...꧁-`𝙷𝙰𝙿𝙿𝚈 𝚁𝙴𝙰𝙳𝙸𝙽𝙶´-꧂...
...◼...
...◼...
...◼...
Seorang wanita berusia 20 tahun bertubuh kurus kering, kulitnya kusam, matanya kehilangan cahaya dan surai blonde yang berantakan. Wanita itu dengan kejinya diseret keatas podium.
Matanya memerah karena terus menangis, mulutnya lelah terus menerus berteriak memohon pengampunan kepada saudara-saudarinya yang sayangnya tidak didengarkan oleh mereka.
"Yang Mulia! Saya bahkan hidup bagaikan tikus mati tapi mengapa kalian melakukan hal keji ini kepada saya?" seru Jeanelle dengan tangisan yang tidak pernah berhenti.
Jeanelle Agnegius, Putri haram Kaisar yang hidup bagaikan tikus mati.
Dua orang pria yang berdiri dihadapannya hanya memandanginya dengan tatapan dingin, tak ada rasa iba ataupun kasihan sedikitpun untuk wanita itu. Padahal mereka juga tau kalau wanita itu tidak bersalah sama sekali.
Dibelakang kedua pria itu ada wanita lainnya yang terpaut 1 tahun lebih tua dari Jeanelle, wanita itu bernama Baila Agnegius atau kita bilang saja jika wanita berusia 21 tahun itu adalah tokoh utama komik ini.
Baila memalingkan wajahnya enggan menatap Jeanelle yang juga menatapnya sedih, Baila sekuat tenaga menahan rasa sedihnya. Ia juga sudah lelah memohon pada kakak-kakaknya namun tidak didengarkan oleh mereka.
Kakaknya bersikeras menghukum orang-orang yang memiliki sihir kegelapan ataupun orang-orang yang terikat dengan Kaisar sebelumnya. Setelah melakukan pemberontakan Putra Mahkota, Pangeran dan Tuan Putri melakukan pembersihan secara menyeluruh.
"Aku harap di kehidupan selanjutnya, kau bisa bahagia Jeanelle." kata Baila dengan tatapan sedih. Baila memutuskan untuk berlari turun dari atas podium.
Jeanelle menunduk, ia tidak mengerti kenapa dirinya harus mendapatkan perlakuan seperti ini. Jeanelle berani bersumpah jika dirinya tidak melakukan kejahatan apapun.
"Apakah tidak ada sedikitpun rasa cinta dan sayang dihati kalian untuk ku?" suara Jeanelle bergetar dan terdengar begitu pedih. Baila tak kuasa menahan tangis saat mendengarnya.
"Lakukan eksekusinya." kata pria bersurai merah kepada kedua algojo yang berdiri dibelakang Jeanelle. Jeanelle memberontak dan berkali-kali memanggil nama mereka namun mereka tidak mendengarkannya sama sekali.
Sebilah kampak yang begitu tajam nan besar terlihat sangat mengerikan. Algojo bertubuh besar itu mengayunkan tangannya yang memegang kampak, ia menebas leher Jeanelle.
Itulah akhir tokoh pendamping. Tidak ada yang sedih dengan kematiannya karena ia bukanlah tokoh utama.
...✶⊶⊷⊶⊷❍ ☆ ❍⊶⊷⊶⊷✶...
"Jeanelle yang malang." ujar seorang wanita berusia 27 tahun yang asik berbaring disofa. Tangan kirinya memegang sebuah ponsel yang ia gunakan untuk membaca komik tadi.
Sepulangnya dari kantor ia langsung membaca komik kesukaannya, komik berjudul 'My Stars' itu sangat seru untuk dibaca.
Sayangnya cerita pendamping Jeanelle hampir mirip dengan kisah hidupnya. Bedanya ia berhasil keluar dari kehidupan memuakkan itu dan tinggal seorang diri di apartemen sederhana yang terletak dipusat kota.
