna di dalam bahasa Inggris ... Bagaimana jika menjadi perwakilan mata pelajaran bahasa Inggris?" ucap Mr, Hans seraya memegangi rahangnya yang tegas.

"Eh!" Sontak saja Felicia terkejut, ia merasa ini begitu dadakan.

"Tapi Mr,..." sambung Felicia.

"Eh?! Kamu tidak suka? Kalau begitu menjadi wakil ketua kelas saja," ucap Mr, Hans tanpa memberi kesempatan untuk Felicia bicara.

'Hehehe Gadis itu menjadi wakil ketua kelas, bagus Mr,Hans aku suka gayamu,' batin Rendra dengan wajahnya yang merona.

"Aku siap untuk menjadi wakil ketua kelas bahasa Inggris! Aku juga akan melakukan tugas dengan baik!" jawab Felicia dengan lantang, penuh enerjik dan semangat jiwa muda.

"Baik! Berikutnya," ujar Mr Hans.

Setelah Felicia duduk kini giliran teman sebangkunya yang berganti berdiri, dengan wajahnya yang tertutup rambut dengan rapat, entah menunjukkan ekspresi seperti apa.

Ia berdiri dengan tegak, terlihat Felicia panik dan sedikit khawatir. Pasalnya ia sama sekali tak berbicara dan tak mengeluarkan ekspresi.

"Halo semua, namaku Kavin Ardana Abiputra. Panggil saja semau kalian, aku suka olahraga. Salam kenal," ucapnya singkat padat dan jelas, lalu ia duduk kembali.

Felicia tercengang ia melirik diam-diam ke arah Kavin, ia mengira Kavin adalah orang yang oon atau semacamnya. Pasalnya ia terlihat seperti anak yang kurang dengan wajahnya yang tak terlihat.

'Eh olah raga? Sepertinya tingginya sama denganku. Apa dia berbohong?' Batin Felicia.

Mr, Hans melihat catatan dan melirik ke arah Kavin. "Nilaimu yang terbaik di seluruh angkatan, kalau begitu kamu menjadi sekertaris kelas." ucap Mr, Hans.

Felicia tambah terkejut mendengar ucapan Mr, Hans. Ia menganga seraya melihat wajah si jenius, 'tapi dia tak terlihat seperti kutu buku,' gumam Felicia.

"Sesuai peraturan sekolahan, rambutmu harus di potong. Tidak boleh panjang melebihi kerah baju, atau menutup telinga, juga melewati batas alis." jelas Mr, Hans.

"Maaf Pak Guru, tapi aku tidak punya alis," jawab Kavin memberikan alasannya.

Mendengar alasan Kavin Felicia merasa terkejut tak percaya, 'alasan macam apa ini! Siapa yang akan percaya dengan omong kosong seperti itu! Astaga aku benar-benar hampir percaya dia jenius,' batin Felicia.

"Oke, kalau begitu akan ku diskusikan dengan pihak sekolah. Baiklah berikutnya," jawab Mr, Hans dengan wajah dinginnya.

Mendengarkan jawaban dari Mr, Hans membuat Felicia terkejut, 'astaga! Apa Pak guru percaya? Diskusi bagaimana maksudnya?' batin Felicia dengan mulutnya yang masih menganga akibat syok berat.

Setelah melakukan perkenalkan, Mr Hans langsung memberikan informasi jadwal mata pelajaran dan juga membagikan sebuah tugas kepada siswa pilihannya.

"Selamat sing, waktu istirahat telah tiba. Mohon tetap tertib dan jaga amanah sekolah," bell sekolah pun berbunyi, menandakan jam istirahat awal telah tiba.

Mr Hans pun menutup bukunya, dan berdiri. "Baik selamat siang semuanya, ingat di catatan jadwal mata pelajaran ini, jangan sampai hilang, untuk Kavin nanti jangan lupa ke ruangan ku!" ucap Mr, Hans lalu melangkah pergi dari ruang kelas 10D tersebut.

Kavin pun buru-buru pergi dari ruang kelas, memanfaatkan tugas dari Gurunya untuk meninggalkan Felicia yang sedari tadi hanya diam dan kaku. Felicia pun menatap kepergian Kavin yang melangkahkan kakinya keluar dari kelas.

Kavin kini telah sampai di depan ruang guru, ia masuk dan mencari sosok gurunya itu, namun setelah ia mencari tak kunjung ketemu ia pun mencoba memberanikan diri untuk bertanya pada guru lainnya.

Terlihat di ruang guru tersebut, semua para guru sedang membaringkan kepalanya di atas meja kerjanya.

"Ekhem, permisi ... Di mana yah tempat Pak Hans?" tanya Kavin kepada salah satu guru yang berada di dekatnya.

Guru tersebut pun mendongakkan kepalanya, dengan wajah yang lesu dan matanya yang berat ia pun menjawab pertanyaan Kavin. "Di pojok baris paling belakang,"

"Terimakasih," jawab Kavin, lalu ia pun menuju ke meja kerja Pak Hans.

Namun setibanya di meja kerja milik Pak Hans, orang nya tak ada di sana. "Eh? Tidak masuk kah?" gumam Kavin.

Namun ia mendengar dengkuran, dan ia melihat ke samping kirinya, ternyata orang yang ia cari justru sedang asik tertidur pulas,Kavin kesal sekaligus terkejut di buatnya. "Ehem, Mr, Hans!" panggil Kavin.

Mr, Hans yang mendengar panggilan Kavin langsung bangkit dari tidurnya dengan panik, ia berteriak, "ah kepala sekolah aku tidak tidur!" Dengan mata yang masih tertutup rapat oleh penutup mata.

Mr Hans berguling, ia menangis bak anak yang ketahuan berbohong. Ia masih mengira bahwa yang berdiri di depannya adalah kepala sekolah.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!