NovelToon NovelToon

King Mafia And Queen Mafia

Pria Jelek

Sinar mentari pagi tanpa permisi masuk dengan leluasanya di sela-sela jendela kamar yang super mewah bak kamar princess. Namun tak mengusik gadis yang masih tertidur pulas di atas ranjang empuknya.

Sudah dua kali jam weker digital berbunyi di atas nakas dan sama sekali belum juga membangunkan sang empunya. Waktu sudah menunjukkan pukul 10 pagi, namun tak ada tanda-tanda akan bangunnya gadis itu. Wajar saja hari ini adalah hari libur membuat wanita yang disapa Violet lebih betah bermalas-malasan di ranjang empuknya.

Derttt…Dertttt

Terdengar bunyi ponsel Violet sangat nyaring menggema dalam kamar tersebut. Entah ke berapa kalinya ponsel itu berbunyi, hingga mampu membangunkan sosok gadis berparas cantik yang masih bermuka bantal.

Violet menggeram kesal sambil mengacak-acak rambutnya yang panjang terurai indah dengan kesalnya. Namun tak membuat rambutnya yang panjang dan sehalus sutra itu terlihat kusut.

Perlahan Violet mengulurkan tangannya untuk mengambil ponselnya di atas nakas sembari menggerutu kesal.

“Ya halo, dengan Violet Matteo Manav! ada yang bisa dibantu!” ucap Violet dengan tegasnya lalu mengerucutkan bibirnya.

“Miss Violeeeet!. Waktumu tersisa setengah jam lagi, cepat datang ke bandara jika kamu tidak ingin ketinggalan pesawat. Jadwal pemotretanmu dimajukan lebih awal” ucap seseorang di ujung telepon.

“Argghhh..sial!” Violet lantas bangun sambil melempar ponselnya di sampingnya. Kemudian berlari kencang masuk ke kamar mandi.

Violet baru ingat hari ini adalah hari keberangkatannya ke luar negeri, tepatnya pukul 11.00 waktu setempat. Berkali-kali jadwal pemotretanya dimajukan atau dimundurkan dan Violet tidak peduli dengan hal tersebut. Baginya ia bekerja atas kemauannya sendiri.

Violet Matteo Manav, gadis berusia 25 tahun yang berprofesi sebagai model papan atas terkenal di bawah agensi Daisy Angels Management dan menjadi brand Ambassador dalam berbagai merek produk kecantikan.

Tapi, semua itu hanya kedok belaka, karena sesungguhnya gadis berparas cantik itu adalah seorang Mafia, bahkan Queen Mafia yang sangat ditakuti dunia bawah. Sudah tak terhitung lagi orang-orang yang sudah dihabisi olehnya.

Violet memulai karirnya di dunia modeling sejak remaja, namun tidak sungguh-sungguh melakoninya. Tapi, perlahan Violet kembali terjun ke dunia modeling, ketika perusahaan kakaknya Daisy mendapatkan masalah besar.

Dimana para pesaing bisnis terus-menerus mengekang bahkan hampir merenggut nyawa kakaknya akibat ambisiusnya mereka untuk menghancurkan perusahaan kakaknya.

Sehingga mau tak mau Violet harus terjun langsung untuk melindungi keluarganya. Keluarga adalah sosok yang harus dilindungi, dijaga dan di bahagiakan, begitulah kira-kira prinsip seorang Queen Mafia.

Lima belas menit kemudian, Violet keluar dari kamar mandi hanya mengenakan pakaian santainya. Ia terbiasa mengenakan kaos oblong berwarna putih dan jeans, seperti itulah dirinya yang lebih menyukai kesederhanaan. Rambut panjangnya ia gulung ke atas dan mengikatnya secara asal, kemudian ia memakai Topi dan kacamata hitam, tak lupa sepatu Sneaker sudah bertengger di kaki jenjangnya.

Violet sudah siap berangkat ke bandara. Ia menarik kopernya masuk ke dalam lift, hingga lift membawanya turun ke lantai dasar.

