NovelToon NovelToon

Ternyata Ini Cinta

Perkenalan tokoh

Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Jika ada kesamaan ataupun kejadian yang sama seperti didalam novel. Tolong jangan dikait-kaitkan. Membacalah dengan bijak. Tinggalkan komen yang positif. Jika kalian suka dengan ceritanya maka lanjutkan. Jika kalian tidak suka maka tinggalkan dengan melanjutkan membaca novel yang lainnya. Terima kasih.

.

.

.

.

.

Savira Yolanda

Ia biasa disapa Vira. Gadis manis berkulit putih, bibir tipis, hidung nya mancung serta lesung pipi yang ada di kedua pipinya membuat nya cantik natural tanpa riasan make up. Tubuh nya semampai dengan bentuk badan yang langsing. Rambut nya ikal bergelombang sehingga saat ia menggerainya, Kecantikan nya semakin terpampang nyata.

Indra Kartadinata.

Pria yang biasa disapa Indra itu mempunyai tinggi sekitar 175cm.

Badan nya tegap kekar, kulitnya putih, berwajah tampan serta bibirnya yang berwarna merah merekah dengan belahan yang terdapat di bagian bawah bibirnya itu membuat wajahnya terkesan begitu menawan dan rupawan. Tak jarang jika hanya dengan sekali pertemuan, membuat para wanita langsung jatuh hati padanya

Di usianya yang sudah menginjak 29 tahun. Indra tak kunjung menikah dikarenakan ia belum menemukan pasangan yang " Pas " menurutnya. Bukanannya tak pernah menjalin cinta. Dulunya, Indra pernah membuka hatinya untuk seorang gadis yang bernama Alya. Hingga ia mencintainya dengan sangat dalam. Namun, pada akhrinya bukan sebuah kebahagiaan yang ia dapatkan. Melainkan sebuah kepahitan yang berwujud pengkhianatan.

Dan akhirnya.

Semenjak saat itu Indra menutup rapat-rapat hatinya terhadap semua wanita yang mencoba mendekatinya. Karena Indra tak ingin lagi merasakan duka yang kedua kalinya, dan juga ia sudah hampir tak mempercayai lagi dengan yang namanya cinta.

 

 

 

Suryani Lisna.

Atau yang biasa disapa dengan sebutan Lisna. Wanita paruh baya itu masih terlihat cantik diusianya yang sudah menginjak diangka 48 tahun. Saat ini ia menjadi harus mengurusi anak satu-satunya seorang diri. Itu semua dikarenakan suaminya yang bernama Hardinata Kusuma telah meninggal dunia lima tahun lamanya. Lisna sangat prihatin dengan kehidupan putra semata wayang nya yang hingga saat ini belum pernah membawa seorang wanita pun kerumah untuk di perkenalkan nya kepadanya. Sehingga membuat Lisna selalu berupaya mencarikan seorang gadis baik untuk putranya.

 

Sudah berpuluh-puluh gadis ia pilihkan untuk Indra. Namun, Indra selalu menolak gadis-gadis yang diperkenalkan olehnya. Hingga pada suatu hari datanglah seorang gadis desa yang bernama Savira kerumahnya. Gadis itu adalah anak seseorang yang sangat berjasa didalam hidupnya. Hingga akhirnya, Lisna pun memutuskan untuk menjodohkan keduanya. Tentu saja awalnya Indra menolak, mengingat identitas Savira yang hanyalah gadis biasa dan juga berasal dari kampung. Yang menurut Indra gadis itu sama sekali tak selevel dengannya.

 

Namun pada akhirnya perjodohan itu tetap berlangsung. Karena Indra tak tega melihat Lisna jatuh sakit saat mendengar penolakan keras darinya. Sehingga kini pernikahan itu berlangsung dengan kalimat "terpaksa".

 

 

 

 

***

Awal mula kisah ini dimulai.