"Kalau pun aku menjadi Jeanelle, aku pasti akan merubah alurnya... hoam..." ia menguap. Dirinya sangat mengantuk sekarang, mungkin karena terlalu lelah setelah pulang kerja.
Wanita itu pun mulai memejamkan kedua matanya. Tanpa ia sadari ada cahaya yang bersinar keluar dari tubuhnya, cahaya yang begitu terang dan kemudian meredup lalu menghilang bersama tubuhnya yang juga ikut menghilang.
...✶⊶⊷⊶⊷❍ ☆ ❍⊶⊷⊶⊷✶...
Seorang pria tua berdiri dengan tangan kanan yang menjulur kedepan, tangan kirinya menggenggam sebuah buku bersampul coklat tua. Bibirnya bergerak mengucap sebuah mantra dan seketika lingkaran sihir dengan bentuk jam terbentang dihadapannya.
Raut kelelahan terlihat dengan sangat jelas diwajahnya, kantung mata yang menghitam, wajah yang begitu tirus dan rambut yang acak-acakan.
Entah sudah berapa tahun terlewati, pria itu juga tidak tau. Semua itu tidak masalah untuknya. Semuanya demi formula sihir yang baru ia buat, semua ini bahkan tidak bisa menebus rasa bersalahnya atas kejadian dulu.
"Ku mohon, kembalikan jiwa yang hilang..."
"Putar ulang waktu, aku akan menebus semua kesalahan ku. Apapun bayarannya tak masalah, kali ini tolong biarkan wanita itu bahagia." tanpa sadar air mata mengalir dari kedua matanya. Ia memohon dengan begitu tulus dan seketika jarum jam itu berputar dengan begitu cepat.
Angin berhembus kencang, menerbangkan apapun yang ada disekelilingnya. Pria itu berusaha untuk bertahan, ia tidak goyah sedikitpun.
Jarum jam mendadak berhenti, cahaya kebiruan menguar dari lingkaran sihir itu. Pria itu terbatuk sesaat sebelum akhirnya terjatuh dan memuntahkan begitu banyak darah. Pria itu berharap agar kali ini Jeanelle bisa bahagia.
...✶⊶⊷⊶⊷❍ ☆ ❍⊶⊷⊶⊷✶...
Prank... Cermin itu tiba-tiba saja terjatuh dan pecah. Gadis muda berusia 14 tahun termenung dengan ekspresi terkejut.
Ia tidak bisa mempercayainya apa yang terjadi sekarang.
'Sial! Kenapa bisa begini?!' Gadis itu membatin kesal. Walaupun dia sempat bilang ingin menjadi Jeanelle dan merubah alur tapi bukan berarti ia benar-benar menginginkannya.
"Aku bahkan sudah bersusah payah keluar dari keluarga memuakkan itu tapi kenapa aku malah masuk ke dalam keluarga yang lebih memuakkan lagi?!"
Wanita itu begitu marah, padahal ia hanya tertidur sebentar dan bangun-bangun jiwanya sudah berpindah ke tubuh gadis berusia 14 tahun, apa semua ini masuk akal?! Tentu saja tidak.
"Apapun itu aku harus bertahan hidup. Harus!"
Ia bertekad untuk tetap hidup, tapi apa bertahan hidup itu memang mudah?
...꧁-`𝙱𝙴𝚁𝚂𝙰𝙼𝙱𝚄𝙽𝙶´-꧂...
...꧁-`𝙷𝙰𝙿𝙿𝚈 𝚁𝙴𝙰𝙳𝙸𝙽𝙶´-꧂...
...◼...
...◼...
...◼...
Komik 'My Stars' adalah komik yang berfokus pada tokoh utama wanita bernama Baila Agnegius, wanita cantik, baik hati dan seorang Tuan Putri. Ia memiliki kemampuan sihir tumbuhan yang sama seperti kemampuan sihir milik mendiang Ratu yang merupakan keturunan Elf.
