NovelToon NovelToon

SUAMI KEDUAKU MENIPUKU (TOXCID)

episode

"Ningrum.. Aku ceraikan kamu dengan talak tiga, maka habis sudah talak Kita.." ucap Seorang pria dihadapan para keluarganya.

Hati wanita itu hancur lebur. Pernikahan yang dibangunnya selama hampir sepuluh tahun lamanya hancur dalam sekejab saja, saat pria itu tanpa perasaan menceraikannya dihadapan keluarga intinya.

Ningrum mencoba menahan sesak didadanya, air mata yang ingin tumpah dari sudut matanya, mencoba Ia tahan dengan sejuta kekuatan yang tertinggal didalam hatinya.

Hancur.. Ya tentu saja hatinya sangat hancur, saat Karena Ia harus diceraikan oleh suaminya yang bernama Riffky karena suaminya terjerat dengan cinta janda beranak tiga, sedangkan Ningrum sudah sepuluh tahun menikah tidak juga diberikan keturunan, Ia divonis mandul.

Riffky membagi harta gono-gini sesuai kesepakatan. Meskipun terkesan sangat kejam, namun Riffky masih berbaik hati memberikan setengah hartanya kepada Ningrum, Sehingga Ningrum dikenal sebagai janda kaya setelah perceraiannya dengan Riffky.

Ningrum adalah wanita yang memiliki paras rupawan dan postur tubuh ramping dan juga mungil, namun kecantikannya tidak membawa keberuntungan dalam kisah asmaranya.

Setelah proses perceraiannya, Ningrum tidak ingin berlarut dalam kesedihannya. Ia ingin bangkit dari keterpurukannya dan menata kembali hidupnya yang hancur lebur karena diceraikan sebab Ia tidak memiliki keturnan.

Berbekal dari pembagian harta gono-gini yang dimilikinya, Ningrum memperbesar usaha salon yang dirintisnya. Selama ini Ia memiliki usaha salon yang cukup ramai. Sedangkan mantan suaminya memiliki usaha toko phonsel yang tersebar diberbagai daerah di Ibukota.

Ningrum mulai menambah alat-alat salonnya yang selama ini Ia inginkan. Keahliannya dibidang kecantikan membuat Ia dikenal banyak wanita yang berasal dari kalangan menengah keatas.

Para wanita sosialita itu selalu menggunakan jasa Ningrum dalam berbagai fasilitas perawatan kecantikan.

Jika dilihat dari kecantikan dan kemolekan Ningrum, tentulah orang-orang akan menyayangkan sikap Riffky yang sudah menceraikan istri secantik Ningrum, dan lebih memilih menikahi janda dengan tiga orang anak.

Alasan Ningrum tidak memiliki anak, membuat Riffky mengambil keputusan yang terkesan terburu-buru dan juga sangat menyakitkan.

Namun semua sudah terjadi, tidak ada yang perlu disesali, semuanya sudah menjadi garis suratan yang harus dijalani Ningrum dan terima apa adanya.

Andini, sahabat karibnya, selalu datang menghiburnya. Gadis cantik yang menjadi sahabat karibnya itu kerap kali memberikan dukungan dan juga semangat untuk Ningrum, jika hidup ini selalu mendapatkan ujian sesuai kadarnya.

"Sabarlah, Mbak.. Suatu saat nanti akan ada jodoh yang tepat buat, Mbak. Jika Mas Riffky menceraikan Mbak.. Itu tandanya jodoh Mbak hanya sampai sebatas itu saja" ucap Andini mencoba menguatkan hati Ningrum saat Ia berkeluh kesah kepada sahabatnya.

Ningrum menarik nafasnya dengan dalam, lalu menghelanya. Mungkin yang dikatakan Andini itu benar adanya, jika jodohnya dengan Riffky hanya sebatas sampai disitu saja.

"Makasih, Ya Ndin.. Kamu emang sahabat Mbak yang paling mengerti akan posisi Mbak saat ini" ucap Ningrum lirih.

Andini tersenyum manis, menampakkan barisan giginya yang putih.

"Sama-sama, Mbak..itulah gunanya Kita berteman, saling menguatkan satu sama lainnya." jawab Andini dengan tulus.