Waktu itu, Vira baru saja lulus dari SMA negri yang ada di desa nya. Dengan sangat bersemangat ia pulang kerumah nya dengan berjalan kaki sekitar dua kilometer. Saat itu Vira lulus dengan nilai terbaik di sekolah nya. Sehingga kini ia tak sabar untuk menunjukkan hasil jerih payah nya kepada Bapak nya yang bernama Rusman.

Rusman saat ini sedang berada dirumah dan berbaring ditempat tidurnya. Itu semua dikarenakan saat ini ia sedang sakit, sehingga tak memungkinkan untuknya bisa mengerjakan aktivitas seperti biasanya.

Sudah sekitar dua minggu Rusman berbaring dirumah. Dikarenakan mereka tak punya cukup uang untuk berobat kerumah sakit yang ada di kota. Meskipun sedang sakit, Rusman tak pernah mengeluh. Ia tak mau jika putri kecilnya terbebani dengan penyakitnya. Sehingga kini ia memilih untuk menahan semuanya.

Setibanya dirumah.

" Assalamu'alaikum Bapak." Vira memberikan salam begitu tiba dirumahnya. Ia lalu dengan pelan mebuka pintu rumahnya yang telah usang dan juga lapuk.

" Wa'alaikum salam Nak." sahut Rusman dari dalam.

" Uhuk, uhuk."

Mendengar suara itu, Vira yang baru selesai mencopot sepatu sekolahnya lantas segera berlari menuju kearah kamar Bapaknya.

 

" Bapak batuk lagi?" tanya Vira dengan raut wajah cemas.

" Tidak, tenggorokan Bapak cuma gatal sedikit." sanggah Rusman yang tak ingin membuat Vira khawatir.

" Bapak mau Vira ambilkan air hangat?" tanya Vira seraya menatap cemas kearah Rusman.

" Boleh Nak." sahut Rusman pelan.

Vira kemudian bergegas pergi kearah dapur dan mengambilkan segelas air hangat untuk Bapak nya. Lalu ia segera kembali masuk kedalam kamar Bapak nya untuk memberikan air hangat tersebut.

" Ini Pak diminum dulu." Ucap nya lembut.

Rusman kemudian mengambil gelas dari tangan Vira. Namun saat gelas air tersebut ada di tangan nya, tiba-tiba saja batuk nya kambuh sehingga membuat gelas yang ada ditangan nya jatuh pecah dilantai.

Praang!

 

Beling-beling kaca tampak berhamburan dilantai. Membuat Vira gadis kecil yang baru saja lulus sekolah itu menjadi panik tak karuan.

" Bapak!"

" Uhuk-uhuk!"

Rusman mulai mengeluarkan darah. Batuk nya kian bertambah parah. Sedangkan Vira gadis kecil dan polos itu segera berhambur keluar rumahnya mencoba mencari pertolongan dari warga yang ada disekitar rumahnya.

" Tolong! Tolong!" Teriaknya. Sehingga membuat beberapa warga yang kebetulan lewat dengan segera menghampirinya.

" Ada apa Vir?" tanya salah satu warga.

" Tolng Bapak saya! Huhuhuhu." Vira menangis. Tangisannya membuat warga itu khawatir dengannya. Sehingga kini, tanpa diminta para warga segera masuk kedalam kamar Rusman tanpa meminta izin kepada Vira.

Betapa terkejutnya para warga saat mendapati tubuh Rusman lemah tak berdaya. Apalagi ditangannya terdapat bercak darah yang berasal dari mulutnya. Sehingga membuat warga yang disana dengan segera melarikannya ke puskesmas terdekat.

 

Di puskesmas.