Baila yang ditinggal mati oleh Ratu saat dirinya masih kecil itu sangat membuatnya terpuruk, tapi karena ia sedikit berbeda dari anak-anak lainnya, Baila pun dengan cepat bangkit kembali.
Karena semangat dan kerja kerasnya Baila menuai kasih sayang dan simpati dari kedua kakaknya yang berbeda ibu. Kakak pertama bernama Terry Agnegius yang berasal dari selir kesayangan Kaisar.
Kakak kedua bernama Kai Agnegius yang berasal dari Permaisuri. Awalnya kedua kakaknya sangat membenci Baila karena bagaimanapun juga Baila adalah putri dari Ratu dan pengaruh untuk menjadi Kaisar selanjutnya sangatlah besar.
Tapi karena kebaikan yang selalu Baila berikan pada kedua kakaknya pada akhirnya kedua kakaknya luluh dan menjadi begitu mencintai Baila. Kaisar Evan yang tak lain adalah ayah mereka tidak berniat untuk menurunkan tahta pada anak-anaknya, justru ia berniat untuk melakukan segala cara agar bisa hidup abadi.
Karena hal itu menuai kontroversi akhirnya Baila, Terry dan Kai melakukan pemberontakan. Mereka membasmi siapapun yang menjadi kaki tangan Kaisar dan ditengah perjuangannya itu Baila bertemu dengan tokoh utama pria yang merupakan seorang Duke dan juga amat sangat membenci Kaisar.
Duke muda pun membantu Baila, dengan kisah cinta tipis-tipis dan perjuangan yang begitu mendebarkan cerita itu menjadi cerita yang paling seru dan sering kali mendapatkan penghargaan. Namun ada satu hal yang harus diingat, setiap cerita pasti ada tokoh pendamping.
Jeanelle Agnegius, tokoh pendamping yang juga keluarga Kekaisaran. Ia berasal dari seorang selir yang terlupakan, begitu ibunya meninggal Jeanelle juga menjadi terlupakan. Dia bukan orang jahat justru beberapa kali Jeanelle membantu tokoh utama, tapi karena ia memiliki sihir kegelapan yang sama seperti Kaisar.
Alasan itu cukup membuatnya untuk dieksekusi mati, tidak ada yang menangisi kematiannya kecuali Baila yang beberapa kali pernah bermain dengannya.
'Sialnya aku malah jadi Jeanelle.' Gadis berusia 15 tahun itu duduk di hamparan bunga matahari sambil sesekali mendesah kesal. Padahal dikehidupan sebelumnya ia sudah bersusah payah keluar dari keluarga memuakkan itu, tapi sekarang ia malah kembali di seret kedalam keluarga yang lebih memuakkan.
Begitu terbangun dari tidur tau-tau sudah menjadi Jeanelle yang berusia 14 tahun, karena terlalu shock ia bahkan sampai demam selama 3 hari dan setelah sembuh, ia menyadari kalau semua ini bukanlah mimpi.
Bahkan tanpa disadari sudah satu tahun ia berada ditubuh Jeanelle dan sudah cukup untuknya beradaptasi. Hal positifnya Jeanelle tidak disiksa oleh para dayang, justru para dayang dan Jeanelle bersahabat.
Walaupun Jeanelle tinggal di ujung istana yang dimana Mansion itu terlihat lebih kecil dari Mansion kebanyakan. Tidak ada pengawal yang menjaga, disekelilingnya hanya terdapat banyak pepohonan rimbun layaknya hutan dan juga dayang yang bisa dihitung dengan jari tapi ini lebih dari cukup.
Jeanelle tidak berniat untuk tinggal di tempat ini selamanya, kalau waktunya sudah pas maka ia akan kabur dari tempat ini. Jeanelle memang sering membantu pekerjaan dayang, walaupun sudah dilarang tapi Jeanelle tetap kekeuh untuk melakukannya. Lagipula tidak ada yang bisa ia lakukan disini.