Ningrum mencoba tersenyum, meski terasa pahit.

Sementara itu, Riffky tampak begitu bahagia menjalani kehidupan barunya yang baru saja melangsungkan pernikahan dengan janda beranak tiga tersebut.

Setelah perceraiannya dengan Ningrum, Ia dengan cepat dan mudahnya begitu saja melupakan kisah cinta mereka yang dibangun dalam rentang waktu 10 tahun lamanya, dan kandas dalam sekejab, karena tergoda janda anak tiga, yang baru saja dikenalnya selama 3 bulan .

Sedangkan Ningrum masih memilih hidup menyendiri dan fokus untuk membangun usahanya, karena Ia harus menghidupinya dengan terus berusaha, sebab tidak ada lagi yang memberinya nafkah.

Dua tahun berlalu.. Ningrum masih tetap dalam kesendiriannya. Ia memilih menjadi janda karena masih trauma akan masa lalunya.

Ningrum tidak ingin mengulangi lagi masa-masa kelamnya dalam menjalani biduk rumah tangga yang hancur bagaikan kepingan-kepingan hati.

Selama ini banyak pria yang mencoba mendekatinya. Apalagi Ningrum dikenal sebagai janda cantik dan juga kaya raya, sehingga banyak pria yang mengejarnya. Namun Ningrum mencoba menolak secara halus.

Baginya, dukungan keluarganya dan juga sahabatnya, Andini yang selalu menghiburnya membuat Ia merasa cukup dalam menjalani kehidupan single nya.

Disisi lain, Riffky telah memilki seorang anak dari hasil pernikahannya dengan janda tersebut. Rifdky selalu membagikan moment keluarganya di akun media sosialnya, dan Ningrum sering melihatnya karena lewat diberandanya.

"Heeei.. Melamun saja" tegur Andini saat melihat sahabatnya itu sedang menatap layar phonselnya.

Ningrum tersenyum tipis. Entah mengapa Ia masih merasakan sakit saat melihat kebahagiaan yang dirasakan oleh Riffky bersama kekuarga barunya.

Andini meraih paksa phonsel sahabatnya, laku melihat apa yang sedang diperhatikan oleh sahabatnya itu di akun media sosialnya.

"Ya, ampun Mbak.. Sudahlah.. lupakan saja Mas Riffky.. Ia sudah berbahagia dengan kekuarga barunya. Ia saja dapat begitu mudahnya melupakan Mbak, lalu buat apa Mbak memikirkannya?" ucap Andini sedikit kesal. Sebab Ningrum masih saja memperhatikan kehidupan mantan suaminya itu.

Ningrum menghela nafasnya dengan berat, lalu menatap nanar lurus kedepan.

"Kamu belum pernah merasakan bagaimana rasanya jatuh cinta, Ndin.. Jika Kamu sudah tahu, Kamu akan tahu bagaimana rasanya saat kehilangan orang yang Kamu sayangi.." ucap Ningrum lirih.

Andini mengambil kursi kosong, lalu duduk disisi sahabatnya. Ia meraih jemari tangan sahabatnya, lalu menggenggamnya denga erat.

"Aku pernah jatuh cinta, dan merasa kehilangan juga sudah Aku rasakan. Aku tahu rasanya hatiku hampa saat mengenang orang yang kukasihi berselingkuh dibelakangku.. Namun Aku tidak kngin tenggelam dalam semuanya, sebab itu habya akan merusak hidupku.." ucap Andini mencoba mensugesti sahabatnya itu.

"Cara untuk menghilangkan kenangan pahit itu, ya Mbak menikah lagi, tetapi jangan sembarangan memilih pasangan, agar tidak mengalami patah hati lagi." jawab Andini dengan terus memberikan motivasi kepada Sahabatnya.

Ningrum memandang sahabatnya itu, Ia mencoba mencerna kata-kata yang utarakan oleh Andini. Mungkin selama ini Ia begitu tenggelam dalam kenangan masa lalu sehingga Ia tidak memperdulikan pria manapun yang mencoba mendekatinya.

Saat mereka asyik mengobrol, tiba-tiba saja Yamink datang menghampirinya, sembari membawa obat-obatan salon dalam tas kopernya.