Rusman terbaling lemah diatas ranjang yang ada disalah satu ruang inap puskesmas. Disana, tepat disamping ranjangnya. Rusman melihat putri kecilnya duduk dengan wajah yang sangat lelah. Ya, sudah hampir satu hari ini Vira terus duduk disana tanpa beranjak dari tempatnya. Ia terlalu khawatir dengan keadaan Bapaknya. Sehingga membuatnya tak ingin meninggalkan Bapaknya walaupun cuma sebentar. Dari siang hingga malam Vira hanya meminum air putih yang ia beli ambil disebuah dispenser yang tersedia didalam ruangan itu.

 

" Vira.." panggil Rusman dengan suara lemah.

" Iya, Bapak sudah bangun?" Vira menegakkan matanya yang mulai mengantuk.

" Nanti, jika Bapak sudah tiada. Kamu pergilah ke kota kerumahnya Lisna kerabat Bapak." ucap Rusman.

Vira mendengarkan setiap apa yang diucapkan Bapaknya.

" Bawalah sebuah surat yang ada didalam lemari Bapak. Jika kamu sudah tiba dirumah Lisna, berikanlah surat itu kepadanya dan bilang jika itu dari Bapak." kata Rusma.

" Bapak, sudahlah, Jangan bicara seperti ini ya. Yakinlah jika Bapak pasti akan sembuh seperti sedia kala." Vira menggenggam erat tangan Bapaknya.

" Tidak Nak, waktu Bapak sepertinya sudah tidak lama lagi." ucap Rusman.

" Bapak, tolong jangan bicara seperti ini lagi ya. Vira takut, Vira belum siap jika harus kehilangan Bapak." Vira mulai meneteskan air mata sembari terus menggenggam erat tangan Bapaknya.

" Vira, kamu jangan menangis ya. Perjalanan mu masih panjang. Bapak yakin, meskipun tanpa Bapak disisimu, kamu pasti bisa menjalani hidup dengan lebih baik. Ingat, raihlah kebahagiaan mu sendiri ya Nak! Kamu harus tetap kuat menjalani ini kehidupan selanjutnya." kata Rusman. " Uhuk-uhuk! uhuk-uhuk!" Batuk Rusman kian bertambah parah, dan juga mulai kembali mengeluarkan darah. Jelas saja melihat semua itu Vira tak tinggal diam, ia kemudian segera berlari menuju kearah perawat yang sedang berjaga diluar. Meminta bantuan untuk segera menangani Bapaknya. Namun, setibanya para perawat itu ternyata nyawa Rusman telah melayang. Rusman telah pergi meninggalkan anak semata wayang nya Vira untuk selamanya.

 

 

 

 

BERSAMBUNG

 

 

 

 

 

 

 

 

Kota

Kesedihan masih menyelimuti perasaan Vira. Bagaimana tidak, seseorang yang sangat amat berharga kini telah pergi meninggalkannya untuk selamanya. Hatinya merasa sangat terpukul menghadapi semua kenyataan ini. Ia hampir tak sanggup melewati semua penderitaan ini. Namun, manakala ia mengingat pesan yang disampaikan sebelum Bapaknya meninggal. Membuat Vira sedikit kuat dalam menghadapi semuanya.

Kini tanpa tersa dua minggu telah berlalu. Vira lalu memutuskan untuk meninggalkan rumahnya untuk mencari keberadaan Lisna. Orang yang ada didalam surat wasiat Bapaknya. Air mata kini kembali jatuh, saat Vira menatapi seluruh ruangan reot rumahnya. Dinding-dinding yang terbuat dari kayu kini mulai lapuk termakan usia. Namua, disinlah kenangan indah ada. Kenangan indah saat ia tumbuh besar bersama Bapaknya. Sedangkan Ibunya, telah lama tiada meninggalkan mereka.

 

Sebelum kepergiannya. Vira kembali merekam semua memori indah yang telah ia lalui bersama Bapaknya. Kenangan manis dan juga pahit ia bawa bersama dalam ingatannya. Itu semua adalah kenang-kenangan yang tak akan terhapuskan hingga akhir zaman. Setelah merasa cukup mengingat semuanya. Kini Vira mulai melangkahkan kakinya meninggalkan kediaman nya. Kediaman yang mengajarinya tentang arti hidup yang sesungguhnya.