Jeanelle menoleh ke arah kirinya menatap sebuah danau yang begitu jernih, sangking jernihnya ia bisa melihat pantulan wajahnya sendiri.
Surai blonde sebahu yang bergelombang, wajah mungil, kulit seputih salju, bentuk mata yang naik keatas sehingga menambah kesan galak pada dirinya, iris permata berwarna ungu dan bibir semerah buah ceri. Wajah ini sangat cantik, walau tidak secantik tokoh utama sih.
Ciri khas keluarga Kekaisaran adalah iris mata yang berbentuk seperti permata, walaupun memiliki warna berbeda karena mengikuti aliran Manna yang ada ditubuh, tapi kalau orang itu memiliki mata permata maka sudah dipastikan kalau ia adalah keluarga Kekaisaran.
Konon katanya mata permata adalah bukti kalau Manna sihir yang dimiliki keluarga Kekaisaran adalah sihir yang paling kuat di dunia.
"Tuan Putri..." panggil seorang wanita cantik bersurai coklat dengan mata sebiru laut. Itu Rena Monata. Wanita yang sudah mengurus Jeanelle sejak Jeanelle bayi.
Saat usia Jeanelle 19 tahun ia akan diusir dari istana karena di tuduh mencuri barang milik Baila, saat itu Rena memohon agar Jeanelle ikut saja dengannya namun Jeanelle menolak dan berkata jika ia akan melindungi Baila.
'Sekarang aku tidak akan menolak, kalau perlu kita kabur saja sekarang.'
"Ada apa Rena?" tanya Jeanelle yang langsung bangkit dari duduknya. Ia menepuk-nepuk gaunnya membersihkan tanah atau debu yang menempel di gaunnya.
"Hari sudah mulai gelap, bagaimana jika kita kembali ke Mansion Putri?"
Mendengar kata hari akan segera gelap Jeanelle seketika tersenyum senang, malam hari adalah waktu yang sangat Jeanelle sukai.
"Iya, ayo kita kembali. Aku juga mengantuk."
"Kalau begitu akan saya buatkan susu dan setelah itu Tuan Putri bisa tidur."
"Baiklah."
...✶⊶⊷⊶⊷❍ ☆ ❍⊶⊷⊶⊷✶...
Jeder! Petir menyambar begitu kencang membuat kaca-kaca disekitarnya bergetar. Tiga orang yang berada diruang makan seketika tersentak mendengar suara petir itu.
"Sepertinya akan terjadi badai." kata seorang wanita cantik bersurai blonde dengan iris mata berwarna hitam pekat, sembari menatap keluar jendela yang masih menciptakan kilatan-kilatan petir.
Elizabeth Agnegius, sang permaisuri. Ibu kandung Putra Mahkota.
"Kau benar." pria tua bersurai blonde dengan mata permata berwarna ungu gelap. "Sepertinya Putra Mahkota, Pangeran dan Tuan Putri terkejut mendengar suara petir." suara kekehan kecil itu terdengar dari mulut sang Kaisar membuat ketiga orang itu tersentak kaget. Tubuh mereka agak gemetar.
Evan Agnegius, sang Kaisar.
"Itu wajar, petir tiba-tiba menyambar. Padahal tadi siang sangat cerah." kata wanita lainnya yang berdandan lebih menor. Rambut coklatnya tersanggul dengan rapih dan netra biru lautnya menatap tajam wajah Pangeran.
Rose Agnegius, selir kesayangan Kaisar dan ibu kandung Pangeran.
Ketiga remaja itu tersentak dan menunduk tak enak, sebenarnya bukan itu yang sedang mereka pikirkan sekarang.
"Maafkan kami Yang Mulia." kata seorang gadis cantik berusia 16 tahun. Gadis itu sangat cantik walaupun wajahnya tampak gusar.
Surai blondenya yang panjang, bentuk mata bulat dengan netra permata berwarna hijau daun, kulit seputih salju, wajah yang mungil dengan bibir mungil semerah mawar. Sungguh amat sangat cantik, apalagi cara bicara dan gayanya yang begitu anggun.