"Ngobrolin apaan sih? Serius banget" ucap pria yang bertubuh tinggi itu sembari membuka resleting tas kopernya, dan mengeluarkan botol-botol obat rebonding, spa, dan juga perwatan tubuh lainnya yang merupakan pesanan dari Ningrum yang merupakan sahabat sekaligus pemasok barang untuk kebutuhan salon Ningrum.

"Ini, Kang.. Mbak Ningrum masih belum bisa move on dari mantan terindahnya.." celetuk Andini dengan gamblangnya.

Membuat Ningrum mencubit gemas pada lengan Andini yang membuat gadis itu terpekik.

"aaawwww.. Sakit, Mbak" rintih Andini sembari mengusap lengannya yang memerah karena cubitan Ningrum barusan.

Sementara itu, Ningrum memanyunkan bibirnya kepada Andini.

"Ya ampun, Mbak.. Ngapain juga masih mikirin mantan, sudah buang saja ke tong sampah.." jawab Yamink menimpali.

Seketika Ningrum mengernyitkan keningnya mendengar ucapan Yamink yang asal nyeplos saja.

"Ke tong sampah?" tanya Ningrum, sembari mengecek barang pesanannya.

"Iya.. Ke tong sampah.. Jika perlu delete sampai bersih" celetuk Yamink, yang membuat ketiganya tertawa bersamaan.

episode 2

"Sudah di cek semuanya, Mbak" ucap Yamink sembari menyerahkan nota bon kepada Ningrum.

"Bentarlah, Kang.. Ini masih juga di cek" jawab Ningrum sembari memeriksa jumlah pesanan barang yang twrtera di nota bon dengan barang yang dibawa oleh Yamink.

Pria bertubuh tinggi itu melirik kepada Andini yang masih sibuk dengan phonselnya yang tampaknya sedang berbalas chat dengan seseorang.

"Seius amat sih Lu, Ndin" celetuk Yamink dengan nada kelakarnya.

"Tenanglah, Kang.. Ini urusan kantor" jawab Andini tanpa menoleh kepada Yamink dan terus sibuk membalas chatnya.

"Emangnya Lu gak ngantor jam segini?" tanya Yamink dengan selidik.

"Masih jam istirahat, ntar lagi juga masuk" jawab Andini dan menyudahi chatnya.

Ningrum sudah selesai memeriksa pesanannya. "Sudah, Kang.. Sudah lengkap semua" ucap Ningrum kepada Yamink "Ada diskonnya kan, Kang.. Masa iya sama temen dan langganan gak ada diskonnya" Ningrum mencoba merayu Yamink.

"Ih.. Kamu ini ya, maunya diskonan mulu, Mbak" jawab Yamink dengan kelakarnya.

"Yeee.. Masa iya Kamu gak kasihan sama janda seperti Aku, Kang" ucap Ningrum sembari menaikkan sebelah alisnya.

"Kamu mah janda Kaya, Mbak.. Masa Ia mau disantuni" jawab Yamink, lalu memberikan harga total dari belanja sahabatnya itu.

Andini terkekeh mendengar ucapan Yamink yang mengatakan Ningrum janda kaya gak perlu disantuni.. "Mbak Ningrum emang gak perlu disantuni, Kang.. Tapi perlu di kasih sayangi" celetuk Andini.

"Saya carikan jodoh ya, Mbak.. Biar gak galau terus" goda Yamink, sembari mengancingkan resleting tasnya yang sudah kosong.

Ningrum membaca total jumlah pesanannya dan membayar jumlah yang harus dibayarnya. Ternyata Yamink benaran memberi diakon untuknya.

"Makasih ya, Kang.. Buat diskonnya" ucap Ningrum sembari tersenyum sumringah.

Yamink hanya menganggukkan kepalanya "Gimana, Mbak.. Mau gak?" ucap Yamink sebelum pergi.

"Mau apanya?" tanya Ningrum bingung.

"Yaelah, Mbak.. Jadi tadi tidak dengar obrolan kami dengan Mbak Andini buat carikan jodoh untuk Mbak?" ucap Yamink serius.

"Haah.?! Ada-ada saja kalian ini.. Gak, Ah.. sudah seperti jaman Siti Nurbaya saja" ucap Ningrum sembari memanyunkan bibirnya.