Kini seperti kata Bapak. Vira harus bisa meraih kebahagiaan nya. Yang entah kapan akan diraihnya.

 

 

***

Setelah menempuh perjalanan waktu sekitar sehari semalam. Kini Vira telah tiba di Ibukota kita tercinta yaitu Jakarta. Wajah Vira terlihat lelah, tubuhnya juga merasa letih karena duduk terlalu lama didalam bis yang di tumpanginya. Namun, rasa lelah itu perlahan sirna saat Vira melihat indahnya pemandangan kota Jakarta yang saat ini ada didepan matanya.

Vira tampak mendongakkan kepalanya keatas langit melihat tingginya gedung-gedung yang ada disana. Entah berapa puluh lantai gedung itu dibuat Vira pun tak tau. Yang jelas dimatanya sekarang, gedung-gedung itu tampak begitu tinggi menjulang keatas langit.

 

Wah.. ternyata disini terlihat lebih tinggi ya. Beda sama yang di tv

Gumam nya sembari terus menatap kesana.

 

Dari arah depan sebuah mobil sport mewah melaju dengan kecepatan tinggi. Vira yang berjalan di pinggiraan jalan tersebut tak menyadari itu. Karena sedari tadi pandangan matanya hanya fokus kearah gedung-gedung pencakar lagit yang ada disana. Ya, itu semua karena Vira sangat mengaguminya dan berharap jika suatu saat nanti ia bisa memasuki salah satu gedung tinggi yang ada disana.

 

 

Ckiiitt!

Bruuk!

Sebuah mobil sport mewah tampak berhenti tiba-tiba. Membuat Vira yang beridir didepan nya jatuh tersungkur karena ketakutan. Ya, Vira begitu terkejut saat melihat sebuah mobil mewah tiba-tiba saja melaju kencang kearahnya. Sehingga membuatnya mati ketakutan dan jatuh tersungkur disana.

 

" Hei! Kau gila ya! Kalau mau mati jangan disini!" peki seorang pria yang baru saja turun dari sana.

Vira masih menutup wajahnya. Ia masih tidak tau jika saat ini ternyata dirinya selamat dalam kecelakaan yang hampir saja menimpanya.

" Apa kau tuli! Cepat menyingkir dari hadapanku!" pekik pria itu lagi sembari berjalan menghampiri Vira. " Sana! minggir jauh-jauh!" pri itu lalu mengangkat tubuh Vira dan meletakkannya di tepi jalan.

Hah! Apakah aku sudah mati? Tubuhku tiba-tiba saja terangkat dengan sendirinya.

Guma Vira. Saat ini ia masih belum menyadari jika tubuhnya diangkat oleh pria sang pemilik kendaraan.

 

" Hei, gadis! buka tanganmu!" Pria tersebut kemudian menarik secara paksa kedua telapak tangan yang menutupi wajah Vira. " Jika kau ingin mati! Maka pergilah ke rel kereta agar kau mati dengan cepat disana!" Ucapnya seray berlalu pergi meninggalkan Vira disana.

Hah, apaka aku belum mati? Pria itu, apakah dia yang hampir saja menabrak ku tadi?

Guma Vira.

Ia masih tak menyangka ternyata ia bisa selamat dari kecelakaan yang hampir saja menimpanya. Namun, tiba-tiba ia tersadar akan apa yang diucapkan pria tadi kepadanya.

Sial! Bukankah dia mengataiku tadi, menyuruhku untuk berdiri diatas rel kereta supaya aku cepat mati!

 

Vira merasakan tak suka dengan kalimat itu. Ia lalu meletakkan tas yang dibawanya diatas jalan dan berlalu pergi menyusul pria tadi yang kini sudah masuk kedalam mobilnya. Namun, belum lagi Vira tiba disamping pintu sang pemilik mobil tersebut. Tiba-tiba saja priaa itu melajukan mobilnya dengan sangat cepat sehingga membuat Vira kembali terkejut karenanya.