Terlihat kedua orang tuanya sudah menunggunya dengan tatapan sulit diartikan. Mereka adalah pasangan tuan Keynand dan Nyonya Viona.

Lantas bagaimana bisa mereka kembali bersatu?, padahal beberapa tahun yang lalu Nyonya Viona ingin bercerai?. Kemungkinan sebuah keajaiban datang hingga mampu mempersatukan kembali hubungan mereka yang sempat renggang.

"Pagi Mom, Dad." sapanya tersenyum merekah lalu mencium pipi ayah dan ibunya secara bergantian.

"Violet, besok malam kita kedatangan tamu. Pokoknya kau harus berada di rumah sore hari." ucap Nyonya Viona kepada putrinya.

"Siap mom." ucap Violet sambil memberi hormat kepada ibunya. Membuat wanita paruh baya itu tersenyum melihat tingkah putrinya.

"Kak Violet, kau mau kemana?" tanya suara tegas sosok pria tampan yang baru saja sampai.

"Oh adikku Victor, tentu saja aku akan pergi bekerja." ucap Violet tersenyum dan pria tampan itu mengangguk mengerti ucapan kakaknya.

"Victor? bukankah kau sudah berangkat ke kantor, kenapa balik lagi?" tanya Nyonya Viona yang menimpali ucapan pria itu yang tidak lain adalah anak bungsunya.

"Aku lupa mengambil proposal, Mommy. Sekalian ingin menjemput Daddy." jawabnya dengan tatapan hangat.

"Kalau begitu aku akan berangkat, mom, dad dan adikku yang sangat tampan." ucap Violet tersenyum lalu berhambur memeluk ibunya. Lanjut bergantian memeluk ayah dan adiknya. Setelah itu ia pamit pergi.

Sekitar 30 menit perjalanan, Violet dan asisten pribadinya sudah sampai di bandara. Terlihat sang manager melambaikan tangannya ke arahnya. Violet segera menghampirinya.

“Miss Violet, kau hampir saja membuatku mati berdiri. Tersisa lima belas menit lagi jadwal keberangkatan kita ke negara Z” tegurnya sambil memainkan kipas ditangannya.

“Sorry Madam Chai.” sahut Violet sembari duduk di samping lelaki gemulai itu. Ternyata pria gemulai itu bernama Michael dan merupakan manager Violet selama kurang lebih 3 tahun lamanya.

Perjalanan mereka yang memakan waktu berjam-jam akhirnya tiba di bandara international negara Z.

Violet, Hana (asisten pribadi Violet) dan Michael berjalan beriringan keluar bandara. Sebuah taksi melintas di jalan raya, dengan cepat pria gemulai itu melambaikan tangannya kearah si supir taksi hingga taksi tersebut perlahan mundur ke arah mereka.

“Ke hotel AR.” ucap Michael kepada supir taksi.

Hingga taksi itu membawa mereka ke sebuah hotel berbintang yang akan mereka tempati menginap selama kurang lebih tiga hari lamanya.

Di perjalanan menuju hotel AR, tiba-tiba saja mobil sport hitam menyerempet taksi yang mereka tumpangi hingga hampir saja taksi yang mereka tumpangi menabrak mobil di depannya.

"Awwww" ketiganya kompak mengeram kesal karena si supir taksi merem mendadak.

Hal itu membuat Violet geram dan langsung meneriaki si pengendara mobil yang tampak ugal-ugalan.

“Woi, perhatikan caramu berkendara! Kau bisa berkendara atau tidak sih!. Caramu berkendara bisa saja membahayakan pengendara lain” teriak Violet dengan suara lantang meneriaki pengendara mobil.

Seketika si pengedara mobil sport hitam memelankan laju mobilnya dan perlahan melaju mundur, hingga langsung berhenti di tengah jalan menghalang taksi yang ditumpangi oleh Violet.

Kemudian sosok pria tinggi turun dari mobil dengan gaya angkuhnya sambil membanting pintu mobilnya, lalu mendekati taksi yang ditumpangi Violet.