Yamink menaikkan kedua bahunya "Ya sudah.. Nanti kalau berubah fikiran kabari, Ya" ucap Yamink serius..

Ningrum hanya mengerucutkan bibirnya, dan tertawa ringan melihat keseriusan dari sahabatnya itu.

Sementara itu Andini juga berpamitan karena jam istirahat kantornya sudah habis.

"Mbak.. Aku ngantor dulu, Ya.. Ntar Aku main lagi" ucap Andini berpamitan.

"Ya.. Makasih ya, Say.. Sudah selalu menghiburku" ucap Ningrum.

Andini hanya mengerjapkan kedua matanya. Oh, Iya.. Kalau ada temenku yang mau cari jodoh, bolehkan Aku kasih nomor Mbak sama mereka" ucap Andini dengan tersenyum menggoda.

"Haaa?! Kamu sudah sama saja dengan Kang Yamink.. Udah ah.. Gak usah repot-repot.." jawab Ningrum dengan nada geli melihat kelakuan kedua sahabatnya itu, yang terlihat bersemangat sekali mencarikan jodoh untuknya.

Andini tertawa renyah, lalu beranjak pergi menuju kantornya yang tak jauh dari salon milik Ningrum.

Ningrum memperhatikan para pekerjanya yang sedang melakukan perawatan para pelanggan setia disalonnya.

Untuk mengusir rasa bosannya, Ningrum membuka aplikasi media sosialnya. Ia melihat-lihat postingan yang lewat diberandanya. Terkadang hanya memberi like pada postingan dengan iseng saja.

Hingga pada saatnya Ia melihat notifikasi dari sebuah pesan masuk. Dengan iseng Ningrum membukanya. Sebuah sapaan kata 'Hi' dari sebuah Akun bernama 'Bima' dengan foto profil seorang pria tampan bertubuh kekar.

Ningrum mengernyitkan keningnya, lalu mengabaikan pesan masuk itu, dan menganggap jika itu adalah orang iseng yang sengaja ingin mencari korban saja.

Ningrum akhirnya menutup aplikasi media sosialnya, dan kembali melanjutkan pekerjaannya.

Ningrum menata semua alat-alat dan obat-obatan kecantikan yang baru saja dipesannya dari Yamink sahabatnya di lemari etalase.

Baru saja Ia menata beberapa botol obat pelurus rambut dilemari etalase tersebut, masuk beberapa pesan di aplikasi WA-nya. Saat Ningrum membuka dari nomor tidak dikenal dan menggunkan foto profil yang sama diaplikasi media sosial yang satunya.

Ningrum mengernyitnya keningnya, lalu mencoba berfikir siapa sebenarnya pria itu? Mengapa bisa sampai mendapatkan nomor WA-nya.

Ningrum menduga jika ini adalah salah satu ulah sahabatnya yang jika bukan Yamink ya Andini.

"Dasar.. Punya temen pada rempong ngejodohin Aku.." ucap Ningrum sembari menggelengkan kepalanya.

Ningrum tidak ingin membuka pesan itu, lalu Ia mengabaikannya dan kembali menyusun alat dan obat-obat kecantikan untuk salknnya.

Namun sepertinya Pria itu tak patah arang, Ia terus berusaha mendekati Jingrum dengan gencarnya.

Pria itu melakukan panggilan vedeo, yang membuat Ningrum merasa bergidik melihat usaha pria asing itu mendekatinya.

Ningrum tidak ingin mengangkatnya, Ia mengabaikan panggilan itu hingga sebanyak lima kali panggilan. Karena merasa terganggu dengan ulah pria itu, Ningrum mencoba me-silent phonselnya, sebab jika dinonaktifkan Ningrum takut jika pelanggannya menghubunginya Ia tidak akan mengetahuinya.

Pria itu kembali menghubunginya, karena merasa kesal, Ningrum memasukkan nomor tersebut kedalam pemblokiran.

Ningrum kemudian menghubungi Yamink sahabatnya. Panggilan tersambung, namun tidak diangkat.

"Kemanalah Kang Yamink, Ne.. Ini pasti ulahnya, makanya Ia tidak mau mengangkat telefon dariku" gerutu Ningrum dengan kesal.