 

Dasar orang kaya!

Umpatnya dalam hati.

Vira lalu kembali ketepi untuk mengambil tas nya disana. Setelah itu, ia pun pergi meninggalkan tempat itu dan berjalan mencari alamat yang ada disurat yang di tinggalkan Bapaknya.

 

 

***

Vira terus berjalan menyusuri jalanan kota untuk mencari alamat Lisna, kerabat dekat Bapaknya. Dengan bermodalkan sebuah alamat ia menanyakan kesana-kemari untuk bisa sampai ke alamat yang dimakasud. Hampir setengah hari Vira berjalan kaki mencari alamat yang di tuju. Hingga akhirnya tibalah Vira didepan sebuah rumah mewah yang ada dihadapan nya.

 

Vira kembali melihat alamat yang tertera dalam surat itu. Ia bolak-balik melihat dan memastikan apakah alamat itu benar, atau ia telah tersesat ke alamat yang salah. Vira kembali membaca tulisan yang tertera disana dan setelah memastikan. Ternyata alamat itu benar, dan rumah yang dituju Vira sekarang ada didepan nya.

 

" Besar sekali rumahnya?" lirih Vira seraya memegangi gerbang rumah tersebut.

Pak Kosim yang bertugas menjaga digarda terdepan melihat keberadaan Vira. Lalu ia kemudian berjalan menghampirinya.

" Maaf, Neng siapa?" tanya Pak Kosim yang kini sydah berdiri di balik gerbang tersebut.

" Sa..saya Vira Pak. Saya ingin mencari alamat ini." Vira mempekenalkan diri seraya menyerahkan sepucuk surat yang ada ditangan nya. Dimana didalam surat tersebut tertera alamat rumah yang saat ini ada didepannya.

 

" Alamat ini benar disini. Kamu ada perlu apa kesini?" tanya Pak Kosim yang kini menyerahkan kembali surat milik Vira.

" Saya ingin bertemu Tante Lisna. Saya Vira kerabatnya dari kampung." ucap Vira lembut.

Pak Kosim yang mendengar hal itu kemudian memperhatikan penampilan Vira dari atas ujung rambut hingga keujung kaki. Ia ragu, namun ia tak ingin membuat kesimpulan sendiri. Sehingga kini ia memutuskan untuk menemui majikan nya didalam dan memberitahukan keberadaan Vira saat ini.

 

" Tunggu disini sebentar ya Neng, Bapak akan masuk kedalam menemui Nyonya besar." ucap Pak Kosim.

" Baik Pak."

 

Pak Kosim pun kemudian pergi meninggalkan Vira yang masih berdiri didepan gerbang. Ia lalu menemui majikannya dan memberitahukan jika saat ini ada seorang gadis kecil yang berasal dari kampung sedang mencarinya.

 

Sedangkan Vira tampak setia berdiri menunggu kedatangan Lisna didepan pintu gerbang nya.

 

 

BERSAMBUNG

 Novel ini sedang tahap revisi. jadi mohon maaf jika eipsode selanjutnya tidak berkesinambung dangan episode sebelumnya.

 

 

Tante Lisna

Angin tampak berhembus kencang menerpa tubuh Vira. Rambut nya yang bergelombang dan panjang terurai terlihat berterbangan seiring arah hembusan angin. Cuaca yang saat itu sedang panas kini tiba-tiba saja mendung

pertanda akan turun hujan. Namun, Vira masih saja tetap setia menunggu didepan pintu gerbang dengan harapan Lisna yang dikatakan Ayahnya adalah kerabatnya segera datang menemuinya.