Sorot mata pria itu begitu tajam menatap ke depan mendekati taksi yang terparkir di jalan. Raut wajah pria itu sangat tampan namun terkesan dingin, rahangnya begitu kokoh, alisnya tebal saling bersatu dipangkalnya, sorot matanya begitu tajam dengan manik mata abu yang mampu membuat wanita tersihir, hidungnya mancung dan bibirnya sangat seksi, sungguh ciptaan Tuhan yang sangat sempurna.

Hingga tanpa sadar Hana dan Michael dengan terang-terangan memujinya tampan. Sedangkan Violet menggerutu kesal mendengar ucapan mereka.

"Apa mata kalian rabun. Jelas-jelas pria itu jelek." gumam Violet menggerutu kesal.

Pria itu menggedor keras jendela kaca taksi, seolah ingin menghancurkannya. Sontak Violet mengepalkan tangannya dan langsung membuka pintu taksi, refleks pria itu langsung menarik tangan Violet, agar wanita itu turun dari taksi.

"Dasar pria Jelek" batin Violet.

Tanpa basa-basi Violet langsung menyerang pria itu. Dengan sigap pria itu meladeninya dengan teknik bela diri yang sangat mumpuni, sampai-sampai Violet sedikit kewalahan melawannya.

Bersambung.....

Selamat datang kembali di cerita terbaru author. Semoga kalian suka 🤗

Pertarungan

Pria itu menggedor keras jendela kaca taksi, seolah ingin menghancurkannya. Sontak Violet mengepalkan tangannya dan langsung membuka pintu taksi, refleks pria itu langsung menarik tangan Violet, agar wanita itu turun dari taksi.

"Dasar pria Jelek" batin Violet.

Tanpa basa-basi Violet langsung menyerang pria itu. Dengan sigap pria itu meladeninya dengan teknik bela diri yang sangat mumpuni, sampai-sampai Violet sedikit kewalahan melawannya.

Hana dan Michael tak berani keluar mobil. Mereka hanya menjadi penonton melihat pertarungan antara Violet dengan pria asing yang sangat tampan.

"Hanaaa" ucap Michael sambil memukul lengan Hana menggunakan kipasnya.

"Ya madam Chai, ada apa?" ucap Hana kesal melirik manager bosnya

"Lihat, pria tampan itu sangat cocok dengan miss Violet." ucapnya sambil menunjuk ke arah pria yang sedang bertarung dengan Violet.

"Semua pria tampan memang cocok dengan Miss Violet. Tapi, tidak untuk pria itu. Dan aku rasa pria itu tidak cocok dengan Miss Violet." ucap Hana tak setuju dengan ucapan manager bosnya.

"Mereka sangat cocok." kekeh Michael.

"Tidak cocok." protes Hana. Mereka pun saling memperdebatkan pria asing itu.

Sementara itu, Violet dan pria asing itu masih saja melakukan pertarungan sengit dengan teknik bela diri sama-sama mumpuni, sama-sama hebat dan belum ada yang terkalahkan.

Dan dengan gesitnya pria itu langsung memelintir tangan kiri Violet, membuat Violet langsung menggeram kesal dengan sorot mata memancarkan kilatan amarah.

“Hei, apa yang kau lakukan tuan, lepaskan tanganku!" ucap Violet dengan suara meninggi sambil memberontak untuk lepas.

Sehingga pria itu memilih melepaskan tangan Violet, refleks Violet kembali menyerangnya dengan menendang perut pria itu hingga terdorong beberapa langkah.

Namun secepat kilat, pria itu langsung mengunci tubuh Violet dan menyandarkannya di sisi samping taksi. Salah satu tangannya mengunci kedua tangan Violet, sedang lututnya juga berhasil mengunci kedua kaki Violet, hingga gadis cantik itu tak bisa lagi bergerak bebas layaknya berada dalam peti mati.

Sial! kenapa pria jelek ini terus mendekati ku? aku bahkan mampu merasakan hembusan nafas pria itu menerpa leher bagian belakangku. Batin Violet.

“Lepaskan aku! Dasar gila!” teriak Violet marah sambil memberontak untuk lepas.