Lalu Ningrum mengakhiri panggilannya dan melakukan panggilan kepada Andini. Namun hal yang sama terjadi, Andini tak juga mengangkat panngilannya.

"Ini anak kenapa sih pada kompakan gak mau angkat telefon dariku" Ningrum kembali menggerutu.

Saat Ia menelefon Andini yang kedua kalinya, panggilannya di reject oleh Andini, yang membuat Ningrum semakin mencurigai kedua sahabatnya itu.

Ningrum mendengus kesal, lalu mencoba mengabaikan segala praduganya, dan kembali bekerja menyusun kembali alat-alat tersebut.

Namun baru saja Ia memulai pekerjaannya, Phonselnya kembali berdering dan berasal dari nomor yang berbeda lagi dengan foto profil yang sama seperti tadi.

Ningrum semakin kesal dengan ulah pria itu. Lalu Ningrum kembali memblokir nomor tersebut.

Ningrum memanggil pekerjanya. Lalu meminta pekerjanya untuk menggantikan pekerjaannya.

Ningrum terpaksa menonaktifkan phonselnya dan merasa sangat kesal karena ulah pria itu.

"Jenny.. Susun semua obat dan produk kecantikan ini dilemari etalase, Ibu mau pulang kerumah dulu, jika sampai pukul 10 malam Ibu gak balik lagi, tutup Salon dan sampaikan kepada teman kamu yang lainnya" titah Ningrum, lalu mengambil kunci mobilnya dan segera menuju rumahnya.

Sebuah perumahan komplek mewah. Dimana rumah itu merupakan warisan dari suaminya atas pembagian harta gono gini.

Rumah Andini hanya berbeda satu gang dari rumahnya, Ningrum berniat menyambangi rumah Andini malam nanti setelah gadis rupawan itu pulang bekerja.

Sesampainya didepan rumahnya, Ningrum memarkirkan mobilnya dihalaman rumah, dan merasa sangat lapar.

Ningrum ingin berbelanja didepan ujung gang yang banyak menyediakan jajanan apa saja.

Saat ini Ia ingin membeli seporsi ayam geprek. Ia mendatangi salah satu gerobak penjaja makanan.

"Mas.. Ayam gepreknya satu porsi, Ya?" ucap Ningrum kepada si penjual ayam geprek.

"Oke, Mbak.." jawab pedagang itu. Namun tiba-tiba istri penjual ayam geprek itu menghampiri Ningrum "Eh, Mbak Ningrum.. Sudah ada telefon dari Abang saya belum?" tanya istri penjual auam geprek itu.

Ningrum membolakan matanya "A..apa? Abangnya Mbak?"Ningrum mencoba memperjelas pendengarannya.

"Iya, Mbak.. Mamanya Bang Bima.. Abang saya saya ganteng lho Mbak.. Mbak nyesel deh kalau Mbaknya gak kenalan dengan abang Saya.." ucap wanita bernama Rani itu dengan percaya diri.

"Ya Salam.. Aku sampai su'udzon kepada Kang Yamink dan juga Andini" guman Ningrum dalam hatinya.

episode 3

"Hallo.. Ndin.. Kamu dimana?" tanya Ningrum dengan perasaan yang sangat campur aduk.

"Dirumah.. Emang Mbak dimana?" tanya Andini santai.

"Yaelah Ni, Anak.. Mbak sudah didepan rumah Kamu, buruan keluar" titah Ningrum dengan nada menggerutu.

"Iya..iya.. Sabar dikit napa sih, Mbak.." jawab Andini, lalu menutup panggilan telefonnya dan memakai hijab yang tersangkut didinding kamarnya.

Andini keluar dengan menggunakan stelan pakaian tidur bermotif hello kitty.

Gadis itu berjalan menuju pintu gerbang dan membukanya, lalu menghampiri sahabatnya itu.

"Yuuk, masuk Mbak.." ajak Andini kepada Ningrum.

"Kamu yang masuk kedalam mobil" pinta Ningrum.

"Haaah? Emangnya mau kemana?" tanya Andini dengan penasaran.

Ningrum yang tidak sabar dengan dengan sikap Andini, laku turun dari mobil dan menggiring sahabatnya masuk kedalam mobil.