Langit semakin gelap. Awan hitam terlihat semakin menggumpal diatas langit. Namun Vira masih tegak berdiri menanti. Setelah hampir sepuluh menit Vira menunggu. Dengan jemari yang enggan lepas dari deretan besi yang ada dihadapannya. Kini, Lisna yang ditunggu akhirnya keluar bersama Pak Kosim sang penjaga rumah. Seorang wanita paruh baya dengan wajah yang masih sangat cantik dan menawan tampak berjalan kearahnya dengan senyum yang menawan.

Apa ini Tante Lisna?

Gumanya sembari membalas senyuman itu.

Sementara itu. Lisna kini kian mendekat berjalan kearahnya.

“ Adik mencari saya?” Tanya Lisna yang kini sudah berdiri tepat dihadapan Vira.

Seketika lamunan Vira akan sosok Lisna kini buyarlah sudah. Nyonya besar sang pemilik rumah kini sudah berdiri tegak dihadapan nya.

“ Eh, i-iya.” Vira tampak gugup.

“ Ada apa ya?” Lisna masih tetap tersenyum meskipun sedang bertanya.

Sedangkan Vira. Untuk menjawab pertanyaan Lisna, ia kemudian mengulurkan tangannya dan memberi sepucuk surat wasiat dari Bapaknya.

“ Ini Tante, silahkan dibaca.” Ucapnya pelan.

Lisna mengerutkan dahinya. Merasa penasaran dengan apa yang ada didalam surat itu. Ia lalu mengambilnya dari Vira, dan dengan begitu tak sabarnya ia membuka surat itu lalu membacanya. Perlahan tanpa terasa cairan bening yang berbentuk kristal tampak berada dibagian pelupuk matanya. Hingga akhirnya cairan tersebut tumpah ruah menulusuri wajah cantik Lisna yang kemudian ia seka dengan jemari lentik nya.

“ Pak, bukakan pintu gerbang untuk gadis ini.” Perintah Lisna kepada Pak Kosim.

Mendengar perintah itu tentu saja membuat Pak Kosim bergerak cepat. Hingga kini tak sampai satu menit, pintu gerbang yang saat ini berdiri kokoh dihadapan Vira itu terbuka lebar menyambut kedatangan Vira.

Tanpa menunggu aba-aba Vira kemudian menggerakkan kakinya untuk melangkah masuk kedalam. Namun belum sempat ia menapakkan kakinya dihalaman indah tersebut. Tiba-tiba saja tangan nya ditarik oleh Lisna hingga kini tubuhnya jatuh kedalam pelukannya.

“ Vira.. Maafkan Tante! Hiks, hiks.” Lisna mulai menangis.

Membuat Vira terdiam dan mengerutkan dahinya.

Mengapa Tante Lisna menangis? Apakah ia sedih dan menangisi

Bapak yang telah tiada?

Didalam surat wasiat itu. Rusman menulis, jikalau Vira dan surat itu telah tiba disana. Maka itu pertanda karena dirinya yang sudah tiada. Sehingga kini ia menitipkan Vira putri semata wayangnya itu kepada Lisna.

“ Tante kenapa menangis?”

Lisna kemudian kembali menyeka air matanya.

“ Tante sedih mengetahui jika Bapakmu telah tiada.” Ucap Lisna lirih. Suaranya juga bahkan masih tedengar sangat sedih.

“ Bapak meninggal dua minggu yang lalu.” Ucap nya pelan.

Lisna menganggukkan kepalanya mendengar ucapan Vira. Raut kesedihan masih terpancar jelas dari sudut wajahnya. Sehingga membuat Vira tak berani berbicara lebih banyak.

Lisna pun kini menggenggam tangan Vira dan mengajaknya masuk kedalam.

“ Yuk Vir, kita masuk kedalam.”

Vira mengangguk pelan dan mengikuti arah kemana tuntunan tangan Lisna membawanya.