Sementara pria itu tak mengindahkan teriakannya.

"Kau adalah gadis pertama yang berani menyerangku!" ucap pria itu dingin. "Dengan caramu ini sungguh manis dan memikat." tambahnya dengan seringai licik diwajahnya.

Kedua mata Violet memancarkan kilatan amarah mendengar ucapan pria itu. Dan lebih parahnya lagi pria itu meniup telinga Violet hingga membuat Violet semakin marah.

Pria itu semakin puas saja melihat tingkah laku gadis cantik yang masih berada dalam cengkeramannya. Baru kali ini pria itu berurusan dengan seorang gadis asing dengan penampilan sederhana.

Entah apa yang merasuki tubuh pria itu sampai mendaratkan sebuah ciuman di leher jenjang Violet bahkan memberikan gigitan kecil disana hingga amarah Violet semakin menggebu-gebu dan kembali memberontak sambil berteriak memakinya.

“Brengsek! kau brengsek!" marah Violet sambil menggertakkan giginya dan pria itu hanya tersenyum tipis mendengar makian nya.

Wajah Violet berubah merah padam. Jantungnya berdetak lebih kencang, ingin rasanya ia membuat wajah pria jelek nan arogan itu babak belur dan mengulitinya karena sudah melecehkannya.

Diluar dugaan pria itu hanya tergelak tawa, sepersekian detik raut wajah pria itu berubah datar. “Gadis menarik. Kau akan jadi milikku.” bisiknya tepat di telinga Violet.

Dan perlahan pria itu mulai melepaskan Violet lalu menjauhinya. Diluar dugaan Violet tidak terima perlakuan kasar pria itu. Ia berbalik badan sambil mengepalkan tangannya melihat kearah pria tadi dan tanpa aba-aba Violet memukul kepala belakang pria itu.

Ketika pria itu akan berbalik badan untuk melawannya, refleks Violet langsung menghajar aset berharga pria itu hingga sepersekian detik, pria itu sudah bersimpuh di hadapannya sambil memegangi aset berharganya yang sepertinya sudah KO dibuat oleh seorang Queen Mafia.

"Aaakkhh!!!!!" suara pria itu menggema di tempat tersebut hingga beberapa burung yang bertengger di pohon seketika berterbangan di langit dan lebih memilih untuk terbang jauh.

"Rasakan pembalasanku! itu belum seberapa tuan. Aku bisa saja mematahkan milikmu menggunakan jemari tanganku!" ucap Violet dengan tatapan sinis sambil berjongkok di hadapan pria tadi.

Sedang pria yang sudah KO di tangan queen mafia masih saja meringis kesakitan, dengan kesakitan yang sangat luar biasa. Aset berharganya menjadi kelemahannya bahkan menjadi kelemahan para pria.

Dan begitu santainya Violet berdiri tegak sambil mengibaskan rambutnya yang seperti ekor kuda, lalu melangkah anggun mendekat ke arah taksi nya.

"Kenapa kalian keluar?" tanya Violet dengan kening berkerut melihat Hana dan Michael berdiri di samping taksi.

"Taksinya mogok." ucap mereka dengan kompaknya.

"Apa!" Violet berdengus kesal sambil melipat lengannya. Mungkin setelah ini mereka akan mendorong taksi tersebut.

Sementara pria tadi berjalan tertatih-tatih ke arah mobilnya dan langsung menancap gas hingga kepulan asap mobilnya menerpa wajah mereka dan berlalu pergi begitu saja.

"Uhukk...uhukkk"

Violet tak henti-hentinya mengatakan sumpah serapah kepada pria tadi, hingga mobil pria jelek nan arogan itu sudah tak terlihat lagi dari pandangannya.

Tak berselang lama kemudian, taksi yang kami tumpangi sudah tidak mogok, setelah Michael mendorongnya.

Kemudian Violet menggerutu kesal masuk ke dalam taksi dan tak lupa meminta supir untuk kembali jalan menuju tempat tujuan. Managernya terheran-heran melihat raut wajah Violet tampak masam dengan tatapan penuh kecurigaan.