Baila Agnegius. Putri Mahkota yang rumornya akan menjadi Kaisar selanjutnya.
"Sudahlah." Evan mengibaskan tangannya. Pria tua itu tidak nampak tertarik dengan permintaan maaf yang Baila lontarkan. "Sebelum badai datang kalian kembali ke tempat kalian masing-masing."
"Baik Yang Mulia." orang-orang yang berada diruang makan itu berdiri dan membungkuk hormat pada Kaisar sebelumnya akhirnya mereka pergi dari tempat itu.
Namun bukannya kembali ke Mansion mereka masing-masing, Putri Mahkota, Putra Mahkota dan Pangeran malah diam-diam bertemu di taman belakang Mansion Putri Mahkota.
"Kalian mengingatnya bukan?" tanya Pangeran berambut merah itu dengan wajah yang agak panik.
"Iya, aku mengingatnya dengan sangat jelas." sahut Baila.
Putra Mahkota hanya terdiam sambil mengangguk, ia juga mengingat semuanya.
"Kita mengulang waktu!"
...꧁-`𝙱𝙴𝚁𝚂𝙰𝙼𝙱𝚄𝙽𝙶´-꧂...
...꧁-`𝙷𝙰𝙿𝙿𝚈 𝚁𝙴𝙰𝙳𝙸𝙽𝙶´-꧂...
...◼...
...◼...
...◼...
Jeanelle keluar dari kamarnya melalui jendela dengan mengendap-endap, ia sudah seperti maling sekarang. Gaun biru lengan panjang selutut, sepatu boots tanpa hak berwarna coklat tua, jubah coklat, surai sebahunya ia kuncir satu.
Penampilan yang pas untuk menjadi penduduk desa. Begitu keluar dari Mansion Jeanelle buru-buru ke hutan belakang dan mencari-cari dinding dengan lubang yang besar, sengaja ia tutupi dengan batu ataupun dedaunan agar tidak ketahuan.
Dengan perlahan Jeanelle merangkak keluar melalui lubang di dinding tersebut, ini adalah rahasianya. Perubahan alur komik yang Jeanelle lakukan, memiliki teman dan menyamar menjadi penduduk desa.
"Yo! Tuan Putri, anda seperti tikus yang sedang terjepit." ejek seorang pria bersurai hitam legam dengan bekas luka diwajahnya. Jeremy.
Pertama kali Jeanelle bertemu dengan Jeremy adalah tahun lalu atau lebih tepatnya 1 Minggu setelah dirinya merasuki tubuh Jeanelle.
Jeremy adalah salah satu pasukan Kesatria yang masih belajar di kuil, bakat berpedang Jeremy sebenarnya tidak bisa diragukan lagi tapi karena Jeremy berasal dari rakyat jelata dan tanpa orang tua, Jeremy mendapatkan perlakuan tidak adil dari orang-orang disekitarnya hingga akhirnya ia memutuskan untuk berhenti menjadi kesatria magang di kuil.
Ia kabur dan memilih hidup di jalanan sambil mencuri ataupun mengemis, saat itulah Jeremy bertemu dengan Jeanelle yang kebetulan sedang berkunjung ke pasar. Jeremy langsung mengenali Jeanelle sebagai Tuan Putri karena mata permatanya. Jeanelle memberi makan Jeremy dan akhirnya mereka berteman.
Terkadang saat malam Jeanelle akan seperti ini, kabur dari mansion dan hidup sebagai rakyat jelata. Ia bisa bernafas lega disaat-saat seperti ini.
"Kau sialan! Tidak bisakah kau membantuku?!" kesal Jeanelle, ia merasa kalau sekarang pinggulnya terjepit di lubang ini.
Jeremy terlihat menghela nafas dan kemudian meraih kedua tangan Jeanelle dan menariknya.
Gubrak. Mereka berdua terjatuh dan mengaduh sakit.