Dibalik tembok dan juga pagar besi yang berdiri kokoh didepan sana. Ternyata tersimpan begitu banyak keindahan didalamnya. Vira tampak terperangah saat melihatnya. Matanya tak henti menatap kesana-sini menyaksikan luasnya halaman rumah tersebut.

Diujung sana, tepatnya disebelah kiri rumah. Tampak beberapa mobil berjejer rapi dengan merek yang bervariasi. Vira begitu terperangah menyaksikan itu semua.

Tante Lisna ternyata benar-benar kaya!

Batin nya.

Vira terus berjalan dengan dituntun oleh Lisna. Hingga tak berapa lama kemudian mereka pun akhirnya tiba diteras rumah mewah tersebut. Lagi-lagi Vira benar-benar terpana dibuat oleh pemandangan yang berada disekitarnya. Tiang rumah yang berbentuk bulat dan juga besar berdiri kokoh menyangga depan rumah tersebut. Yang memang baru pertama kali ini dilihatnya.

Ya Tuhan.. Tiang nya aja sebesar ini.

Batin Vira seraya menggelengkan kepalanya.

“ Vira, yuk masuk.” Ajak Lisna yang membuat Vira kembali tersadar dalam lamunan nya.

Dan seketika itu juga Vira dengan cepat menyahutnya.

“ Eh, iya Tante.” Angguk nya pelan.

Kini Vira pun melangkah masuk kedalam rumah mewah tersebut untuk yang pertama kalinya.

“ Vira ini rumah Tante semoga kamu suka ya.”

Lisna masih menggenggam tangan Vira dan menuntunnya masuk kedalam. Ia membawa Vira menyusuri lobi yang menghubungkan antara ruang depan dan juga ruang tamu.

Disana. Vira semakin takjub kala menyaksikan pemandangan yang terpampang nyata didepan mata. Jika sebelumnya Vira hanya bisa melihat ruang tamu semegah itu di siaran televisi dirumah tetangganya. Namun kini Vira dapat menyaksikan langsung pemandangan itu.

Sungguh, sungguh sangat luar biasa. Ruang tamunya saja semegah ini.

Vira kembali menggelengkan kepalanya pelan.

“ Silahkan duduk Vira.” Ucap Lisna lembut.

“ Eh, i-iya Tante. Terima kasih.” Vira mengganggukkan kepalanya pelan.

Lalu kini ia mulai duduk di sebuah sofa yang berukuran besar. Jujur saja saat pertama kalinya Vira menduduki sofa tersebut. Perasaan nya seketika tak karuaan. Jantungnya berpacu dengan cepat manakala merasakan kelembutan yang baru pertama kalinya ia rasakan kala menduduki sebuah tempat duduk.

Ya Tuhan, tempat duduk nya empuk sekali. Rasanya ingin sekali aku berbaring disini melepaskan rasa lelahku.

Pikirnya.

Tanpa terasa matanya terpejam, bibirnya tersenyum dengan sendirinya meresapi kenyamanan tempat duduk yang baru pertama kali ini ia rasakan.

Ternyata Lisna memperhatikan itu. Ia kemudian ikut tersenyum menyaksikan kepolosan gadis yang saat ini ada dihadapan nya.

 Benar-benar gadis yang sangat polos.

Gumam Lisna.

 

“ Bagaimana Vira, apakah sofa ini nyaman untukmu?” Tanya Lisna.

Namun, Vira tak menjawab. Matanya terus terpejam terbenam dalam kenyamanan yang ada. Sehingga kini suara Lisna yang ada disaamping nya pun sama sekali tak disadari olehnya.

Menyaksikan pemandangan tersebut. Membuat Lisna menggelengkan kepalanya. Sejenak ia lalu teringat akan dirinya sendiri saat pertama kalinya datang kekota.

BERSAMBUNG

Hi guys . . Jangan lupa Vote, Like dan juga komentar nya ya. Jangan lupa juga tekan tanda hati agar novel ini tersimpan di rak buku kalian. Terimakasih^^

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!