“Pria tampan tadi cocok jadi kekasihmu!" ucap Michael dengan suara manjanya menggoda Violet.

“Kekasih? ciihh!..dia pria jelek dan super brengsek. Semoga saja umurnya tidak panjang!” kesal Violet menatap tajam managernya, membuat pria gemulai itu bergidik ngeri.

Sepanjang perjalanan Violet hanya mampu memandang keluar jendela menatap suasana jalan sepanjang yang mereka lewati. Hingga taksi yang mereka tumpangi sampah di hotel AR. Di sanalah mereka akan menginap.

🍁🍁🍁🍁

Sementara di tempat lain.

“Apa yang sedang terjadi tuan Ares?” tanya pria berkacamata dengan raut wajah khawatir dan langsung memapah tuannya ketika turun dari mobil.

"Lepaskan tanganmu! aku bisa sendiri." Pria yang dipanggil tuan Ares itu langsung mendorong tubuh bawahannya.

"Maaf tuan." ucap pria berkacamata itu dan langsung membungkukkan badannya.

"Panggil kepala divisi keuangan ke ruanganku, sekarang juga!" ucapnya dengan suara tegas lalu melangkah menuju lift yang akan membawanya ke lantai tertinggi perusahaan. Dimana ruangannya berada.

King Ares Robinson, pemuda tampan dan kharismatik yang berusia 25 tahun. Diusianya yang masih muda, ia sudah menjadi CEO pada perusahaan Robinson grup. Bukan tanpa sebab ia menjadi pemimpin perusahaan raksasa tersebut, mengigat dirinya berasal dari keluarga konglomerat.

Tidak hanya itu, selain menjadi CEO, ia juga menjelma sebagai ketua mafia The Hunter yang sangat ditakuti di berbagai negara. Terkenal sebagai pemuda berdarah dingin dan kejam terhadap orang-orang yang berani mengusiknya. Menguasai semua keahlian bela diri, penggunaan segala macam senjata dan dapat merakit senjata sendiri.

Ares begitu menyayangi ibunya, apapun akan ia lakukan demi membahagiakan orang yang sangat disayanginya. Karena hanya ibunya seorang yang membesarkannya hingga ia tumbuh dewasa. Tidak pernah merasakan yang namanya kasih sayang seorang ayah.

Bersambung.......

Gadis itu

"Ada apa ini?"

Ares membulatkan kedua matanya ketika memasuki ruangannya. Sorot mata elangnya langsung menatap tajam satu persatu orang yang berada di ruangannya. Hingga tatapannya berubah hangat ketika menatap ke arah sosok yang sangat disayanginya, yakni siapa lagi kalau bukan ibunya tercinta. Ia merasa heran untuk apa mereka semua berada di dalam ruangannya? pikirnya.

"Mama, untuk apa membawa mereka ke ruanganku?" tanya Ares kepada ibunya sembari mendaratkan bokongnya di sofa singel yang tersedia dalam ruangannya sambil melonggarkan dasinya yang seolah mencekik lehernya.

Tatapannya begitu tajam seperti elang yang siap menerkam mangsanya menatap kearah pria berjas putih dan dua wanita berseragam biru berdiri ditengah-tengah ruangannya.

Sosok wanita paruh baya yang sangat cantik dan tak termakan usia yang ia panggil Mama adalah ibunya. Wanita itulah sosok orang tua tunggal baginya. Dan wanita paruh baya itu tidak lain adalah Nyonya Laurent Estella Robinson.

Dialah sosok ibu hebat yang sudah membesarkan anaknya seorang diri. Wanita itu mampu berperan sebagai ibu sekaligus ayah untuk anaknya. Kini anaknya sudah menjadi pemuda tampan yang sangat digilai kaum wanita.

Sebuah kisah yang kelam dimasa lalu membuat Nyonya Laurent memilih membesarkan anaknya seorang diri dan menjauhkannya dari orang yang pernah menyakitinya. Wanita paru baya itu tidak membutuhkan sosok pria yang mendampinginya membesarkan putranya.