"Apa kau tidak bisa keluar dari pintu saja?" keluh Jeremy sembari mengusap bokongnya yang terasa sakit.
"Kau mau aku ditangkap oleh kesatria? Lubang ini sudah kecil ternyata."
"Kau manjat saja."
Jeremy dan Jeanelle bangkit dari posisinya dan menepuk-nepuk pakaian mereka yang kotor.
Mata Jeanelle memandang kearah dinding istana yang memiliki tinggi ±20 meter. "Kau pikir ini rendah? Lagipula dinding ini dilapisi sihir tau."
"Kau kan bisa sihir." Jeremy menaikan sebelah alisnya dengan heran. Jeremy tau kalau Jeanelle seorang Black Mage.
"Aduh, aku belum bisa sampai sana." keluh Jeanelle. Jeanelle pun segera menarik tangan Jeremy dan membawanya pergi. "Ayo pergi." sebelum pergi Jeanelle sempat memutar cincin yang ada di jari kelingking kirinya dan seketika netra permata Jeanelle berganti menjadi netra biasa berwarna coklat.
...✶⊶⊷⊶⊷❍ ☆ ❍⊶⊷⊶⊷✶...
Setelah menempuh perjalanan selama 30 menit dengan melewati jalanan gelap dan lembab akhirnya mereka sampai disebuah rumah kayu sederhana yang dikelilingi oleh pepohonan rimbun. Tempat ini mengingatkan Jeanelle dengan Mansion nya yang ada di Istana.
Kurang lebih mirip seperti ini, tentu saja Mansion Jeanelle lebih mewah dan juga hutannya tidak begitu seram seperti ini. Gubuk kayu ini terletak diatas bukit dan tidak jauh dari ibu kota namun jarang ada yang kesini karena ini bukanlah jalan utama dan juga untuk apa mereka kesini. Orang-orang biasanya menjadikan tempat-tempat yang jarang terjamah seperti ini sebagai tempat persembunyian mereka.
"Kalian lama sekali." keluh seorang anak lelaki bersurai coklat dan memiliki iris mata berwarna coklat. Tubuhnya lebih besar dari anak-anak lainnya, tangannya terlihat terdapat banyak bekas kapalan.
Hyun, dia ahli dalam membuat senjata. Sekarang memang masih tahap belajar. Tak hanya senjata tapi juga patung dan furniture lainnya. Dengan kemampuannya, Hyun membuat sesuatu dari kayu-kayu di hutan dan menjualnya di pasar ibukota dengan harga lumayan murah.
Usia Hyun, Jeremy dan Jeanelle sama yaitu berusia 15 tahun saat ini.
"Apa sempat ada masalah?" tanya pemuda bersurai perak dengan netra sebiru laut. Yang Jeanelle tau, anak lelaki menggemaskan berusia 14 tahun ini adalah anak haram dari seorang Duke wilayah barat.
Mungkin posisi dan apa yang dialaminya hampir sama dengan Jeanelle tapi tak separah anak itu, terkadang anak itu datang dengan beberapa luka ditubuhnya karena penyiksaan dari pelayan dan ibu tiri.
Namanya adalah Suno Algabert. Ia ahli dalam ilmu pedang, Jeanelle yakin jika suatu saat nanti Suno akan menjadi Sword Master yang hebat.
"Tidak juga sih, hanya saja aku agak susah keluar tadi." Jeanelle terkekeh pelan. Yang mereka tau Jeanelle adalah putri haram dari Bangsawan desa yang pindah ke ibu kota. Jeanelle sengaja menyembunyikan identitasnya agar tidak begitu canggung dan hanya Jeremy yang tau.
Suatu saat nanti saat sudah siap Jeanelle akan menceritakannya pada mereka.
Seorang gadis kecil berlari dan kemudian memeluk Jeanelle dengan erat. Gadis kecil bersurai hitam yang dikepang dua, netra berwarna biru gelap dan wajah yang agak garang ini berusia 14 tahun. Seumuran dengan Suno dan gadis ini seorang Alchemist.