"Ya ampuun, Mbak.. Aku mau diculik kemana? Mana pakai baju tidur lagi" protes Andini, yang mana Ningrum mengacuhkan omelan sahabatnya.

"Brisik banget ne anak.. Udah diem.. Sapa juga yang mau nyulik Kamu, ngabisin pengeluaran saja yang iyanya nyulik kamu" gerutu Ningrum, lalu menghidupkan mesin mobilnya dan menuju kesebuah tempat.

Ningrum membawa Andini ke sebuah cafe yang tak jauh daru rumah mereka. Setelah memarkirkan mobilnya, Ningrum meminta Andini turun dan menuju cafe.

Andini mengomel karena pakaian tidurnya menjadi pusat perhatian para pelanggan lainnya.

Ningrum mengambil tempat disudut cafe, lalu memesan menu yang tersedia dicafe tersebut.

"Kamu pesan apa?" tanya Ningrum kepada Andini.

"Samain sajalah, Mbak.." jawab Andini.

Setelah memesan menu yang sama, Ningrum memandang kepada Andini.. "Ndin.. Mbak diteror sama cowok" ucap Ningrum dengan perasaan gelisah.

Andini melongo mendengar perkataan sahabatnya.

"Gercep banget, padahal Aku juga baru mau kenalin.. Ada temen kantor Aku, duda tampan, tajir lagi" Ceplos Andini.

"Mbak kiranya awalnya itu ulah Kamu ataupun Kang Yamink, ternyata bukan.

Ningrum menarik nafasnya dengan berat dan menghelanya. "Cowok itu terus saja gencar deketin Mbak, meskipun sudah Mbak blokir nomornya, dia ganti nomor lagi" ucap Ningrum mengeluarkan uneg-unegnya.

Baru saja Ia mengucapkan kata-katanya, phonselnya kembali berdering dan membuat Ningrum menghentikan ucapannya. Ia meraih phonsel dari dalam tas-nya, Dan melihat nomor yang tidak tersimpan itu.

"Tu..kan. Baru saja diomongin, sudah nelfon lagi Dia, Ndin" ucap Ningrum, yang meriject nomor tersebut dengan kesal.

Andini mengerutkan keningnya " Koq dia bisa dapat nomor Mbak darimana?"tanya Andini penasaran.

Ningrum kembali mendengus kesal.. "Dari Mbak yang jual ayam geprek diujung simpang. Katanya itu kakak laki-laki Dia.." jawab Ningrum dengan lemah.

Andini menganggukkan kepalanya "Ada foto profilnya?" tanya Andink penasaran.

Ningrum menganggukkan kepalanya, lalu membuka foto profil pria yang terus menerornya itu, lalu memperlihatkannya kepada Andini.

Gadis itu mengamati foto tersebut.. "Sepertinya Aku kenal deh deh, Mbak" ucap Andini mencoba men-zoom foto tersebut, lalu meyerahkan kembali phonsel itu kepada Ningrum.

Ningrum menatap penuh penasaran.."Masa sih? Kamu kenal dari mana?" tanya Ningrum penasaran.

"Rumah orang tuanya kan ada digang kami.. Tetapi terletak paling ujung. Dia ini Duda satu, merantau, dan seorang kontraktor" jawab Andini mencoba menjelaskan.

Ningrum terdiam sejenak, lalu menatap kembali sahabatnya "Orangnya gimana? Baik gak?" cecar Ningrum penasaran.

Andini terdiam sejenak, lalu melanjutkan ucapanya "Kalau fisik sih tampan, tubuhnya kekar, dan juga tinggi banget orangnya. Bisa dibilang perfect gitulah kalau soal fisik" jawab Andini.

Tak berselang lama, pesanan mereka datang, dan Andini menyeruput juice jeruknya "Kalau urusan sifatnya, Aku kurang tau, soalnya Dia kan merantau, trus Kita juga gak gitu kenal" ucap Andini kembali.

Ningrum menganggukkan kepalanya, pertanda memahami ucapan sahabatnya.

"Tetapi tetap waspada, Mbak.. Biasanya jika terlalu gencar sekali mengejar Kita, ada sesuatu dibaliknya, namun semua kembali kepada Mbaknya" ucap Andini mencoba menyarankan.