Baginya ia sudah melewati masa-masa sulit ketika membesarkan anaknya. Saat ini ataupun dimasa depan, ia tidak perlu lagi mencari pendamping, apalagi sampai terikat dalam sebuah pernikahan. Hatinya sudah tertutup rapat untuk seorang pria, padahal selama ini banyak pria yang mulai mengejarnya dan tidak peduli dengan statusnya yang sudah beranak satu. Sudah cukup baginya mengenal yang namanya seorang pria, ia tidak ingin lagi terjerumus ke dalamnya dan terikat dalam sebuah pernikahan.

"Mama sangat khawatir kepadamu, sayang. Sekretaris Robin menyampaikan kepada Mama bahwa kau sedang tidak baik-baik saja. Karena hal itu, mama jadi khawatir dan langsung datang ke kantor mu. Dan mengenai dokter Steve dan kedua perawatnya, memang Mama yang mengajaknya untuk memeriksa kondisimu." ucap ibunya panjang lebar lalu duduk di sofa bersebelahan dengannya.

Ares menghela nafas berat, lalu mengalihkan pandangannya ke arah pria paruh baya bernama Robin yang merupakan kepala sekretaris di perusahaannya. Lewat ekor matanya terlihat jelas tatapannya sangat mengintimidasi pada pria setengah abad itu.

"Aku baik-baik saja, Mama. Sebaiknya suruh mereka pulang." ucap Ares cuek sambil melirik ke arah dokter dan perawat yang sedang menunduk dan tak berani bertemu pandang dengannya.

"Tidak! Mama tidak akan membiarkan mereka pergi sebelum memeriksa kondisimu. Mama takut sesuatu terjadi kepadamu. Apalagi itu menyangkut masa depanmu." ucap ibunya yang melontarkan kata-kata protes. Ia sudah mendapatkan informasi dari orang yang ia percaya selama ini mengawasi putranya.

"Hufff... baiklah." ucapnya memilih pasrah. Karena mau bagaimana pun ia melontarkan kata-kata protes, tetap saja ibunya kekeuh pada pendiriannya.

Sial! karena gadis itu, kembali menimbulkan masalah. Batin Ares.

"Arrgghhh sial, semua ini gara-gara gadis itu." gumam Ares sambil mengepalkan tangannya.

"Gadis? siapa gadisnya?" Nyonya Laurent mengerutkan keningnya yang tak sengaja mendengar gumaman putranya.

"Bukan... bukan siapa-siapa, Mama." ucap Ares gelagapan.

"Ya sudah, masuklah ke ruang pribadimu. Biar dokter Steve memeriksa kondisimu." perintah ibunya.

Ares menghembuskan nafasnya dengan kasar sambil bangkit berdiri. Ia mengganggap Ibunya overprotektif dan selalu membesar-besarkan masalah yang dihadapinya, padahal itu cuma hal sepele.

"Hampir saja masa depan anda suram" ucap Dokter Steve yang baru saja selesai memeriksa milik Ares.

"Apa maksudmu?" ucap Ares dengan sorot mata tajam. Karena hanya mereka berdua berada di ruangan kedap suara tersebut.

"Maaf tuan muda, jika organ vital seorang pria sudah tidak berfungsi, maka pupus sudah harapannya untuk mendapatkan keturunan." jelas Dokter Steve tersenyum ramah. "Kalau boleh tau siapakah orang yang sudah menghajar junior mu tuan?" tanya dokter Steve dengan hati-hati.

"Apa tugasmu sudah selesai?" tanya Ares dengan nada tinggi, membuat dokter berkacamata itu terlonjat kaget dan kembali serius.

"Ini obat anti nyeri, anda harus mengonsumsinya secara rutin." ucapnya ramah sambil meletakkan obat anti nyeri di atas nakas, lalu pamit keluar. Lebih baik ia menghadapi banyaknya pasien di rumah sakit, daripada harus menghadapi si tuan muda dingin yang satu ini.

"Bagaimana kondisinya?" tanya Nyonya Laurent dengan penuh harap melihat Dokter Steve keluar dari ruang pribadi putranya.