Regina, Jeanelle mengetahui masa depan gadis ini. Nantinya ia akan menjadi tangan kanan Baila dan Baila baru menemukannya saat usia Regina 17 tahun.
'Sangat disayangkan karena aku yang menemukannya duluan.'
"Apa ada pelayan yang menyiksa Jeje?" tanya Regina sembari menatap Jeanelle dengan tatapan tajam.
Padahal usianya baru 14 tahun tapi tatapannya setajam ini. Jeanelle tidak habis pikir.
Jeanelle memang memperkenalkan dirinya dengan nama Jeje kepada mereka.
"Tidak ada, hanya saja lubang yang biasa aku kabur ukurannya cukup kecil sekarang." ucapnya jujur yang akhirnya membuat Regina menghela nafas lega dan melepaskan pelukannya.
"Tentu saja, kau kan sekarang sudah tumbuh besar." Hyun tertawa sambil menepuk pundak Jeanelle.
"Mungkin sebentar lagi Jeje akan melakukan debutante." celetuk Suno yang membuat Jeanelle terdiam. Benar juga, Jeanelle melupakan hal ini.
Debutante Jeanelle akan menjadi sebuah insiden besar karena beberapa hari sebelumnya Kaisar baru ingat kalau ia memiliki putri lain. Akhirnya Debutante Jeanelle menjadi Debutante terburuk karena selain pertama kalinya Jeanelle hadir dihadapan publik, Jeanelle juga akan menjadi cemoohan orang-orang karena ibunya berasal dari rumah bordil.
'Kenapa aku baru ingat sekarang?' Jeanelle menepuk keningnya dan menggerutuki kebodohan yang dimiliki.
JEDER! Petir menyambar begitu keras membuat orang-orang yang berada disana terkejut.
"Padahal aku baru sampai, masa sudah mau ada badai?!" kesal Jeanelle sembari menatap keluar pintu yang terbuka.
"Mau bagaimana lagi? Cuaca memang tidak bisa diprediksi. Kau mau pulang? aku akan mengantarmu mu, sekalian mengantar Suno juga." Jeremy menawarkan diri. Mata coklatnya menatap keluar jendela, kilatan-kilatan petir masih muncul dan rintikan air perlahan mulai turun.
"Sayang sekali kau belum ada 10 menit disini." Regina terlihat lesuh. Jangankan 10 menit Jeanelle bahkan belum duduk.
"Kita bisa bertemu lagi besok siang dan juga aku bisa pulang sendiri, kau antar Jeje saja." sahut Suno yang kini sudah memakai jubah hitamnya.
"Ey~ mana mungkin aku membiarkan kalian pulang sendiri tengah malam begini? Kalau kenapa-kenapa aku juga yang repot." Jeremy mengibaskan tangannya dan menandakan jika ia tidak keberatan sama sekali.
"Tapi... Bukankah setelah mengantar kami kau akan pulang kesini sendiri?" Suno memiringkan sedikit kepalanya dengan bingung. Sekarang posisi siapa yang lebih berbahaya?
"Aku kuat dan juga aku bisa menginap ditempat seseorang jika dibutuhkan." Jeremy mengedipkan sebelah matanya kearah Jeanelle yang sontak membuat gadis itu mendengus.
Bukan pertama kali sih Jeremy menginap di kamar Jeanelle, tentu saja mereka menginap secara diam-diam tanpa ada yang tau satupun.
"Terserah kau saja." Jeanelle menghela nafas dan mendapatkan sorakan senang dari Jeremy.
Pada akhirnya malam itu setelah mengantar Suno pulang, Jeremy menginap dikamar Jeanelle dan tentunya pemuda itu tidur disofa dan Jeanelle diranjang.
...꧁-`𝙱𝙴𝚁𝚂𝙰𝙼𝙱𝚄𝙽𝙶´-꧂...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!