Ningrum kemudian menikamati pesanannya, dan memikirkan ucapan sahabatnya.

Saat keduanya sedang asyik ngobrol dan menikmati pesanan mereka, tiba-tiba saja seseorang menyapa mereka dari arah belakang dengan suara khasnya. Andini dan Ningrum spontan menoleh kearah suara tersebut, yang mana tak lain adalah Yamink yang saat itu juga sedang berada di cafe tersebut, dan baru saja selesai meeting dengan Bos-nya.

Melihat kedua sahabatnya berada dicafe yang sama, Ia menggabungkan dirinya, dan nimbrung percakapan mereka.

"Mbak.. Gimana dengan yang tadi siang, Aku ada temen yang lagi cari jodoh, orangnya baik, tidka sombong dan juga rajin menabung" ucap Yamink sembari tersenyum nyengir.

Andini sampai tersedak mendengar ucapan sahabatnya yang konyol itu.. "Yaelah.. Pakai rajin menabung segala.. dah banyak belom tabungannya" tanya Andini sembari menyuapakan makanannya.

"Tenang saja, Mbak Andin.. Pokoknya tajir, deh" jawab Yamink dengan serius.

Tiba-tiba telefon Ningrum kembali lagi berdering, dan Ningrum melihat nomor yang sama, lalu memutar bola matanya dengan malas.

Yamink yang penasaran merampas phonsel sahabatnya dan melihat foto profil yang teryera dilayar phonsel sahabatnya, lalu mengerutkan keningnya.

"Ini Kan m, Mas Bima? Koq Mbak bisa kenal sama Dia?" tanya Yamink dengan pandangan penasaran.

"Bukan kenal, soalnya belum kenalan" jawab Andini menyela.

Ningrum mendengus kesal "Nomor Mbak diberikan pada orang ini oleh salah satu keluarganya. Koq Kang Yamink kenal sama Dia?" tanya Ningrum penasaran.

Yamink yang semula bersemangat ingin menjodohkan Ningrum dengan atasannya, tiba-tiba badmood setelah melihat mengetahui sahabatnya didekati oleh pria bernama Bima tersebut.

"Saranku sih, hati-hati saja dengan orang ini Mbak.. Tapi semua kembali kepada Mbaknya" ucap Yamink dengan lirih.

Seaat phonsel Yamink berbunyi, lalu Ia melihat jika itu dari Ibunya.

yamink mengangkatnya "Ya.. Hallo, Bu.. Ada apa?" tanya Yamink dari telefonnya "Oh.. Iya.. Ini Yamink sudah selesai, dan bentar lagi juga pulang.. Iya nanti Yamink belikan ya, dah Ibu.." ucap Yamink mengakhiri panggilan telefonnya.

"Maaf, gak bisa lama-lama.. Ibu minta dibelikan obat kolestrolnya sudah habis" ucap Yamink, berpamitan kepada keduanya.

Ningrum dan Andini mengangguk bersamaan.. "Hati-hati, Kang.." ucap keduanya, lalu dijawab senyum dan anggukan kepala dari Yamink.

Ningrum menatap Andini "Sepertinya Kang Yamink mengenal dekat orang bernama Bima ini" ucap Ningrum kepada Andini. Gadis itu sudah menyelesaikan suapannya, dan meneguk habis juice jeruknya.

Setelah itu Andini menganggukkan kepalanya "Ada sesuatu yang disembunyikan oleh Kang Yamink tentang orang ini, sebaiknya Mbak berhati-hati saja" ucap Andini dengan serius.

Ningrum menatap nanar sahabatnya, dan mencoba memahami apa yang disarankan oleh kedua sahabatnya.

"Pulang, Yuk.. Dah malam" ajak Ningrum.

"Yuuuk.." jawab Andini.

Lalu Ningrum memanggil pelayan dan membayar pesanan mereka, lalu menuju pulang.

Sesampainya didepan pintu pagar rumah Andini, gadis itu turun, dan berpamitan kepada sahabatnya.

"Mbak.. Sering-sering saja ya culik Aku.. Aku rela koq kalau ditraktir tiap tiap malam" ucap Andini dengan senyum lebarnya.

Ningrum memanyunkan bibirnya, dan memutar mobilnya menuju pulang.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!