"Tak ada yang perlu dikhawatirkan Nyonya." jelas Dokter Steve.

"Syukurlah, aku sangat lega mendengarnya, Dok" ucap Nyonya Laurent dengan perasaan lega.

"Kalau begitu kami permisi, nyonya" jelas Dokter Steve lalu pamit undur diri bersama kedua perawat wanita yang ia bawa.

"Iya, terima kasih dokter Steve." ucapnya dengan ramah, membuat dokter Steve langsung menganggukkan kepalanya lalu melangkah menuju pintu keluar dan diantar oleh Sekretaris Robin.

Sementara Nyonya Laurent bergegas masuk ke ruang pribadi putranya. Terlihat putra semata wayangnya tengah merapikan pakaiannya.

"Sayang, sebaiknya kau istirahat saja di rumah. Lupakan pekerjaanmu untuk hari ini." bujuk ibunya.

"Aku bukan lagi anak kecil Mama. Aku seorang pemimpin di perusahaan ini, aku tidak ingin lalai dari tanggungjawab ku. Sudah berapa kali aku katakan bahwa aku baik-baik saja, Ma." ucap Ares sambil memegang kedua bahu ibunya dan menatap kedua manik mata ibunya dengan tatapan hangat.

"Baiklah, mama mengalah." ucap Ibunya tersenyum lalu berhambur memeluknya.

"Aku sudah meminta Reno untuk mengantar Mama pulang." ucap Ares sambil melepaskan pelukannya.

"Kau memang tidak suka ya setiap kali mama datang berkunjung di kantormu." ucap Nyonya Laurent lalu bergegas keluar dari ruangan tersebut, sedang Ares mengekor di belakang ibunya.

"Bukan begitu mama, aku hanya tidak ingin...." Ares tidak melanjutkan ucapannya karena dipotong cepat oleh ibunya.

"Kalau begitu, kau harus pulang cepat. Sudah lama kita tidak makan malam bersama, makanya mama akan menunggumu pulang." ucap ibunya tidak ingin dibantah.

"Tapi Ma, malam ini aku ada jadwal untuk menghadiri acara fashion show. Bagaimana kalau besok malam saja." ucap Ares lalu mencium punggung tangan ibunya.

"Oh begitu ya. Ya sudah pergilah, siapa tahu kau akan tertarik dengan salah satu model cantik di acara fashion show itu." ucap Nyonya Laurent tersenyum. Sepertinya ia memiliki rencana untuk mendekatkan putranya dengan salah satu anak rekan bisnisnya.

Aku harus mengabari Kayla, dia harus tahu bahwa Ares akan menghadiri acara fashion show. Sepertinya aku harus menjadi penguntit untuk mendekatkan mereka. Batin Nyonya Laurent.

🍁🍁🍁🍁

Malam harinya, suasana gedung tempat diselenggarakannya acara Fashion show sudah dihadiri oleh kalangan pebisnis, pejabat, desainer, artis, desain mode dan tamu penting lainnya.

Tinggal beberapa menit lagi acara fashion show akan dimulai. Terlihat Violet sudah mengenakan salah satu gaun rancangan dari perancang terkenal di negara tersebut.

Gaun yang dipakainya berwarna merah dengan aksen bordir melekat sempurna ditubuh proporsionalnya. Dengan make up natural namun terkesan elegan semakin mempercantik penampilannya.

Beberapa rekan modelnya juga terlihat memukau malam ini. Mereka hanya menunggu aba-aba dari salah satu panitia acara sebelum berlenggak lenggok di atas catwalk.

"Miss Violet, kau sangat cantik sekali." ucap Hana memuji kecantikan bosnya.

"Apa ibuku menelepon?" tanya Violet yang tidak menanggapi pujian asisten pribadinya.

"Iya. Sebanyak sepuluh kali panggilan." jawab Hana tersenyum tipis.

"Apa?" Violet membulatkan kedua matanya mendengar ucapan asistennya. Bisa-bisa ibunya terus mengomelinya sampai pagi.

Bersambung....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!